Anda di halaman 1dari 18

1.

1 Latar Belakang

Setiap tindakan pidana kriminal terdapat dua sisi, yaitu pelaku dan korban.
Korban dapat berupa pelaku kriminal, maupun korban yang timbul akibat dari
tindak pidana yang dilakukan oleh pihak lain. Korban tindak pidana merupakan
pihak yang menderita dalam suatu peristiwa pidana. Hukum dalam hal ini menjadi
alat penyeimbang agar pelaku mendapatkan hal yang setimpal. Dalam
menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu: kepastian
hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga unsur tersebut harus ada kompromi,
harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi dalam praktek
tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara
ketiga unsur tersebut. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan pada
kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan
menimbulkan rasa tidak adil.

Melaui penulisan studi kasus ini, penulis akan mengangkat salah satu
contoh kasus hukum terkait pidana yang terjadi dalam masyarakat, yaitu kasus
penyebaran konten pornografi yang isinya adalah anak dibawah umur, selain itu
para tersangka yang terdiri dari 4 orang tersebut juga telah melakukan kekerasan
seksual terhadap anak dibawah umur yang jumlah korbanya terlah mencapai 13
orang.

Para tersangka Kasus pedofilia melalui akun Facebook Official Loly


Candy's 18+ diungkap oleh Polda Metro Jaya.Para tersangka yang berjumlah
empat orang ini, yaitu WW als SNL als MBU (27), DS alias IL INY (24), DF alias
TK alias DY (17), dan SHDW Alias SH DT (16). Diantara para kriminal terdapat
suatu hal yang tidak biasa yaitu terdapat pelaku yang masih di bawah umur.
SHDW alias SH DT masih lah berumur 16 tahun yang dalam hukum masih
dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Namun,
ketiga pelaku sudah dianggap dewasa oleh hukum dan dapat dipidana secara
penuh.
Para pelaku tergabung dalam group facebook yang bernama Loly
Candys 18+ menawarkan konten pornografi anak dibawah umur. Mereka
menerima permintaan atau order tentang konsep-konsep pornografi tertentu.
Nantinya para tersangka memerankan apa yang diminta oleh pemesan. Saat para
pelaku membuat pesanan mereka mencari korban anak-anak yang masih dibawah
umur untuk dicabuli. Pesanan berasal dari member maupun kenalan dari grup
Facebook lainnya. Selain terhubung dalam grup Official Loli Candy's 18+, para
pelaku juga terhubung dengan pedofil lainnya di berbagai belahan dunia,
khususnya di Amerika Latin dan Amerika Serikat.

salah satu tersangka, yakni DF (17) alias T-Day diketahui telah mencabuli
hingga 11 anak.Ada penambahan korban sebanyak lima anak selama kurun waktu
2015 sampai dengan 2016, .Kelima korban, yaitu N (5) di Sukabumi, R (9) di
Bogor, E (5) di Sukabumi, Z (4) di Sukabumi, dan S (6) di Depok. Pada 2011, DF
juga mengaku mencabuli enam orang anak, dua di antaranya adalah
keponakannya sendiri. Selain DF, tersangka Wawan (27) yang merupakan
pembuat grup tersebut juga mencabuli dua orang anak. Sehingga total ada 13 anak
yang sementara ini sudah teridentifikasi. Selain DF dan Wawan, tersangka
lainnya, yaitu HDW (16), DS (24) yang menjadi administrator grup Facebook
Official Loli Candy's 18+.

Berdasarkan kasus kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur serta


penyebaran konten pornografi di media sosial, penulis ingin mengetahui mengenai
letak keadilan yang sesungguhnya mengenai tindak pidana yang dilakukan para
pelaku yang terdiri dari 4 orang tersebut. Tindak pidana merupakan suatu
perbuatan melanggar atau bertentangan dengan undang-undang yang dilakukan
dengan kesalahan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu
tindak pidana tersebut ialah tindak pidana kekerasan seksusal terhadap anak
dibawah umur. Para pelaku tersebut sangat meresahkan masyarakat dengan
tindaknya yang merusak penerus bangsa.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan perincian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,


maka rumusan masalah yang akan kami angkat dalam makalah ini adalah :

