Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

Hernia Inguinalis Medialis Sinistra Reponibilis

Disusun oleh :
Fina Otta Apelia
112015274

Pembimbing :
dr. Michael, Sp.B

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


RSUD Tarakan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
2016

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian / Presentasi Kasus: Kamis, 3 November 2016
RUMAH SAKIT : RSUD Tarakan Jakarta

Nama : Fina Otta Apelia


Tanda Tangan
Nim : 112015274

Dr. Pembimbing/Penguji: dr. Michael, Sp.B

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir (umur) : Jakarta, 8 April 1961 (55 Tahun)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Lautze A-II No. 25 RT 002 Jakarta Pusat
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Menikah
No.RM : 01200248

2
ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis Tanggal: 19 Oktober 2016 Jam: 14.00 WIB

Keluhan Utama

Adanya benjolan pada lipatan paha kiri sejak 6 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki-laki berusia 55 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan adanya benjolan di
lipat paha kiri sejak enam bulan yang lalu. Benjolan timbul pada saat pasien berdiri, batuk, dan
mengedan dan menghilang pada saat pasien tiduran .Benjolan tidak terasa nyeri, teraba lunak dan
dan dapat masuk saat didorong dengan jari atau pada saat posisi terlentang. Pasien mengatakan
BAB pasien lancar dan pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu

(-) Wasir/hemorroid (-) Appendicitis (-) Penyakit Jantung


(-) Batu ginjal/saluran kemih (-) Tumor (-) Perdarahan Otak
(-) Burut (Hernia) (-) Penyakit prostat (-) Gastritis
(-) Batuk Rejan (-) Diare Kronis (+) Hipertensi ( 5 tahun
lalu)
(-) Tifoid (-) Diabetes Mellitus (-) Penyakit Pembuluh
(-) Batu Empedu (-) Penyakit Kongenital (-) ISK
(-) Tifus Abdominalis (-) Colitis (-) Volvulus
(-) Ulkus Ventrikuli (-) Tetanus
(-) Tuberkulosis (-) Hepatitis (-) Fraktur
(-) Invaginasi (-) Fistel (-) Penyakit degeneratif
(-) Struma, tiroid (-) Luka Bakar (-)Batu Empedu

Riwayat Keluarga

3
Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Penyebab
(Tahun) Kesehatan Meninggal
Kakek - Laki-laki - -
Nenek - Perempuan - -
Ayah - Laki-laki - -
Ibu - Perempuan - -
Saudara - Laki laki - -
Anak - - - -

ANAMNESIS SISTEM

Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat Malam
(-) Kuku (-) Kuning/Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit Kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada Sinus
Mata
(-) Nyeri (-) Radang
(-) Sekret (-) Gangguan Penglihatan
(-) Kuning/Ikterus (-) Ketajaman Penglihatan menurun
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan Pendengaran
(-) Sekret (-) Kehilangan Pendengaran
(-) Tinitus

Hidung
(-) Trauma (-) Gejala Penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan Penciuman
(-) Sekret (-) Pilek

4
(-) Epistaksis
Mulut
(-) Bibir kering (-) Lidah kotor
(-) Gangguan pengecapan (-) Gusi berdarah
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri Tenggorokan (-) Perubahan Suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri Leher
Dada ( Jantung / Paru paru )
(-) Nyeri dada (-) Sesak Napas
(-) Berdebar (-) Batuk Darah
(-) Ortopnoe (-) Batuk
Abdomen ( Lambung Usus )
(-) Rasa Kembung (-) Wasir
(-) Mual (-) Mencret
(-) Muntah (-) Tinja Darah
(-) Muntah Darah (-) Tinja Berwarna Dempul
(-) Sukar Menelan (-) Tinja Berwarna Ter
(-) Nyeri Perut (-) Benjolan
(-) Perut Membesar

Saluran Kemih / Alat Kelamin


(-) Disuria (-) Kencing Nanah
(-) Stranguri (-) Kolik
(-) Poliuria (-) Oliguria
(-) Polakisuria (-) Anuria
(-) Hematuria (-) Retensi Urin
(-) Kencing Batu (-) Kencing Menetes
(-) Ngompol (-) Penyakit Prostat
Saraf dan Otot

