Oleh :
GUSTI PERWIRA
NPM : 157336025
Oleh :
GUSTI PERWIRA
NPM : 157336025
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah, namun ikan cepat mengalami
proses pembusukan, oleh sebab itu diperlukan pengolahan agar ikan dapat
Salah satu jenis ikan yang sering diolah adalah Ikan Barakuda,
menyeramkan dan berukuran tubuh besar, yaitu sampai panjang enam kaki dan lebar
satu kaki. Tubuhnya panjang dan ditutupi oleh sisik yang halus. Ikan ini memiliki
daging putih sehingga sangat cocok untuk diolah menjadi produk lain seperti nugget.
pemanfaatan produk ikan yang nilai ekonomisnya rendah menjadi tinggi. Disamping
itu, juga memperpanjang umur simpan dari bahan tersebut menjadi lebih lama.
Nugget adalah jenis produk makanan yang berbahan daging dan memiliki umur
simpan yang relatif lama karena perlakuan penyimpanan pada suhu beku. Selain itu,
Nugget adalah makanan yang berprotein tinggi yang biasanya terbuat dari
daging yang mengandung protein hewani. Hal yang terpenting dari nugget adalah
penampakan produk akhir, warna, tekstur dan aroma (Alamsyah, Y., 2008). Menurut
Maghfiroh (2000), tekstur dari nugget ikan tergantung dari asal bahan baku (jenis
khususnya di usaha mandiri Nugget Cripsy, Kota Sibolga. Berdasarkan hal tersebut
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui
1.3 Manfaat
mahasiswa, pembaca, dan masyarakat luas tentang proses pembuatan Nugget Ikan
Barakuda (Sphyraena baraccuda) yang baik dan sesuai standar di Usaha Mandiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Sphyraenidae
Genus : Sphyraena
memanjang dan ditutupi oleh sisik-sisik yang halus, yaitu dengan panjang bisa
mencapai enam kaki dan lebar satu kaki. Ikan Barakuda besar memiliki rahang yang
kuat dengan didukung oleh sederetan gigi-gigi yang panjang meruncing dan tajam,
memegangnya. Sirip punggung pertama memiliki 5 duri, dan yang kedua 10 duri.
Terdapat sekitar 75-90 sisik sepanjang garis lateral. Insang ikan barakuda hampir
berbentuk bulatan. Rahang lebih pendek dari pada rahang bawah. Seekor Ikan
Barakuda besar dewasa memiliki bercak hitam yang tidak beraturan pada sisi bawah
badan melalui garis rusuk. Kedua sirip punggungnya biru kehitaman dan pada ujung
sirip dubur warnanya agak gelap. Warna sirip-siripnya kuning ke abu-abuan, pada
bagian ujung dari sirip punggung kedua, dubur, dan ekor berwarna
semenanjung dan teluk-teluk dipantai, Terdapat dihampir semua lautan tropis dan
pantai dan perairan pantai sekitar karang, dermaga, dan bangkai kapal (Rivan, 2012).
5
ikan barakuda ini juga dapat diolah menjadi makanan yang enak dan bernilai jual
tinggi. Ikan Barakuda yang menyeramkan ini diolah menjadi sebuah hidangan yang
lezat dan menggugah selera. Bagi siapa saja yang melihatnya mungkin sejenak akan
meluakan bahwa sajian yang mengundang selera itu merupakan ikan yang
menyeramkan dan tentunya ikan barakuda ini memiliki kandungan gizi yang baik
2.2 Nugget
Amerika utara pada tahun 1984. Menurut Rahardjo, dkk (2005), nugget adalah salah
satu bentuk produk olahan restrukturisasi dengan bahan baku daging lumat atau
serpihan yang dicampur dengan tepung, konsentrat protein, bumbu-bumbu dan bahan
beratkan pada kemampuan membentuk matriks protein yaitu terjadinya ikatan antara
(Alamsyah, 2007).
Kriteria mutu nugget hampir sama dengan kriteria mutu sosis, sosis masak
tidak boleh mengandung air melebihi empat kali kandungan. Selain itu, kehilangan
6
berat karena pemasakan dapat digunakan untuk menentukan mutu nugget. Pemasakan
pada kondisi yang normal tidak akan mengakibatkan nugget mengalami kehilangan
berat lebih dari 10 % karena hilangnya air dan lemak, sedangkan kehilangan melebihi
20 % tidak dapat diterima. Selain batas kehilangan berat yang diijinkan, nugget tidak
boleh mengkerut atau mengalami pengkerutan pada waktu pemasakan (Alamsyah, Y.,
2008).
sebagai berikut :
1. Tepung Roti/Terigu.
proteinnya, bahan pengisi mempunyai kandungan protein yang lebih rendah dari
2. Tepung Tapioka.
satu bahan pengisi karena kandungan pati pada tepung tapioka sangat tinggi
3. Minyak.
produk yang kompak, tekstur yang empuk, rasa dan aroma yang lebih baik serta
4. Telur.
telur lebih efektif sebagai pengemulsi. Pada proses pemaniran atau coating, telur
berfungsi sebagai perekat tepung roti sehingga dapat menambah kekompakan dan
kerenyahan (krispyi) pada nugget. Selain itu juga dapat memperbaiki warna pada
5. Bumbu-bumbu.
bawang putih, bawang merah, garam dan gula. Variasi bumbu-bumbu yang
2007).