1. Apakah pidana yang dapat dijatuhkan dalam kasus tindak pidana yang
dilakukan oleh 4 orang pelaku yang salah satunya merupakan anak
dibawah umur dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak serta
penyebaran konten pornografi ?
2.1 Kajian Pustaka

2.1 Pengertian pidana dan Kejahatan

Setiap manusia adalah makhluk tuhan yang tak pernah luput dari
kesalahan, kesalahan yang dilakukan dapat berupa perbuatan yang merugikan diri
sendiri maupun orang lain, hal tersebut tak jarang yang mengganggu ketentraman
zidup bermasyarakat. Seseorang yang melakukan kesalahan yang diatur dalam
perundang-undangan hukum pidana dapat diberikan sanksi berupa pidana.
Menurut Andi hamzah , pidana adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap orang
yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan yang berkekuatan
hukum tetap. Pidana adalah penderitaan yang diberikan kepada seseorang yang
telah melakukan kesalahan dan menjalani proses pembuktian sehingga hukuman
ditentukan oleh majelis hakim dalam sebuah putusan di pengadilan.

Dalam hukum, pidana adalah perbuatan pidana yang pada intinya diatur
dalam buku ke II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan dalam aturan-aturan
lain di luar KUHP, dinyatakan di dalamnya itu sebagai kejahatan yang disebut di
atas ini, karena meliputi pelanggaran-pelanggaran, yaitu perbuatan pidana yang
ada dalam KUHP. Diatur dalam buku ke III, dan di luar KUHP. Dinyatakan dalam
tiap-tiap peraturan tersebut sebagai pelanggaran.1

Menurut Ted honderich

Punishment is an authoritys infliction of penalty (something involving


deprivation or distress) on an offenderfor an offence. Artinya Pidana adalah suatu
penderitaan dari pidana yang berwenang sebagai hukuman (sesuatu yang meliputi
pencabutan dan penderitaan) yang dikenakan kepada seorang pelaku karena
sebuah pelanggaran.

Menurut M.v.T : Kejahatan (rechtdeliten) yaitu perbuatan yang meskipun


tidak ditentukan dalam undang-undang, sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan
sebagi onrecht sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.

Menurut R. Susilo Secara yuridis mengartikan kejahatan adalah sebagai


suatu perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang.
Secara sosiologis mengartikan kejahatan adalah sebagai perbuatan atau tingkah
laku yang selain merugikan penderita atau korban juga sangat merugikan
masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban.

M. A. Elliat ;Kejahatan adalah problem dalam masyarakat modern atau


tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman yang
bisa berupa hukuman penjara, hukuman mati, hukuman denda dan lain-lain.

Pengertian kejahatan menurut Van bemmelen merumuskan :

( misdaad is iedeere schadelijke tevens onzedelijke gedraging, die


zooveel onrust in een bepaalde gemeenschap verwekt, dat die gemenschap
gerechtighd is haar afkeuring en verweer daartegen te uiten in het stellen
van opzettelijk toe te brengen leed op die gedraging.)

(kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tindak asusila dan


merugikan, yang menimbulakn begitu banyak ketidaktenangan dalam

1 Tina Asmarawati. Pidana dan pemidanaandalam sistem hukum di


Indonesia, cetakan pertama , CV BUDI UTAMA, 2014 hal 69
suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk
mencelanya dan menyatakan penolakan atas kelakuan itu dalam bentuk
nestapa dengan sengajadiberikan karena ke/akuan tersebut).2

Van bemmelen melihat kejahatan dari segi kriminologi, tidak menjadi


masalah apakah perbuatan itu melanggar ketentuan pidana atau tidak.

2.2 pengertian anak

setiap negara memiliki defenisi yang tidak sama tentang anak. Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau
KHA menerapkan defenisi anak sebagai berikut : anak berarti setiap manusia di
bawah umur 18 tahun, kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak,
kedewasaan dicapai lebih awal". Sedangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan anak: "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan". Semestinya
setelah lahir Undang-Undang Perlindungan Anak yang dalam strata hukum
dikategorikan sebagai lex spesialist, semua ketentuan lainnya tentang defenisi
anak harus disesuaikan, termasuk kebijakan yang dilahirkan yang berkaitan
dengan pemenuhan hak anak.

