Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA RADIASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : NAUFAL ALIF SYARIFUDDIN

NIM : 011400391

KELOMPOK : 7

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR

ACARA : Polimerisasi

PEMBIMBING : Maria Christina P,S.ST,M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2016
POLIMERISASI DENGAN IRADIATOR DAN MBE

I. Tujuan

Melakukan pencangkokan dengan iradiasi dan mengetahui derajat


pencangkokan polimer hasil iradiasi.
II. Dasar Teori

Poliakrilamida dapat dikondisikan sebagai polimer yang netral,


kationik, anionik, atau amfoter dengan sifat fisika dan kimia panjang dan
berat molekul yang bervariasi. Sebenarnya terdapat ratusan formulasi
poliakrilamida yang spesifik, tergantung pada panjang rantai polimer dan
jenis dari gugus fungsi yang disuubstitusikan sepenjang rantai.
Poliakrilamida disintesis dari gas alam dan telah digunakan pertama kali
setengah abad yang lalu untuk penggembur tanah.

Gambar.1 Poliakrilamid

Poliakrilamida adalah polimer (-CH 2 CHCONH 2- ) yang terbentuk


dari subunit akrilamida yang juga dapat melalui ikatan silang. Akrilamida
dibutuhkan untuk digunakan dalam percobaan laboratorium yang baik
untuk menghindari terjadinya keracunan karena itu berupa neurotoksin.
Poliakrilamida tidak beracun, tetapi akrilamida nonpolimerisasi dapat
ditunjukan dalam polimerisasi akrilamida. Oleh karena itu
direkomendasikan untuk menanganinya dengan suatu ketetapan. Pada
bentuk ikatan silang, poliakrilamida merupakan penyerap air yang tinggi,
membentuk gel yang lembut yang digunakan pada beberapa aplikasi
seperti gel elektroforesis poliakrilamida dan pada pembuatan lensa kontak
yang lembut. Pada bentuk rantai lurus poliakrilamida juga digunakan
sebagai bahan pengental dan agen penghambat. Namun kebanyakan
poliakrilamid terdapat dalam bentuk cair. Cairan ini disubkategorikan
sebagai larutan dan polimer emulsi.
Polimer emulsi memerlukan peralatan istimewa seperti sistem
polimer campuran makanan untuk mengaktifkan kembali emulsi menjadi
bentuk yang aktif dan menghasilkan perbandingan yang benar dari polimer
menjadi air. Bentuk anionik dari poliakrilamida sering digunakan sebagai
penggembur tanah pada lahan pertanian dan letak konstruksi untuk
mengendalikan erosi. Bentuk non ionik dari poliakrilamida telah diketahui
berperan penting dalam industri air minum. Garam logam trivalent seperti
besi klorida dan aluminium klorida dijembatani oleh rantai polimer yang
panjang dari poliakrilamida. Hasil ini memberikan kenaikan yang
signifikan pada tingkat flokulasi.
Pencangkokan Kopolimer Secara Radiasi
Kopolimer adalah satu polimer yang mengandung dua unit atau
lebih monomer yang secara kimia berbeda. Skema kopolimer random
ApBq dapat dilihat pada Gambar 3.3.
A-A-B-A-B-B-B-A-A-B-B-A-A-A-B
Gambar 3.3. Kopolimer Random
Kopolimer cangkokan (graft copolymer) adalah molekul polimer
yang terdiri atas dua atau lebih bagian polimer yang berbeda. Jadi, suatu
kopolimer cangkok dapat dihasilkan dari kombinasi kimiawi dua atau
lebih makromolekul yang secara kimiawi berbeda. Skemanya dapat dilihat
pada Gambar 3.4.
(A-A-A-A)x