6. Pengemulsi.
Pengemulsi berupa bubuk berwarna krem yang cepat larut dalam air panas
digunakan dalam pangan sebagai pemantap tekstur produk (Winarno, F.G., 1994).
7. Poliphospat.
8
dan hasil hewani dari laut adalah Natrium Tri Polifosfat (Na2HPO4). Natrium Tri
ini ditambahkan untuk mendapatkan hasil yang baik pada produk fish nugget (Liu,
8. Tepung Maizena.
Tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah pati yang didapatkan
dari endosperma biji jagung. Tepung jagung merupakan bahan makanan populer
yang biasa digunakan sebagai bahan pengental sup atau saus, dan digunakan untuk
1. Persiapan bahan
sisik dan kotoran dalam perut ikan kemudian dibuang durinya dan dicuci bersih.
diperoleh bahan dengan ukuran yang relatif kecil yang dapat memudahkan dalam
proses pencampuran (Kokom Komariah 1990)). Selain itu, ukuran partikel yang
homogen.
2. Pemberian bumbu-bumbu
9
yang dihaluskan dicampurkan pada daging ikan yang telah halus (Lubis, Ahmad
Husni. 2012).
3. Pencampuran adonan
digunakan. Pada tahap pencampuran ini sekaligus terjadi proses pelembutan dan
pengadukan, bertujuan untuk mendapatkan emulsi yang stabil dan adonan yang
homogen. Ketika dilakukan pencampuran antara tepung dan air maka protein
berada pada posisi sejajar. Dalam kondisi ini kenampakan adonan berubah
molekuler yang putus dan adonan menjadi bersifat lunak (Desrosier, N. W.,
1988).
4. Pencetakan
5. Pengukusan
6. Pembekuan
10
7. Coating/pelapisan
Yaitu proses pelapisan nugget dengan tepung panir dan sebagai bahan perekat
digunakan campuran tepung maizena, air dan telur. Hal ini untuk memperbaiki
8. Penggorengan
Menggoreng adalah suatu proses dehidrasi panas. Pada produk siap saji
memberi aroma dan rasa renyah pada produk. Penggorengan bagi bahan pangan
biasanya pada suhu 170 0C atau lebih (Supriyanto, et. al., 2007).
11
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
sampai dengan 05 Januari 2017 di PDD Sibolga, Kota Sibolga, Sumatera Utara.
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah : ikan barakuda, tepung tapioka, tepung roti,
perekam.
Mengumpulkan berbagai data dari berbagai foto dan bahan statistic. Dengan
menggunakan foto akan dapat mengungkap suatu situasi pada detik tertentu
BAB IV
13
4.1 Hasil
Adapun hasil dari penulisan karya ilmiah ini dapat dilihat dari diagram alur
Ikan Barakuda
Penyiangan Ikan
Pemfilletan
Pemisahan Daging
Pencucian Air/es
Penggilingan Ikan
Pengukusan
Telur, tepung
Pelapisan
panir
Pembekuan Penggorengan
Nugget
Ikan
Gambar 2. Diagram Alur Proses Pembuatan Nugget Ikan Barakuda
4.2 Pembahasan
14
bahan baku. Adapun bahan baku yang paling utama dalam pembuatan nugget ialah
Ikan Barakuda. Menurut Adawyah (2007), menyatakan bahwa ikan-ikan yang hendak
diolah menjadi nugget harus dipilih yang masih bagus, kondisi baik, segar, dan tidak
ada bagian tubuh yang terluka karena satu dan hal lain. Semua ikan dari berbagai
jenis dan berbagai tingkat kesegaran bisa digunakan sebagai bahan baku nugget.
Akan tetapi, ini akan sangat berpengaruh terhadap mutu nugget ikan yang dihasilkan.
Bila bahan baku ikan kurang segar, akan menghasilkan nugget ikan yang tidak baik.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), jenis ikan yang dapat diolah menjadi nugget
banyak sekali macamnya dan tergantung dari kondisi perikanan setempat. Adapun
jenis ikan yang biasa digunakan sebagai bahan baku nugget adalah ikan air laut
seperti Barakuda (Sphyraena barracuda), Tenggiri (Scomberomus sp), dan air tawar
dan kotoran lalu dilakukan penggilingan daging, hal ini sesuai dengan Bahar, Burhan.