Berkaitan dengan defenisi anak maka ada beberapa undang-undang yang


memberikan defenisi terhadap anak, sebagai berikut :3

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, misalnya, mensyaratkan usia


perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki.
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak,
mendefenisikan anak berusia 21 tahun dan belum pemah menikah.
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
mendefenisikan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal

2 Tina Asmarawati. Pidana dan pemidanaandalam sistem hukum di


Indonesia, cetakan pertama , CV BUDI UTAMA, 2014 hal 70

3 Hadi Soepon. Kriminalisasi anak tawaran gagasan radikal peradilan


anak tanpa pemidanaan,PT Gramedia Pustaka Utama, 2010
telah berusia delapan tahun, tetapi belum mencapai 18 tahun dan
belum pemah kawin.
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
menyebutkan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun
dan belum pernah kawin.
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
membolehkan usia bekerja 15 tahun.
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberlakukan Wajib Belajar 9 Tahun, yang dikonotasikan
menjadi anak berusia 7 sampai 15 tahun.
7. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung sebagaimana yang telah
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, maka yang dimaksud dengan anak
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun.

Maulana Hasan Wadong mengemukakan berbagai pengertian anak


menurut sistem, kepentingan, agama, hukum, sosial dan lain sebagainya sesuai
fungsi, makna dan tujuanya sebagai berikut :

1. Pengertian anak dari aspek agama, yaitu anak adalah titipan Allah SWT
kepada kedua orang tua, masyarakat, Bangsa dan Negara sebagai pewari s
dari aj aran agama yang kel ak akan memakmurkan dunia. Sehingga anak
tersebut diakui, diyakini dan diamankan sebagai implementasi amalan
yang diterima orang tua, masyarakat, Bangsa dan Negara.
2. Pada dasarnya yang dimaksud dengan tindak pidana anak pengertian anak
dari aspek sosiologis, yaitu anak adalah mahkluk sosial ciptaan Allah SWT
yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, bangsa dan
Negara. Dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya karena berada
pada proses pertumbuhan, proses belajar dan proses sosialisasi dari akibat
usia yang belum dewasa karena kemampuan daya nalar (akal) dan kondisi
fisiknya dalam perubahan yang berada dibawah kelompok orang dewasa.
3. Pengertian anak dari aspek ekonomi, yaitu anak adalah seseorang yang
berhak atas pemeliharaanya dan perlindungan, baik semasa dalam
kandungan dan perlindungan lingkungan hidup yang dapat membahayakan
atau menghambat pertumbuhan dan perkembanganya dengan wajar.
4. Pengertian anak dari aspek politik, yaitu anak sebagai tempat "issue
bargaining". Politik yang kondusif, kebijaksanaan politik muncul dengan
menonjolkan suara-suara yang mengaspirasikan status anak dan cita-cita
memperbaiki anak-anak dari berbagai kepentingan partai politik.

2.3 kekerasan seksual terhadap anak

Tindakan kekerasan dapat terjadi dalam situasi yang sangat khusus, misalnya
karena pelaku gelap mata sehingga melakukan tindakan yang menyebabkan
meninggalnya orang lain. Kekerasan merupakan perilaku yang tidak sah atau
perlakuan yang salah. Kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain dan menyebabkan kerusakan fisik
pada orang lain. Kekerasan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan adalah
kekerasan yang bertentangan dengan hukum. Oleh karena itu, kekerasan dapat
dikatakan sebuah kejahatan. Ada empat sifat kekerasan yang dapat diidentifikasi,
yaitu: pertama, kekerasan terbuka (overt) yaitu kekerasan yang dapat dilihat
seperti perkelahian. Kedua, kekerasan tertutup (covert) yaitu kekerasan
tersembunyi atau tidak dilakukan langsung seperti perilaku mengancam. Ketiga,
kekerasan agresif yaitu kekerasan yang tidak untuk perlindungan tetapi untuk
mendapatkan sesuatu. Keempat, kekerasan defensif yaitu kekerasan yang
dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri.

