Anda di halaman 1dari 12

Makalah Manajemen Investasi

Buying On Margin Short Sales


(Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi Kelas C)

Disusun Oleh:

Muhammad Gilbal Syahrefah 145030200111079


Alfin Febriansyah 145030200111063
Muhammad Setyobudi Anugerah 145030207111029
Dhira Aditya Nanda 145030207111039

PRODI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Investasi oleh para investor merupakan permainan ekspektasi masa depan.


Dikarenakan tujuan dari investor adalah memaksimalkan tingkat pengembalian (return) tanpa
melupkaan faktor risiko investasi yang harus dihadapi. Tingkat pengembalian (return) adalah
imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang. Sedangkan risiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari rata-rata tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur
dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.

Perlu disadari bahwa, sulit dipisahkan antara return dengan risiko investasi. Oleh
karena itu perusahaan harus mampu mempertimbangkan pemilihan keputusan dalam
berinvestasi. Suatu keputusan yang memiliki return yang tinggi sudah pasti berhubungan terbalik
dengan risiko yang tinggi pula (high return high risk). Artinya, setiap ekspektasi di amsa datang
atas satu investasi maka pasti terdapat risiko potensial akan terjadi dari investasi bersangkutan.

Sumber return dalam investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan
capital gains. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gains (loss) merupakan
kenaikan (penurunan) harga dari surat berharga yang bisa memberikan keuntungan (kerugian)
bagi investor. Jadi para investor harus mampu menetukan pilihan yang tepat agar mampu
mendapatkan return yang maksimal dengan resiko yang sedikit, di bawha ini kami menjelaskan
tentang reeturn investasi dengan lebih rinci.
BAB II

Pembahasan

2.1 Definisi Margin Trading

Margin trading terdiri dari buying margin dan short selling

Buying margin adalah membeli saham dengn uang tunai dan meminjam untuk membayar
tambahan saham yang dibeli. Sebelumnya obligasi dan saham yang telah dibeli dapat
dijadikan jaminan pinjaman.

Short Selling , adalah penjualan saham yang tidak dimiliki oleh penjual short, saham yang
dijual secara short tsb diperoleh dengan meminjam dari pihak ketiga. Penjual short
meminjam saham dengan harapan membeli saham tsb nantinya pada harga yang rendah
secara simultan mengembalikan saham yang dipinjam, juga memperoleh keuntungan atas
penurunan harganya.

Jika investor membeli saham dengan margin , berarti membeli saham dengan uang tunai
dan meminjam untuk membayar tambahan saham yang dibelinya. Sebelumnya obligasi
dan saham yg telah dibeli dapat dijaminkan . Contoh, jika pemerintah mengijinkan 55%
margin, investor harus membayar dengan tunai paling sedikit 55% dari nilai sekuritas
yang dibeli. Dengan demikian pembeli dapat meminjam dana maksimal 45% dari harga
pokok sekuritas.Margin yang ditentukan bervariasi mulai dari 49% s/d 100%
Investor yang akan membeli atas dasar margin, harus membuka rekening margin (margin
account) dengan pialang saham.

Rekening margin yang dibuka mirip dengan rekening kas,perbedaannya, untuk membuka
rekening margin harus memberi informasi lebih lengkap/banyak sebagai jaminan bagi
pialang
2.2 Keuntungan dan Kerugian Margin Trading

Keuntungan utama pembelian dengan margin adalah memberikan keuntungan yang besar
kepada investor sebagai imbalan atas margin yang yang diperlukan.Dana yang
diinvestasikan akan meningkat dua kali lipat jika marginnya 50%,

Kerugian penggunaan Margin adalah pembesaran kerugian. Tambahan kerugian tersebut


berupa pembayaran bunga atas jumlah yang dipinjam dan harus dibayar baik harga saham
meningkat ataupun menurun. Jadi , margin trading memperbesar risiko.

