Anda di halaman 1dari 33

Cekungan Buton, Sulawesi Tenggara

PETA LOKASI

Kepulauan Buton berlokasi di bagian timur Indonesia, tepatnya di pantai timur


Sulawesi Tenggara. Stratigrafi dan struktur kepulauan dibedakan dari Sulawesi
Tenggara dan Kepulauan Muna. Tetapi terdapat kesamaan antara Buton dan
kepulauan di sebelahnya pada Busur Banda, terutama Timor, Seram, dan Pulau
Buru.
Secara Administratif Kabupaten Buton terletak di posisi 4.30 - 7.0 LS dan
125 - 125 BT. Cekungan Buton memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Pulau Wawoni
Sebelah Selatan : Laut Flores
Sebelah Barat : Kepulauan Muna dan Teluk Bone
Sebelah Timur : Laut Banda
Sebelah Tenggara : Platform Tukangbesi

Gambar 1. Peta Lokasi Buton


Gambar 2. Posisi Geografis Pulau Buton

Fisiografi Regional
Berdasarkan geomorfologinya fisiografi daerah Buton dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
1. Bagian Selatan terdiri atas perbukitan dan lembah berarah timur laut dengan
teras-teras reef yang terangkat dan topografi karst.
2. Bagian Tengah didominasi oleh pegunungan yang berarah utara sepanjang
pantai barat, batuan sedimennya berarah timur laut.
3. Bagian Utara didominasi oleh pegunungan di tepi pantai yang memiliki bentuk
menyerupai tapal kuda, pola pengalirannya berarah ke selatan menuju rawa
mangrove pada cekungan lambele. Secara umum pegunungan-pegunungan
yang ada berarah barat laut-tenggara yang memiliki relief rendah disertai
dengan koral reef yang terangkat.
SITUASI CEKUNGAN

Gambar 3. Peta Cekungan Buton

TEKTONIK REGIONAL

Buton dipercaya terdiri atas 2 fragmen mikro kontinen yang berbeda dan
terpisah. Satu berada pada bagian timur Pulau Buton dan Tukang Besi sedangkan
yang satunya lagi berada pada bagian barat dari Pulau Buton dan Pulau Muna
(Hamilton, 1979). Berdasarkan data geologi dan data geofisika baru-baru ini
menunjukan bahwa Buton terdiri atas 3 fragmen mikro kontinen berbeda yang
memiliki hubungan juxtapose dengan daerah Buton, Pulau Buton, Muna/ SE
Sulawesi, dan Tukang Besi. Stratigrafi pulau ini mengindikasikan bahwa setiap
fragmen mikro kontinen memiliki posisi paleogeografi yang berbeda ketika Mesozoik
dan Paleogen (De Smet, 1991).
Seperti kebanyakan pulau-pulau Banda Arc, Buton dianggap sebagai fragmen
yang lepas dari kontinen Australia-New Guinea, terutama berdasarkan korelasi
kesamaan fosil-fosil berumur Mesozoik, stratigrafi pre-rift, dan ketika rift. Banyak
kesamaan pada sejarah tektonik dan stratigrafi mendukung kesamaan dari
pembentukan Buru, Seram, Banggai-Sula, dan Timor (Audley-Charles et al., 1972;
Price, 1976; Hamilton, 1979; Pilgram dan Panggabean, 1984; Gerrard et al., 1988;
Katili, 1989; De Smet et al., 1991).
Sejarah tektonik dan stratigrafi dari kebanyakan pulau-pulau Banda Arc
dicirikan oleh beberapa event. Event pre-rift dicrikan dengan pengendapan sedimen
kontinen pada half-graben, rift event dicrikan dengan adanya pengangkatan, erosi,
dan volkanisme lokal, event drift dicirikan dengan adanya subsidence dan
pengendapan sedimen laut terbuka, dan sebuah event tumbukan (collision) berumur
Neogen. Perbedaan yang mendasar antara setiap pulau hanyalah waktu dan durasi
dari event-event individual tektonik dan stratigrafi.

Sedimentasi pada buton di kontrol oleh 4 tektonik event :


1. Pre-Rift Perm sampai Akhir Trias
Pengendapan dari sedimen kontinental pada half-graben, dicirikan dengan
adanya pengangkatan, erosi, dan vulkanisme lokal. Terjadi penurunan dan
pengendapan sedimen laut terbuka diikuti dengan neogen collision. Pada
lapisan berumur trias di intrusi dike batuan beku dan menandakan awal dari
rifting, pembentukan patahan ekstensional, dan regional subsidence.
2. Rift-Drift Akhir Trias sampai Oligosen
Periode transisi menuju pada lingkungan laut terbuka dengan sedimentasi
pada pasif margin terjadi pada pertengahan sampai akhir Jura hasil
pengendapan klastik-klastik syn orogenic pada cekungan neogen merupakan
hasil dari erosi dan sesar naik yang berarah timur akibat pengangkatan
lapisan berumur Trias sampai Oligosen.
3. Syn dan Post Orogenic awal Miosen sampai Pliosen terjadi subduksi,
kompresi, dan deformasi hingga pertengahan Miosen pada bagian selatan
menghasilkan pengangkatan dan erosi dari klastik-klastik syn orogenic
berumur awal Miosen sehingga terbentuk unconformity secara regional.
Collision dari Pulau Buton-Muna tidak mempengaruhi bagian utara Pulau
Buton sampai pertengahan Miosen. Pada akhir pertengahan Miosen sampai
akhir Miosen terjadi obduksi sehingga menghasilkan ketidakselarasan atau
unconformity. Setelah pertengahan Miosen terjadi sistem sesar geser utama
(Kioko) yang memapaskan sedimen dari dua lingkungan yang berbeda. Pada
lima juta tahun yang lalu terjadi perubahan deformasi dan gaya struktural
yang disebabkan oleh zona subduksi Buton terhadap Muna serta Buton
terhadap Tukang Besi. Collision antara Buton dengan Tukang Besi terekam
pada lapisan berumur akhir Pliosen, collision oblique ini menghasilkan
pergerakan strike-slip dan dip-slip yang mengakibatkan pengangkatan dan
subsidence lokal (Chamberlain et al.,1990; Fortuin et al., 1990) hingga saat
ini.
4. Resen Orogenic, selatan Buton sekarang mengalami pengangkatan
sedangkan utaranya mengalami penurunan (de Smet et al., 1989).
Mikrokontinen Buton pada saat ini juga mengalami transpressive strike-slip
terhadap mikroplate Tukang Besi dan Muna, lempeng Buton bergerak ke arah
utara. Orientasi en-echelon wrench fault dengan orientasi timur laut yang
berhubungan dengan antiklin pada selat Buton mengindikasikan bahwa
terjadi pengaktifan kembali paleo suture zone, pergerakan utamanya sinistral
strike-slip.

