Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Pengartian Kopling

kopliang adalah alat penyambung antar dua poros yaitu poros penggerak dengan poros

yang digerakkan dan berfungsi sebagai penerus putaran dan daya.

I.2. Macam-Macam Kopling

Berdasarkan konstruksi dan cara kerjanya kopling dapat dibagi atas :

1. kopling tetap (Permanent Coupling)

2. kopling tidak tetap (Non Permanen Coupling)

I.2.1. Kopling Tetap

Kopling tetap adalah sebuah elemen mesin yang berfungi sebagai penerus putaran dan

daya dari poros keporos penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip)

kopling ini tidak dapat dilepaskan, kopling ini dalam keadaan bersambung, dan kopling ini

hanya dapat diputuskan dan dihubungkan apabila poros penggeraknya dihentikan. Kopling tetap

dibagi atas :

A. Kopling Kaku

Kopling kaku digunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu yang

segaris. Kopling ini bisa dipakai pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik-pabrik.

Salah satu contoh kopling kaku :

1.Kopling Bus

Pada kopling ini poros penggerak dengan poros yang digerakkan diikat oleh tabung pengikat

dan poros penggerak tidak terjadi gesekan berputar dengan baik tanpa ada kejutan.
Gambar 1.1 Kopling Bus

B. Kopling Flens Kaku

Kopling flens kaku ini prinsipnya sama dengan kopling bus, dimana proses

yang satu masuk kerumah penggerak, gunanya sewaktu kopling ini berputar dengan

serentak dan baut pengikat-pengikatnya tidak begitu besar menerima beban geser.

Gambar 1.2 Kopling Flens Kaku

C. Kopling Flens Tempa

Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling flens kaku hanya saja antar poros

dengan tempa pengikatnya ditempelkan menjadi satu.

Gambar 1.3 Kopling Flens Tempa.


D. Kopling Luwes

Kopling luwes dapat dibedakan atas :

1. Kopling Flens Luwes

Kopling ini mempunyai bentuk rumah yang sama dengan kopling, tetapi dengan

ada penonjolan pemasangan poros tidak dapat dipasang bus karet atau kulit sebagai

penghubung antara baut dengan dinding flens yang lain. Disamping ini bus karet atau

kulit ini dapat mengurangi kejutan.

Gambar 1.4 Kopling Flens Luwes

2. Kopling Karet Ban.

Kopling ini hampir sama prinsipnya dengan kopling flens luwes yang juga

mempunyai atau tumbukan kopling karet ban dan dapat juga bekerja dengan baik

meskipun kedua sumbu poros tidak benar-benar segaris.

Gambar 1.5 Kopling Karet Ban


3. Kopling Gigi

Pada kopling ini dipakai gigi untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada saat

bekerja antara masing-masing diikat dengan satu rumah pengikat poros dilengkapi

dengan roda gigi kemudian diikat menjadi satu.

Gambar 1.6 Kopling Gigi.

4. Kopling Universal

Kopling ini dipasang secara menyilang untuk menghubungkan masing-masing

poros. Kopling ini mempunyai kecepatan yang tetap

Kopling ini ada 2 jenis antaranya :

Kopling universal hook

Kopling universal kecepatan tetap

Gambar 1.7 Kopling Universal Hook


I.2.2. Kopling Tidak Tetap

Kopling tidak tetap merupakan bentuk sambungan yang menghubungkan poros

penggerak dengan poros yang digerakkan dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya.

Serta dapat memutuskan hubungan kedua poros tersebut baik pada saat berputar maupun pada

saat diam.

Kopling tidak tetap dibedakan atas beberapa macam :

A. Kopling Cakar

Kopling cakar ini merupakan kopling yang meneruskan momen dengan

perantara gesekan sehingga tidak terjadi slip.

Ada dua bentuk kopling cakar antara lain :

1. Kopling Cakar Persegi

Dimana jenis kopling ini dapat meneruskan momenb dalam dua arah

putaran tetapi tidak dihubungkan dalam keadaan berputar.

Gambar 1.8 Kopling Cakar Persegi

2. Kopling cakar Spiral

Kopling ini hanya dapat bekerja meneruskan momen dengan baik pada

suatu putaran tertentu saja dan dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.
Gambar 1.9 Kopling Cakar Spiral.

B. Kopling Plat

Kopling ini berfungsi meneruskan momen denghan perantara gesekan, dengan

demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu dihubungkan

dapat dihindari. Selain itu karena dapat terjadi slip maka kopling berfungsi sebagai

pembatas moment

Menurut jumlahnya kopling ini dapat dibedakan atas ;

1. Kopling Plat tunggal

2. Kopling Plat banyak

Gambar 1.10 Kopling Plat


1. Kopling Plat Tunggal

Pada kopling ini platnya sering sekali disebut piring priksi peranan gesekan

disatukan pada kopling tersebut.

Anak penekan menjepit plat kopling diantara roda gigi penerus dan anak penekan.

Didalam sikap ini kopling terhubung supaya kopling dapat terlepas anak penekannya

diberi pada yang berputar.

Apabila kopling terinjk anak penekannya akan dipindahkan kekanan maka plat

kopling akan lepas dari roda penerus. Jika pedal ini dilepas pegas diantara anak penekan

dan roda penerus dengan sumbu yang pertama berputar bersama roda penerus.

Gambar 1.11 Kopling Plat Tunggal

2. Kopling Plat Banyak/Kopling Ganda.

Beda dengan kopling plat tunggal karena pada kopling ini mempunyai banyak

plat kopling. Sekumpulan piring-piringnya berputar pada sumbu pertama. Cara kerja

sama dengan kopling plat tunggal. Hanya karena bidang platnya lebih besar maka

momen putaran yang dipindahkan lebih besar pula.


Menurut pelayanannya pada kopling plat dapat dibagi atas :

Cara manual

Cara Hidraulik

Cara magnetic

Kopling tersebut kering bila plat-plat gesek bekerja dalam keadaan kering (tanpa

pelumas) dan tersebut basah apabila terendam atau dilumasi minyak.

Gambar 1.12 Kopling Plat ganda

C. Kopling kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhanan dan banyak

keuntungan dimana dengan daya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen yang besar,

tetapi daya tidak seragam.

Gambar 1.13 Kopling Kerucut


D. Kopling Friwel.

Kopling ini hanya diteruskan moment dalam suatu arah putaran saja. Sehingga putaran

berlawanan arahnya tidak dapat diteruiskan berputar lebih lambat dalam arah berlawannan dari

poros yang digerakkan.

Cara kerja berdasarekan efek biji dari bola atau rol bola dipasang dalam ruangan yang

bentuknya sedemikian rupa sehingga jika poros penggerak berputar searah jarum jam, maka

gerakan yang timbul akan menyebabkan rol/bola terjepi diantara poros penggerak dan anak luar

sehingga anak luar bersama poros digerakkan akan berputar meneruskan gaya jika poros

penggerak berputar berlawanan arah.Jika poros yang digerakkan bekerja lebih cepat dari poros

penggerak maka bola/rol akan lepas dari jepitannya.