Jika berbicara tentang kekerasan, selalu ada subjek yang melakukan


kekerasan dan ada objek yang menerima kekerasan. Jadi, kekerasan adalah akibat
dari sebuah hubungan/ relasi. Dari sini kekerasan dapat didefinisikan secara luas
dan netral: kekerasan adalah sebuah aktivitas yang sadar atau tidak sadar, yang
memasukan sebuah objek dalam struktur subjek. subjek di sini memiliki
banyak pengertian. Subjek dapat dipahami sebagai individu atau organisasi, legal
ataupun ilegal. Semua yang memungkinkan terjadinya luka, dukacita,sakit atau
bahkan kematian merupakan kelajutan definisi ini. Pebunuhan adalah wujud yang
extrem dari definisi ini. Dari prespektif ini,tidak ada perbedaan kualitatif antara
pembunuhan dan struktur-struktur (politik, ekonomi, budaya) yang
melenyapkan atau melegitimasikan atau mendiamkan pembunuhan ini.
Identifikasi antara kekerasan dan kejahatan tergantung dari kerangka moral yang
menginterprestasikan kekerasan. Dalam wide definition, penolakan kejahatan
dapat diinterprestasikan sebagai kekerasan.4

Kekerasan terhadap anak diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014


tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Dalam pasal 76I dijelasakan bahwa setiap orang dilarang
menempatkan membiarkan, melakukan, menyeluruh melakukan, atau turut serta
melakukan sksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual terhadap anak.

Menurut Baker, kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang


berulang - ulang secara fisik maupun emosi terhadap anak yang ketergantungan,
melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan
cemoohan permanen atau kekerasan seksual, biasanya dilakukan para orang tua
atau pihak lain yang seharusnya merawat anak.

Berdasarkan uraian tersebut, kekerasan terhadap anak merupakan perilaku


yang dengan sengaja menyakiti secara fisik dan atau psikis dengan tujuan untuk
merusak, melukai, dan merugikan anak.

2.4. Kriminologi, Viktimologi dan Hubunganya

2.4.1Pengertian Kriminologi

Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau mencari sebab


musabab kejahatan, sebab-sebab terjadi kejahatan, akibat-akibat yang ditimbulkan
untuk menjawab mengapa seseorang melakukan kejahatan. Sutherland
merumuskan ilmu yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial.
Menurut Sutherland kriminologi mencakup,5
4 Lucien vanliers, Memutus Rantai Kekerasan, PT BPK Gunung Mulia,
2010

5 Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, cetakan VI, PT. Pembangunan, jakarta,,1982


Hlm 9
a. Proses-proses pembuatan hukum
b. Pelanggaran hukum
c. Dan reaksi atas pelanggaran hukum

Berbeda halnya dengan Paul Mudigdo dan Mulyono, menurutnya definisi itu
seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa pelaku kejahatan itu pun
mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya kejahatan
bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan tetapi adanya
dorongan dari si pelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang ditentang oleh
masyarakat tersebut. Dalam perkembangan kriminologi secara global dikenal dua
prespektif yaitu Aliran Klasik dan Aliran Positif . Aliran klasik dipengaruhi oleh
ajaran agama, hedonism (keinginan), rasionalisme dan lain-lain.

Menurut pandangan aliran klasik ini yang dipelopori oleh Becaria mengatakan
bahwa :

Intelegensi dan rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia, dan


menjadi dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik yang bersifat perorangan
maupun kelompok.Orang melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan
kesenangaan dan kesusahan, artinya pelaku memiliki kehendak bebas (free will)

Kejahatan menurut aliran ini diartikan sebagai setiap pelanggaran terhadap


perbuatan yang dilarang Undang-Undang pidana dan penjahat adalah setiap orang
yang melakukan kejahatan. Kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan bebas dari
individu dalam menilai untung ruginya melakukan kejahatan. Meskipun demikian
setiap manusia yang melakukan pelanggaran hukum pidana harus menerima
hukuman yang sama. Sedangkan menurut aliran positif bertolak dari pandangan
perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluar kontrolnya, yang dapat
berupa, faktor fisik maupun faktor budaya.