Struktur geologi umumnya merupakan struktur antiklin dan sinklin serta


beberapa struktur sesar yang terdiri atas sesar naik dan sesar normal, serta sesar
mendatar.
Struktur antiklin-sinklin berarah Baratdaya-Timurlaut hingga Utara-Selatan.
Struktur ini hampir mempengaruhi seluruh formasi dimana terlihat bahwa seluruh
formasi yang ada mengalami pelipatan dengan sudut kemiringan lapisan batuan di
bagian timur relatif lebih terjal dibanding dengan di bagian barat.
Sesar mendatar umumnya dijumpai di bagian selatan dan memotong Formasi
Winto, Formasi Tondo, dan Formasi Sampolakosa. Arah sesar mendatar umumnya
tegak lurus terhadap sumbu lipatan yaitu Baratlaut-Tenggara. Sedangkan sesar
normal merupakan struktur yang terbentuk paling akhir sebagai struktur patahan
sekunder.
Berdasarkan data gravity regional dan orientasi timur laut-barat daya sesar
naik yang berumur awal Miosen menunjukkan bahwa selatan pulau Buton
mengalami rotasi 450 searah jarum jam. Waktu daripada rotasi belum dapat
ditentukan tetapi kemungkinan disebabkan oleh kompresi pada pertengahan Miosen
yang disebabkan tumbukan dari Buton-Muna/SE Sulawesi. Titik tumpuan atau rotasi
berada pada di laut gian timur Buton pada Kulisusu Bay.

Gambar. Tectonic Setting Of Eastern Indonesia

Gambar 4. Tectonic Setting Of Eastern Indonesia


Gambar 5. Skema Tektonik Jurassic-Resen / Perkembangan Model
Pengendapan Pulau Buton Bagian Selatan
Gambar 6. Peta Tektonik Regional Pulau Buton

WNW ESE

Nolan et al. (1989) in Davidson (1991)

Gambar 7. Collision History of the Buton, Tukang Besi, and Muna,


Southeast Sulawesi. Nolan et al. (1989) in Davidson (1991)

KLASIFIKASI CEKUNGAN
Berdasarkan posisi subduksi plateform Tukang Besi terhadap Buton, Cekungan
Buton termasuk ke dalam Fore Arc Basin.

STRATIGRAFI REGIONAL

Memecahkan permasalahan stratigrafi daerah Buton bisa dikatakan cukup


sulit, terutama karena singkapan yang terbatas, reworkking yang ekstensif dan
aktifitas tektonik strike slip pada Pleistosen sampai Resen serta tektonik dip slip
pada Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Urutan stratigrafi batuannya dimulai pada
Permian sampai Resen yang terutama didominasi oleh endapan karbonat pada
lingkungan neritik luar sampai bathial atas.
Batuan tertua berumur Permian (?) merupakan sedimen yang telah
mengalami metamorfisme pada Formasi Doole / Lakansai yang juga merupakan
basement Cekungan Buton. Lalu secara tidak selaras (?) diendapkan Formasi Winto
berumur Trias yang terdiri atas interbedded mudstones, bituminous shale, micritic
limestone, batupasir, dan konglomerat. Secara selaras di atas Formasi Winto
diendapkan Formasi Ogena yang terdiri atas shale, batugamping, dan marls pada
awal Jura (?). Lalu secara tidak selaras diendapkan Formasi Rumu yang terdiri atas
fossiliferous, calcilutes, dan calcareous Mudstones yang berumur Jura atas sampai
Kapur bawah. Sedimentasi pada laut dalam berlanjut mulai Kapur sampai Paleosen
lalu diendapkan Formasi Tobelo yang kaya akan fosil foraminifera dan radiolaria.
Sedimentasi kalstik terjadi pada awal Miosen sampai awal Pliosen. Forrmasi Tondo
terdiri atas batugamping dan sedimen-sedimen klastika kasar sampai halus. Kontak
Formasi Tondo dengan Formasi Sampolakosa selaras. Formasi Sampolakosa terdiri
atas batugamping skeletal wackstone dan packstone dijumpai di selatan Buton,
sedangkan packstone, siltstone, dan claystone dijumpai di tengah dan utara Buton.
Formasi Wapulaka berumur kuarter yang terdiri atas batuagamping koral yang
secara tidak selaras diendapkan di atas Formasi Sampolakosa.
Selanjutnya, unit stratigrafi yang utama dijelaskan sebagai berikut. Stratigrafi
Buton dapat dikelompokan ke dalam empat even tektonik dan sedimentologi, yaitu :
1. Pre - Rift, Sedimentation
2. Rift - Drift Sedimentation
3. Syn dan Post Orogenic Sedimentation, dan
4. Recent Orogenic Sedimentation

Pre - Rift, Sedimentation


Sedimen-sedimen Pre - Rift meliputi batuan metamorf Formasi Doole /
Lakansai yang berumur Trias awal, Formasi Winto yang berumur Trias Tengah, dan
Formasi Ogena yang berumur Jura bawah (?). Pengendapan terjadi pada paparan
benua Australia-New Guinea yang relatif stabil di lingkungan upper slope dampai
neritik luar. Reduksi terjadi pada material detritus seiring dengan waktu dan proses
subsidence.

Doole/Lakansai Metamorphic Rock


Batuan metamorf Formasi Doole/Lakansai terdiri atas micaceous sandstone,
siltstone, dan phyllitic slate. Semua batuan tergerus dan termetamorfkan menjadi
facies sekis hijau. Ketebalan stratigrafi minimumnya diestimasikan sekitar 500 meter.
Berdasarkan posisi stratigrafinya, batuan Formasi Doole/Lakansai merupakan
basement yang diyakini berumur Permian sampai awal Trias. Analisis petrografi
mengindikasikan batuan ini ditransport dari hasil erosi batuan granit dan metamorf
dan diendapkan pada lingkungan lower shelf sampai upper slope.
Sekuen Doole/Lakansai dapat dikorelasikan atau disebandingkan dengan
basement berumur pre-Trias pada Sula platform (Smith, 1983), batuan metamorf
Mesozoik pada bagian tenggara Sulawesi (Bothe, 1972), dan Formasi Winto di
Pulau Buton (Hetzel, 1936).