Gambar 1.14 Kopling Friwil


Pemilihan Kopling
Kopling yang dipakai dalam rancangan ini adalah kopling plat tunggal.
Karena anak penekan menjepit plat kopling diantara roda gigi penerus
dan anak penekan didalam sikap ini kopling dapat terhubung.
BAB II

POROS

D
Gambar 2.1. Poros

Poros merupakan salah satu yang terpenting dalam merancang kopling,maka perlu
diperhatikan sebaik mungkin.Hampir semua kopling sebagai penerus daya dan putaran,peranan
seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai komponen pemindah daya dan putaran,harus diperhatikan jenis bahan
yang harus digunakan biasanya bahan poros terbuat dari baja batang yang mempunyai sifat-sifat
berikut :
* Tahan terhadap momen puntir
* Mempunyai elastissitas yang baik
* Tidak mudah patah

2.1 Macam-macam poros


1. Poros transmisi
Poros transmisi ini mendapat beban puntir atau lentur,daya ditransmisikan kepada
poros ini melalui kopling,roda gigi rantai dan lain-lain.
2. Spidel
Poros transmisi ini relative pendek dimana baban utama berupa puntiran pada poros
ini dideformasinya harus kecil dan ukurannya harus teliti.

3. Gender
Poros seperti ini banyak dipasang antara roda-roda kereta agar boleh dapat berputar.
2.2 Perhitungan poros
Pada rancangan ini proses pemindah daya (p) sebesar 87 Ps dan putaran sebesar 5700
rpm maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk mendapatkan daya (Kw)
Daya : 125 Hp
Putaran : 8700 Rpm

Mengingat pada saat start meneruskan daya lebih (over load) maka perlu diperhitungkan
faktor koreksi yang ditransmisikan.

Tabel 2.1 factor koreksi


Daya yang ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 1,2
Daya normal 1,0 1,5

Dimana : 1 hp = 0,7457 kw
P = 125 x 0,7457
= 93,43 kw

Untuk mengatasi beban kejut atau beban lebih maka diperlukan factor koreksi
Pd = Fc x P (kw) (Sularso 1987;7)

Faktor koreksi yang diabil 1,2 daya maksimum


Dengan demikian :
Pd = 1,2 x 93,43 kw
= 112,11 kw
Momen puntir yang terjadi : 111,855 kw
Pd
T = 9,74 x 105 n 10
.(Sularso 1987;7)

Dimana : Pd = Daya (kw)


n = Putaran (Rpm)
112,11
T = 9,74 x 105 x
8700
5
= 9,74 x 10 x 0.01288
= 12545 .12 kg.mm

2.2.a. Pemilihan bahan poros


Ada 9 baja karbon untuk kontruksi mesis dan baja baja yang difinis dingin untuk poros

Tabel 2.2 Bahan Poros.


Standart Lambang Perlakuan Kekuatan Ketarangan
dan macam panas tarik
S30C Penomalan 48
S35C 52
Baja karbon S40C 55
Kontruksi S45C 58
Mesin(715 G S50C 62
4501) S55C 66

Batang baja S35C-D 53 Ditarik


Yang difinis S45C-D 60 dingin,digerinda
dingin S55C-D 72 ,
dibubut atau
gabungan antara
hal-hal tersebut

Bahan poros diambil dari baja kabon untuk kontruksi mesin (S-C) baja yang difinis

dingin dalamhal ini diambil bahan poros S55C-D dengan kekuatan tarik b 72 kg/mm2 Dengan
factor keamanan Sf1 x Sf2 .

b
a = Sf 1xSf 2 (mm)(Sularso 1987;8)
Dimana :
Sf1 = Untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan baja paduan 6,0
Sf2 = Faktor yang mempengaruhi kontruksi tegangan dan kakasaran permukaan
(1,3-3,0) diambil 2,0

a = Tegangan geser yang diizinkan kg/mm 2

b = Tegangan tarik izin poros 72 kg/mm 2

Maka :
b
a=
Sf 1 x Sf 2
72 kg/mm 2
=
6,0 x 2,0
2
= 6 kg/mm

2.2.b Diameter poros


Diameter poros dapat dihitungdengan rumus :

ds =
[ 5,1
a
xKtxCbxT ] 1
3
(Sularso,1987:8)
Dimana : ds : Diameter poros
Kt : Faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5 sampai dengan
3,0 (direncanakan 2,1)
Cb : Faktor keamanan terhadap beban lentur, harganya 1,2 sampai dengan 2,3
(direncanakan 1,6)

Maka diameter poros dapat dihitung :


1

ds =
[ 5,1
6kg/mm 2
x 2,1 x 1,6 x12545, 12kg .mm
] 3

= 33 mm
Menghitung tegangan geser (g) digunakan rumus :
5,1 x T
g=
ds 3
5,1 x 12545 .12
= 3
( 33 )
g = 1, 780 kg/mm 2
Tabel 2.3 Diameter Poros (Satuan mm)
4 10 * 22,4 40 100 * 224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 * 11,2 28 45 * 112 280 450
12 30 120 300 460
* 31,5 48 * 315 480
5 * 12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
5,6 14 * 35,5 56 140 * 355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
* 7,1 71
75
8 80
85
9 90
95

Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standart.
2. Bilanagan didalam kurung hanya dipakai untukbagian dimana akan dipasang bantalan
gelinding.
2.2.c. Pemeriksaan kekuatan
Pada pemeriksaan kekuatan, dimana tegangan puntir (g) yang timbul harus lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan a > g dimana :
a = 6 kg/mm
g = 1,780 kg/mm
Berarti diketahui bahwa a > g dengan demikian bahwa kontruksi cukup untuk digunakan.
BAB III
SPLAIN DAN NAAF

3.1.Perhitungan Splain
Splain berfungsi meneruskan daya tarik poros yang digerakkan dengan putaran naaf.
Splain mempunyai alur yang berbeda pada poros,sedangkan naaf mempunyai alur alur dalam
yang terdapat pada kedudukan plat gesek.Besar dan jumlah alur pada splain dan naaf adalah
sama serta saling terikat satu sama lain,untuk perencanaan ini clearenya dianggap nol.

Gambar 3.1 Splain dan Naaf

3.1.a. Pemeriksaan terhadap splain dan naaf


Jumlah alur splain dan naaf (direncanakan 10 buah) tujuannya agar getaran yang terjadi
pada splain dan naaf relatif halus.
Data perencanaan untuk splain terdiri dari 10 buah alur diperoleh :
Panjang splain (I)
= 1,8 x ds
= 1,8 x 33
= 59.4
Tinggi splain (h) = 0,095 x ds = 0,095 x 33 = 3.135
Lebar (w) = 0,156 x ds = 0,156 x 33 = 5,148
Diameter poros (ds) = 33

Karena diameter minimum = diameter poros, maka diameter splainnya adalah :


Ds = 2 x h + ds (mm)
= 2 x (3,135) + 33 mm
= 39,27 mm

a. Jari-jari rata-rata antara poros dan naaf (rm)

Ds + ds
rm = mm
4
39 . 27 + 33
= mm
4
= 18 .06 mm

Pemeriksaan kekuatan terhadap splain dan naaf,direncanakan bahan naaf diambil


sama dengan bahan splain dan akibat adanya gaya yang ditransmisikan oleh plat gesek keporos
kopling melalui splain akibat mengalami gaya.
b. Gaya yang bekerja pada splain (Fs)
Mtd
(kg )
Fs = rm
Dimana :
Mtd momen torsi rencana = 15603,48 kg.mm
15603,48 kg.mm
Fs =
18.06 mm
= 863.98kg
c. Gaya yang diterima tiap-tiap splain (F1)
Fs
F1 = n dimana (n) jumlah splain adalah 10 buah
863 .98
F1 = 10
= 86.40 kg