(B-B-B-B)y
Gambar 3.4. Kopolimer Cangkok
Jika dua makromolekul Ax dan By berikatan dan ikatannya terjadi
pada bagian ujung salah satu makromolekul, maka struktur ini disebut
sebagai kopolimer blok. Kopolimer cangkok yang terdiri atas rangkaian
panjang unit monomer yang berbeda membentuk satu jenis makromolekul
yang mempunyai sifat unik. Jadi, suatu kopolimer cangkok dapat
mempunyai kombinasi karakteristik dari kedua polimer yang digabungkan.
Adapun kopolimer randombiasanya hanya memperlihatkan sifat-sifat
intermediate dari kedua monomer. Bila diumpamakan polimer sebagai
suatu logam, maka kopolimer cangkok mempunyai sifat dan keunggulan
seperti logam paduan (alloys). Kopolimer cangkok AxBy dapat dibuat
dengan empat proses kimiawi sebagai berikut:
1. adisi polimerisasi dari suatu vinil monomer B yang diawali
dengan polimer teraktivasi Ax;
2. kombinasi dua radikal bebas dari polimer Ax' dan By';
3. polikondensasi monomer B pada gugus polimer reaktif Ax;
4. kondensasi makromolekul Ax dan By yang keduanya
mengandung gugus-gugus reaktif.
Radiasi dapat dijadikan inisiator/induksi pembentuk radikal bebas
dan ion pada suatu substrat tertentu kemudian radikal atau ion yang
dihasilkan dapat menyebabkan berlangsungnya kopolimerisasi cangkok
(graft-copolymerization). Cara seperti ini biasa disebut pencangkokan
secara iradiasi (radiation grafting). Beberapa aspek yang harus
diperhatikan bila akan menggunakan radiasi dalam aplikasi ke polimerisasi
adalah harga G, metode, mekanisme reaksi, derajat pencangkokan, dan
sumber radiasi.
Berdasarkan proses iradiasi, ada dua metode pencangkokan secara
iradiasi, yaitu iradiasi polimer dan monomer secara bersamaan (sering
disebut teknik simultan, simultaneous radiation grafting) dan iradiasi
secara bertahap (pre-radiation grafting).
Teknik iradiasi simultan baik dilakukan apabila monomer tidak
lebih reaktif daripada polimernya, sehingga dapat dihindarkan terjadinya
homopolimerisasi. Teknik ini dipengaruhi oleh laju dosis radiasi. Tetapi,
laju dosis yang tinggi tidak selalu memberikan hasil pencangkokan yang
tinggi pula karena pada laju dosis tertentu difusi monomer akan menjadi
kurang efisien. Pemilihan pelarut merupakan hal yang penting dalam
metode simultan ini karena menentukan besarnya derajat pengembangan
(swelling) polimer. Derajat pengembangan diperlukan untuk memudahkan
difusi monomer ke dalam matriks polimer.
Pada teknik iradiasi cara bertahap (pre-radiation grafting), polimer
induk diiradiasi terlebih dahulu dalam kondisi vakum atau dalam udara,
kemudian ditambahkan larutan monomer yang ingin dicangkokkan.
Selanjutnya, dilakukan pemanasan pada kondisi bebas oksigen. Oksigen
yang mempunyai orbital kosong akan bertindak sebagai pemangsa
(scavenger) radikal. Penangkapan radikal akan mereduksi jumlah radikal
peroksida yang bertindak sebagai inisiator reaksi pencangkokan.
Mekanisme reaksi rantai pembentukan polimer dalam proses
kopolimerisasi dapat dibagi menjadi tiga tahap utama, yaitu inisiasi,
propagasi, dan terminasi.
Inisiasi. Kekhasan reaksi polimerisasi adalah pada tahap inisiasi.
Pada pencangkokan secara iradiasi, inisiasinya adalah radikal yang
dihasilkan dari proses iradiasi polimer seperti pada Persamaan (3.2) dan
Persamaan (3. 3).
k0
P-H P* + H*
radiasi (3.2)
P*
ki
+ M P-M* (3. 3)
Hukum laju reaksi adalah:

r PH = k o PH atau r p* = 2 k o P* atau r i = k i M 1 (3. 4)

dengan, P adalah polimer induk, M adalah monomer yang akan dicangkok k 0


adalah konstanta inisiasi menjadi radikal polimer, H* adalah radikal hidrogen, P*
adalah radikal polimer, k 1 konstanta inisiasi radikal polimer monomer, P-M*
adalah radikal polimer monomer, r PH adalah laju penguraian polimer induk, r p*
adalah laju pembentukan radikal polimer, dan r i = laju reaksi inisiasi.

Propagasi. Bila P-M* diumpamakan radikal R 1 , maka propagasi adalah


peristiwa penyusunan antara radikal R 1 dengan satu unit monomer.

R1 + M
kp
R2 (3.5)
R2 + M
kp
R3 (3. 6)
Secara umum:
Rj + M
kp
Rj+1 (3. 7)
Hukum laju reaksi propagasi adalah:
r j = k p MR j (3.8)
Pada tahap ini bisa terjadi transfer rantai (chain transfer) sebagai berikut:
i. Transfer ke suatu monomer; di sini suatu rantai polimer yang masih aktif
mentransfer radikal bebasnya ke monomer membentuk radikal R 1 dan
kemudian polimer itu tidak aktif lagi (mati).
Rj + M km
Pj + R1 (3. 9)
Hukum laju reaksi: r mj = k m MR j (3.10)

ii. Homopolimerisasi biasanya disebabkan oleh peristiwa transfer rantai ke


monomer seperti ini.
Transfer ke spesi lain; peristiwa ini memberi efek tidak langsung pada
reaksi.