Formasi Winto
Formasi ini merupakan produk tektonik ekstrim yang batuannya terdiri atas
mudstones, bituminous shales, lithic sandstones, konglomerat, dan finely crystalline
micritic limestones. Ketebalannya diestimasikan lebih dari 200 meter. Ketebalan
sesungguhnya sulit diperkirakan karena Formasi ini diinterpretasikan adalah bidang
permukaan Miosen thrust, pengukuran penampang tektonik dari selatan Buton
mengindikasikan ketebalan struktural nya lebih dari 1000 meter.
Konglomerat dan lithic sandstones berasal dari batuan granit dan metamorf
yang juga merupakan source sedimen Formasi Doole/Lakansai. Mekanisme
pengendapan dengan arus turbidit yang stabil, pada lingkungan neritik luar sampai
open marine.
Sebagian besar batuan Formasi Winto mengandung material organik yang
melimpah. Seperti pada fasies karbonat yang mengandung inertinite. Unit
argillaceous terdiri atas kerogen yang menghasilkan minyak pada singkapan yang
ditemukan.
Stratigrafi Formasi Winto bervariasi secara regional dari selatan ke utara.
Pada selatan Buton, formasi ini kira-kira 80 % nya adalah klastik dan 20 % micrtic
berbutir halus. Pada bagian utara Buton (Gambar 7) terjadi perubahan fasies secara
regional. Data biostratigrafi, pemetaan regional, dan geokimia mengindikasikan
keberadaan minyak dan aspal di daerah Buton yang terkait dengan perubahan
fasies tadi.
Semua analisis mengindikasikan sedimen-sedimen Formasi Winto berumur
Trias tengah sampai akhir (Hetzel, 1963 ; Smith, 1983 ; dan De Smet, 1991). Saai
ini, Formasi ini belum sepenuhnya dapat dikorelasikan secara pasti ke daerah lain di
Indonesia. Kesamaan litologi dan geokimia dapat dijadikan pertimbangan
kemungkinan kesebandingan antara Formasi Winto dan Formasi Kakineh dan
anggota batugamping Saman-Saman Formasi Manusela di Pulau Seram, dan
Formasi Aitutu di Timor.

Formasi Ogena
Formasi Ogena dibedakan dengan Formasi Winto oleh kelimpahan
rekristalisasi kalsit dan tidak adanya penyebaran kandungan material organik.
Formasi ini secara selaras diendapkan di atas Formasi Winto. Terdiri atas
batugamping berlapis, argillaceous limestones, dan shale pada bagian bawah, dan
calcilutites limestones dengan sedikit interkalasi chert pada bagian atas. Diendapkan
pada lingkungan neritik luar sampai open marine. Struktur sedimen minim, dan
kandungan fosil pada karbonat nya mengindikasikan proses pengendapan suspensi
pada lingkungan laut dengan air yang tenang. Ketebalan minimum formasi ini
diestimasikan sekitar 500 meter. Berdasarkan analisis biostratigrafi Formasi ini
diperkirakan berumur Jura bawah (Bothe, 1928 ; Hetzel, 1936; Gulf Oil Company,
1972; dan Nolan et al, 1989).

Rift - Drift Sedimentation


Sedimen-sedimen Rift - Drift meliputi Formasi Rumu yang berumur Jura
akhir, dan Formasi Tobelo yang berumur Kapur sampai Oligosen, dan batugamping
Formasi Tondo. Karbonat laut dalam mendominasi sekuen. Pengendapan
diperkirakan terjadi setelah terpisahnya mikro plate Buton dari Benua Australia - New
Guinea.

Formasi Rumu
Terkait dengan singkapan yang terbatas, tektonisme yang intensif, umur,
stratigrafi, dan lingkungan pengendapan, batas penyebaran Formasi Rumu sulit
ditentukan. Bukti di lapangan mengindikasikan bahwa Formasi Rumu terbatas ke
arah selatan Buton dan diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Ogena.
Ketebalan maksimum diperkirakan 400 meter.
Formasi Rumu terdiri atas tiga fasies yang berbeda ; pink calcilutites yang
terdiri atas red cherts, pale gray sampai brick red mangan siliceous mudstones yang
terdiri atas belemite, dan skeletal/pelletal wackstones. Smith (1983) mengemukakan
dua alternatif model pengendapan untuk menjelaskan percampuran antara litologi
laut dangkal dan laut dalam. Model pertama mengasumsikan percampuran tersebut
menurutnya lebih dikontrol oleh struktur daripada stratigrafi. Asumsi kedua sedimen-
sedimen yang merupakan bagian allochthonous dan bercampur karena transportasi
dari material sedimen laut dangkal dengan mekanisme debris flow.
Berdasarkan mikro dan makrofauna dari Formasi Rumu, diperkirakan formasi
ini berumur Jura akhir atau Kimmeridgian (Hetzel, 1936; Smith, 1983, Nolan et al,
1989). Tapi berdasarkan analisis palinologi dari satu sampel diperkirakan formasi ini
berumur Kapur bawah, Berrissian (Nolan et al, 1989).

Formasi Tobelo
Formasi ini dicirikan oleh chert dalam micrite limestones yang diendapkan
pada lingkungan neritik sampai bathial. Secara keseluruhan ketebalan formasi ini
sekitar 1000 meter. Pada bagian bawah formasi ini dibatasi oleh unconformity.
Dominasi litologi umumnya masif sampai berlapis tipis, warna putih sampai
orange, rekristalisasi mudstones, dan wackstones terdiri atas fosil planktonik
bentonik lokal dan radiolaria. Presentase chert berlapis abu-abu gelap sampai hitam
tinggi, rekahan atau fracture, dan nodul-nodul. Asal dari chert ini terkait dengan
dissolusi diatom, radiolaria, dan spikula sponge.
Batugamping Formasi Tobelo diendapkan pada open marine, lingkungan
yang kaya oksigen, neritik luar sampai bathial atas. Umur formasi ini berkisar antara
Kapur awal (Berriasian) sampai Oligosen. Kandungan mikrofosil nya bervariasi dan
digunakan oleh Smith (1983) untuk membagi formasi ini menjadi lima mikrofasies.
Mikrofasies itu antara lain micropeloid limestones, radiolarian limestones,
calcisphere inoceramid prism limestone, radiolarian planktic foraminifera limestones,
dan planktic foraminifera lime mudstones. Hubungan stratigrafi antara facies-fasies
ini sampai sekarang belum dapat dipastikan.
De Smet et al, 1991 membagi Formasi Tobelo menjadi dua anggota, yaitu
poorly bedded, pelagic Cretaceous member, dan well laminated Eosen sampai
Oligosen calcilutite member dengan kelimpahan detritus klastik lokal.
Batuan berumur Kapur pada Formasi Tobelo umumnya masif. Pada batuan
berumur Kapur akhir sampai Oligosen, merupakan slump fold dengan mekanisme
transport debris flow yang dihasilkan oleh sedimen pelagic atau ketidakstabilan
tektonik regional yang diasosiasikan dengan tabrakan awal Buton dan Muna.