3.1.b. Pemeriksaan terhadap tegangan geser


Fs
g=
bxl
Dimana :
b = w = lebar splain = 5.14
l = panjang = 59.4
Fs
g=
bxl
863 . 98
=
5, 14 x 59 . 4
kg
= 2 .83
Maka : mm 2
Tegangan geser izin (g)
g = 0,8 x t
= 0,8 x 50 kg /mm 2
= 40 kg/mm2
Diketahui bahwa harus lebih besar dari (g) dimana 40 kg/mm2 > 5,77 kg/mm2
maka kontruksi kopling dinyatakan aman dari tegangan geser yang terjadi.
3.1.c. Pemeriksaan terhadap tegangan lengkung (l)
Ml
l= ( kg /mm 2 )
Wl
Dimana :
Ml = Momen lengkung
Ml = Fl x rm
= 86 . 40 x 18 .06
2
= 1560 . 38 kg/mm
Wl = Momen perlawanan lengkung

Wl = x ( rm )2
32
3, 14
= x ( 18 .06 )2
32
= 32 kg /mm 2
Maka :
Ml
l=
Wl
1560 , 38 kg/mm
=
32 kg/mm
l = 40. 76 kg/mm

Tegangan lengkung izin


2
i = t = 50 kg/mm
Dimana diketahui > i dari hasil yang direncanakan 50 > 5,512 dinyatakan kopling
aman dari tegangan lengkung yang berlebihan.

Gambar 3.2 Naaf


3.2 Perhitungan Naaf
Dengan merencanakan splain masuk kedalam naaf, maka berlaku :
Diameter maximal splain (Ds) = tinggi naaf (h) = 3,13 mm
Tinggi splain (t) = lebar naaf (w) = 5,14 mm
Jari-jari rata-rata splain (rm) = 18.06 mm
Tetapi untuk panjang splain tidak sama panjang naaf (L), jadi panjang naaf (L) jadi panjang
Naaf ( CL )
( Ds )3
L=
( ds )3
Dimana :
Ds = Diameter splain
Ds = Diameter poros
Maka :

( 39,27 )3
L=
( 33 )3
= 1, 68 mm

Untuk naaf dihitung kekuatannya terhadap tegangan tumbuk dan tegangan geser pada
perencanaan ini bahan naaf diambil sama dengan bahan splain S 35 C dimana :
b = 52 kg/mm
Sf 1 = 6,0
Sf 2 = 2,0
Dari kesamaan bahan splain dan naaf dapat disimpulkan bahwa tegangan tarik izin (t) pada
naaf sama dengan tegangan tarik izin pada splain yaitu : 50 kg/mm2.

BAB IV

PLAT GESEK

Plat gesek adalah suatu elemen yang ter dapat pada kopling berfungsi untuk meneruskan
daya dan putaran poros penggerak dengan poros yang digerakkan,juga berfungsi untuk
memindahkan daya dari poros penggerak kopling melalui fly wheel dalam bentuk gesekan.

Gambar 4.1 Plat Gesek

4.1 Langkah kerja plat gesek


Ada 4 tingkat mekanisme kerja yang dilakukan plat gesek adalah :
1. Permukaan kerja dari kopling didorong dan ditekan plat gesek,maka poros yang
digerakkan dipercepat sampai pada putararan poros yang menggerakkan.
2. Kopling ini dipergunakan selama putaran input dan putaran output berputar pada putaran
yang sama.
3. Kopling tidak berfungsi bila permukaan kerja digerakkan, maka poros yang digerakkan
putarannya menurun dan kemudian akan berhenti.
4. Pada keadaan tidak bekerja,diantara dua permukaan kerja dipisahkan oleh sebuah jarak
dimana poros yang digerakan berhenti walaupun poros berputar.

Bahan plat gesek

Tabel 4.1 Plat gesek


Bahan permukaan Pa
kontak Kering Dilumasi
Besi cor 0,10 0,20 0,08 0,12 0,09 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 0,20 0,10 0,20 0,05 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 0.10 0,05 0,15 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 0,35 0,02 0,03

4.3 Perhitungan ukuran plat gesek



F= x ( D22 D21 ) x Pa
4

F = x ( D21 x D22 ) x Pa
4
Nilai untuk D1 / D2 > 0,5 tidak boleh kecil dari 0,5
Dimana :
F = Gaya tekan
Pa = Tekan rata-rata pada bidang gesek dengan nilai 0,02 0,03 dipilih 0,02 kg/mm2

F= x (1 D21 ) . D22 x 0, 02 kg/mm
4

= x ( 1 0,52 ) . D22 x 0,02 kg/mm
4
Maka : = 0, 011775 D22 kg/mm

Jari-jari rata-rata
D 1 x D2
rm =
4
( 0,5 + 1 ) . D2
=
4
= 0,375 D2

Untuk mencari diameter luar plat gesek dapat dirumuskan


T = x F x rm............................................................. ( Sularso ,1987: 62 )
Dimana :
T : Torsi yang direncanakan = 12545.12 kg.mm
: Koefisien gesek (0,35 0,65) dipilih 0,50 untuk gesek kering

T = x F x rm
12545.12 = 0,50 x 0, 011775 D22 x 0, 375 D2
12545.12= 2, 2078 x 103 D22

12545, 12
D32 =
2,2078 x 103 D 22
D32 = 5682181,3
3
D2 = 5682181 ,3
= 178 ,44 mm

Maka jari-jari rata-rata (rm)


rm = 0,375 x D2
= 0,375 x 178 ,44 mm
= 66 ,91mm
Gaya yang ditimbulkan tekanan plat gesek (F) dapat dicari
F = 0, 011775 kg/mm 2 x ( D 2 ) 2
F = 0, 011775 kg/mm 2 x ( 178 , 44 )2
= 374 ,92 kg

Lebar bidang gesek (b)


b
= 0,4 0,5
rm
diambil 0,5 maka
b = 0,5 x rm
= 0,5 x 66 ,91
= 33,45 mm

Diameter dalam plat gesek (D1)


D1 = 2 x rm b
= 2 x 66,91 33,45
= 100 ,37 mm
4.4 Perhitungan momen plat gesek
Dalam perencanaan ini perlu diperhatikan momen gesek yang terjadi pada plat gesek
tersebut,supaya kontruksi kopling aman,maka syarat-syarat dibawah ini harus diperhatikan.
Mg = Mtp + Mpm + Mpk ( kg. m )
Dimana untuk mencari momen plat gesek harus ditentukan momen torsi puntirnya
p
Mtp = 9, 74 x 10 5 x
n
93 , 43
= 9, 74 x 10 5 x
8700
= 10459. 86 kg. mm
= 104 , 5986 kg .m
Dimana :
Mg = Momen gesek
Mpm =Momen perancanaan massa
Mpk = Momen perencanaan kopling
2 x Wp
Mpm =
wxt
Dimana :
Wp = Kerja kopling
N xt
= kg . mm
12
t = Waktu kontak plat gesek ( 13 det ik diambil 3 det ik )
2. .n
w = Kecepa tan sudut = rad /det
60