5
(-) Anestesi (-) Sukar Mengingat
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot Lemah (-) Hipo / Hiper-esthesi
(-) Kejang (-) Pingsan
(-) Afasia (-) Pusing (Vertigo)

Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis
Berat Badan :
Berat badan rata rata (kg) : 63 kg
Berat tertinggi kapan (kg) : 65 kg
Berat badan sekarang : 61 kg

RIWAYAT HIDUP

Riwayat Kelahiran
Tempat Lahir : (-) Di rumah (-) Rumah Bersalin (+) R.S Bersalin
Ditolong oleh : (-) Dokter (+) Bidan (-) Dukun (-) Lain - lain

Riwayat Imunisasi
Tidak ingat.

Riwayat Makanan
Frekuensi / Hari : 3 kali/hari.
Jumlah / kali : Cukup.
Variasi / hari : Bervariasi

Pendidikan

(-) SD (-) SLTP (+) SLTA (-) Sekolah Kejuruan


(-) Akademi (-) Universitas (-) Kursus (-) Tidak sekolah

6
Kesulitan
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada
Keluarga : tidak ada

PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 61 kg
IMT : 22,59kg/m2
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 36.7 0C
Pernafasaan : 20 kali/menit, reguler, abdominotorakal
Keadaan gizi : Baik
Sianosis : Tidak ada
Udema umum : Tidak ada
Habitus : Atletikus
Cara berjalan : Normal, simetris
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif, dapat berjalan tanpa bantuan
Umur menurut taksiran pemeriksa : Sesuai umur

Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku : Tenang
Alam Perasaan : Biasa
Proses Pikir : Wajar

Kulit
Warna : Sawo matang

7
Effloresensi : Tidak ada
Jaringan Parut : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal, merata
Lembab/Kering : Lembab
Suhu Raba : Sama dengan pemeriksa
Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran
Keringat : Umum (+)
Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada
Lapisan Lemak : Distribusi merata
Edema : Tidak ada
Lain-lain : (-)

Kepala
Ekspresi wajah : Tenang
Simetri muka : Simetris, tidak ada edema
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok
Pembuluh darah temporal : tidak terlihat

Mata
Exophthalamus : Tidak ada
Enopthalamus : Tidak ada
Kelopak : Tidak ptosis, tidak edema, tidak hiperemis
Lensa : Jernih
Konjungtiva : Tidak anemis (CA -/-)
Visus : Normal
Sklera : Tidak ikterik (SI -/-)
Gerakan Mata : Normal (ke segala arah), tidak ada jerky, tidak ada nistagmus
Lapangan penglihatan : Normal
Tekanan bola mata : Normal per palpasi
Deviatio Konjugate : Tidak ada

8
Nistagmus : Tidak ada

Telinga
Tuli : Tidak ada
Selaput pendengaran : Tidak ada tanda radang/hiperemis, tidak ada bulging, refleks
cahaya positif
Lubang : Lapang di kedua liang telinga
Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : ada
Perdarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada

Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering, simetris
Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis
Langit-langit : Tidak ada kelainan
Bau pernapasan : Tidak ada
Gigi geligi : Utuh, tidak ada karies dentis
Trismus : Tidak ada
Faring : Tidak hiperemis
Selaput lendir : Normal
Lidah : Normal
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : Normal (5-2 cmH2O )
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : Tidak teraba membesar
Deviasi trachea : Tidak ada

Dada
Bentuk : Simetris kanan dan kiri, sela iga tidak mencekung atau mencembung
Pembuluh darah : Teraba pulsasi
Buah dada : Normal, simetris