Formasi Tondo Fasies Batugamping


Formasi Tondo dibagi menjadi tiga fasies, yaitu basal limestones facies,
corase clastic facies, dan upper fine grained calstic facies. Basal limestones facies
terdiri atas massive micritic limestones yang diendapkan pada lingkungan neritik
luar. Intra formation conglomerates dan endapan debris flow umum ditemukan tapi
terbatas pada sebagian besar bed bagian atas. Formasi ini diperkirakan berumur
Miosen Awal (N3 - N4) sampai Miosen Tengah dari analisis nanofosil untuk Buton
bagian selatan. Sedangkan di bagian utara Buton diperkirakan berumur Miosen
Tengah.
Pemetaan di lapangan mengindikasikan batugamping tidak ditemukan atau
sangat terbatas di sebelah selatan Buton. Ketebalan umumnya berkisar antara 200
meter di bagian selatan sampai lebih dari 800 meter di bagian utara. Kontak antara
fasies batugamping Formasi Tondo dengan Formasi Tobelo diinterpretasikan tidak
selaras sedangkan kontak antara Batugamping Formasi Tondo dan coarse clastic
facies adalah angular unconformity.

Syn - and Post Orogenic Sedimentation


Sedimen-sedimen Syn - and Post Orogenic meliputi fasies klastika kasar
sampai halus Formasi Tondo berumur Miosen, dan karbonat Formasi Sampolakosa
yang berumur Pliosen awal sampai akhir. Sedimen klastik Formasi Tondo dihasilkan
dari erosi lapisan pre-Miosen yang terangkat selama Collision Buton dengan Muna
pada Miosen awal sampai tengah. Merupakan kipas turbidit dalam intra thrust, syn-
tektonik cekungan laut dalam. Klastika-klastika ini adalah yang paling tebal, paling
heterogen, dan merupakan unit yang tersebar luas pada Pulau Buton. Basal unit
meliputi karbonat detritus. Sedimen klastik bagian tengah sampai atas pada Formasi
Tondo didominasi oleh ofiolit detritus.
Percampuran antara sedimen yang merupakan rombakan sedimen laut
dangkal yang kaya dengan foraminifera bentonik dengan sedimen laut dalam adalah
ciri khas Formasi ini.
Marls, calcarenites, dan reefal limestone diendapkan di atas Formasi
Sampolakosa terkait dengan subsiden regional Pulau Buton pada kala Pliosen.
Diendapkan pada lingkungan neritik luar sampai bathial dengan sedikit sampai tanpa
endapan terrigeneous. Kontak antara Formasi Tondo dan Sampolakosa terdapat
pada sekuen marls transisi yang sulit dibedakan.

Formasi Tondo (Fasies Klastika Kasar)


Fasies klastika kasar Formasi Tondo diendapkan secara tidak selaras di atas
fasies batulempung terutama terdiri atas konglomerat dan batupasir lithic berbutir
kasar sampai medium. Mudstone juga umum dijumpai tapi keberadaannya tak lebih
sekitar 25 % dari formasi seluiruhnya. Komponen pada konglomeratnya berukuran
kerikil sampai bongkah dengan kebundaran subangular sampai rounded.
Sedangkan matriks nya berupa kuarsa berukuran medium dan atau batupasir
karbonatan yang tersementasi oleh kalsit atau dolomit. Struktur sedimen umumnya
berupa fining upward sequence, graded bedding, cross bedding, dan struktur
liquefaksi dengan arah dominan transport sedimen Barat -Timur.
Ketebalan masing-masing bed sangat bervariasi dari beberapa sentimeter
sampai lebih dari beberapa meter. Masing-masing unit memiliki penyebaran lateral
yang terbatas.
Fragmen batuannya adalah batupasir dan konglomerat dengan jumlah lebih
dari 60 %. Ophiolitic dan sedimen-sedimen pre-Miosen Tengah mendominasi
klastika kasar yang berumur Miosen tengah sampai akhir.
Penentuan umur dengan paleontologi fasies ini sulit karena foraminifera
planktonik dan bentonik yang telah terombak (reworking). Di Selatan Buton,
berkembang sekuen yang berumur Miosen Awal (N3/4) sampai Miosen Akhir
(N15/16). Sedangkan di utara Buton berkembang sekuen berumur Miosen Tengah
(N14) sampai awal Miosen akhir (N15/16). Kumpulan foraminifera dalam
interbedded mudstones mengindikasikan lingkungan pengendapan laut dalam
sampai neritik luar di selatan Buton. Sedimen-sedimen klastik diinterpretasikan
sebagai endapan channel dalam kipas turbidit. Di utara Buton, penelitian lapangan
menunjukan lingkungan pengendapan laut dangkal dengan tingkat energi tinggi.

Formasi Tondo (Fasies Klastika Halus)


Fasies klastika halus diinterpretasikan sebagai distal turbidit yang diendapkan
selaras diatas fasies klastika halus. Litologi yang dominan antara lain mudstones,
claystones, siltstones, dan batupasir. Semua sedimen berlaminasi tipis, friable, dan
mengandung laminasi carbonaceous tipis dan fragmen tanaman. Batupasirnya
berbutir halus, dan tersementasi baik oleh kalsit atau dolomit. Struktur sedimen yang
ditemukan antara lain graded bedding, cross laminasi, flame structure, liquefaction
structure, dan slump. Konglomerat juga sedikit ada pada fasies ini, pada umumnya
terbatas pada unit tertentu dan tidak lebih dari 25 % volume total batuan. Arah
transportasi sedimen diperkirakan dari barat ke timur.
Foraminifera planktonik sangat melimpah dan mengindikasikan gradasi
kedalam selama pengendapan dari lingkungan neritik luar untuk strata basal sampai
bathial atas untuk sebagian besar strata bagian atasnya. Umur fasies ini
diperkirakan sekitar Miosen Akhir (N16 N18).

Formasi Sampolakosa
Formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir (N17/18 21),
dengan sekuen yang terdiri atas marls, calcarenites, dan pinacle reef. Kontak
dengan Formasi Tondo diachronous dan merupakan perubahan dari transisi sampai
angular unconformity. Semua batuan nya kaya akan foraminifera, dan pada secara
lokal juga ditemukan moluska dan fragmen koral. Ketebalan total formasi ini
bervariasi mulai dari 300 meter sampai lebih dari 1000 meter.
Kedalaman air saat pengendapan Formasi ini juga bervariasi. Basal pinnacle
reef ditutupi oleh marls yang mengandung foraminifera bentonik laut dalam yang
selanjutnya ditutup oleh calcarenites yang mengandung spesies paparan laut
dangkal.

Recent Orogenic Sedimentation


Formasi Wapulaka
Formasi Wapulaka secara tidak selaras diendapkan di atas Formasi
Sampolakosa dan terdiri atas batugamping bioklastik berumur Pliosen Akhir sampai
Pleistosen (N21 22/23), poorly cemented dan intensively karstified. Mikrofauna nya
mengindikasikan lingkungan laut dangkal, neritik dalam, dan lingkungan
pengendapan reef. Lingkungan pengendapan nya juga merupakan platform
karbonat pada blok patahan, yang terbentuk selama tabrakan antara Buton dengan
Tukang Besi. Blok naiknya menghasilkan morfologi terrace yang sekarang
tersingkap di permukaan di selatan Buton. Total ketebalan formasi bergantung pada
tingkatan blok yang terangkat umumnya berkisar mulai dari 20 meter di utara Buton
sampai ketebalan maksimum 700 meter di selatan Buton.