N = Daya 125Hp
1 hp = 125 x 75 kg m/ s
100 hp = 125 x 75 kg m/s
= 9375kg m/s
2..n
W =
60
2 x 3,14 x 8700
=
60
= 910 ,6 rad /det
Maka :
N xt
Wp =
12
9375 x 3
=
12
= 2, 34 kg/ mm

Momen kecepatan massa (Mpm) dapat dicari :


2 x Wp
Mpm =
W xt
2 x 2, 34
=
910 , 6 x 3
= 0, 01541 kg /m

Momen kecepatan kopling (Mpk)


Lk x W
Mpk =
t
Maka :
Lk = Gaya yang dialami kopling
Y b
= rm 4 ( kg .ms1 )
g 2
Dimana :
Y = 7800 kg .m ( berat jenis baja )
b = 33 ,45 mm 0, 03345 m
g = 9, 81 m/ s ( Grafitasi )
rm = 66 ,91 mm = 0, 06691 m
3315 x 105 x 910 ,6
Mpk =
3
= 0,10 kg .m
Maka momen plat gesek
Mg = Mtp + Mpm + Mpk
= 104 ,5986 + 0,01541 + 0,10
= 104 ,7140 kg .m
Tabel 4.2 laju keausan pemakaian plat gesek
Bahan permukaan W (cm3 / kg.m)
Paduan tembaga sinter ( 3 6 ) x 107
Paduan sinter baja
( 4 8 ) x 107
Setengah logam
( 5 10 ) x 107
Damar cetak
( 6 12 ) x 107

Dari tabel diatas dipilih bahan setengah logom


7 3
W = 8 x 10 cm kg.m

Tabel 4.3 Nomor kopling


Nomor kopling 1,2 2,5 5 10 20 20 70 10
0
Batas keausan permukaan 2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,5 3,5
Volume total pada batas keausan (cm2) 7,4 10, 22, 33, 63, 91, 15 21
8 5 0 0 0 0 0
Dipilih nomor kopling yang digunakan 100,L3 = 210 kerja penghubung untuk sekalihubungan
(E)
GD 2 x nr 2 T do kg. m
E=
7160
x
T do TI 1 lb ( )
.. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .(Sularso : 1987 : 70)

Dimana :

GD2 = Gaya yang terjada pada poros koplin,untuk poros roda 4 dipilih G3 kg.m2
Nr = Putaran relatif poros kopling (rpm)
Tdo = Momen gesek dinamis (kg.m)
Tlo = momen start (kg.m)

Maka momen start (Tlo)


P x rm
Tlo = 974 x
n
125 x 0, 06691
= 974 x
8700
= 0, 936 kg.m
Jadi ker ja kopling untuk sekali hubungan ( E )
( 3 )2 x ( 1000 )2 100
E= x
7160 100 0,936
= 1268 ,85 kg.m

Direncanakan umur plat gesek.

L3
Nml =
E .W
210
= 7
1268 ,85 x 8 . 10
= 2068880 , 2 hb
Lama keja kopling
Kopling direncanakan bekerja 5 jam perhari dengan frekwensi hubungan N = 30 hb/jam.
Jadi jumlah hubungan sehari :
= 5 jam/hari x 30 hb/jam
= 150 hb/hari
Dengan jumlah hari 365 hari /tahun, maka :

Cyr = 150 x 365


= 54750 hb/hari

Nml
Nmd =
Cry
2068880 ,2
=
54750
= 3,7 tahun

Dengan demikian plat gesek diganti tiap 3,7 tahun sekali


4.5 Perhitungan daya plat gesek
Mg . W . t . z
Ng = ................................................................(Sularso 1987 : 73)
2 x 75 x 3600

Dimana :
Ng = Daya gesek
Mg = Momen gesek = 13,69668 kg.m
W = Kecepatan sudut = 628 rad/det
t = Waktu kontak plat gesek (1-3) detik diambil t = 3 detik
z = Jumlah hubungan gesek per jam

Maka :
104,7140 x 910,6 x 3 x 30
Ng =
2 x 75 x 3600
= 1,158

Daya maksimum (N maks)


Mtp x n
N maks =
71620
Mtp = Momen torsi 104,5984 kg.m = 10459.86 kg.mm
N = putaran = 8700 rpm
Maka :
10459 ,86 x 8700
N maks =
71620
= 1270 ,60 Hp

4.6 Perhitungan tebal plat gesek


a x F x Ak
L= .........................................( Literatur alatalat mesin hal 63)
Ng

L = Lama pemakaian plat gesek


= 3,7 x 5 x 365
Dimana : = 6752 ,5 jam
F = Luas permukaan plat gesek

= ( D22 D12 ) z dim ana z = 2
4
3,14
=
4
[ ( 17 ,8 )2 ( 10 ,037 )2 ] x 2
= 339 ,2 cm2
Sehingga tebal plat gesek
L x Ng
a=
F x Ak
6935 x 1,158
=
339,2 x 6
= 3,94 cm
4.7 Perhitungan temperatur
Kerja pada plat gesek akan menimbulkan panas, akibat pergesekan sehingga temperatur
kopling akan naik. Temperatur permukaan plat gesek biasanya naik saat terjadi hubungan .
Kecepatanrata-rata
Vm = W x rm
= 910 .6 x 66 . 91
= 609228.246 mm /det
= 60 .928246 m /det
4.8 Perubahan temperatur
623 x Ng
AT = .........................................( Literatur alatalat me sin hal : 56)
Fx
Karena untukVm = 60.928246 tidak terdapat pada tabel maka :
45 60.928246
= x ( 104 96 ) + 104
45 40
= 78.51 kka e/m2 0 C
Maka :
623 x Ng
AT =
Fx

Dimana :
F = 339.2 cm2 = 0,3392 m2
AT = Perubahan temperature tergantung kecepatan rata-rata
623 x 1,158
AT =
0,3393 x 78.51
Maka : = 27.09 0 C

Tabel 4.3 Koefisien panas dan kecepatan rata-rata


Koefisien panas () kkal m2 0c Kecepatan rata-rata (Vm) m/det
4,5 0
24,0 5
4,6 10
57 15
62 20
72 25
83 30
88 35
96 40
104 45
114 50
125 55
130 60

4.9 Temperatur kerja (Tw)


Tw = AT + TK ( 0 C )
Dimana :
TK = Temperatur kamar
= 27.09 + 28 0 C
= 55.09 0 C
Temperatur yang diizinkan untuk bahan asbes adalah :
0 0
T = 80 C 200 C
Dimana perbandingan antara temperatur dan temperatur krja adalah :
( T > Tw ) maka ( 200 0 C >55 . 090 C )
Jadi konstruksi kopling dinyatakan aman dari temperatur akibat panas yang ditimbulkan
oleh plat gesek.
BAB V

BANTALAN

5.1 Klasifikasi bantalan


Fungsi bantalan adalah untuk menumpu poros, sehingga putaran dan gesek bolak-balik
dapat berlangsung secara halus,aman dan poros akan tahan lebih lama. Bantalan secara umum
dibagi 2 macam yaitu :
1. Menurut arah dan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur (Selding contact bearing)
b. Bantalan gelinding (Rolling contact bearing)
2. Menurut arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial : arah beban yang diterima tegak lurus terhadap sumbu utama
b. Bantalan aksial : arah beban yang diterima sejajar dengan sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus : arah beban yang diterima adalah aksial dan
radial.
5.1.a Bantalan radial

Gambar 5.1 Bantalan Pendukung Poros

Kekuatan bantalan poros terhadap gaya radial dinamis :