2.3. Contoh Margin Trading

Investor Tuan Ali ingin membeli 100 lembar saham @ Rp 10.000/lb. Diasumsikan
margin yg diperkenankan adl 55%

Sesuai dengan ketentuan margin yang diperkenankan 55%, artinya Tuan


Ali membeli saham dengan membayar hanya 55% saja dan menggunakan saham yang
dimilikinya 45% untuk meminjam

Pembelian saham: Rp 1.000.000 (Rp. 450.000 pinjaman dari pialang dan


Rp 550.000 margin/uang muka dari modal sendiri.

Jika harga saham naik 100%

Jika harga saham naik menjadi Rp. 20.000,total keuntungan setelah


menjual saham dan membayar Rp 450.000
Tabel diatas menunjukkan bahwa laba sebelum pajak akan meningkat dari
Rp 550 000 menjadi Rp 1000 000 jika Tn ali membeli dengan margin. Dengan demikian
pembelian dengan margin memberikan imbalan yang tinggi jika harga saham naik.
Kekayaan Tn Ali dalam rekening pialang meningkat dari Rp 550.000 menjadi Rp
1.550.000 dengan rincian sebagai berikut :

o Nilai Pasar Saham = 100 lb x Rp 20 000 = Rp 2000 000, terdiri dari :

o Hutang Rp 450 000

o Margin ( Nilai Pasar Hutang) atau

Rp 1000000 (laba)+ Rp 550 000 ( margin)

o Jika harga saham turun, misalkan turun menjadi Rp 5000. Nilai pasar dari investasi
margin dalam 100 lb saham turun dari Rp 1000 000 menjadi Rp 500 000

Membeli dengan margin kerugiannya adalah sebesar Rp 500 000 ( Rp 5000x 100lb).
Setelah menjual 100 lb saham dan membayar hutang Rp 450 000, investor Tn Ali hanya
mempunyai kekayaan Rp 50 000. Investor Tn Ali rugi sebesar yg diinvestasikan dengan rincian
sebagai berikut :

o Nilai Pasar = Rp 5000 x 100lb =Rp500 000

o Hutang Rp 450 000

o Kekayaan Rp 50 000 (nilai pasar- hutang) atau margin kerugian = 550000 500 000
= 50 000

Setelah posisi short ditentukan,penjual short membeli sekuritas di pasar untuk mengganti
sekuritas yang dipinjam dari pialang. Jika hargasekuritas yang dibeli untuk mengganti sekuritas
yang dipinjam dibeli dengan harga lebih murah daripada harga jual dengan short,penjual short
memperoleh keuntungan dari penurunan harga tsb.
o Jika harga saham meningkat sebelum penjual short menganti sekuritas yg
dipinjam,penjualshort merugi dari kenaikan harga saham yg dipinjam dan harus diganti
dengan hargalebih tinggi

o Sebaliknya jika investor membeli tidak dengan margin dan melakukan


pembelian tunai 55lb saham, kerugian yg diderita hanya sebesar Rp275 000( Rp 5000
kerugian x 55 lb saham).

o Posisi kas menjadi Rp 275 000 sesudah menjual 55 lembar saham (uang
semula Rp 550 000 Rp 275 000 kerugian )