Batuan Beku
Ofiolit Kapantoreh
Ofiolit ditemukan di sebelah barat laut Buton sebagai discreet fault-bounded
blocks. Singkapan terbaik ditemukan di selatan Buton disepanjang sayap barat
Pegunungan Kapantoreh. Ketebalan stratigrafi maksimum sekitar beberapa ratus
meter.
Hanya komplek ofiolit tipe basal yang ditemukan di Buton. Singkapan, seperti
komponen pada Formasi Tondo porsinya sangat terbatas sampai tinggi untuk
serpentinized peridotite, gabbro, dan sedikit diorit. Milson (1991) menyimpulkan
bahwa ofiolit Buton merupakan allochthonous detached klippen, yang tertransportasi
jauh dari root zone oleh thrusting.
Penentuan umur dengan metode radiometri dari rangkaian ofiolit di Sulawesi
Timur berkisar antara 32.20 + 7.88 Mya sampai 93.36 + 2.27 Mya. Penghitungan ini
dilakukan oleh pihak Conoco pada sampel batuan gabbro dari selatan Buton.
Beberapa singkapan kecil dari amphibolite schist juda ditemukan sepanjang
ofiolit Buton sebelah barat. Komposisi dan posisi batuan yang sama di Sulawesi (De
Roever, 1956; Silver et al, 1983) dan Timor (Sopaheluwakan et al, 1989). Di Buton,
posisi stratigrafi, deformasi, dan tingkat metamorfisme pada batuan ini
mengindikasikan bahwa batuan ini merupakan jejak material ofiolit yang telah
bercampur dengan batuan ultrabasa dan metasedimen, yang terubah oleh proses
metamorfisme dan tektonik selama obduksi.
Gambar. Kolom Stratigrafi Cekungan Buton

Gambar 8. Kolom stratigrafi Cekungan Buton


Gambar 9. Pemerian Litologi

PETROLEUM SYSTEM

Batuan Induk (Source Rock)


Batuan induk utama adalah bituminous marine shales, dan batugamping pada
Formasi Winto yang berumur Trias. Analisis geokimia dari kira-kira dua puluh sampel
mengindikasikan batuan ini mempunyai tingkatan good sampai excellent untuk
menggenerasikan minyak. Total Organic Carbon (TOC) nya sekitar kurang dari 1%
sampai 16 %., dengan analisis pyrolisis rata-rata 35 ppm tapi pada beberapa sampel
ada yang mencapai 94.000 ppm. Effisiensi ekspulsi batuan induk dengan analisis
pyrolisis yang disebandingkan diperkirakan sekitar 60 % sampai 90 % (Corelab-
personal communication).
Kebanyakan sampel Formasi Winto mengandung kerogen oil-prone yang
tinggi, dan kaya sulfur, yang merupakan kerogen tipe II. Selain itu terkandung juga
cutinite, resinite, dan vitrinite. Semua sampel mengandung biomarker Bisnorhopane,
dan variasi konsentrasi Gammacerane.
Pada singkapan, batuan induk Formasi Winto umumnya immature sampai
batas mature. Indeks warna spora (SCI) dan Refleksi Vitrinite (% Ro) mempunyai
nilai rata-rata 3,5 sampai 4,5. Pada kondisi termal yang mature, batuan ini akan
menggenerasikan sulfur yang yang tinggi, wax rendah, dan minyak parafin. Burial
history dan maturation modelling memperkirakan Formasi Winto yang tidak
terangkat berada pada kedalaman yang cukup besar sampai mendekati oil window
(Ro 0,5 %). Penggenerasian minyak bersamaan dengan thrusting dan imbrikasi, lalu
berkembang hingga struktur antiklin yang tersesarkan, dilanjutkan dengan
pengendapan fasies klastika kasar Formasi Tondo. Rembesan minyak dari Formasi
Winto mengindikasikan batuan yang secara lokal masih berada pada oil window.
Isotop Karbon, pyrolisis-GC, GC, dan GC-MS, data biomarker untuk semua
sampel aspal dan sebagian besar minyak yang terkandung di dalamnya
mengindikasikan ia berasal dari calcareous shales dan bituminous limestones
Formasi Winto. Sumur delineasi pada tambang aspal Buton, mengindikasikan
sedimen-sedimen yang telah dibuang mengandung kira-kira 18 juta bitumen, atau
ekuivalen dengan 87 juta barel minyak pada 30 0 API.
Serpih dan mudstones Formasi Tondo merupakan batuan induk yang kedua.
Utuk mencari tahu seberapa besar potensinya sulit terutama karena terkait dengan
kontaminasi aspal dan inklusi material-material sedimen rombakan berumur Trias.
Serpih Formasi Tondo umunya gas-prone kisaran fair sampai poor, terdiri atas
kerogen terestrial dan alga, dan biomarker Oleanane. TOC nya berkisar antara
kurang dari 1% sampai lebih dari 10%. Minyak dari Nunu seep, sebelah barat laut
Buton, berasal dari Formasi Tondo (Gambar 9).

Batuan Reservoar (Reservoir Rock)


Reservoir Cekungan Buton adalah fasies klastika kasar Formasi Tondo.
Fasies ini terdiri atas batupasir dan konglomerat yang diendapkan pada lingkungan
delta sampai kipas turbidit laut dalam. Total ketebalannya berkisar antara 5 meter
sampai 100 meter. Dari analisis petrografi dan data core sampel singkapan dan
analisis electric log potensi reservoar berkisar antara poor sampai good.
Porositasnya berkisar antara 8 % sampai lebih dari 10 % dengan porositas rata-rata
19 %. Pengukuran permeabilitas maksimum vertikal dan horizontal 172 mD. Analisis
petrografi detil mengindikasikan bahwa porositas primernya tinggi, terkait dengan
batuan yang grain supported dan matriks lempung yang sangat sedikit. Adanya
proses sementasi kalsit dan dolomit dari diagenesis menyebabkan porositas primer
berkurang secara signifikan.
Kemenerusan lateral dari individu reservoar umumnya terbatas. Kecuali pada sub
cekungan Lambele pada Cekungan Buton Timur yang dikelilingi oleh tinggian purba
(paleohigh) selama pengendapan Formasi Tondo pada kala Miosen Tengah
(Gambar 8). Dalam sub cekungan ini, bed sedimen klastik lebih tebal dan
mempunyai pelamparan yang lebih luas dibandingkan dengan daerah di sekitarnya.
Reservoar lainnya adalah interbedded pinacle reef dan paparan karbonat
Formasi Sampolakosa berumur Pliosen, endapan sedimen kipas pada Formasi
Wapulaka berumur Pliosen / Pleistosen dan perkembangan paleokarst pada top
Formasi Tondo dan batugamping Formasi Tobelo. Kualitas reservoar paparan
karbonat Formasi Sampolakosa dan paleokarst Formasi Tobelo telah diketahui oleh
sumur Gulfs Sampolakosa-1S dan Bale-1S, paparan karbonat dengan net 427
meter pada Formasi Sampolakosa dengan porositas rata-rata 31 %. Pada sumur
Sampolakosa-1S, dengan reservoir net batugamping karstic Tobelo 113 meter nilai
porositasnya kira-kira 23 %.