Frd = X . Fr + Y . Fa.(kg)

Dimana :
X = Koefisien beban radial = 0,6
Fr = Gaya radial = 105,10
Y = Koefisien beban aksial = 0,5
Fa = gaya aksial di rencanakan = 11,88 kg
Maka :
Frd = 0,6 x 105,10 + 0,5 x 11,88
= 69 kg
Kapasitas normal dinamis sfesifikasi (C)
Fh x d
C=
Fn
Dimana :
Fh = Faktor lama pemakaian
Fn = Faktor kecepatan
Lh = Lama pemakaian kopling (direncanakan kendaraan jarang dipakai 5000 15000
jam dipilih 10000)
Fh =
Lh
500
3

=3
500
10000

= 2,71 jam

Fn =
n
3 33 , 3

=

3 33 , 3
8700
= 0,15 Rpm
Kapasitas nominal dinamis spesifik (c)
Fh x Fd
C=
Fn
2,71 x 69
C=
0,15
C = 1255 kg

Dengan melihat harga kapasitas normal dinamis spesifik (C) didapat nomor bantalan
6007 zz..(Sularso 1987 : 143) (Tabel 413) diperoleh ukuran lengkap.
d = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 35 mm
D = Diameter luar bantalan = 62 mm
B = Tebal bantalan = 14 mm
R = Jari-jari bantalan = 1,5 mm
Co = kapasitas nominal statis spesifikasi = 915 mm
C = kkapasitas nominal dinamis spesifikasi = 1250 mm
Tabel 5.1 Bantalan
Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas
nominal nominal
Dua sekat
dinamis statis
Jenis Dua sekat tanpa
spesifikasi C spesifik Co
terbuk kotak d D B r
(kg) (kg)
a
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001 ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002 ZZ 6002 VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003 ZZ 6003 VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004 ZZ 6004 VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005 ZZ 6005 VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006 ZZ 6006 VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007 ZZ 6007 VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008 ZZ 6008 VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009 ZZ 6009 VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010 ZZ 6010 VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200 ZZ 6200 VV 10 30 9 1 400 236
6201 6201 ZZ 6201 VV 12 32 10 1 535 305
6202 6202 ZZ 6202 VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203 ZZ 6203 VV 17 40 12 1 750 460
6204 6204 ZZ 6204 VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 6205 ZZ 6205 VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206 ZZ 6206 VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207 ZZ 6207 VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208 ZZ 6208 VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209 ZZ 6209 VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210 ZZ 6210 VV 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300 ZZ 6300 VV 10 35 11 1 635 365
6301 6301 ZZ 6301 VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 6302 ZZ 6302 VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303 ZZ 6303 VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 6304 ZZ 6304 VV 20 52 15 2 1250 785
6305 6305 ZZ 6305 VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306 ZZ 6306 VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 6307 ZZ 6307 VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6308 ZZ 6308 VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309 ZZ 6309 VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 6310 ZZ 6310 VV 50 110 27 3 4850 3650

5.1.b Bantalan aksial

Gambar 5.2 Bantalan aksial

Fungsi bantalan aksial adalah untuk menekan pegas tekan, disaat bantalan ditekan oleh
tuas, Clerence antara poros dengan peluncur (C1) dan kelonggaran antara bantalan dengan
peluncur C11 direncanakan
Tebal peluncur
(t) = 2 mm (direncanakan)
C1 = 0,4 mm (direncanakan)
C11 = 0,2 mm (direncanakan)
Diameter dalam peluncur (di)
di = ds + C 1
= 33 + 0,4
= 33 , 4 mm
Diameter luar peluncur (dl)
dl = di + 4 . t
= 33 ,4 + 4 x 2
= 41,4

Perencanaan bantalan aksial


Diameter bantalan (d)
dl = dl + C11
= 41 , 4 + 0,2
= 41 ,6 mm

Pemeriksaan bantalan terhadap bantalan aksial dinamis :


Frd = X . Fr + Fa
Dimana :
Fr = Gaya radial = 1 (karma bantalan yang direncanakan bantalan (aksial)
Fa = Gaya aksial pada pegas tekan
Y = Koefisien beban aksial 1,00 2,30 (direncanakan 2,0)

Sehingga
Frd = 0 x 1 + 2,0 x 12,99
= 25,98 kg

Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)


Fh x Frd
C=
Fn
2,71 x 69
=
0,15
= 1246 ,6 kg
Dimana :
Fh = Faktor lama pemakaian 2,71 jam
Fn = Faktor kecepatan 0,17 rpm

Dengan memperoleh diameter bantalan = 34,6 mm, maka jenis bantalan yang harus
digunakan dengan nomor bantalan 6007 ZZ.dengan data sebagai berikut :

d = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 35 mm


D = Diameter luar bantalan = 62 mm
B = Tebal bantalan = 14 mm
r = Jari-jari bantalan = 1,5 mm
C = Kapasitas nominal statis spesifikasi = 1250 mm
Co = Kapasitas nominal dinamis spesifikasi = 915 mm

BAB VI
PEGAS
Gambar,6.1 Pegas

Dalam perancangan ini ada 2 pegas yang digunakan yaitu :


@ Pegas kejut
@ Pegas tekan
6.1 Pegas kejut
Pegas kejut adalah pegas yang berpungsi sebagai peredam kejutan atau getaran
Pada saat plat menyatu dengan fly wheel. Jenis ini tergolong pada jenis pegas tekan yang
terpasang pada rangka naaf dan dudukan pegas kejut.
Gaya keliling yang bekerja pada pegas (Fk)
Mtd
Fk =
R
Dimana :
Mtd = momen torsi yang direncanakan 15603,48 kg.mm
R = Jarak antara sumbu poros kepegas kejut direncanakan 50 mm
12545 . 12
FK =
50
= 250 . 9024 kg

Pegas kejut direncanakan 6 buah mendapat peredam yang seimbang


Fk
Fk 1 =
6
250 .904
= kg
6
= 41 . 8173 kg

Diameter pegas kejut dibuat dari Jis 4314 dengan bahan Sus 302 WPA dengan kekuatan
tarik (b) = 120 145 kg/mm2 (lihat table 5,1) dipilih = 120 kg/mm2
Tegangan geser izin (g)
g = 0,8 x Tb
= 0,8 x 120 kg/mm2
= 96 kg /mm

Diameter kawat pegas (d)


8 x C x Fk 1
T
x d2

Dimana :
C = D/d : Indeks pegas dipilih C = 9 ..(Literatur EMS hal : 316)

8 x C Fk 1
d2 =
x d2
8 x 9 x 41.8173
=
3,14 x 96
2
d = 9.9
d = 3,1 mm
d = 3 mm

Tabel,6.1 diameter pegas


Diameter Kekuatan tarik (kg/mm2) Diameter Kekuatan tarik (kg/mm2)
kawat kawat
(mm) SUS302WPA SUS302WPB SUS631WPC (mm) SUS302WPA SUS302WPB SUS631WPC
SUS304WPA SUS304WPB SUS304WPA SUS304WPB
SUS316WPA SUS316WPA