TABEL PERHITUNGAN KERUGIAN

2.4 Short Selling

Short Selling atau disebut dengan bai al-madum, yaitu melakukan penjualan atas barang
(Efek) yang belum dimiliki. Bisa juga diartikan sebagai penjualan saham yang dimiliki penjual
short, saham yang dijual secara short tersebut diperoleh dengan meminjam dari pihak ketiga.
Penjual short meminjam saham dengan harapan membeli saham tersebut nantinya pada harga
yang rendah dan secara simultan mengembalikan saham yang dipinjam, juga memperoleh
keuntungan atas penurunan harganya.
Contoh :
Misalnya ada tiga investor, sebut saja A, B dan C. Sedang mata uang yang dijadikan
ajang short selling adalah GBP. Misalnya A bertindak sebagai pelaku short selling, dengan
menjual GBP kepada C. Mengapa A berani melakukan tindakan itu? Pertama, perdagangan forex
terjadi secara future, artinya penyerahan dilakukan kemudian malah dalam praktik commodity
future trading/bursa komoditi berjangka penyerahan ini tidak pernah ada-sehingga A tidak harus
segera menyerahkan GBP kepada C. Kedua, A berkeyakinan bahwa harga GBP akan menurun di
waktu kemudian (setelah A menjual GBP kepada C). Informasi penurunan harga GBP di waktu
kemudian itu merupakan kunci sukses short-selling.
Kita lanjutkan contoh diatas, katakan A melakukan short selling dengan menjual 1 lot
(USD 10,000) GBP dengan kurs USD 1.8850 pada pukul 11.00. A berani menjual GBP dengan
harga 1.8850, karena dari analisis tehnikal A mendapatkan hasil GBP akan melemah terhadap
dollar AS menjadi USD 1,8700 pada pukul 15.00 (setelah penjualan terjadi). Jika C bersedia
membeli 1 lot GBP yang di jual A, maka kelak C akan menyerahkan uang sejumlah USD 1.8850
kepada A. Apa yang terjadi selanjutnya? Misalnya, analisis yang dilakukan A tepat, pada pukul
15.00 kurs GBP menunjuk angka USD 1,8700 Dengan segera A melakukan order beli. Kebetulan
B bersedia menjual 1lot GBP kepada A pada kurs USD 1,8700. Jadi kelak A harus menyerahkan
uang kepada B sejumlah USD 187,000.
Dengan demikian, pada saat settlement :
1) A menerima uang sejumlah USD 188,500 dari C.
2) A segera membayar USD 187,000 kepada B.
3) A menerima 1 lot GBP dari B.
4) A memberikan 1 lot GBP kepada C.
Dengan strategi short selling yang dilakukan A itu, dihasilkan keuntungan USD 1,500.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) ingin transaksishort
selling tidak diberlakukan di pasar modal Indonesia. Meski pengaturan dan pengawasan transaksi
ini sudah dilakukan secara tepat, namun tetap berpotensi melanggar prinsip syariah.
Transaksi Short Selling adalah transaksi penjualan efek, dimana efek dimaksud tidak dimiliki
oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan. Secara prinsip transaksi tersebut sudah tidak
sesuai, karena dalam aturan jual beli dalam syariah pihak yang melakukan penjualan hendaknya
menguasai obyek yang akan dijadikan transaksi.
Secara umum UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Peraturan V.D.3 melarang
perusahaan efek menerima pesanan jual dari nasabah yang tidak mempunyai saham. Sedangkan
Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep-07/PM/1997, peraturan Nomor IV.B.1 pada nomor 12.g.
melarang manajer investasi reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif untuk terlibat dalam
pembelian efek yang belum dimiliki (short sale). Larangan yang sama dikenakan kepada
pengelola reksa dana berbentuk perseroan berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep-
19/PM/1996 nomor 12.g.

Manfaat dari Short Selling adalah :


Peluang untuk mengubah penurunan harga sekuritas menjadi suatu keuntungan
Kerugian Short Selling :
Merupakan transaksi dengan risiko yang cukup tinggi, karena penurunan harga
suatu sekuritas hanya dapat terjadi sejauh tertentu (paling tidak sama atau hampir sama nol)
Dilain pihak kenaikan harganya tidak terbatas (jika harga sekuritas naik, short selling rugi)
Short Selling tidak pernah memperoleh dividen (karena jangka waktunya cukup
pendek) Namun jika dividen dibayarkan dalam periode transaksi short Sell, maka short Seller
harus menyerah - kannya kepada pemberi pinjaman saham (lender)