Batuan Waduk (Seal Rock)


Seal Rock Cekungan Buton adalah Calcareous mudstone dan claystone
Formasi Tondo berumur Miosen, serta marls dan mudstones Formasi Sampolakosa
berumur Pliosen awal. Potential seal yang terbesar besar berada di utara Buton di
mana diketahui terdapat 120 meter lebih interbedded mudstones dan siltstones. Di
selatan Buton, lebih dari 50 meter mudstones dan siltstones Formasi Sampolakosa
dengan potensial seal yang baik yang telah ditembus oleh sumur Bale-1S.
Ketebalan yang dapat disebandingkan adalah claystones Formasi Tondo yang
ditemukan pada sumur Sampolakosa 1_S dan Bulu-1S.

Migrasi (Migration)
Semua bukti yang ada menyebutkan bahwa migrasi awal hidrokarbon ke
reservoar terhambat oleh diagenesis yang menahan porositas primer. Analisis Plug-
type core dilakukan untuk sembilan sampel aspal dari batupasir dan konglomerat
berukuran boulder. Porositas helium dan permeabilitas nitrogen pada sampel ini
berturut-turut kira-kira 22,5 % dan 41 mD. Nilai porositas yang dapat disebandingkan
diperoleh dari electric log sumur Bulu-1S dan Sampolakosa-1S.

Perangkap (Traps)
Terdapat 4 struktural-dip trap dan perangkap stratigrafi yang telah didelineasi.
Struktur utama pada daerah onshore merupakan thrust related anticline dengan
four-way dip closure. Pada daerah offshore, struktur utamanya adalah wrench-
related anticline. Perangkap stratigrafi, termasuk rees dan kipas sedimen klastik juga
terdapat di beberapa daerah offshore.
Struktur thrust related anticline pada daerah onshore berumur Miosen akhir dan
berkembang sebagai hasil tabrakan antara Buton dan Muna. Kubah terbentuk
bersamaan dengan pengendapan batugamping Formasi Tondo dan fasies klastika
kasar pada Miosen Awal Miosen Tengah. Kebanyakan perkembangan struktur
diakhiri oleh aktifitas tektonik tabrakan Pulau Buton dan Tukang Besi selama Pliosen
Akhir sampai Pleistosen. Deformasi yang terjadi meliputi reaktivasi patahan-patahan
muda dan kompresi ulang struktur-struktur yang lebih tua. Di semua struktur berupa
sesar naik, deformasi tektonik meningkat seiring kedalaman, konsekuensi dari hal ini
prinsip reservoar objektif terperangkap dalam overthrust sheet. Klastika kasar
Formasi Tondo adalah reservoar objektif yang utama.
Wrench-related anticline melingkupi daerah Selat Buton dan sebagian besar
bagian barat Pulau Buton (Gambar 6). Strukturnya berupa tight asymetric folds,
dengan trend ke arah timur laut, dan sejajar en echelon sampai wrench fault utama
yang paralel dengan Pantai Barat Buton. Perkembangan trap terjadi selama Pliosen
Akhir / Pleistosen Awal saat terjadi oblique collision Pulau Buton dan Tukang Besi.
Doming pada dasar laut mengindikasikan kompresi struktur ini masih terjadi.
Reservoar objerktifnya adalah paparan karbonat Formasi Sampolakosa dan
interbedded pinacle reefs.
Perangkap stratigrafinya yaitu reefal buildup berumur Pliosen / Pleistosen dan
endapan kipas berumur Pliosen. Perangkap ini melingkupi daerah offshore antara
Pulau Buton, Muna, dan Sulawesi. Data seismik tambahan diperlukan untuk
mengetahui potensi play ini.
VI1.1 Introduction

Buton island is located in Eastern Indonesia region, off the Southeast coast of Sulawesi (Figure
1). Stratigraphy and structural style of the islands are distinctly different from S.E. Sulawesi and
Muna Island. However, broad similarities are recognized between Buton and adjacent islands in
the BandaArea, specifically Timor, Seram, and Buru. Buton Island is on the western margin of
the Banda Sea in the Province of South East Sulawesi, Indonesia. The island is approximately
155 kilometres long and between 15 and 60 kilometres wide.

VI1.2 Regional Geology

VI1.2.1 Tectonic Setting

Tectonically, Buton Island is part of Sula-Buton Province comprises terrains of Australian

origin situated in or adjacent to Eastern Sulawesi (Figure 2). The Sula-Buton Province is

bounded to the West by the Western Sulawesi Volcanic Arc province and metamorphic-

ophiolite belt of SE Sulawesi province. Buton Island is primarily a westward-directed fold-

thrust belt composed of Australian continental sediments imbricated with non-Australian

Ophiolitic material. The imbricated sequences consist of ophiolite, metamorphic rocks and

sediments of Australian affinity which range as young as Upper Oligocene, are grouped

together as the Wolio Complex (Smith, 1983). These are overlain by syn to post orogenic

sediments of Miocene-Recent age.


The general stratigraphy of Buton Basin consists of a pre-Neogene carbonate sequences

overlain by Neogene sediments (essentially marine sediments) and Quaternary reef


limestones.

The lower part of the pre-Neogene sequence contains of clastic detritus, showing its affinity
with continental margin of Australia. Towards the upper part of the clastics are gradually
replaced by deep-water carbonates. Stratigraphic correlation with other islands along the
Sorong Fault Zone (i.e. Buru and Seram) indicate that Buton and other two islands are rifted
and drifted from the continental margin of Australia/Papua New Guinea which collided with
Sulawesi Plate during The Early Miocene. This collision is marked by ophiolite obduction onto
the Buton micro-plate and development of linear (NE-SW) sedimentary basins between thrust
culminations.