0,08 165 - 190 220 - 245 - 1,00 150 - 175 190 - 215 180 - 205
0,09 165 - 190 220 - 245 - 1,20 140 - 165 180 - 205 170 - 195
0,10 165 - 190 220 - 245 200 - 225 1,40 140 - 165 180 - 205 170 - 195
0,12 165 - 190 220 - 245 200 - 225 1,60 135 - 160 170 - 195 160 - 185
0,14 165 - 190 220 - 245 200 - 225 1,80 135 - 160 170 - 195 160 - 185
0,16 165 - 190 220 - 245 200 - 225 2,00 135 - 165 170 - 195 160 - 185
0,18 165 - 190 220 - 245 200 - 225 2,30 130 - 155 160 - 185 150 - 175
0,20 165 - 190 220 - 245 200 - 225 2,60 120 - 145 160 185 150 - 175
0,23 160 - 185 210 - 235 200 - 225 2,90 120 - 145 150 - 175 140 - 165
0,26 160 - 185 210 - 235 195 - 220 3,20 120 - 145 150 - 175 140 - 165
0,29 160 - 185 210 - 235 195 - 220 3,50 120 - 145 150 - 175 140 - 165
0,32 160 -185 210 - 235 195 - 220 4,00 110 - 135 150 - 175 140 - 165
0,35 160 - 185 210 - 235 195 - 220 4,50 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,40 160 - 185 210 - 234 195 - 220 5,00 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,45 160 - 185 200 - 225 185 - 210 5,50 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,50 160 - 185 200 - 225 185 - 210 6,00 110 - 135 140 - 165 130 - 155
0,55 160 - 185 200 - 225 180 - 210 6,50 100 - 125 130 - 155 -
0,60 160 - 185 200 - 225 185 - 210 7,00 100 - 125 130 - 155 -
0,65 160 - 185 200 - 225 185 - 210 8,00 100 - 125 130 - 155 -
0,70 160 - 185 200 - 225 185 - 210 9,00 - 115 - 140 -
0,80 150 - 175 190 - 215 180 - 205 10,00 - 100 - 125 -
0,90 150 - 175 190 - 215 180 - 205 12,00 - 90 - 115 -

Diambil diameter kawat pegas 3 mm


Diameter lilitan (D)
D=4 xd
= 4 x 3.1
= 12 .4 mm

Defleksi yang terjadi pada pegas ()


3
8 n x D x Fk 1
= 4
mm 2 . ..... ... .. ... .... ... .. . .. .. . .. ... ..... .... .. ( Sularso 1987 :318 )
d xG
Dimana :

n = Jumlah lilitan aktif 3 dipilih 4.(Sularso 1987 : 137)


G = Modilus geser dengan bahan kawat distemper dengan minyak, dengan nilai 8 x
103 kg/mm2 ..(Lihat tabel 5.2)

8n x D3 x Fk 1
=
d4 x G
8 x 4 ( 12.4 )3 x 41.8173 4
=
( 3.1 ) x 8 . 103
= 0. 86 mm
Tabel,6.2 Bahan pegas
Bahan Lambang Harga G (kg/mm)
Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja keras SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat distemper dengan minyak - 8 x 103
Kawat baja tahan karat (SUS 27 ; 32 ; 40) SUS 7.5 x 103
Kawat kuningan BSW 4 x 103
Kawat perak nikel NSWS 4 x 103
Kawat perunggu pospor PBW 4,.5 x 103
Kawat tembaga birilium BeCuW 5 x 103

Jumlah lilitan (N)


N = 2 + (n)
=2+4
= 6 buah
Jarak antara pegas (P)
D
P=
3
12 . 4
=
3
= 4 . 13 mm
Panjang pegas sebelum menerima gaya (Lo)
Lo = n . p + 2 . d
= 4 . 4.13 + 2 . 3,1
= 22.72 mm
Panjang pegas saat kopling bekerja (L)
L = Lo
= 22.72 0.86
= 21.86 mm
Momen tahan punter yang terjadi (g)
8 x D xFk 1
g=
x d3
8 x12 . 4 x 41 .8173
=
3,14 x (3,1 )3
= 443 . 08 kg /mm 2
Tegangan geser (g) > momen tahan punter (g) 96 kg/mm2 >37,08 kg/mm2

6.2 Pegas tekan


Pegas tekan berfungsi memberi gaya aktual terhadap plat penekan, agar penyambungan
dan pemutaran daya antara poros penggerak keporos yang digerakkan dapat terlaksana.
Direncanakan jumlah pegas tekan 8 buah. Gaya yang diterima plat gesek pada saat
penekanan F = 433,62 kg dan tekanan permukaan direncanakan 0,02 kg/mm2
Maka : Fa = 433,62 x 0,03 = 12,99 kg

6.2.a Besar gaya yang diterima setiap pegas (Fni)


F
Fni
8
386,10

8
48,26 Kg
6.2b. Diameter Pegas Kawat Pegas Tekan (d)
8 x C x Fni
Td
xd2
Dimana :
Td = ( Kukuatan tarik ) dari pegas baja yang dipakai adalah SPU 4 dengan Tb =
115 kg / mm ( dari tabel 6.3 )

Tabel 6.3 Sifat Mekanis


Perlakuan panas ( C ) Batas mulur
(Regangan Kekuatan
Celup Tampar
Lambang Permanen Tarik Kekerasan
Dingin
0,2%) ( Kg/mm2 ) ( HB )
Kg/mm
SUP 4 450 500 110 115 352 415
SUP 6 480 530 110 125 363 429
SUP 7 490 540 110 125 363 429
SUP 9 830 860 460 510 110 125 363 429
SUP 10 Pendinginan 470 540 110 125 363 429
SUP 11 460 510 110 125 363 429
Minyak

Ta = 0,8 . Tb
= 0,8 . 115
= 92 Kg/mm2

Faktor Tegangan ( k ) dengan Indeks pegas dipilih 5

4C 1 0,615
K
4C 4 5 ..( Sularso, 1987 : 316 )
4 . 5 1 0,615

4 .5 4 5
1,31
8 x C x Fni
Td
xd2
8 x 5 x 48,26 x 1,31
d2
3,14 x 92
d 2 8,7
d 2,9 mm

D C xd
5 x 2,9
14,5 mm

6.2c. Defleksi Pada Pegas

8 x n D 3 x Fni

d4 x g
Dimana :

n = Jumlah lilitan aktif = 4


g = Modus geser = 8 x 103

8 x 4 15,5 x 48,26
3

2,9 4 x 8 x 10 3
8,32 mm
Jumlah seluruh lilitan ( N )

N= 2 + n
= 2 + 4
= 6 lilitan

Jarak antara lilitan ( P )


D
P
3
14,5

3
4,8 mm
Panjang pegas sebelum menerima gaya ( Lo )
Lo = (n x P) + (2 x d)
= 4 x 4,8 + 2 x 2,9
= 25 mm
Panjang pegas saat menerima gaya maksimal

L min = Lo ( + 1)

Dimana :
= tegangan antara plat gesek dengan plat penekanan diperkirakan 0,1
L min = 25 ( 8,32 + 0,1 )
= 16,58 mm
= 1,65 cm

6.2d. Besar Gaya Untuk Melepas Hubungan Gaya Plat Gesek Dengan Plat Penekan

Besar gaya untuk melepas plat gesek


x d4 x g
Ft 1
8 x n x d4
0,1 x 2,9 x 8 x 10 3
4


8 x 4 (14,5 ) 4
0,04 Kg
Gaya maksimum yang diterima pegas ( F max )
F max = Fni + Ft
= 48,26 + 0,04
= 48,30 Kg
Kekuatan pegas ( t max )
8 x n x F max x K
t max
x d3
8 x (14,5 ) x 48,26 x 1,31

3,14 x ( 2,9 )
83,93 Kg / mm 2

Jadi b > t max = 115 kg/mm2 > 83,93 kg/mm2 maka pegas dinyatakan mempunyai kekuatan
yang aman.