Peminjaman Sekuritas:
Sekuritas untuk short selling bisa dipinjam dari broker atau investor individual
lainnya.
Broker meminjamkan sekuritas yang dipegang dalam portofolionya atau dikenal
dengan sebagai Street Name Account (akun nama jalan)
Street Name Account adalah sekuritas yang dipegang oleh broker untuk
pelangganny; saham dikeluarkan atas nama kantor broker tetapi dipegang untuk kepentingan (in
trust) account dari kliennya.
Broker meminjamkan sekuritas untuk transaksi short sale sebagai pelayanan
kepada kliennya; sedangkan individu meminjamkan sekuritas karena mendapat kan pinjaman
tanpa bunga.
Tetapi individu yang meminjamkan hanya mereka yang memegang sekuritas atas
namanya sendiri.
Bila transaksi short sale dilakukan, pemberi pinjaman (lender) berhak menerima
pinjaman tanpa bunga sebesar nilai kolateral/ jaminan dari sekuritas yang digunakan dalam short
sale.
Nilai kolateral ini merupakan jumlah uang yang dapat dipinjam dalam margin
trading. Contoh :
Bila Margin Requirement /MR 60% nilai koletral akan berjum - lah 40% yang
merupakan pinjaman maksimum dalam transaksi margin.
Jadi bila seseorang meminjamkan sekuritas bernilai Rp 10 juta dan M/R yang
berlaku 60%, maka ia dapat menerima pinjaman tanpa bunga 40% x Rp 10 juta = Rp 6 juta.
Pinjaman tanpa bunga tersebut merupakan windfall, karena da - pat diinvestasikan
untuk memperoleh keuntungan dan biasanya dalam bentuk tabungan, karena tidak ada kepastian
kapan short seller akan membeli kembali sekuritas dan menarik pinjamannya M i s a l :
Jika short Sale tsb. diatas berlaku selama 9 bulan dan bunga tabungan 8%/tahun maka
investor dapt memperoleh tambahan penghasilan Rp 10 juta x 8% x 9/12 = Rp 240.000

Penggunaan Short Selling.


Investor melakukan short sale untuk salah satu dari dua alasan :
a. Mencari laba spekulatif bila harga suatu sekuritas diharapkan
turun, atau
b. Melindungi laba dan menangguhkan pajak dengan memagari
(hedgimg) posisinya.
Semua short sale dilakukan atas margin, yaitu besarnya penggu- naan modal
sendiri (equity deposit) yang harus dilakukan inves - tor untuk dapat memulai transaksi, karena
adanya M/R .
Dalam short sale tidak diperlukan dana pinjaman , sehingga ti - dak ada
pembayaran bunga
1. Margin dalam Short Sale :
Margin dalam short sale dihitung dengan rumus :
Margin (%) = (Hasil Penjualan + Equity deposit) Nilai Sekuritas
Nilai Sekuritas
Contoh :
Investor ingin melakukan short sale atas 100 saham @ Rp 60
dengan menggunakan margin yang berlaku 70%.
Dalam hal ini :
- Nilai Saham (NS) dan Hasil Penjualan (HP) :
100 x Rp 60 = Rp 6.000
- Equity Deposit (ED) : 70% x Rp 6.000 = Rp 4.200
Jika harga saham naik menjadi Rp 70, maka :
Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -7.000 ) : 7.000 = 46%
Nilai HP dan ED tetap yaitu Rp 6.000 dan Rp 4.200 tetapi nilai kolateral berubah
naik menjadi Rp 7.000. Oleh karena harga saham naik, besarnya margin turun, sebab investor
menderita kerugian yang mengakibatkan nilai equity turun.
Karena besarnya margin (46%) turun dibawah M/R (70%) investor menghadapi
restricted account.
Jika harga saham turun menjadi Rp 50, maka :
Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -5.000 ) : 5.000 = 104%
Investor memperoleh kelebihan equity yang dapat digunakan untuk piramidasi.