(2006) Ikan yang telah disiangi dicuci bersih untuk menghilangkan sisa-sisa isi perut,
darah, sisik, dan lain-lain. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak daging. Penyiangan dilakukan untuk memisahkan bagian kepala, jeroan dan
tulang, sehingga akan diperoleh daging ikan yang masih berkulit. Selanjutnya daging
memisahkan kulit, sisa tulang dan serat daging sehingga hanya diperoleh daging saja.
Pelumatan dapat juga dilakukan dengan penggilingan daging biasa, hanya kulit harus
Selanjutnya adalah pemisahan daging dari kulit dan tulang ikan. Pemisahan
dilakukan agar pada saat proses pembuatan nugget ikan tulang dan kulit ikan tidak
ikut. Menurut Peranginangin, R., dkk, (1999) pemisahan daging dapat dilakukan
dengan alat pemisah daging (meat separator). Ikan dipres pada lempengan logam
yang berlubang-lubang berdiameter 3-5 mm dimana daging ikan akan terperas keluar
lempengan. Selama proses pemisahan ini suhu daging ikan dipertahankan tetap
rendah. Ikan yang berukuran besar lebih dahulu difilet dan dibuang tulangnya untuk
Selanjutnya adalah pencucian ikan dengan menggunakan air bersih atau dengan
air es (es batu). Tujuan dari pencucian dengan air bersih adalah untuk menghilangkan
kotoran atau darah yang terdapat pada daging ikan sebelum digiling, sedangkan
pencucian dengan air es/es batu adalah untuk meningkatkan kandungan gel yang
terdapat pada daging ikan. Menurut Anggawati (2002) Pencucian dengan air es
merupakan tahap yang paling penting karena dalam proses pencucian ini komponen
nitrogen terlarut, darah, pigmen dan juga lemak yang ada pada daging lumat
membentuk gel meningkat. Konsentrat protein yang tercuci ini memiliki kekuatan
tarik dan elastisitas yang baik. Pencucian juga menghilangkan bau dan warna,
dilakukan agar pada saat proses pencampuran adonan daging ikan mudah tercampur
dengan bahan lain. Menurut Anggawati (2002) Penggilingan daging dilakukan untuk
16
bahan-bahan tambahan lainnya. Tetapi hal ini tidak boleh dlakukan terlalu lama
adonan dan pemberian bumbu dilakukan agar bahan-bahan dan bumbu bisa menyatu
pada saat proses pengadukan adonan. Menurut John, Wiley and Sons (1997)
pencampuran merupakan titik kritis dalam pembuatan nugget, adonan daging yang
telah halus dicampurkan dengan bahan pengisi, bahan pengemulsi dan bumbu-
bumbu. Penambahan bahan pengisi harus ditambah terlebih dahulu, setelah tercampur
rasa nugget, jika adonan masih dirasa keras maka dilakukan penambahan air es.
Penambahan air es tidak boleh terlalu banyak karena selain membuat adonan terlalu
lembek, air yang berlebihan juga membuat stabilitas emulsi berkurang. Proses
dimaksudkan untuk memberi bentuk pada produk sesuai dengan permintaan. Menurut
Hadiwiyoto, S (1993) adonan nugget dipindahkan kedalam loyang yang telah dilapisi
plastik sebelumnya guna untuk mencegah adonan nugget menempel pada loyang.
Saat memasukkan adonan nugget harus ditekan-tekan dengan sendok atau solet untuk
mikroba. Menurut Harris dan Karmas (1989) dalam Dhevina (2010) pengukusan
cita rasa atau nilai gizi yang tidak dikehendaki selama penyimpanan. Tujuan utama
pengukusan adalah mengurangi kadar air dalam bahan baku sehingga tekstur bahan
menjadi kompak. Tahap pengukusan ini dilakukan pada suhu 60-80 derajat Celcius
selama 30 menit.