9
Paru Paru
Depan Belakang
Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan dinamis,
Kiri
dinamis, tidak ada lesi tidak ada lesi
Inspeksi
Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan dinamis,
Kanan
dinamis, tidak ada lesi tidak ada lesi
Benjolan (-), nyeri tekan (-), Benjolan (-), nyeri tekan(-),
Kiri
Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Palpasi
Benjolan (-), nyeri tekan (-), Benjolan (-), nyeri tekan (-),
Kanan
Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Kiri Sonor Sonor
Perkusi
Kanan Sonor Sonor
Kiri Vesikuler, Rh (-), Wh (-) Vesikuler, Rh (-), Wh (-)
Auskultasi
Kanan Vesikuler, Rh (-), Wh (-) Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga 4 garis mid-clavicularis kiri
Perkusi :
Batas atas : Sela iga 2 garis parasternalis kiri
Batas kanan : Sela iga 4 garis sternalis kanan
Batas kiri : Sela iga 5, dua jari lateral dari garis mid-clavicularis kiri
Auskultasi : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Pembuluh Darah
Arteri Karotis : Teraba pulsasi
Arteri Brakhialis : Teraba pulsasi
Arteri Radialis : Teraba pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : Teraba pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis : Teraba pulsasi

Abdomen

10
Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak terlihat lesi kulit ataupun luka bekas operasi
Palpasi
Dinding perut : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), benjolan (-), defense
muscular (-)
Hati : Tidak teraba pembesaran hati
Limpa : Tidak teraba pembesaran limpa
Ginjal : Ballotement (-), nyeri ketok CVA (-)
Lain-lain : -
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi: Bising usus (+), normoperistaltik

Alat Kelamin : skrotum tidak membesar dan tidak ada benjolan

Anggota Gerak
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan : Aktif Aktif
Kekuatan : 5 5
Lain-lain : CRT < 2s CRT < 2s

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : Tidak ada Tidak ada
Varises : Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus : Normotonus Normotonus
Massa : Eutrofi Eutrofi
Sendi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan : Aktif Aktif

11
Kekuatan : 5 5
Edema : Tidak ada Tidak ada
Lain-lain : Akral hangat Akral hangat

STATUS LOKALIS REGIO INGUINAL SINISTRA

Inspeksi : tampak benjolan di regio inguinalis sinistra, tidak hiperemis, dapat masuk kembali
dengan perubahan posisi
Palpasi :Teraba benjolan di inguinal sinistra, lunak, mobile, berbatas tegas, tidak ada nyeri
tekan. Tes taktil : benjolan di rasakan di ujung jari

LABORATORIUM & PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Laboratorium 16 Oktober 2016 / 14.05

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Haemoglobin 11,8 g/dL 13,0-18,0 g/dL
Leukosit 5404/mm3 4000-10000/mm3
Hematokrit 34,8 % 40-50 %
Trombosit 155600/mm3 150000-450000/mm3
Eritrosit 3,86 juta/uL 4,5-5,5 juta/uL
HEMOSTASIS
Masa Pendarahan/BT 2 menit <5 menit
Masa Pembekuan/CT 12 menit <15 menit
PT 13,8 12-19
INR 0,95
PT Control 14,2 12,3-18,9
APTT 45,8 27-43
APTT Control 31,3 27-43
Gula Darah
Glukosa darah sewaktu 82 mg/dl <140
FUNGSI GINJAL

12
Ureum 56 mg/dL 15-50 mg/dL
Kreatinin 1,64 mg/dL 0.6-1.3 mg/dL

Ringkasan ( Resume )

Anamnesis :

Pasien merasa ada benjolan pada lipat paha sebelah kiri sejak 6 bulan SMRS. Benjolan
dirasakan pada saat pasien berdiri, batuk, dan mengedan dan menghilang pada saat pasien
tiduran .Benjolan tidak terasa nyeri, teraba lunak dan dan dapat masuk saat didorong dengan jari
atau pada saat posisi terlentang. Pasien mengatakan BAB pasien lancar dan pasien tidak
mengeluhkan adanya gangguan BAK.
Pemeriksaan Fisik

Pada pemerikssaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 80 x
menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,7 C. Pada pemeriksaan didapatkan tampak benjolan
di region inguinal sinistra, dapat masuk kembali dengan perubahan posisi. Pada palpasi teraba
benjolan di inguinal sinistra, lunak, mobile, berbatas tegas, tidak nyeri tekan. Pada tes taktil
benjolan dirasakan di ujung jari

Diagnosis Kerja pre Operasi

Hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel

Tindakan
Post op Herniorapphy ( herniotomi + tension free hernioplasty ) tanggal 17 Oktober
2016

