Contoh Kasus Perlindungan Konsumen Bidang Pangan
Contoh Kasus Perlindungan Konsumen Bidang Pangan
Demi menekan ongkos pproduksi, para pelaku usaha tega mencampurkan zat-zat
berbahaya ke dalam produk yang mereka jual agar produknya bisa tahan lama. Misalnya saja
produsen yang menggunakan boraks atau formalin ke dalam produk makanan yang dijualnya
agar produk tersebut lebih tahan lama. Kalau produk mereka tahan lama, bisa dijual lagi
keesokan harinya, sehingga ongkos produksi juga bisa ditekan.
Konsumen yang telah membayar sejumlah uang untuk mendapatkan produk yang
dijual oleh pelaku usaha tersebut malah dicurangi. Konsumen tidak mendapatkan kualitas
produk yang sesuai dengan yang diinginkannya. Tetapi justru membahayakan kesehatan
mereka di kemudian hari. Kasus seperti ini jelas telah melanggar UU Perlindungan
konsumen. Di dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 4 point ke 3 disebutkan salah satu
hak konsumen yaitu hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.
Kasus tersebut jelas sudah bertentangan dengan bunyi pasal tersebut tentang hak
konsumen. Hak konsumen telah diabaikan. Konsumen tidak mendapatkan informasi yang
jujur dari pelaku usaha mengenai produk yang mereka jual. Para pelaku usaha seolah tidak
jera dan tetap melakukan hal itu lagi. Bahkan seperti tidak ada tindakan yang tegas dari
pemerintah untuk menghadapi para pelaku usaha yang demikian.
Dalam kasus ini tidak hanya para pelaku usaha yang salah. Namun konsumen juga
harus lebih teliti lagi dalam membeli suatu barang. Konsumen harus lebih mengamati produk
yang dibelinya. Jangan sampai tertipu. Dalam membeli suatu barang, konsumen juga harus
memperhatikan tanggal kadaluarsa dari produk tersebut. Jangan sampai membeli produk
yang telah kadaluarsa. Namun, sang pelaku usaha juga harus selalu mengontrol produk yang
mereka jual, jangan sampai ada produk yang telah kadaluarsa tetapi masih saja dijual. Jadi,
dalam hal ini dibutuhkan peran dari kedua belah pihak.
ANALISIS KASUS :
Berdasarkan kasus dan teori diatas masih banyak pelaku usaha yang tidak menjalankan
kewajibannya dan masih banyak konsumen yang merasa dirugikan akibat oknum-oknum
pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab.
Jika dilihat menurut Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
kasus pelaku usaha dibidang pangan tersebut menyalahi ketentuan. Berikut adalah beberapa
pasal dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang dilangar oleh pelaku usaha
dalam bidang pangan:
3. Pasal 19
o Ayat 1 : Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan
o Ayat 2 : Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
o Ayat 3 : Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi
Hukuman Bagi Para Oknum Penyalahgunaan Zat Berbahaya dalam Produk Pangan di
Indonesia
Hukuman bagi pelaku usahapun masih terlalu ringan, misalnya yang terbukti bersalah hanya
divonis penjara 3-6 bulan sedangkan dendanya hanya Rp. 200.000, Dasar hukum yang
dipakai oleh hakim dan jaksa hanya KUHP atau peraturan daerah. Sedangkan dalam UU
Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 pelanggan terhadap kesehatan konsumen dapat
dikenakan hukuman maksimal 5 tahun berikut denda hingga Rp 2 milyar.