Anda di halaman 1dari 15

Makalah Perkembangan Kebudayaan

Gerabah di Indonesia

Disusun Oleh
Nama : Alfina Damayanti
Kelas : XI AP 2
No Absen: 2 (Dua)

UPTD SMK N 2 TEGAL


Jln. Wisanggeni No. 1 Tegal
Telp. (0283) 358279 Fax (0283) 350430 Kode Pos 52124
Website : www.smk2tegal.sch.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat serta karunia Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang
berjudul :Perkembangan Kebudayaan Gerabah di Indonesia

Makalah ini berisikan tentang informasi perkembangan Gerabah ,saya


harap Makalah ini dapat memberi informasi kepada kita semua tentang
Kebudayaan Gerabah dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari khususnya untuk saya dan umumnya untuk para pembaca Makalah ini.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir Kata ,saya sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah
ini dari awal sampai akhir,semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita.

Tegal, Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I - PENDAHULUAN ........

BAB II - PEMBAHASAN
1. Sejarah
2. Jenis-Jenis
3. Perkembangan
Gerabah di Indonesia

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I Pendahuluan

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di bentuk
kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan
manusia.

Berdasarkan penelitian, gerabah prasejarah diperkirakan sejaman dengan


masa bercocok tanam.Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan rumah
tangga. Istilah gerabah biasanya untuk menunjukan barang pecah belah yang
terbuatdari tanah liat.selain disebut dengan gerabah sebagian ada yang
menyebutnya dengan tembikar atau keraamik local,untuk membedakannya dari
istilah keramik asing.

Gerabah merupakan bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat


kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah
dan keramik. Ada pendapat gerabah bukan termasuk keramik, karena benda-benda
keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap
seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain.

Proses pembuatan keramik atau gerabah dibagi menjadi dua bagian, yaitu
dengan cara dicetak apabila untuk pembuatan dalam jumlah yang banyak, atau
dikerjakan dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan tangan pada keramik
yang berbentuk silinder seperti jambangan, pot atau guci, yang dilakukan dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat di atas tempat yang dapat
diputar, salah satu tangan perajin akan berada di sisi dalam sementara lainnya
berada di luar. dengan proses memutar alat tersebut maka akan menjadikan tanah
berbentuk silinder.
BAB II Pembahasan

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat


kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah
dan keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah
permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci,
tegel lantai dan lain-lain.

Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud


seperti periuk, belanga, tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat
ditinjau dari beberapa sumber berikut ini : Menurut The Concise Colombia
Encyclopedia, copryght a 1995, kata keramik berasal dari bahasa Yunanai
(greeak) keramikos menunjuk pada pengertian gerabah; Keramos menunjuk
pada pengertian tanah liat. Keramikos terbuat dari mineral non metal, yaitu
tanah liat yang dibentuk, kemudian secara permanen menjadi keras setelah
melalui proses pembakaran suhu tinggi.

Usia keramik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun lalu.
Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996
disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya
yang terbuat dari tanah liat alami dan telah melalui perlakuan pemanasan pada
suhu tinggi. Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah
satunya terkenal dengan teori keranjang.

Di Indonesia istilah gerabah juga dikenal dengan keramik tradisional


sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni
secara turun temurun.

Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian


tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9).
Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional ini
adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan
untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah
liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-
barang tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk
Pulungan batu) berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-
stupa kecil dan sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di
atas, Excerpted from Camptons Interactive Encyclopedia dalam Pottery and
Porcelain, Copyright 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau pembuatan
bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti
kutipan berikut : The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the
oldest arts in the world.

1. Sejarah dan Peranan Gerabah


Dalam dunia arkeologi istilah gerabah sudah sangat terkenal. Gerabah
diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup
menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di indonesia, telah
ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau
keperluan religius seperti upacara dan penguburan. tembikar yang paling
sederhana dibentuk dengan hanya menggunkan tangan, yang berciri adonan kasar
dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu
bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar
yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar. selain
ditemukan banyak tembikar dan juga terdapat pembuktikan bahwa benda gerabah
mulai dikenal pada masa bercocok tanam.Bukti-bukti tersebut berasal dari
kadenglebu(banyuwangi), kalapadua(bogor), serpong (tangerang), kalumpang dan
minanga sepakka(sulawesi), sekitar bekas danau bandung, timur leste dan
poso(minahasa). Dari temuan-temuan tersebut dapat kita simpulkan bahwa teknik
pembuatan gerabah dari masa bercocok tanam masih sederhana.