BAB VII

PELUMASAN
Pelumasan bertujuan untuk mengurangi gesekan dan keausan antara elemen gelinding
dan sangkar membawa keluar panas yang terjadi antara elemen gelinding dan sangkar yang
terjadi, mencegah korasidan menghindari masuknya debu cara pelumasan ada dua macam yaitu:

1. pelumasan dengan gemuk


2. pelumasan dengan minyak

7.1 Pelumasan Gemuk

Pelumasan gemuk lebih banyak disukai karena penyekatnya lebih sedehana dan rata-rata
gemuk yang berkualitas baik sehingga dapat memberi umur panjang. Cara yang paling umum
digunakan ubtuk penggemukan adalah dengan mengisi bagiandalam bantalan dengan gemuk
sebanyak mungkin.

7.2 Pelumasan Minyak

Pelumasan merupakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi, yang paling popular
dari pelumasan minyak ini diantaranya adalah pelumasan celup, pada cara ini dengan poros
mendatar, minyak harus diisikan sampai tengah elemen gelinging yang terendah, adalah suatu
keharusan bahwa temperatur minyak dijaga tetap. Untuk maksud ini dapat dipakai pipa
pendingin, atau sirkulasi air untuk poros tegak.

Maka dari sistem pelumasan yang ada, pelumasan gemuk dan pelumasan minyak
pelumasan yang dipakai atau yang sesuai pada sistem kopling gesek adalah pelumasan minyak
dan standart pelumasan adalah SAE 30 s/d 40.

7.3 Temepratur Kerja ( Tw )

Untuk mengetahui temperatur kerja kita terlebih dahulu harus mengetahui temperatur
kamarnya, untuk temperatur kamar biasanya berkisar :

Tk = 27C s/d 30C


= 28C( yang direncanakan )

Maka temperatur kerja ( Tw )


Tw = Ts + Tk

Dimana :
Ts = Temperatur Slip
= 28,09C
Tk = Temperatur Kamar
= 30C

Maka :
Tw = Ts + Tk
= 2809C + 30C
= 58.09C
Viskositi kinematik ( Z ) diperoleh dari persamaan :
180
0,22 x S
Z= S Centi Pois
Dimana :
Z = Viskositi Kinematik
S = Sayblok Viskositi diambil ( 185 Second )

Maka :
180
Z 0,22 x S
S
180
0,22 x 185
185
= 39,727 centi pois
= 40 centi pois

Tabel 7.1 Formula Konversi Viskositi

Viskositi ( S ) Viskositi Dinamis


(10-6 m/s ) ( Cp )
Say bolt Universal 0,220 S - ( 180 / S )
Say bolt Furel 2,04 S - ( 160 / S )
Red Wood No. 1 0,26 S - ( 171,5 / S )
Red Wood No. 2 2,70 S - ( 1120 / S )
Englar 0,147 S - ( 374 / S )

Jika viscisitas absolute minyak pelumas dan temperatur yang terjadi adalah :
V = 40 Cp
Tw= 58,09
Maka minyak pelumasan yang ada rancangan ini adalah jenis SAE 60. Dimana temperatur kerja
( Tw ) = 58.09C, dan Viskositas kinematik (z) = 40 Centi Pois

BAB VIII
BAUT

Gambar 8.1 Baut

Jumlah baut yang direncanakan untuk mengikayporos penggerak ini adlah sebanyak 6 buah.

Mtd
F
R

Dimana :
F = Gaya keliling
Mtd = Momen torsi design 12545.12 kg.mm
R = Jarak garis sumbu = ( direncanakan 40 mm )
n = Jumlah baut

12545. 12
F= 40
= 313.62 Kg
Gaya keliling yang diambil setiap baut (F1).
F
F1 = n
313 ,62
= 6
=52,27
Bahan yang dipilih dari bahan poros dengan Fly whell yaitu Jis G 3101 SS 55 dengan C
30%.....................................( Sularso 1987 : 339 )
Dimana :
Kekuatan tarik (b) = 55 Kg/mm2
Faktor Keamanan (V) = 8 10 (direncanakan 9)

Maka :
b
Ttr
V
55

9
6,11 Kg / mm 2
Tegangan Geser Izin (g).
g = 0,8 x Ttr
= 0,8 x 6,11
= 4,9 Kg/mm2
Diameter luar (dl)

dl 2 x F1
Ttr

dl 2 x 52,27
6,11
dl 2,57 mm
dl = 5, 5 diambil

Pemeriksaan baut terhadap tegangan geser (g).


F1
g = A
Dimana :
3,14
A = 4 x dl
3
= 4 x (5)2
= 19,6 mm
F1
g = A
52,27
= 19,6
= 2,66kg / mm2

Jadi g g = 4,9 2,66 kg / mm2


Setelah memperoleh diameter baut (dl = 6 mm) maka dari tabel ( Sularso, 1987 : 289 )

Dengan ulir M6 Diperoleh data data sebagai berikut :

P = Jarak bagi = 1
H1 = Tinggi kaitan = 6000 mm
d = Diameter luar = 0,541 mm
d1 = Diameter dalam = 4,917 mm
lp = Tabel yang dijepit = 22 mm ( Direncanakan )
ls = Tambah panjang = 2 - 10 mm ( Diambil 4 mm )
H = Tebal jepit = 6 mm

Tingakat kepala baut (H)


3
H = 4 x dl
3
= 4 x 5
= 3,75
Panjang baut ekivalen (L)
L = lp + H + Ls
= 22 + 6 + 4
= 32 mm

Diameter kepala baut (dk)


Dk = 2 x dl
= 2 x 5
= 10 m

Tabel 8.1 Diameter Baut


ulir Ulir dalam
Diameter Diameter Diameter
Jarak Tinggi luar D efektif D2 dalam D1
1 2 3 bagi p kaitan H1 Ulir luar
Diameter Diameter Diameter
luar d efektif d2 inti d1
M6 M7 1 0,541 6,000 5,350 5,350 4,917
M8 1 0,541 7,000 6,350 6,350 5,917
1,25 0,677 8,000 7,188 7,188 6,647
M 10 M9 1,25 0,677 9,000 8,188 8,188 7,647
M 11 1,5 0,812 10,000 9,026 9,026 8,376
1,5 0,812 11,000 10,026 10,026 9,376
M 12 M 14 1,75 0,947 12,000 10,863 1,106
M 16 2 1,083 14,000 12,701 1,835
2 1,083 16,000 14,701 13,835
M 20 M 18 2,5 1,353 18,000 16,376 15,294
M 22 2,5 1,353 20,000 18,376 17,294
2,5 1,353 22,000 20,376 19,294
M 24 M 27 3 1,642 24,000 22,051 20,752
3 1,642 27,000 25,051 23,752
3,5 1,894 30,000 27,727 26,211
M 36 M 33 3,5 1,894 33,000 30,727 29,211
M 39 4 2,165 36,000 34,402 31,670
4 2,165 39,000 36,402 34,670
M 42 M 45 4,5 2,436 42,000 39,077 37,129
M 48 4,5 2,436 45,000 42,077 40,129
5 2,706 48,000 44,752 42,587
M 56 M 52 5 2,706 52,000 48,752 46,587
M 60 5,5 2,977 56,000 52,428 50,046
5,5 2,977 60,000 56,428 54,046
M 64 M 68 6 3,248 64,000 60,103 57,505
6 3,248 68,000 64,103 61,505

BAB IX

PAKU KELING
Pada konstruksi plat gesek dan naaf digunakan paku keling pada tiga sambungan, yaitu :
1. sambungan lempengan gesek (yang terbuat dari asbes) dengan lingkar pembawa.
2. sambungan lingkar pembawa pada plat gesek dengan plat pembawa.
3. sambungan plat pembawa dengan naaf.

