3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-
manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi
justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997)
mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian,
kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad
pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori batu terus berlangsung hingga saat ini dan
dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu
merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
D. SILABUS
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau
sekelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi, dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar (BSNP, 2006).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator dan seterusnya dapat ditetapkan oleh
masing-masing satuan pendidikan, sejauh tidak mengurangi
komponen-komponen dalam silabus.
1. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
Untuk memperoleh silabus yang baik, dalam penyusunan silabus
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus harus disesuiakan dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik. Prinsip ini
mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi
pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran,
penetapan waktu, strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan
kebutuhan media dan alat pembelajaran.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus.
Dari kedua komponen ini, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan,
strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta
teknik dan instrument penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian
kompetensi tersebut. Penyesuaian materi dapat disesuaikan tingkat
kesukarannya dengan menggunakan urutan mudah ke sulit atau sulit
ke mudah
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,
indicator, meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
serta teknik dan instrument penilaian. Dengan prinsip konsisten ini,
pemilihan materi pembelajaran, penetapan strategi dan pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media
pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan instrument
penilaian semata-mata di arahkan pada pencapaian kompetensi dasar
dalam rangka pencapaian standar kompetensi.
e. Memadai
Cakupan indicator, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar dan system penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar. Indicator ditetapkan untuk mencapai standar
kompetensi yang diharapkan. Materi dapat disesuaikan dengan kondisi
real yang ada di sekolah dan lingkungan pekerjaan yang ada di daerah
sekitar, sehingga skill peserta didik sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Pengalaman belajar yang diperoleh harus beragam dan memadai serta
beragam (melalui praktik-praktik yang dilakukan oleh peserta didik
dengan komposisi 30% teori dan 70% praktik). Penilaian harus terukur
yang mencakup keseluruhan indicator dan kompetensi dasar yang
diujikan. Ketersediaan sumber belajar yang memadai baik dari referensi,
media pembelajaran serta alat yang digunakan sebagai sumber bahan
ajar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang
terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah
dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas silabus ini memungkinkan
pengembangan dan penyesuaian silabus dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun praktik (psikomotor).
Kegiatan pembelajaran dalam silabus dirancang sedemikian rupa
sehinnga peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan
kemampuaanya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga
dapat mempertajam kemampuan afektif dan yang terpenting kemampuan
psikomotoriknya dari sebagian besar materi pembelajarannya melatih
kecakapan hidup.
Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format
yang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada
dua jenis, yaitu jenis kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam
menyusun format urutan kompetensi dasar, urutan penempatan materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya
dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sejauh tidak
mengurangi komponen-komponen dalam silabus (BSNP, 2006).
2. Langkah-langkah penyusunan silabus
1) Identifikasi Standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta pemetaan
materi pembelajaran.
2) Pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3) Pengembangan indikator.
4) Pengembangan materi pembelajaran.
5) Penetapan kegiatan pembelajaran.
6) Penetapan jenis penilaian.
7) Penentuan alokasi waktu.
8) Menentukan sumber bahan/alat.