Gerabah dibuat dari satu atau dua jenis tanah liat yang dicampur.
Warnanya tidak bening, berpori, dan bersifat menyerap air. Campuran yang
digunakan terdiri dari pasir kasar atau pasir halus, dan pembakarannya antara
1000-1150 derajat Celcius. Kadang-kadang lebih rendah dari itu.

Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolitik (kira-kira 10.000
tahun SM) di daratan Eropa dan mungkin pula sekitar akhir masa paleolitik (kira-
kira 25.000 tahun SM) di daerah Timur Dekat. Menurut para ahli kebudayaan,
gerabah merupakan kebudayaan yang universal (menyeluruh), artinya gerabah
ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh bagian dunia. Gerabah muncul
pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa foodgathering
(mengumpulkan makanan). Pada masa ini masyarakat hidup secara nomaden,
senantiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam corak
hidup seperti itu wadah gerabah dapat digunakan secara efektif karena gerabah
merupakan benda yang ringan dan mudah dibawa-bawa. Selain itu gerabah juga
merupakan benda yang kuat, paling tidak lebih kuat daripada yang dibuat dari
bahan lain, seperti kayu, bambu atau kulit binatang.

Yang terpenting, bahan pembuatan gerabah mudah didapat. Tanah liat


terdapat di mana-mana. Karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap
masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri. Akan tetapi
mengenai proses penemuan gerabah itu sendiri, belum satu orang pun bisa
menguraikannya secara ilmiah.
Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai faktor yang utama,
meskipun panas matahari barangkali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama.
Karena itu dapat dipastikan bahwa munculnya gerabah merupakan efek lain dari
penemuan dan domestikasi api. Masyarakat yang belum mengenal api tentulah
mustahil bisa memproduksi gerabah. Dengan demikian, tafsiran bahwa gerabah
mula pertama dikenal pada masa neolitik dapat diterima, sebab penemuan dan
domestikasi api baru dikenal pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolitik.
Sampai kini gerabah yang berhasil ditemukan terutama berbentuk wadah, seperti
periuk, cawan, pedupaan, kendi, tempayan, piring, dan cobek.

Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di


anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi
temuan ini sangat besar manfaatnya, karena gerabah merupakan alat penunjuk
yang baik dari kebudayaan yang berbeda. Beberapa kereweng yang dapat dikenali
tipenya bisa digunakan untuk menanggali benda-benda lain yang ditemukan di
sekitarnya dan dapat pula digunakan untuk menentukan hubungannya dengan
kebudayaan lain. Selain itu gerabah merupakan benda yang sulit hancur sama
sekali, terlebih lagi Jika tersimpan dalam tanah. Itulah sebabnya gerabah yang
telah berusia puluhan ribu tahun pun masih bisa dikenali.

2. Jenis-jenis Gerabah
Bentuk dan kegunaan gerabah sangat beraneka ragam, mulai sekedar
barang hiasan ruangan, peralatan rumah tangga hingga souvenir dengan ukuran
yang sangat beragam. Menurut bentuk dan kegunaannya, gerabah dapat dipilah
menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Fungsi Gerabah
Berdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :
a. Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung
kepada penggunanya. Bentuk gerabah fungsional antara lain : pot bunga, tempat
payung, tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan peralatan dapur;
b. Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai
barang-barang hiasan ruang, seperti guci.
2) Ukuran Gerabah
Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :
a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 150 cm.
b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm
c. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai barangbarang
hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat lilin, patung kecil.

Contoh gambar gerabah fungsional

( Kendi ) ( Asbak )

( Gerabah Peralatan Dapur ) ( Pot Bunga )

Contoh gambar gerabah Non Fungsional


( Guci )

3. Perkembangan Gerabah di Indonesia


a. Kadenglembu (Jawa Timur)
Penelitian terhadap situs Kadenglembu dilakukan oleh Heekeren pada
tahun 1941 dan Soejono pada tahun 1969 menemukan sejumlah kereweng tidak
berhias, di antaranya ada yang memperlihatkan warna merah yang dipoleskan
pada permukaan luarnya. Dalam lapisan yang mengandung kereweng ini
ditemukan sejumlah fragmen beliung setengah jadi, batu asahan berfaset dan
sejumlah besar pecahan batu. Di atas lapisan ini terdapat lapisan yang lebih muda
yang mengandung beberapa pecahan porselin dan bata, serta beberapa uang
kepeng.

