Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN KURIKULUM

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir


yang artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh
oleh pelari. Istilah kurikulum ini kemudian berkembang, hingga pada
akhirnya kurikulum dapat dipahami sebagai landasan yang digunakan
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan
yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental (Samsul Nizar, 2002).

Menurut Allan C. Ornstein dan Francis Hunkins (1993) kurikulum


dapat didefinisikan sebagai suatu rencana aksi atau dokumen tertulis
yang meliputi strategi mencapai tujuan atau akhir yang diinginkan, seperti
ia nyatakan: a curriculum can be defined as a plan for action or a written
document that includes strategies for achieving desired goals or ends.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Dalam sejarah perkembangan psikologi khususnya psikologi
belajar, menunjukkan bahwa proses pemindahan (transmission) itu tidak
mudah, memerlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar proses
belajar itu bisa berlaku. Syarat tersebut adalah perangsang (stimulus),
adanya gerak balas (response), dan gerak balas harus diberi peneguhan
(reinforcement), ketiganya dapat dibangun melalui kurikulum yang
ditawarkan kepada peserta didik. (Hasan Langgulung, 2003:356)
Dari sisi atau aspek kepemimpinan, perlu dipahami dan dikritisi
komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum, dalam arti perlunya menggali secara terus-menerus
pertanyaan-pertanyaan mendasar serta berusaha mencari alternatif
jawabannya mengenai hal-hal yang terkandung dalam masing-masing
komponen:
1. Komponen Dasar; yang meliputi dasar-dasar filosofis, sosiologis, kultural,
psikologis, orientasi, tujuan pendidikan, prinsip-prinsip kurikulum yang
dianut, fungsi kurikulum
2. Komponen Pendidik; yang meliputi kode etik pendidik / dosen, kualifikasi
dan pengembangan tenaga pendidik, in service training, penataran dan
sebagainya.
3. Komponen Materi; meliputi jenis, ruang lingkup materi, urutan
sistematika atau sekuensinya, sumber acuannya.
4. Komponen Penjenjangan; meliputi graded atau non-graded system,
tahun penjenjangan, terminasi dan penjurusan.
5. Komponen sistem penyampaian (delivery system); meliputi strategi dan
pendekatannya, metode pengajarannya, pengaturan kelas dan
pemanfaatan media pendidikan.
6. Sistem evaluasi; meliputi konsep dasar tentang kriteria keberhasilan,
sistem penilaian, macam evaluasinya, masalah tes atau bentuknya,
inspeksi / penilikan / pengawasan.
7. Komponen peserta didik (input); meliputi persyaratan masukan
(rekrutmen), kualitas mahasiswa didik yang diharapkan, kuantitas
mahasiswa, latar belakang mahasiswa: pendidikan, sosial, budaya,
agama, pengalaman hidup, potensi, minat, bakat dan intelegensinya.
8. Komponen proses pelaksanaan; meliputi pola belajar mengajarnya:
presentasi, independent study, interaksi (Kemp, 1977). Expository
approach, inquiry approach (Gerlach & Elly, 1971), intensitas dan
frekuensinya, interaksi pendidik-peserta didik, dan / atau antar peserta
didik di dalam dan di luar kegiatan tatap muka, pengelolaan kelas dan
penciptaan suasana di dalam kelas.
9. Komponen keluaran / output (tindak lanjut); meliputi kualitas ouput atau
keluaran yang berhasil, organisasi alumni sebagai media pendidikan lanjut
antara pendidik dan mahasiswa, bimbingan lanjut melalui buletin, reuni
dan sebagainya.
10. Komponen organisasi kurikulum; meliputi sentralisasi atau desentralisasi,
pola organisasi kurikulum, real curriculum, hidden curriculum, open-
minded curriculum, kegiatan intra/ekstra kurikuler.
11. Komponen bimbingan dan penyuluhan; meliputi strategi pendekatan
(tradisional, development, auto neo-tradisional), pengorganisasian dan
proses layanan.
12. Administrasi pendidikan; meliputi manajemen kelembagaan, ketenagaan,
hubungan antara orang tua dan masyarakat.
13. Komponen sarana dan prasarana; meliputi buku teks, pepustakaan,
laboratorium/ studio, perlengkapan kelas, media pendidikan atau
pengajaran, gedung pendidikan.
14. Komponen usaha pengembangan; meliputi adanya evaluasi dan inovasi
kurikulum, penelitian, perencanaan pengembangan jangka pendek,
menengah dan panjang, seminar, diskusi, simposium, lokakarya dan lain-
lain, penerbitan, kerjasama dan hubungan luar.
15. Komponen biaya pendidikan; meliputi sumber biaya dan alokasinya,
perencanaan dan pembiayaan pendidikan, sistem pertanggungjawaban
keuangan dan pengawasannya.
16. Komponen lingkungan; meliputi suasana kelas, perguruan tinggi, di
sekitar perguruan tinggi, suasana di daerah setempat (lokal), regional dan
global. (Muhaimin, 2003: 184-186)

B. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997) dalam Akhmad
Sudrajat (2009) mengemukakan empat landasan utama dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofi memegang peranan penting dalam
pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan dan pemberdayaan
kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga
akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan.
Adapun aliran-aliran filsafat yang berkaitan dengan
pengembangan kurikulum yaitu:
a. Perenialisme; lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran
dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme; menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Aliran ini juga berorientasi
pada masa lalu.
c. Eksistensialisme; menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
d. Progresivisme; menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme; merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Rekonstruktivisme lebih menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan kreatif.
Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model
Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme
memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan
Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam
Pengembangan Model Kurikulum Interaksional. (Sudrajat, 2008).
2. Landasan Psikologis
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997) terdapat dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu:
a. Psikologi Perkembangan, merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam
psikologi perkembangan dikaji tentang hahekat perkembangan,
pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
b. Psikologi Belajar, merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang
hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku
individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan sekaligus mendasari perkembangan kurikulum
(Akhmad Sudrajat, 2008).
Menurut Spencer, kompetensi merupakan karakteristik
mendasar dari seorang yang merupakan hubungan kausal dengan
referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik
dalam pekerjaan pada suatu situasi.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi,
yaitu:
a. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten
atau keinginan untuk melakukan suatu aksi
b. Bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten
berbagai situasi atau informasi
c. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang
d. Pengetahuan ; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang
e. Keterampilan ; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental
Menurut E. Mulyasa (2002) sedikitnya terdapat lima
perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu
diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu :
a. Perbedaan tingkat kecerdasan
b. Perbedaan kreativitas
c. Perbedaan cacat fisik
d. Kebutuhan peserta didik
e. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif

3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-
manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi
justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997)
mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian,
kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad
pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori batu terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu
merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.

C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Sesuai Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36 menyatakan bahwa:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasioanl.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik.
3. Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI
dengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan taqwa
b. Peningkatan akhlak mulia
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
f. Tuntutan dunia kerja
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
h. Agama
i. Dinamika perkembangan global
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
4. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
5. Beragam dan terpadu.
6. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
7. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
8. Menyeluruh dan berkesinambungan.
9. Belajar sepanjang hayat.
10. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daaerah.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan


satuan pendidikan, potensi / karakteristik daerah, social budaya
masyarakat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah /
madarasah mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP PP No. 19 Tahun
2005 tentang SNP pasal 17.

D. SILABUS
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau
sekelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi, dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar (BSNP, 2006).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh
masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi
komponen-komponen dalam silabus.
1. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
Untuk memperoleh silabus yang baik, dalam penyusunan silabus
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus harus disesuiakan dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik. Prinsip ini
mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi
pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran,
penetapan waktu, strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan
kebutuhan media dan alat pembelajaran.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus.
Dari kedua komponen ini, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan,
strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta
teknik dan instrument penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian
kompetensi tersebut. Penyesuaian materi dapat disesuaikan tingkat
kesukarannya dengan menggunakan urutan mudah ke sulit atau sulit
ke mudah
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,
indicator, meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
serta teknik dan instrument penilaian. Dengan prinsip konsisten ini,
pemilihan materi pembelajaran, penetapan strategi dan pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media
pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan instrument
penilaian semata-mata di arahkan pada pencapaian kompetensi dasar
dalam rangka pencapaian standar kompetensi.
e. Memadai
Cakupan indicator, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar dan system penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar. Indicator ditetapkan untuk mencapai standar
kompetensi yang diharapkan. Materi dapat disesuaikan dengan kondisi
real yang ada di sekolah dan lingkungan pekerjaan yang ada di daerah
sekitar, sehingga skill peserta didik sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Pengalaman belajar yang diperoleh harus beragam dan memadai serta
beragam (melalui praktik-praktik yang dilakukan oleh peserta didik
dengan komposisi 30% teori dan 70% praktik). Penilaian harus terukur
yang mencakup keseluruhan indicator dan kompetensi dasar yang
diujikan. Ketersediaan sumber belajar yang memadai baik dari referensi,
media pembelajaran serta alat yang digunakan sebagai sumber bahan
ajar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang
terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah
dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas silabus ini memungkinkan
pengembangan dan penyesuaian silabus dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun praktik (psikomotor).
Kegiatan pembelajaran dalam silabus dirancang sedemikian rupa
sehinnga peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan
kemampuaanya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga
dapat mempertajam kemampuan afektif dan yang terpenting kemampuan
psikomotoriknya dari sebagian besar materi pembelajarannya melatih
kecakapan hidup.
Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format
yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada
dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam
menyusun format urutan kompetensi dasar, urutan penempatan materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya
dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sejauh tidak
mengurangi komponen-komponen dalam silabus (BSNP, 2006).
2. Langkah-langkah penyusunan silabus
1) Identifikasi Standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta pemetaan
materi pembelajaran.
2) Pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3) Pengembangan indikator.
4) Pengembangan materi pembelajaran.
5) Penetapan kegiatan pembelajaran.
6) Penetapan jenis penilaian.
7) Penentuan alokasi waktu.
8) Menentukan sumber bahan/alat.

Anda mungkin juga menyukai