2.4.2 Pengertian Viktimologi

Viktimologi, berasal dari bahasa latin victima yang berarti korban dan logos yang
berarti ilmu. Secara terminologis, viktimologi berarti suatu studi yang
mempelajari tentang korban, penyebab timbulnya korban dan akibat-akibat
penimbulan korban yang merupakan masalah manusia sebagai suatu kenyataan
sosial.6

Korban dalam lingkup viktimologi memiliki arti yang luas karena tidak
hanya terbatas pada individu yang secara nyata menderita kerugian, tetapi juga
kelompok, korporasi, swasta maupun pemerintah, sedangkan yang dimaksud
dengan akibat penimbulan korban adalah sikap atau tindakan korban dan atau
pihak pelaku serta mereka yang secara langsung atau tidak terlibat dalam
terjadinya suatu kejahatan. Viktimologi mencoba memberikan pemahaman,
mencerahkan permasalahan kejahatan dengan mempelajari korban kejahatan
proses viktimisasi dan akibat-akibatnya dalam rangka menciptakan kebijaksaan
dan tindakan pencegahan dan menekan kejahatan secara lebih bertanggungjawab.

2.4.3 Hubungan Viktimologi dan Kriminologi

Jika ditelaah lebih dalam, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa


viktimologi merupakan bagian yang hilang dari kriminologi atau dengan kata lain,
viktimologi akan membahas bagian-bagian yang tidak tercakup dalam kajian
kriminologi. Banyak dikatakan bahwa viktimologi Akan tetapi, mengenai
pentingnya dibentuk ilmu vintimologi secara terpisah dari ilmu kriminologi
mengundang beberapa pendapat yaitu sebagai berikut:

a. Mereka yang berpendapat bahwa viktimologi tidak terpisahkan dari


kriminologi, diantaranya adalah von Hentig, H. Manheim dan Paul
Cornil. Mereka mengatakan bahwa kriminologi merupakan ilmu
pengetahuan yang menganalisis tentang kejahatan dengan segala
aspeknya, termasuk korban. Dengan demian, melalui penelitiannya,
kriminologi akan dapat membantu menjelaskan peran korban dalam
kejahatan dan berbagai persoalan yang melingkupinya.
b. Mereka yang menginginkan viktimologi terpisah dari kriminologi
diantaranya adalah Mendelsohn. Ia mengatakan bahwa viktimologi

6 Dikdik M.Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan
antaraNorma dan Realita, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hlm 34
merupakan suatu cabang ilmu yang mempunya teori dalam kriminologi,
tetapi dalam membahas persoalan korban, viktimologi juga tidak dapat
hanya terfokus pada korban itu sendiri.

2.5 Faktor- faktor terjadinya pedofilia

Pedofilia sudah menjadi pemberitaan yang hangat diperbincangkan oleh


hampir semua kalangan masyarakat. Perilaku yang condong menyukai anak kecil
ini dianggap sebagai perilaku yang menyimpang. Dalam ilmu psikologi atau ilmu
kejiwaan seseorang perilaku pedofilia ini dianggap sebagai salah satu bentuk
penyimpangan individual, adapun yang termasuk dalam tindak penyimpangaan
individual, antara lain sebagai berikut:7

1. Penyalahgunaan narkoba, merupakan bentuk penyelewengan terhadap


nilai, moral sosial dan agama.
2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna. Apabila seseorang dalam
kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak sempurna, pada
perilakunya akan muncul penyimpangan. Contohnya: seseorang menjadi
pencuri karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak melakukan
ketidak jujuran, pelaggaran, pencurian dan sebagainya.
3. Pelacuran. Pelacuran lebih disebabkan belum matangnya jiwa seseorang
atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang.
4. Penyimpangan seksual, yaitu perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan
seseorang. Beberapa jenis penyimpangan seksual, antara lain:
a. Lesbianisme dan homoseksual;
b. Sodomi
c. Transvestitisme;
d. Sadisme;
e. Pedofilia;
f. Perzinaan;
g. Kumpul kebo.
h. Tindak kejahatan/kriminal, yaitu trindakan yang bertentangan dengan
norma hukum, sosial dan agama. Gaya hidup.