1
2

4
5
7
6

Gambar 7. 1. Susunan Paku Keling

Keterangan :
1. lempengan gesek
2. paku keling untuk sambungan lempengan gesek dengan lingkar pembawa
3. lingkar pembawa
4. paku keling untuk sambungan lingkar pembawa dengan plat pembawa
5. plat pembawa
6. paku keling untuk sambungan plat pembawa dengan naaf
7. naaf

Jumlah paku keling yang digerakkan pada plat gesek digunakan sebanyak 16 buah paku
keeling Maka gaya pada paku.
Mtd
P : rm

Dimana :

Mtd : 12545,12
rm : 66,91

12545 ,12
P : 66,91
=187,49 kg

9.1 Gaya yang terjadi tiap paku keeling

P
P1 : 16

187,49
:
16

: 11,71 kg

Bahan Paku keeling diambil SS 37 dengan kekuatan tarik (b) : 37 kg / mm2 faktor
keamanan 8 : 10 (direncanakan 10) jadi tegangan tarik izin adalah:

b
Ttr : v
37
: 10
: 3,7 kg / mm2

Tegangan geser izin

g : 0,8 x Ttr
: 0.8 x 3,7
: 2,96 kg / mm2

Diameter paku keling


P : 2 x n 4 x d2 x g
3,14
193,07 : 2 x 33 4 x d2 x 2,96
187,49
d2 : 2 x33 x 2,96 x 0,785
: 1,22 kg / mm2

Diameter kepala paku keling


D : 2,5 x d
: 2,5 x 1,22
: 3,05 mm

Tinggi kepala paku (K)


K : 0,6 x d
: 0,6 x 1,22
: 0.73 mm

9.2. Pemeriksaan paku keling terhadap tegangan geser.


Tegangan geser Izin (g) : Maka tegangan geser yang terrjadi (g)
pl
g=

x d2
4
11 ,71
= 2
0,785 x ( 1,22 )
= 10 , 2 kg/mm 2

Sehingga diperoleh g g ( 2,96 kg / mm2 10,2 kg / mm2 )


Konstruksi yang dinyatakan aman.

BAB X

KESIMPULAN DAN SARAN


10.1. KESIMPULAN.

Kopling adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam bidang permesinan ,
dengan adanya kopling daya dan putaran dapat diteruskan atau ditransimisikan .

Perencanaan kopling di pengaruhi beberapa hal antara lain :

a. Bahan yang dapat dipakai untuk komponen perlu diperhatikan, bahan yang
digunakan haruslah mempunyai kekuatan tarik yang terjadi, jadi pemilihan bahan
merupakan hal yang terpenting dalam perencanaan.
b. Factor keamanan juga harus diperhatikan dalam perencanaan suatu elemen mesin
pemiihan faktor keamanan dipengaruhi oleh dua hal yang menjadi pertimbangan
yaitu bila faktor keamanan kecil maka elemen itu akan rusak dengan mudah tetapi
faktor keamanan itu besar keefesieananya. Elemen mesin itu menjadi mahal.
c. Fly wheel sangat berguna untuk menyimpan energi berlebih dan akan mengeluarkan
energi pada saat kekurangan energi, sedangkan fly wheel itu sendiri dibuat dari bahan
yang sama dengan bahan paras karena fly wheel paras diikat dengan baut menjadi
satu dan bergerak terus selama mesin beroperasi.

Dari daya dan putaran yang direncanakan, dimana

Daya = 125 Hp
Putaran = 8700 rpm

Didapat perhitungan perhitungan sebagai berikut :


10.1.a. peerencanaan poros
Momen torsi (mf) = 12545,12 kg.mm
Bahan poros = S55 C-D
Diameter poros = 33 mm

10.1.b. perencanaan splain dan naaf


Jari-jari rata rata antara paras dan splain (Rm) = 18,06 mm
Gaya yang bekerja pada setiap alur splain (f1) = 86,40 mm
Tegangan geser yang terjadi (g) = 2,83kg / mm2
Tegangan lengkung (tl) = 40,76 kg / mm2
panjang naaf (L) = 1,68 mm

10.1.c. perencanaan plat gesek


Bahan plak gesek = Besi cor an asbes
Jari jari, rata rata = 66,91mm
Diameter luar (D2) = 178,44 mm
Diameter dalam (D1) = 100,37 mm
Lebar bidang gesek (b) = 33,45 mm
Takanan plat gesek (F) = 374,92 mm
Momen dari plat gesek (Mg) = 104,7140kg / m
Umur plat gesek (Nml) = 3,7 Tahun
Daya gesek = 1,158 kg
Temperatur kerja = 55,09 C

10. 1 d. Perencanaan bantalan


Bantalan radial (Fr) = 69 kg
Bantalan aksial (Fa) = 12,99 kg
Gaya radial dinamis (Frd) = 25,98 kg

10.1 e. Perencanaan pegas


Gaya pegas kejut (Ft) = 250,9024 kg
Diameter kawat pegas (d) = 3,1 mm
Diameter kawat lilitan (D) = 12 ,4 mm
Defleksi pada pegas () = 0,86 mm
Besar gaya tiap pegas (Fm) = 48,26 mm
Diameter kawat pegas tekan (d) = 92 mm
Gaya maxsimum pegas (F max) = 48,30 mm
Kekuatan pegas (T max) = 83,93 kg / mm2

10.1 f. Pelumasan
Temperatur kerja = 58,09 C
Viskositi kinematik = 40 Centipais

10.1 g. Baut
Gaya keliling (F) = 313,62 kg
Gaya keliling tiap baut (F1) = 52,27 kg
Tegangan geser izin (g) = 4,9 kg / mm2
Tegangan geser (g) = 2,66 kg / mm

10.1 h. Paku keling


Gaya pada paku keling = 187,49 kg
Gaya yang terjadi pada tiap paku keling = 11,71 kg
Tegangan geser izin (g) = 2,96 kg / mm2
Tegangan geser (g) = 10,2 kg / mm

10. 2. SARAN.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan kekurangan yang terdapat
dalam laporan rancangan kopling HONDA CITY ini salah satu penyebabnya adalah keterbatasan
buku diperpustakaan untuk itu penulis berharap untuk kelenkapi kekurangan tersebut, karna itu
adalah untuk kemajuan mahasiswa INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN.

Kiranya dihari yang akan datang kita harus dapat memperaktekannya secara
langsung di laboratorium agar lebih memahami yang telah dipelajari dalam teori sebelumnya.
Atas bimbingan penulis lebih dahulu mengucapkan banyak terimak kasih kepada bapak IR. K.
OPPUSUNGGUH.

Anda mungkin juga menyukai