Laporan Operasi
- Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi spinal.
- A dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya
- Insisi 2 jari medial SIAS TP menembus kutis , subkutis
- Apmeurosis m oblikus eksternus disayat
- Cm dibebaskan dari jaringan dibawahnya hingga tampak conjoint tendon
- Cm di bebaskan dari jaringan dibawahnya hingga tampak ligamentum inguinale
- Funikulus spermatikus dibebaskan dari inguinal flav bentuk normal tidak membesar
- Tampak buldging dari segitiga hesselbach
- Menjahit tepi kantong hernia

13
- Pasang mesh di inguinal flor dengan menjahit sisi inferior ke TP, lateral ke
ligamentum inguinale, medial ke conjoint tendon, superior mengelilingi funikulus
spermatikus pada annulus inguinalis internus.

Diagnosis post operasi :


Hernia inguinalis medialis sinistra reponibilis

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka

Anatomi Regio Inguinalis

1. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus (MOE)


Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa ke-8 bagian
lateral berjalan kearah medio caudal. Fascia superfiacialis dan fascia profundus dari otot ini menjadi
satu setelah mencapai dinding depan abdomen dan membentuk suatu Aponeurosis MOE, dibagian
medial dekat tuberkulum pubicum, Aponeurosis ini pecah menjadi 2 bagian, yaitu: crus superior dan
crus inferior.

2. Muskulus Obliqus Abdomis Internus (MOI)


Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan lateral
ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral muskulus Rectus
Abdominis.

3. Ligamantum Inguinale (Poupart)

14
Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.Terletak
mulai dari Sias sampai ke ramus superior tulang pubis.

4. Ligamentum lakunare (Gimbernat)


Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon
obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari
45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.Ligamentum ini membentuk pinggir
medial kanalis femoralis.

5. Fasia transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.
6. Kanalis inguinalis

Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus
inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinalis superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis
terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus, annulus inguinalis interna
terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis inguinalis
pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat
pertumbuhan.1

Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis,
terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis
pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen
rotundum rotundum uteri pada wanita.1

Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbachs triangle)


pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica.
Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri
epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior
adalah ligamen inguinalis.1

15
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan inferior.
Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang diperkuat
pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis. Seluruh panjang dinding
posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat cojoint tendon di
1/3 medial. Cojoint tendon adalah gabungan tendon insersi m. obliquus internus abdominis dan
m. transversus abdominis yang melekat pada crista pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding
inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinalis, sedangkan atapnya dibentuk
oleh m. obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis.1

16
Gambar 1. Anatomi regio inguinalis

17
Definisi hernia

Hernia didefinisikan sebagai penonjolan abnormal suatu organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) pada dinding sekitarnya.
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis.1,2

3 komponen yang selalu ada pada hernia adalah:


1. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis)

2. Isi hernia (usus,omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).

3. leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)

Gambar 2. Komponen hernia

Ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia
inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan hernia skrotalis.

18
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Yang
masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak
atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau
kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak
pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut),
peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan
akibat sembelit, dll).
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis ( indirek ) adalah hernia melalui annulus
( cincin ) inguinalis interna yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menelusuri
kanalis inguinalis dan keluar di annulus eksternal di atas krista pubis dengan diselubungi kantong
korda. Kanalis inguinalis normal pada fetus karena bulan ke 8 kehamilan terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
biasanya prosesus ini mengalami obliterasi. Bila prosesus terbuka terus akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang dewasa kanal telah menutup namun karena merupakan
lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang meningkatkan tekanan intraabdominal kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Jika isi dan
kantong hernia lateralis turun hingga skrotum disebut hernia skrotalis.1,2
Hernia inguinalis medialis ( direk ) adalah hernia melalui dinding inguinal posteromedial
dari vasa epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga hasselbach. Hernia jenis ini selalu
didapat ketika dewasa. Faktor yang berperan adalah peningkatan tekanan intraabdominal dan
kelemahan relative dinding inguinal posterior.

Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal
masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus,

19
dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area
umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum
secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis
skrotum.1,2

Gambar 3. Hernia berdasarkan lokasi

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia yang
didapat atau aquisita:
1. Hernia bawaan (congenital) : Timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-anak, umumnya
didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang disebabkan karena tidak menutupnya prosesus
vaginalis setelah proses penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.