Bentuk gerabah yang ditemukan di Kedenglembu ini masih sederhana,


karena sebagian besar temuan berupa fragmen tepian dan badan dari periuk yang
pada umumnya bentuknya membulat. Periuk dengan bada bergigir sangat jarang
dijumpai. Dari data yang terkumpul, dapat kita ketahui tentang bentuk-bentuk
periuk yang umumnya kebulat-bulatan dengan tepian melipat ke luar. Dari bentuk
semacam itu dapat pula kita duga bahwa gerabah seperti itu dibuat oleh kelompok
masyarakat petani yang selalu terikat dalam hubungan sosial-ekonomi dan
kegiatan ritual. Sifat-sifat individual tidak dapat berkembang pada pembuatan
gerabah di Kadenglembu.

b. Jawa Barat
Situs penemuan Kalapadua terletak di atas daratan di tebing kananSungai
Ciliwung. Sebagian gerabah yang ditemukan di tempat ini berada di permukaan
tanah.

Dari daerah Kalapadua, ditemukan gerabah yang lebih banyak daripada


yang ditemukan di Kadenglembu. Dari hasil pengkajian ternyata gerabah yang
ditemukan di Kalapadua lebih baik dalam pembuatannya, akan tetapi memiliki
kekurangan dalam hal pembakaran, dimana pembakarannya kurang sempurna
sehingga mengakibatkan gerabah yang ada di Klapadua tidak bisa bertahan lama.
Gerabah ditemukan dalam keadaan rapuh dan mudah pecah. Hampir sebagian
gerabah yang ditemukan di Klapadua telah terkikis sehingga mengakibatkan pola
hias yang pasti tidak bisa diketahui.
Dari hasil penemuan kita dapat memperkirakan bahwa kebudayaan yang
berkembang di Kalapadua berasal dari masa bercocok tanam. Ditinjau dari
hasil penemuan yang ada di Klapadua, dapat diperkirakan kalu daerah ini pernah
menjadi tempat tinggal masyarakat yang menghasilkan kebudayaan kapak persegi.
Dari hasil temuan dapat diketahui bahwa gerabah yang dibuat di tempat itu
berupa; periuk, cawan, dan pedupaan (cawan berkaki).

a.Periuk
Temuan-temuan gerabah pada umumnya fragmentaris itu, kita kenal dua macam
jenis periuk yang memiliki tepian melekuk dan melipat keluar.

Bentuk badan yang kebulat-bulatan,


Jenis periuk dengan bergigir

Setelah di kumpulkan ternyata bentuk periuk ke bulat-bulatan ditemukan lebih


banyak daripada yang berbentuk bergigir.

b.Cawan
Setelah di kumpulkan dan dikategorikan ternyata jenis cawan ada tiga
macam,yaitu:

Cawan beralas bulat dengan tepian langsung yang agak melengkung ke dalam.
Cawan beralas rata dengan tepian langsung
Cawan yang sama dengan yang pertama namun perbedaannya terletak pada
diberi kaki sehingga bentuknya seperti pedupaan.

Ketiga jenis cawan tersebut tidak memiliki hias. Yang menarik dari cawan-cawan
tersebut ialah cawan jenis ketiga yang mirip dengan pedupaan. Kaki dibuat
terpisah dari badannya. Bekas-bekas sambungannya masih tampak dan sering kali
kedua bagian ini ditemukan dalam keadaan terpisah. Untuk memperkuat
sambungan itu, dibuat goresan pendek sedalam -1 mm pada bagian yang akan
disambungkan dengan badan yang telah disiapkan terlebih dahulu.

Sekitar Danau Bandung


Gerabah yang ditemukan di sekitar Danau Bandung dikumpulkan oleh
Jong dan Koenigswald pada tahun 1941-1947. Adapun tempat-tempat penemuan
gerabah di sekitar danau Bandung yaitu dataran tinggi Dago Timur. Di dataran
tinggi Dago Timur ini Rothpletz telah mengumpulkan kereweng-kereweng yang
jumlahnya banyak bersama-sama pecahan obsidian, pecahan batu api, kuarsa, dan
sisa-sisa tuangan besi.