7 Hendra Akhdhiat dan Rosleny Marliani, Psikologi Hukum, CV Pustaka Setia, Bandung,
2011,hlm214
Penyimpangan dalam bgentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum
atau biasanya. Penyimpangan ini, anatara lain:

a. Sikap arogansi, kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya, seperti


kepandaian, kekuasaan, kekayaan dan sebagainya;
b. Sikap eksentrik, perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga
dianggap aneh, misalnya laki-laki memakai anting, rambut gondrong dan
sebagainya.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kasus Posisi

Pembunuhan adalah kasus yang setiap tahunnya terus meningkat,


begitupun dengan kasus pelecehan seksual terhadap anak. Banyak kasus
pelecehan yang lampau baru saja terungkap. Hal ini menunjukkan bahwah
pelecehan seksual terhadap anak dapat terjadi di mana saja contohnya di sekolah,
tempat bermain, bahkan di rumah sendiri. Dari kasus tersebut sebagai orang tua di
tuntut lebih waspada dan lebih memperhatikan anak anaknya akan adanya
bahaya tersebut.

Seorang pelaku pelecehan seksual sering di anggap sebagai seorang


pedoifil. Pedofil atau sering disebut pedofilia merupakan tindak pidana berupa
penyimpangan seksual yang dilakukan ditandai dengan suatu kepentingan seksual
primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih
muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih
muda dalam kasus pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan
sebagai pedofilia.kepada anak dibawah umur. Didalam diagnosa medis, pedofilia
didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang
telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua). istilah perbuatan cabul
dijelaskan sebagai perbuatan yang melanggar rasa kesusilaan, atau perbuatan lain
yang keji, dan semuanya dalam lingkungan nafsu berahi kelamin. Misalnya, cium-
ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada, dan sebagainya;
termasuk pula persetubuhan namun di undang-undang disebutkan sendiri.

Dari masalah ini penulis mengambil suatu kasus pelecehan seksual disertai
dengan penyebaran konten pornografi tentang anak. Para tersangka Kasus
pedofilia melalui akun Facebook Official Loly Candy's 18+ diungkap oleh Polda
Metro Jaya.Para tersangka yang berjumlah empat orang ini, yaitu WW als SNL als
MBU (27), DS alias IL INY (24), DF alias TK alias DY (17), dan SHDW Alias
SH DT (16). Diantara para kriminal terdapat suatu hal yang tidak biasa yaitu
terdapat pelaku yang masih di bawah umur. SHDW alias SH DT masih lah
berumur 16 tahun yang dalam hukum masih dilindungi oleh Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Namun, ketiga pelaku sudah dianggap dewasa
oleh hukum dan dapat dipidana secara penuh.

Para pelaku tergabung dalam group facebook yang bernama Loly Candys 18+
menawarkan konten pornografi anak dibawah umur. Mereka menerima
permintaan atau order tentang konsep-konsep pornografi tertentu. Nantinya para
tersangka memerankan apa yang diminta oleh pemesan. Saat para pelaku
membuat pesanan mereka mencari korban anak-anak yang masih dibawah umur
untuk dicabuli. Pesanan berasal dari member maupun kenalan dari grup Facebook
lainnya. Selain terhubung dalam grup Official Loli Candy's 18+, para pelaku juga
terhubung dengan pedofil lainnya di berbagai belahan dunia, khususnya di
Amerika Latin dan Amerika Serikat.

grup tersebut adalah komunitas pedofil yang saling berbagi konten


pelecehan dan pencabulan terhadap anak-anak. Polisi telah mengamankan empat
orang administrator grup itu. Member harus mengirimkan gambar-gambar yang
dia buat (saat) melakukan kejahatan seksual dengan anak kecil kepada member
yang lainnya. Kemudian posting video atau gambar porno yang anaknya belum
pernah di-upload, jadi ada korban baru
salah satu tersangka, yakni DF (17) alias T-Day diketahui telah mencabuli
hingga 11 anak.Ada penambahan korban sebanyak lima anak selama kurun waktu
2015 sampai dengan 2016, .Kelima korban, yaitu N (5) di Sukabumi, R (9) di
Bogor, E (5) di Sukabumi, Z (4) di Sukabumi, dan S (6) di Depok. Pada 2011, DF
juga mengaku mencabuli enam orang anak, dua di antaranya adalah
keponakannya sendiri. Selain DF, tersangka Wawan (27) yang merupakan
pembuat grup tersebut juga mencabuli dua orang anak. Sehingga total ada 13 anak
yang sementara ini sudah teridentifikasi. Selain DF dan Wawan, tersangka
lainnya, yaitu HDW (16), DS (24) yang menjadi administrator grup Facebook
Official Loli Candy's 18+.