2. Hernia didapat (acquired) : Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia. Hal ini disebabkan
adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya pada
batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH), konstipasi kronis, asites dan sebagainya. Insiden

20
ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-otot dinding perut yang sudah
lemah, manifestasi klinis umumnya adalah hernia inguinalis medialis.1,2

Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan
bagian yang mungkin nekrosis.1,2

DIAGNOSA

1. Anamnesa hernia inguinale:

Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan keluhan-keluhan,


antara lain
Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya Benjolan
dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau labium mayor pada wanita.

Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di pelipatan paha biasanya
diketahui oleh orang tuanya.

Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra abdominal, misalnya
mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat beban berat. Benjolan akan menghilang

21
atau mengecil ketika penderita berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak
menghilang ketika berbaring (irreponibilis)

Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen
usus halus masuk kedalam kantong hernia

Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena illeus
(dengan gambaran obstruksi usus atau strangulasi akibat adanya gangguan vaskularisasi)

Faktor-faktor predisposisi, antara lain:

Pekerjaan (mengangkat-angkat beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli bangunan, dll)

Penyakit ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis, ascites, atau
susah BAB)

Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen semakin lemah.3

PEMERIKSAAN FISIK

INSPEKSI
Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri. Apabila tidak
didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk melakukan manuver valsava.

Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)

Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tanda radang (-).

PALPASI
Teraba massa , fluktuasi, batas tegas
Pada anak anak teraba silk sign procesus vaginalis persisten
Untuk membedakan HIL dan HIM perlu tes khusus:

Tes visible : hernia tereposisi , penderita diminta untuk mengedan.


HIL : benjolan keluar dari kraniolateral ke kaudamedial berbentuk lonjong

22
HIM : benjolan keluar langsung pada daerah medial berbentuk bulat
Hernia femoralis : benjolan keluar dibawah ligamentum inguinalis pada fossa
ovalis

Tes Oklusi : ibu jari menutup angulus inguinalis, pasien diminta untuk mengedan.
HIL : benjolan tidak keluar
HIM : benjolan keluar

Tes Taktil : jari telunjuk masuk menyusuri kanalis inguinalis dan pasien diminta untuk
mengedan.
HIL : Dirasakan di ujung jari
HIM :Dirasakan disamping /sisi jari

Tes zieman : Jari II di annulus internus, jari III di annulus eksternus, Jari IV di fossa ovalis ( I cm
diatas ligamentum inguinal )
HIL : dorongan pada jari II
HIM : dorongan pada jari III

Auskultasi : Peningkatan peristaltic oleh karena ileus obstruksi pada hernia inkarserata.2,3

Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerahsekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana
hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit. Perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750.000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di Amerika
Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 hernia umbilicalis, 97.000
hernia post insisi dan 76.000untuk hernia abdomen lainya. Hernia femoralis kejadiannya kurang
dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan
inkarserasi atau strangulasi.Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang
pernah menjalani operasi hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita

23
adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalangan
pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita. 1

ETIOLOGI
Penyebab hernia inguinalis adalah : 1,2
a. Kelemahan otot dinding abdomen.

1. Kelemahan jaringan

2. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

3. Trauma

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

1. Obesitas

2. Mengangkat benda berat

3. Mengejan karena Konstipasi

4. Kehamilan

5. Batuk kronik
6. Hipertropi prostate

Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami peningkatan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, mengedan pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut. Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau
karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang
berkurang kekuatannya.Dalamkeadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebihvertikal.Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan

24
lebih transversal dananulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam kanalisinguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerahtersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen.