Rj + C kc
Pj + R1 (3.11)
Hukum laju reaksi: r cj = k c CR j (3.12)

Transfer radikal ke pelarut; peristiwa ini akan sangat menentukan hasil


reaksi. Pemilihan pelarut akan menentukan hasil pencangkokan.

Rj + S ks
Pj + R1 (3.13)
Hukum laju reaksi: r sj = k s SR j (3.14)
dengan, k p adalah konstanta propagasi, r j adalah laju reaksi propagasi, k m
adalah konstanta transfer rantai ke monomer, r mj adalah laju transfer rantai ke
monomer, C adalah spesi lain (misalnya bila reaksi pada udara terbuka, maka
oksigen dapat merupakan spesi lain), k c adalah konstanta transfer rantai ke
spesi lain, r sj adalah laju transfer rantai ke spesi lain, k s adalah konstanta
transfer radikal ke pelarut, dan rsj adalah laju transfer radikal ke pelarut.
Terminasi. Terminasi adalah terhentinya aktivitas pertumbuhan rantai pada
polimer, yang terjadi dalam dua mekanisme, yaitu adisi dua polimer yang
tumbuh menjadi satu polimer serta terminasi oleh disproporsionasi.
Adisi (ikatan) dua polimer yang tumbuh menjadi satu polimer.
ka
Rj + Rk Pj+k (3.15)
Hukum laju reaksi:
r aj = k a R j R k (3.16)
Terminasi oleh disproporsionasi, yaitu transfer sebuah atom hidrogen dari salah
satu radikal ke radikal yang lain, kemudian membentuk satu molekul jenuh dan
satu molekul tak jenuh.

kd
Rj + Rk Pj + Pk
(3.17)
Hukum laju reaksi:
r dj = k d R j R k (3.18)
dengan, k a adalah konstanta terminasi adisi, r aj adalah laju terminasi adisi, k d
adalah konstanta terminasi disproporsionasi, dan r dj laju terminasi
diproporsionasi.
Berdasarkan mekanisme reaksi pada Persamaan (3.2) sampai Persamaan
(3.17), maka dapat diperkirakan reaksi yang akan terjadi pada polietilena dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
Inisiasi : CH2-CH2-CH2 2 CH2-CH-CH2 + H2
* (
CH2-CH-CH2 + M CH2-CH-CH2
*
M* (
Propagasi : CH2-CH-CH2 + nM CH2-CH-CH2

M* (M)n+1*
Terminasi : CH2-CH-CH2 CH2-CH-CH2 kopolimer cangkok (
+ +
kopolimer
M* (M)n+1* ikatan silang

Gambar 3.9. Mekanisme Reaksi Polimerisasi dengan Inisiasi Radiasi (

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat
1. Mesin Berkas Elektron 350 keV/10mA
2. Spektrofotometer dengan perangkat lunak Genesys CTA Reader
3. Berbagai piranti gelas
4. Wadah kaca

3.2 Bahan
1. Plastik
2. Monomer Akrilamide
3. Aquadest
4. Neraca analitik.

IV. Langkah Kerja

a. Preparasi Sampel
- Plastik ukuran dipotong-potong dengan ukuran 3 cm x 4 cm,
kemudian ditimbang dicuci dengan larutan aquadest kemudian
dilanjut dicuci dengan alkohol teknis.
b. Iradiasi Sampel
- Larutan sampel disiapkan ke dalam wadah kaca dan diberi label.
Sampel diirradiasi dengan dosis irradiasi sebesar 50 kGy
c. Pencucian dan Pengeringan Poliakrilamida
- Sampel yang telah diirradiasi, sebagian dicuci menggunakan
aquadest dan sebagian lagi dicuci menggunakan aseton. Pencucian
dilakukan hingga diperoleh poliakrilamida yang tidak berlendir.
Kemudian dilakukan pemanasan dalam oven agar diperoleh
poliakrilamida kering.

V. Data Praktikum

5.1 Irradiasi dengan irradiator gamma


Dosis irradiator = 50 kGy
Konsentrasi Akrilamide (%) Massa Sebelum (gram) Massa Setelah (gram)
5 0,1265 0,1241
10 0,1242 0,1252

5.2 Irradiasi dengan MBE


Dosis MBE = 86 kGy
Konsentrasi Akrilamide (%) Massa Sebelum (gram) Massa Setelah (gram)
5 0,1245 0,1253
10 0,1279 0,1282

VI. Perhitungan

6.1 Akrilamida yang diirradiasi dengan irradiator gamma

(0,1241 0,1265)
= 100%
0,1265

= 1,9 %

Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut :


Konsentrasi Akrilamide (%) DOG (%)
5 -1,90
10 0,81

6.2 Akrilamida yang diirradiasi dengan MBE

(0,1253 0,1245)
= 100%
0,1245

= 0,64 %

Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut :

Konsentrasi Akrilamide (%) DOG (%)


5 0,64
10 0,23

VII. Pembahasan

Pada praktikum ini telah dilakukan iradiasi untuk proses polimerisasi.


Polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi rantai
polimer yang panjang dan berulang. Sedangkan polimer itu sendiri merupakan
senyawa makromolekul yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil
(monomer) yang saling berikatan. Terdapat dua cara membuat polimer yaitu
secara konvensional menggunakan inisiator berupa bahan kimia dan secara
radiasi. Proses polimerisasi dengan menggunakan teknik iradiasi dapat terjadi dua
kemungkinan, yaitu ikatan silang (cross linking) dan degradasi. Bahan yang
digunakan pada proses polimerisasi ini adalah polimer plastik dan larutan
akrilamida. Akrilamida dapat membentuk rantai polimer panjang yang dikenal
sebagai poliakrilamida, yang juga karsinogenik. Polimer ini dipakai dalam
pengental karena ia akan membentuk gel bila tercampur air. Interaksi radiasi
dengan plastik dan larutan akrilamida diharapkan terjadi proses pencangkokan
atau grafting. Iradiasi dilakukan di mesin berkas elektron PSTA BATAN dan
iradiator karet alam PAIR BATAN.

Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan, didapatkan data bahwa


pada percobaan grafting dengan menggunakan akrilamide 5% dan plastik ketika
diiradiasi menggunakan iradiator gamma mengalami penurunan massa. Hal ini
merupakan sebuah peristiwa degradasi. Peristiwa degradasi ini kemungkinan
dikarenakan oleh posisi plastik saat iradiasi tidak terendam dalam larutan
akrilamide. Sehingga saat iradiasi gamma mengenai plastik, yang terjadi adalah
proses degradasi dalam plastik itu sendiri. Sedangkan, data di PAIR dengan
komposisi akrilamide 10% dan percobaan di mesin berkas elektron, diketahui
bahwa terdapat peningkatan massa plastik yang telah diiradiasi. Hal ini
menandakan bahwa proses pencangkokan antara akrilamid dan plastik telah
berjalan akibat dari proses iradiasi tersebut. Nilai derajat pencangkokan (DOG)
tertinggi sebanyak 0,81% berada di sampel yang diiradiasi menggunakan
irradiator karet alam dengan konsentrasi akrilamida 10%. Hal ini menunjukkan
bahwa proses polimerisasi plastik dan akriamida yang efektif menggunakan
irradiator karena derajat pencangkokan plastik lebih tinggi dibandingkan yang
didapat di mesin berkas elektron. Pada data di mesin berkas elektron, diketahui
bahwa pada konsentrasi 5% akrilamida memiliki derajat pencangkokan yang lebih
tinggi daripada konsentrasi akrilamida 10%. Secara teoritis, jika konsentrasi
akrilamida semakin besar, maka nilai derajat pencangkokan akan semakin tinggi
juga. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh interaksi elektron dengan sampel
tidak maksimal karena keseragaman dosis elektron di tiap sampel berbeda,
kemungkinan pada posisi akrilamida 5% memiliki intensitas elektron yang lebih
banyak daripada posisi akrilamida 10% sehingga proses grafting berjalan lebih
baik.
VIII. Kesimpulan

1. Pada iradiasi di MBE plastik mengalami pencangkokan, sedangkan pada


iradiasi dengan iradiator gamma dengan akrilamide 10% mengalami
pencangkokan dengan akrilamide 5% mengalami degradasi.
2. Akrilamida dengan konsentrasi 5% memberikan derajat pencangkokan
(DOG) menggunakan irradiator gamma sebesar -0,91% sedangkan dengan
menggunakan MBE DOG sebesar 0,64%. Kemudian untuk akrilamida
10% didapat DOG dengan iradiasi gamma sebesar 0,81% sedangkan
dengan MBE sebesar 0,23%.

IX. Daftar Pustaka

1. Christina P, Maria dan Kartini Megasari.2007.Dasar-Dasar Kimia


Radiasi, Percobaan-Percobaan dan Contoh Aplikasinya.Yogyakarta :
STTN-BATAN.
2. NN. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Polimerisasi, diakses pada 16
November 2016
3. Ramadhani, Risa Diah. 2013. Makalah Proses Radiasi Kimia dan Polimer.
Yogyakarta: STTN-BATAN

Yogyakarta, 7 Januari
2017

Pembimbing Praktikan,

Maria Christina P, S.ST M.Eng Naufal Alif Syarifuddin

Anda mungkin juga menyukai