At least three main sedimentary basins can be recognized in this area: Bulu Lisamale Basin
lies in the southern part of the Buton Island, Lambale Basin locates in the northern part of the
Buton Island, and Buton Strait Basin. These basins range in age from Early to Late Miocene
and contain thick sedimentary sequences deposited in an essentially deep marine turbidite
environment. The sediments are derived from thrusted and deformed pre-Neogene and
ophiolite sequences. Deformation proceeded through the Neogene firstly as a thrusting and
associated folds, which involved pre-Neogene sequence, and later followed by block faulting
associated strike-slip deformation. Strike-slip faults were interpreted active during deposition
of Upper Tondo and Sampolakosa Formation. Pleistocene regional uplift in this region was
accommodated by block faulting resulted in the formation of Wapulaka limestone terraces.

VI1.2.2 Stratigraphy Tertiary Stratigraphy Generally Tertiary stratigraphy of the island

composes of pre-Neogene dominantly carbonate sequence and is overlain by Neogene

sediments (essentially marine) and Quaternary reef limestone. Immediately to the west of

Buton is the island of Muna, which consists of predominantly marine sediments (Pliocene to

Recent) (Figure 3).


Pre-Neogene Stratigraphy

Pre-Neogene rocks floor the Neogene basins in both South and North Buton. The pre

-Neogene sequence is intensively imbricated by thrust faults and is interpreted to overlie


continental basements of the Doole Metamorphic Group. The Doole Metamorphic Group
consists of low-grade metamorphic phyllites rich in quartz and feldspatic detritus. The rocks are
exposed in a fault-bounded block (in north of Doole Bay). The age of these rocks is uncertain,
but similar to Banda Arc basement units are thought to be of Palaeozoic (Gerrad et al., 1989).

In general, the pre-Neogene rocks in this region compose of Triassic Winto, Jurassic Ogena,
Late Jurassic Rumu, and Late Cretaceous to Oligocene Tobelo Formations. The Winto
Formation in North Buton comprises of limestones, whereas rocks in south Buton contain a
mixture of clastic, shales and carbonate rocks.

Stratigraphically, the Winto Formation is overlain by the Jurassic Ogena Formation. The
minimum thickness of this rock unit is about 500 m in south of Buton, and is estimated
approximately 1,000 m in North Buton. The Ogena Formation consists of well-bedded
limestones (calcilutite) and thin shale intercalations. In the North Buton Area, the limestones
contain small amounts of chert.

In the South of Buton, the Late Jurassic Rumu Formation is interpreted to conformably overlay
the Ogena Formation. The minimum thickness of the Rumu Formation is about 450 m. The
rock as its type locality consists of pink coloured calcilutite, with red chert bands and pale grey
mudstones containing belemnites and dolomites.

The youngest pre-Neogene sedimentary sequence is Early Cretaceous to Oligocene of the


Tabelo Formation. This formation is interpreted to be ca. 1500 m thick in North Buton and ca.
1100 m thick in South Buton. Generally the lithology comprises of massive or bedded
limestones with chert lenses or nodules. The limestones are micritic, recrystallised,
heavilyveined (calcite) and stylolitised.

Neogene Stratigraphy South Buton Neogene Basin Two Neogene sedimentary basins are

recognized in South Buton, firstly The Buton Strait Basin and secondly the Bulu Basin in SE

Buton. The stratigraphy of the South Buton Neogene Basins is described below: Tondo Group

and Sampolakosa Formation.

Trie Tondo Group broadly can be divided into three divisions, such as a coarse clastic facies, a
fine clastic facies, and a limestone facies.
Coarse Clastic Facies

This rock unit consists of predominantly matrix-supported conglomerates and medium


sandstones and medium to coarse grained, lithic sandstones. The rocks are poorly sorted and
clastics are sub angular to rounded. Asphalt impregnations in coarse clastic indicate that the
rocks have moderate to good porosities. This coarse clastic facies was deposited in outer
shelf to upper bathyal environment as submarine fan sediments sourced by palaeohighs
bounding linear shaped basins. This is confirmed by an abundance of planktonicforaminifera
throughoutthe sequences.
Fine Clastic Facies

The fine clastic facies is dominated by mudstones (fissile siltstones and claystone)
intercalated with thinly bedded, fine to coarse-grained sandstones. Sandstones usually
constitute less than 25% of the fine clastic units. This type of facies may present a sequence
of either inter-channel fan deposits or distal turbidites.

Limestone Facies

Two types of limestones are present in the Tondo Group of South Buton. These are:

- Massive limestones up to 200 m thick with occur on the east flanks of the Kapantoreh
Ophiolite. These limestones have been interpreted as shelf limestones and reveal
Middle to Late Miocene ages.
- Argillaceous limestones occur as occasional intercalation within the fine clastic facies.
This type facies consists of grey to buff coloured muddy limestones rich in coral
detritus.

Two types of depositional environments for the Tondo limestones are interpreted; firstly shelf
environment flanking the Kapantoreh High for the massive limestones, secondly a basinal
environment forthe argillaceous limestone interbeds in the clastic sequences. Overlying the
Tondo Group rocks of South Buton area are a series of grey to white coloured marl and
calcarenite, which reach a maximum thickness approximately 400 m of Early to Late Pliocene
of an outer shelf to bathyal sediments of the Sampolakosa Formation. The marls are often
bioturbated and contain occasional carbonate concretions.
North Buton Neogene Basin The

Lambale Basin

Similar to the South Bone Basin, Tertiary sediments of the Lambale Basin are composed of two
main rock units: Tondo Group, and Sampolakosa Formation.
Tondo Group

As in South Buton, the Tondo Group of the Lambale Basin can be subdivided into three
lithofacies; limestone facies and both a coarse and fine clastic facies.
Limestone facies

Unlike in the southern Buton Area, the limestone facies of the Lambale Basin consists of
dominantly massive, cream to buff coloured micrite Early-Middle Miocene limestones with
occasional conglomerate and breccia horizons intercalation, particularly in the upper part of the
sequence.
Coarse Clastic Facies

Tondo clastic rocks in the Lambale Basin are younger than the limestone facies and are
interpreted to overlie unconformable the limestone facies. The lithologies within the Tondo
coarse clastic facies are similar to those in South Buton. The rocks are mainly conglomerates
and medium to coarse grained, lithic sandstones. The overall thickness of the coarse clastic
facies is highly variable. The maximum thickness of this unit measured from cross-section is on
the order of 500 m at the basin margin.
Sampolakosa Formation

The Pliocene Sampolakosa Formation of the Lambale Basin crops out in the central part of the
basin. In this basin, the Sampolakosa is composed of massive/bedded, white coloured marl and
calcarenites in the upper part. The presence of calcarenite in the upper part ofthe Lambale Basin
succession may indicate of a shallow upwards sequence. Wapulaka Formation in the South and
North Buton

The Wapulaka Formation of Buton comprises of Pleistocene to Recent (N22-N23) coralline


limestones. The deposition of the Wapulaka Formation marks a rapid change from subsidence
in a deep marine environment to rapid post-basin uplift during Late Pliocene/Pleistocene. The
distribution and extent of the Wapulaka limestones in North

Buton indicates that uplift is very much less than in South Buton. Limestones terraces up to 700
m above sea level are present in South Butan whereas in North Buton limited in lateral extend
and terraces are rarely greater than 50 - 75 m above sea level.