Gambar 4. Patofisiologi hernia

Diagnosa banding

1. Hidrokel testis

25
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis. Pada hidrokel testis , kantong hidrokel seolah olah mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari. Pasien mengeluh adanya benjolan dikantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan
pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transluminasi.Tindakan untuk mengatasi
cairan hidrokel adalah aspirasi dan operasi.4

2. Varikokel

Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pampiniformis akibat gangguan
aliran darah balik vena spermatika interna. Penyebab varikokel masih belum diketahui secara
pasti namun varikokel sebelah kiri sering dijumpai daripada sebelah kanan, hal ini disebabkan
karena vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus
sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Pasien dating mengeluh
adanya benjolan diatas testis yang terasa nyeri. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri
dengan memperhatikan keadaan skrotum kemudian dilakukan palpasi. Jika diperlukam pasien
diminta untuk melakukan maneuver valsava atau mengedan . Jika terdapat varikokel pada
inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing cacing didalam kantung yang
berada di sebelah kranial testis.4

Penatalaksanaan

NON OPERATIF
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi . Metode reposisi bimanual
adalah tangan kiri memegang isi hernia sambil membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kea rah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap hingga terjadi
reposisi.

OPERATIF
Herniorafi adalah operasi hernia yang terdiri dari operasi herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi kantong hernia
ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia. Sedangkan hernioplasti

26
adalah tindakan memperkuat daerah defek, misalnya pada hernia inguinalis, tindakannya
memperkuat cincin inguinalis internal dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
Operasi herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama Eduardo
Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah penjahitan konjoin
tendon dengan ligamentum inguinalis. Kemudian metoda Bassini tersebut dikembangkan dengan
berbagai variasinya.5

Gambar 5. Hernioraphy Metode Bassini

Gambar 5. Hernioraphy Metode Bassini


Shouldice pada tahun 1953 memperkenalkan multilayered repair dan metoda ini dianggap
sebagai operasi pure tissue yang paling sukses dengan angka rekurensi < 1%, berdasarkan
laporan dari Shouldice Hospital di Toronto. Tindakan pure tissue repair terutama pada metoda
Bassini menghasilkan ketegangan jaringan sehingga cenderung menyebabkan kegagalan. Hal ini
disebabkan terjadinya iskemik nekrosis pada jaringan yang tegang. Untuk mengatasi masalah
tersebut, para ahli bedah mencari cara hernioplasti yang tidak tegang. Hernioplasti berupa
anyaman (darn) yang menghubungkan konjoin tendon dengan ligamentum inguinalis pertama
kali diperkenalkan oleh McArthur pada tahun 1901. 5 Bahan yang digunakan McArthur untuk
menganyam berasal dari aponeurosis obliqus eksternus, kemudian Kirschner pada tahun1910
menggunakan fascia femoralis sebagai bahan anyaman. Karena jaringan hidup sulit diambil dan
cenderung diserap, maka dicari bahan pengganti yang cocok. Pada tahun 1937, Ogilvic

27
menggunakan benang silk untuk bahan anyaman. Setelah nilon ditemukan, Melick (1942)
pertama kali menggunakan benang nilon.
Ahli bedah lainnya menggunakan tambalan (patch) untuk memperkuat dinding posterior
kanalis inguinalis dengan menggunakan lembaran dari jaringan alami. Mair (1945)
menggunakan flap fascia femoralis untuk menutup defek, tetapi metode ini terbukti
mengecewakan. Usher (1958) mempopulerkan penggunaan plastik polimer sintetik dalam bentuk
lembaran anyaman atau meshpolyamid dan yang terbaru polypropylene. Material ini murah,
tersedia universal, mudah dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan, fleksibel, dan mudah
di-handle, menimbulkansedikit reaksi jaringan serta tidak direjeksi walaupun ada infeksi.

Gambar 6. Hernioraphy Metode Shouldice

Gambar 6. Hernioraphy Metode Shouldice

Herniorafi dengan cara Shouldice. Setelah fascia transversalis terlihat insisi dengan arah
oblique dimulai dari cincin inguinal interna ke tuberkulum pubikum. Perluasan insisi tergantung
pada area kelemahan fascia tetapi biasanya diperluas sampai ke tuberkulum pubikum. Pemisahan
parsial dapat diterima hanya pada hernia inguinalis indirek yang kecil dimana fascia transversalis
stabil. Ketika insisi fascia transversalis, pembuluh darah epigastrikus yang berada di bawah
fascia transversalis harus dipreservasi. Setelah fascia transversalis diinsisi, dilakukan diseksi dari
lemak preperitoneal secara tumpul, sehingga menghasilkan dua bagian fascia, yaitu bagian
kraniomedial dan kaudolateral.5