2. Hasil atas Modal yang Ditanam :


Dalam short Sale tidak ada dana yang dipinjam dan tidak
ada bunga yang harus dibayar, sehingga hasil yang diper-
oleh berasal dari equity deposit. Hanya saja short seller
harus membayar dividen kepada lender yang akibatnya
mengurangi laba .
Rumus hasil atas modal yang ditanam
(retunr in invested capital) sbb. :
ROIC = ( HP BP D) : ED
Dimana :
- HP = Hasil Penjualan
- BP = Biaya Pembelian Sekuritas
- D = Dividen yang dibayar short seller
Contoh :
Seorang investor ingin menggunakan 70% margin un tuk short sale saham seharga
Rp 60 yang diprediksi akan turun menjadi Rp 40 dalam waktu 6 bulan. Perusahaan membayar
dividen Rp 2 per-saham seta - hun atau Rp 1 per-saham untuk 6 bulan
Perhitungan hasil persaham menghasilkan :
ROIC = Rp 60 Rp 40 (6/12 x Rp 2) : (70% x Rp 60)
= Rp 19 /42 x 100% = 45%
Hasil perhitungan ini tidak akan berubah, berapun jumlah saham dalam transkasi
ini
3. Spekulasi :
Karena short seller bertaruh terhadap perilaku pasar , maka short selling meru-
pakan teknik spekulasi yang tinggi dan menghadapi risiko yang cukup besar.
Contoh :
Seorang investor telah menemukan suatu saham yang diprediksi akan merosot
harganya dari Rp 50 menjadi Rp 30 dalam waktu 8 bulan mendatang. Ia me
mutuskan untuk melakukan short selling 300 saham dengan menggunakan
margin 50%
Spekulasi dengan short Sale :
Short sale awal : 300 saham dijual @ Rp 50 Rp 15.000
Short sale tutup : 300 saham diobeli @ Rp 30 Rp 9.000
Laba bersih .. Rp 6.000
Equity deposit 50% x Rp 15.000 Rp 7.500
ROIC : Rp 15.000 9.000 : 7.500 = 80%
Apabila harga saham memang turun menjadi Rp 30 investor akan mempero-
leh ROIC sebesar 80% . Tetapi jika ternyata harga saham naik, maka seluruh
atau sebagian besar investasinya Rp 7.500 akan habis.
4. Melindungi laba yang telah diperoleh :
Short sale bisa digunakan untuk melindungi laba yang telah diperoleh dari
transaksi sebelumnya Teknik ini disebut hedging atau shorting-against the box
Transaksi I :
-Membeli 100 saham @ Rp 20 = Rp 2.000
Harga saham naik menjadi Rp 50
Laba dalam transaksi ini :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 50 Rp 5.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 (Rp 2.000)
Laba Bersih . Rp 3.000
Transaksi II:
Short Sale 100 saham @ Rp 50
A. Harga saham naik menjadi Rp 80
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 80 Rp 8.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ... (Rp 2.000)
Laba .. Rp 6.000
Kurang : Rugi Short Sale :
Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 80 = ( 8.000) = Rp 3.000
Laba Bersih .. Rp 3.000
B. Harga saham turun menjadi Rp 30
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 30 Rp 3.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ... (Rp 2.000)
Laba .. Rp 1.000
Tambah : Laba Short Sale :
Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 30 = ( 3.000) = Rp 2.000
Laba Bersih .. Rp 3.000
Dalam transaks1 pertama diperoleh capital gain Rp 3.000
Investor tidak ingin menjual saham itu sekarang, tetapi ia juga tidak mau
kehilangan laba itu.
Dengan melakukan short sale, investor dapat mengunci laba Rp 3.000 tersebut
Meskipun harga saham naik atau turun, investor tetap terjamin akan laba itu.

Anda mungkin juga menyukai