VI1.3 Petroleum System VI1.3.1

Source Rock

The Triassic Winto Formation that was deposited under anoxic conditions during a marine
transgression contains the petroleum source rock for the Buton petroleum system. It contains
mostly marine shales with some fine-grained limestone with some calcareous shales and large
amounts of organic matter. The Winto Formation has been ascribed to be potential source
quality in the Buton Basin, whilst other formations of preTertiary age have poor organic content
and were suggested to have no source potential due to low organic quality.
VI1.3.2 Reservoir Rock

Primary target for reservoir plays are the Tondo Coarse Clastic Facies and karstic horizons at
the top of the Tobelo and Tondo Limestones.
Tondo Clastic

In general coarse clastic submarine fan facies of the Tondo Formation are almost entirely lithic
in composition, although some feldspatic lithic sandstones have been identified. Lithic
fragments are dominantly serpentinites derived from the Kapantoreh Ophiolite Complex with
lesser amounts of carbonate, chert and metamorphic fragments exist. Despite the presence of
ophiolitic fragments in many Tondo Clastic Units, a feature that may be expected to reduce
porosity, asphalt impregnation is widespread. Asphalt impregnations are widespread across
South Buton and around the margins of the Lambale Basin.

The total thickness of this unit varies between 90-140 m, with lateral variation in thickness of
individual sandstone and conglomerate are extremely variable. Individual
sandstone/conglomerate units range between 10 to 15 m thick (ERI, 1990). This unit has
porosity value range from 19-28 %. Surface weathering has been enhanced the porosity of the
Tondo Coarse Clastic Unit.

Palaeokarst

Two Palaeokarst reservoir horizons exist on Buton. These occur at the following stratigraphic
intervals: top of the deformed pre-Neogene sequence, and top of the Tondo Limestone Unit.
Pre-Neogene Limestone Karst
A palaeokarst horizon of the Tobelo Limestone (sub-unconformity trap) exists at the top of the
deformed pre-Neogene sequence and is overlain by the Tondo Group. In this type of reservoir,
Tondo clastics overlie the unconformity surface and infill cracks and fractures in the karsted
Tobelo limestone. The other possible potential karst reservoir may exist within the pre-Neogene
carbonate succession of Ogena and Tobelo Formations.
Tondo Limestone Karst

This type of palaeokarst play appears to be restricted to the North Buton. Although was not
observed in surface outcrops, this horizon appears as a strong reflector on seismic line
crossing the Lambale Basin. The development of the base Neogene palaeokarst can be
inferred to the pre-Neogene (Early Miocene?) major uplift event on Buton. In this type of
reservoir, karstification may lead to formation of fracture porosity at the top of the Tondo
limestone facies.
VI1.3.3 Seal Rock

Various seals potential exist in the Buton Basinal area, which include the fine clastic facies units
of the Tondo Group and marls and mudstone of the Sampolakosa Formation. Tondo fine clastic
facies unit that predominantly composes of claystones and siltstones separate stacked sand
and conglomerate units. In the Lambale Basin, mudstones and marls ofthe Tondo and
Sampolakosa Formations overlie Tondo coarse clastic horizons, which are interpreted to extend
across the Lambale Basin at depth. The lack of any oil and gas seeps and the restriction of
asphalt impregnations to the margins of the Lambale Basin is the strongest argument forgood
seal potential in the basin.
VI1.3.4 Migration

Migration of oil and gas through fault into reservoir within anticlinal traps in Neogene Basin is
envisaged. Migration of oil into Tondo Clastic rocks is interpreted to have been occurred at an
early stage of the diagenesis.

Faults are interpreted to be the principal migration pathways for hydrocarbons. The Winto

Formation source rocks have been structurally thickened and repeated by thrust faults.

Migration of hydrocarbons occurred initially along thrust faults to potential reservoirs and traps

in younger stratigraphic sequences.

An important consideration is the presence of deep-seated late strike-slip faults, which post

date thrusts and fold and have been active from Late Miocene to possible Recent. These

structures may breach potential hydrocarbon reservoirs and therefore present an alternative

pathwayforhydrocarbon migration.
VI1.3.5 Trapping Mechanism
Primary trap for hydrocarbon in the Buton Area are structural trap which include anticline and

combine anticline and fault traps.


Anticlinal Trap

The anticlinal trap involves Middle Miocene-Pliocene sediments (N14 and younger). The

anticlinal trap can be grouped as upright open fold structures that formed during the latest

tectonic event of the Plio-Pleistocene. The axis of the anticlinal structures trends NE-SW

direction. In the Lambale Basin, the anticlinal structures are generally small. The axis of the

structure trends NNW-SSE.


Stratigraphic Trap

The presence of interfingering of sandstone/conglomerate units with mudstone dominated units

in the Tondo clastic indicates potential for stratigraphic traps in this area. Possible combined

stratigraphic-structural trap may also exist in this area that is formed by folded intraformational

unconformity as seen in a number of anticlinal structures in South ButonArea.


VI1.4 Hydrocarbon Play

Tondo Clastics are the main prospective play in the Buton Basin, with the several potential

traps. The structural trap (block fault and anticline) and stratigraphic traps such as lateral pinch

out are the main potential traps in this play. Hydrocarbon charging estimates from a low

structure, where shale of Winto Formation matures to generate hydrocarbon.

The Tondo Carbonate, Tobelo and Ogena are the other prospective play in the Buton Basin. The

structural trap and stratigraphic trap such as carbonate build-up are the

Potential traps for these plays. Hydrocarbon charging estimates from low structure, where the
shales of Winto Formation mature to create hydrocarbon. The hydrocarbon migrated laterally
and vertically through faults pathway (Figure 4).
References

Davidson, J.W., 1991, The Geology and Prospectivity of Buton Island, S.E. Sulawesi,
Indonesia, Proceed. Indon. Petrol. Assoc., Twentieth Annual Convention, Vol.
1.

ERI & Geoservices LTD, 1990. Hydrocarbon Prospectivity of Buton Island S. E. Sulawesi,
Indonesia.

Garrard, R.A., Silalahi, D., Shciller, D. & Mahodim, P. 1989. Sengkang Basin, South
Sulawesi. Indon. PetroLAssoc. PostConvention FieIdTrip,1989.46p. Sosrowidjojo, I.B.,1994
The Biomarker of seme seep samples from the Buton Island LEMIGAS,1988. Penelitian
Karakteristik Geokimia Pulau Buton, Prosuda,1988/1989.

Anda mungkin juga menyukai