28
Penjahitan Fascia transversalis yang dipisahkan akan ditumpuk menjadi dua lapis dengan
bagian kraniomedial di sebelah atas dan kaudolateral di bawah, dengan lebar fascia yang
ditumpuk 1,5 2 cm. Penjahitan dimulai dari kaudal pada periosteum os pubis dan selanjutnya
dilakukan penjahitan kontinyu antara tepi insisi fascia sebelah kaudolateral kebagian bawah
fascia sebelah kraniomedial. Jahitan (dengan benang monofilament polypropylene atau PDS 2.0
sampai 0) harus dalam keadaan tegang yang konsisten namun tidak terlalu kencang, sehingga
jaringan dapat mengadaptasi kondisi tersebut. 5
Jahitan seterusnya dilakukan dari medial ke cincin inguinal internal. Pada cincin inguinal
internal bagian kranial dari M. kremaster dapat diikut sertakan dalam penjahitan. Hal ini
menambah kekuatan pada orifisium hernia interna. Jahitan lapis kedua (antara tepi insisi fascia
sebelahkraniomedial dan bagian atas dari fascia sebelah kaudolateral) dilanjutkan ke arah
sebaliknya dan setelah sampai ke tuberkulum pubikum dan diikat. Muskulus transversus
dijahitkan ke ligamentum inguinal dari internal ring ke tuberkulum pubikum. Kemudian
dilakukan jahitan ke arah sebaliknya sehingga oblikus internus dijahitkan ke ligamentum
inguinalis. Jahitan terakhir menutup aponeurosis oblikus eksternus.5

Gambar 7. Lichenstein Hernia Repair

29
Herniorafi tension-free dengan pemasangan mesh (metoda Lichtenstein). Setelah
funikulus spermatikus diangkat dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong hernia telah
diikat serta dipotong, lembaran polypropylene mesh dengan ukuran lebih-kurang 8 x 6 cm
dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene
monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi bawah mesh dijahit mulai dari 10 tuberkulum
pubikum, ligamentum lakunare, ligamentum inguinalis. Tepi medial mesh dijahit ke sarung
rektus. Tepi superior dijahit ke aponeurosis atau muskulus obliqus internus dengan jahitan satu-
satu. Bagian lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus
spermatikus pada cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan
difiksasi ke ligamentum inguinalis dengan jahitan kemudian dijahit aponeurosis obliqus
eksternus.5
Macam Mesh dengan risiko infeksinya: prostesis yang dipergunakan untuk memperkuat
dinding posterior kanalis inguinalis pada hernioplasti tension-free hernia inguinalis berbentuk
lembaran jaring (mesh). Mesh mikropori mempunyai pori berukuran kurang dari 10 mikron,
menyebabkan bakteri yang berukuran lebih-kurang 1 mikron dapat masuk ke dalam mesh, tetapi
makrofag dan leukosit PMN yang berukuran lebih dari 10mikron tidakdapat masuk, sehingga
meningkatkan resiko infeksi. Mesh multifilament mempunyai permukaan yang lebih luas
daripada mesh monofilament dan pada penelitian invivo dengan pemberian kuman stafilokokus
aureus terjadi peningkatan infeksi pada mesh multifilamen bila dibandingkan dengan mesh
monofilamen.
Prognosis

Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan. Tapi pada
umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi. Pada penyakit hernia ini yang
penting adalah mencegah faktor predisposisinya.

Daftar pustaka

1. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. Edisi ke-19.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. h.1199-1217
2. Brunicardi, F Charles.. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Edisi ke 8.
New York; Mc Graw-Hill.h. 920-8

30
3. Wibisono E, Jeo WS. Kapita selekta kedokteran. Jilid I. Edisi IV. Jakarta:Media
Aesculaculapius;2014.h.219-21
4. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi II. Jakarta: Sagung Seto; 2009.h.140-5.
5. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. Hernias & Other Lesions of the
Abdominal Wall.Edisi 13. New York:Mc Graw-Hill; 2006. Chapter 32.

31

Anda mungkin juga menyukai