Dikutip Kompas.com, (17/3), Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal


Mochamad Iriawan mengatakan bahwa grup ini diduga menjadi sarang pedofil.
Mereka saling berbagi konten pelecehan dan pencabulan terhadap anak-anak.
Tedapat setidaknya 7 hal yang perlu diperhatikan dalam kasus ini yaitu

1. Jaringan yang sudah menduinia

Jaringan paedofil Official Loli Candys Group ternyata cukup populer.


Terbukti dengan jumlah anggota yang mencapai 7.479 orang dan beroperasi lintas
negara. Polisi telah mengamankan empat admin tersangka grup ini yaitu W (27),
DF (17), DS (24), dan SH (16) asal Malang Jawa Timur. Grup Facebook ini dibuat
pada bulan September 2016. Salah satu dugaan karena admin pernah mendapat
pesanan dari orang lain di luar negeri seperti Amerika Serikat.

2. Sesama member diwajibkan untuk mengirimkan gambar tentang


kejahatan seksual terhadap anak

Official Candy's Groups mengharuskan kepada anggotanya untuk


mengirimkan gambar yang mereka buat ketika melakukan kejahatan seksual
dengan anak. Parahnya, korban yang berada dalam gambar tersebut harus selalu
berganti

3. Pengunggah foto mendapatkan fee


Setiap ada anggota yang mengirimkan foto kejahatan seksual tersebut dan
ada yang mengklik fotonya, maka dia akan diberi upah Rp 15.000 oleh admin.
Sejumlah foto yang terdapat dalam grup ini antara lain adalah bagian tubuh anak
dan foto anak sedang dicabuli. Jadi dapat disimpulkan bisnis ini bagi para pelaku
pedofilia sangat menguntungkan.

4. Admin grup ini sudah pernah melakukan pencabulan sebelumnya.

Ketika akan bergabung terdapat seleksi awal yaitu bagi mereka yang ingin
bergabung haruslah pernah melakukan pencabulan terhadap anak dibawah umur
sebelumnya. Hal ini untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar salah satu
pedofil

5. Temuan 500 film dan 100 foto

Polisidalam melakukan penyelidikan tentang group ini telah menemukan bukti


permulaan yang cukup .Tidak tanggung-tanggung, polisi menemukan ada sekitar
500 film dan 100 foto bermuatan pornografi anak dalam grup Facebook itu. Polda
Metro Jaya kini masih berusaha mengidentifikasi anak-anak dalam video dan foto
tersebut.

6. Pendapatan admin grup ini diperkirakan bisa mencapai lebih Rp1,4


miliar.
Bukan hanya sebagai ajang pemuas nafsu. Komunitas ini ternyata menjadi
semacam ladang bisnis. Tak tanggung-tanggung, pendapatan admin grup tersebut
hingga saat ini ditaksir mencapai Rp 1,4 miliar.

7. Member banyak memiliki pacar dibawah umur

Sejumlah perbincangan pada grup Official Candy's Groups beredar di


media sosial tersebut cukup miris, ada beberapa yang berbincang mengenai
bagaimana caranya agar bisa memiliki pacar seorang anak sekolah dasar. beberapa
pengguna terkesan bangga memiliki pacar anak di bawah umur. Salah satunya
memperlihatkan seorang pengguna bertanya, 'bagaimana caranya agar bisa
memiliki pacar seorang anak sekolah dasar'. Dari unggahan itu, sejumlah anggota
grup memberikan komentar, "culik saja, baru pacarin", "...sering kasih cokelat".
Beberapa pengguna terkesan bangga memiliki pacar anak di bawah umur. "Pacar
ane kelas 3 SD, ane umur 20." Ada juga yang menulis, selama empat tahun
terakhir telah memiliki "sembilan pacar anak-anak perempuan".

Anda mungkin juga menyukai