Gerabah dari Bandung umumnya tebal-tebal (antara 5-20 mm), dan


berwarna merah. Tanda-tanda hiasan masih tampak, yaitu berupa goresan-goresan
pola sisir dan pola tali, tetapi pada umumnya polos dipoles dengan warna merah
pada permukaan luarnya. Dari fragmen-fragmen yang ditemukan dapat
diperkirakan bentuk gerabah Dago Timur itu. Di antaranya ada periuk yang
badannya kebulat-bulatan dan ada pula yang memiliki puncak bersudut dengan
tepian melipat ke luar, ada juga fragmen alas yang rata, tetapi tidak banyak
jumlahnya.

c. Sulawesi Tengah
Peninggalan gerabah yang ditemukan di Sulawesi Tengah diperkirakan
berasal dari masa bercocok tanam, karena ditemukan bersama unsur-unsur beliung
dan kapak yang diupam. Situs penemun yang ada di Sulawesi Tenggara yaitu di
daerah Minanga Sipakka yang terletak di pinggir Sungai Karama.
Stein Callenfels yang pernah mengadakan penggalian di bukit Kamasi
mengatakan bahwa diantara gerabah yang ditemukan itu ada yang berasal dari
masa protoneolitik, jadi menjelang masa bercocok tanam. Heekeren membedakan
gerabah kelumpang atas periode, yaitu periode bercocok tanam ialah kereweng-
kereweng polos dan beberapa kereweng berhias bergores dengan pola garis
pendek sejajar dan pola lingkaran. Kereweng yang berpola geometris digolongkan
ke dalam masa perundagian yang banyak persamaannya dengan gerabah komplek
Sayunh di Vietnam.

Gerabah yang ditemukan di Minanga Sepakka di temukan bersama dengan


unsur kapak lonjong dan alat pemukul kulit kayu dari batu. Gerabah dari tempat
ini ada yang polos ada juga yang berhias gores dengan pola lingkaran, segitiga
(tumpal), belah ketupat, dan sering di susun dalam komposisi pita-pita horizontal
sekeliling badan. Menurut Heekeren, gerabah dari Minanga Sepakka lebih tua dari
gerabah yang berasal dari Kalumpang. Pendapat ini di dasarkan pada nihilnya
unsur beliung persegi di Minanga Sepakka. Namun apabila dilihat dari pola
lukisan yang ada dalam gerabah yang ditemukan dapat diperkirakan sejaman.

BAB III Kesimpulan


Dari materi yang telah penulis kemukakan berdasarkan data-data yang
telah penulis sajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerabah adalah alat yang
terbuat dari tanah liat yang masih tradisional dan berfungsi sebagai alat bantu
kehidupan manusia dan dapat juga digunakan sebagai penghias ruangan
disamping itu dapat digunakan pula sebagai bagian dari interior rumah.

Gerabah ternyata tidak hanya berupa alat-alat dapur seperti cobek atau
kendi tetapi juga berupa vas bunga, celengan, asbak dan aneka macam bentuk
yang terbuat dari tanah liat. Dalam pembuatan gerabah dapat dibagi menjadi 6
bagian yaitu Persiapan tanah liat, Proses pembentukan, Penjemuran, Pembakaran,
serta proses Pengambilan dan Penyempurnaan hasil tanah liat.

Dan dapat ditarik kesimpulan, bahwa perkembangan gerabah dari zaman


dahulu sampai zaman sekarang telah mengalami perubahan, seperti gerabah pada
zaman dahulu hanya sebagai alat bantu rumah tangga sekarang gerabah dapat juga
digunakan sebagai penghias taman atau sebagai interior rumah. Dan untuk
mengantisipasi agar produk-produk tersebut tidak kalah dengan produk modern,
corak dan disain gerabah tersebut harus lebih menarik dan harus ada perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

http://hurahura.wordpress.com/2010/03/24/gerabah-sejarah-dan-peranannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tembikar
http://www.isi-dps.ac.id/berita/pengertian-gerabah
http://rainbownettalaga.blogspot.com/2012/11/makalah-gerabah.html
http://www.aktual.co/jalanjajan/104847gerabah-kasongan-mendunia
http://www.galerikerajinanindonesia.com/content/uploads/mtoc/product_images/p
ot-bunga-besar-gl.jpg
http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/08/kendi-air.jpg
http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/08/gerabah-jawa-tengah.jpg
http://1.bp.blogspot.com/-
yqyPspyY77E/UTGU5a3LHrI/AAAAAAAAAIU/i3TxJpVUsH4/s200/guci+batik
+tulis.JPG
http://kampungbatikwiradesa.com/foto_produk/21Guci%20batik%20B.JPG
http://www.wacananusantara.org/2/561/gerabah:-peninggalan-kebudayaan-
masyarakat-prasejarah

Anda mungkin juga menyukai