(1985) pelapisan (batter and breading) juga berfungsi melindungi nugget dari
terhadap rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat-sifat lainnya. Menurut Maharani, D.M.
pembusukan dan lain-lain, pada suhu di bawah 0 oC, air akan membeku dan terpisah
dari larutan membentuk es yang mirip dalam hal air yang diuapkan pengeringan atau
suatu penurunan suhu. Perubahan kimiawi produk makanan selama pembekuan dan
makanan beku dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan
penggorengan dilakukan agar nugget dapat matang merata dan memiliki rasa yang
nikmat, menurut Ketaren (1996) dalam Dhevina (2010) setelah seluruh bagian nugget
tertutupi bahan pelapis (batter dan breading) maka nugget segera digoreng dengan
18
metodedeep frying oleh karena itu minyak yang digunakan haruslah banyak dan
dilakukan dalam suhu yang tinggi. Nugget digoreng hingga berwarna coklat
reaksi Maillard terjadi antara protein, asam amino, gula, aldehida, dan keton, yang
BAB V
KESIMPULAN
19
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan karya ilmiah yang
Proses pembuatan nugget Ikan Barakuda dimulai dari persiapan bahan baku,
penggorengan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,
Jakarta.
Alamsyah, Y., 2008. Nugget. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Alamsyah, yuyun. 2007. Aneka Nugget Sehat nan Lezat. Agromedia Pustaka. Depok
Anggawati, A.M. 2002. Penanganan Ikan Segar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan
Anggawati. A. M. 2002. Kumpulan Hasil-Hasil Penilitian Pasca Panen Perikanan.
Pusat Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Departemen Kelautan
Dan Perikanan. Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Proses Pengolahan Tepung Tapioka. Sinartani Edisi
4-10 Mei 2011 No. 3404 Tahun XLI. 10 hlm.
Bahar, Burhan. 2006. Memilih dan Menangani Produk Perikanan. PT Gramedia
Pustaka: Jakarta
Baldwin, E.A. 1994. Edible Coating for fresh and vegetables past, present and future.
Di Dalam: Krochta J.M, Baldwin, E.A, dan Nispeross-Carriedo, M.O, editot.
Edible Coating and Film to Improve food Qality. Pennsylvania: Tectomic
Publishing Co, Inc.
Desrosier, N. W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljohardjo.
UI-Press, Jakarta.
Djuanda. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan.
Akademis Perikanan, Bandung
Hadiwiyoto , S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Fakultas Teknologi
Pertanian UGM, Yogyakarta.
Harris, R.S dan E. Karmas, 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Penerjemah S. Achmadi. ITB-Press, Bandung.
Hui, Y H. Principles And Issues In Nutrition. 1985
John, Wiley and Sons. 1997. Food Processing. Canada : A Wiley-Interscience
Publication
Ketaren, S, 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Kokom Komariah (1990). Persiapan Dan Pengolahan Bahan Pangan Nabati Dan
Hewani. Yogyakarta: FPTK IKIP.
21
Sutanto, Adi. 2008. Minyak Goreng. Diakses tanggal 5 Juli 2010, http:
/localhost/D:/SKRIPSI/NTUST%20Indonesian%20Student%20Association
%20-%20Minyak%20Goreng.mht
Surawan, F.E.D. 2007. Penggunaan Tepung Terigu, Tepung Beras, Tepung Tapioka
dan Tepung Maizena terhadap Tekstur dan Sifat Sensoris Fish Nugget Ikan
Tuna. Jurnal Sain Peternakan Indonesia (2): 78-84.
Winarno, F.G., 1994. Bahan Tambahan Makanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
1994. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Abdul
pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama selesai di Sekolah
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Lumut pada tahun 2012. Pada
tahun 2015 penulis tercatat sebagai mahasiswa Politeknik Negeri Lampung PDD
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis
baraccuda)
Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu
tertentu sehingga menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah yang dapat di pertanggung
jawabkan hasilnya. Saya ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah
membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam karya
tulis ilmiah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR........
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan... 2
1.3. Manfaat..... 2
2.2. Nugget... 5
3.2.1. Alat. 11
3.2.2. Bahan.. 11
4.1. Hasil.. 13
4.2. Pembahasan... 14
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan.... 19
DAFTAR PUSTAKA.. 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan barakuda (Sphyraena baraccuda).. 3
Oleh :
GUSTI PERWIRA
157336025
ABSTRAK
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikomsumsi
masyarakat, mudah didapat dengan harga yang mura. Ikan mempunyai nilai protein
tinggi dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan tambahan
kesehatan bagi tubuh manusia. Nugget ikan (fishnugget) merupakan jenis makanan
yang terbuat dari ikan yang diberi bumbu dan diolah secara modern. Pembuatan
fishnugget bertujuan untuk mengolah ikan tanpa mengurangi dan dapat
memaksimalkan nilai protein ikan. Kegiatan ini berbentuk industri kecil rumah
tangga. Direncanakan penjualannya sesuai permintaan pasar perbulan. Bahan pokok
yang digunakan adalah daging ikan tanpa tulang dengan beberapa peralatan lainnya.
Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk persegi, bau yang khas, awet dan
mengandung protein yang tinggi. Pengolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa
menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.
Kata kunci : Ikan, Protein, Fishnugget.