Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,

terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

Di alam mineral dijumpai bermacam-macam dengan berbagai bentuk yang

bervariasi, terkadang hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal

dalam rongga-rongga atau celah batuan, tetapi umumnya mineral dijumpai

sebagai kumpulan butiran kristal yang tumbuh bersama membentuk batuan.

Bentuk kristal mineral merupakan suatu system tersendiri dimana setiap

jenis mineral mempunyai bentuk kristal sendiri. System ini di kelompokkan

menjadi enam yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal/Trigonal, Orthorhombik,

Monoklin, Triklin.

Kristalisasi dapat terjadi dari larutan, hal ini merupakan hal yang umum

yaitu bila larutan telah jenuh, selain itu juga jika temeratur larutan di turunkan.

Benda padat akan meleleh karena tigginya temperature yang membeku,

membentuk kristal-kristal bila mendingin.

Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal, unsur tersebut misalnya

belerang, kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap atau gas. Meskipun telah

di definisiskan kristalin tetapi di anggap sebagai mineral, tipe ini di kenal ada dua

macam yaitu : Metamic mineral dan mineral amorf.


1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari materi mineral pembentuk batuan antara

lain :

a. Bagaimana sifat fisik dari mineral-mineral pembentuk batuan?

b. Bagaimana cara pembentukan (genesa) mineral-mineral tersebut?

c. Kegunaan apa saja yang ada pada mineral-mineral tersebut?

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penlisan makalah materi mineral pembentuk batuan

antara lain :

a. Mengetahui sifat fisik dari mineral-mineral pembentuk batuan

b. Mengetahui cara pembentukan (genesa) mineral-mineral tersebut

c. Mengetahui kegunaan yang ada pada mineral-mineral tersebut


BAB II
PEMBAHASAN

Bumi ini terdiri dari batuan yang merupakan agregat dari mineral. Mineral

terdiri dari atom. Untuk memahami bebatuan, pertama kita harus memiliki

pemahaman tentang mineral. Untuk memahami mineral kita harus memiliki

beberapa pemahaman dasar tentang atom dan bagaimana mereka berinteraksi satu

sama lain untuk membentuk mineral.

2.1 Definisi Mineral

Kerak bumi tersusun dari bahan padat dan keras yang disebut mineral dan

batuan. Pada umumnya, orang mempersamakan mineral dengan bahan galian atau

batu mulia yang dapat di tambang, sedangkan batuan merupakan segala sesuatu

yang keras. Anggapan tersebut sangat jauh dari keadaan yang sebenarnya, karena

tidak semua yang keras adalah batuan, dan tidak hanya batu mulia yang termasuk

mineral.

Mineral merupakan bahan anorganik yang terbentuk secara alami dengan

komposisi kimia tertentu, sifat fisik yang khas dan sifat oktit yang berbeda-beda.

Umumnya padat (meskipun minyak, gas juga dianggap mineral dalam arti

ekonomis). Dari pengertian tersebut, mineral mempunyai komposisi kimia yang

seragam pada setiap bagiannya. Sedangkan secara umum, batuan didefinisikan

sebagai kumpulan satu atau beberapa mineral. Penyebaran mineral didalam batuan

tidak merata sehingga komposisi kimia batuan tidak seragam pada setiap

bagiannya. Jadi perbedaan diantara keduanya adalah mineral mempunyai

komposisi kimia yang seragam, sedangkan batuan tidak seragam. Meskipun


bercampur menjadi satu dalam batuan, tetapi sifat dasar tiap mineralnya masih

tetap. Kebanyakan batuan tersusun dari bermacam mineral, tetapi hanya mineral

tertentu saja yang umumnya dijumpai dalam jumlah yang menonjol. Pada batuan

yang disusun oleh satu jenis mineral, bahan penyusunnya dapat bertindak sebagai

batuan dan mineral.

2.2 Mineral Pembentuk Batuan

Mineral pembentuk batuan adalah mineral-mineral yang menyusun suatu

batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral. Ada

juga terdapat batuan yang hanya terdiri dari satu mineral saja, seperti Dunit yang

hanya terdiri dari satu mineral yaitu Olivine.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung

semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan

bahkan mungkin cepat. Penurunan temperatur ini disertai pembentukan dan

pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya.

Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun

oleh Bowen (Bowen Reaction Series).

Gambar 2.1 Bowen Reaction Series


Dari skema Bowen Reaction Series terlihat ada 3 rangkaian pembentukan

mineral dari kristalisasi magm :

1. Rangkaian pertama terdiri dari mineral-mineral olivine, piroksin, amphibole,

biotit. Kelompok ini merupakan kelompok mineral mafic (magnesium-ferum-

calcium) atau gelap (dark colour mineral). Rangkaian reaksi ini disebut

rangkaian tak berkesinambungan (discountinous series) yaitu reaksi yang

menghasilkan mineral individu, dimana mineral-mineral yang terbentuk lebih

dahulu akan memisahkan diri dari cairan dan membentuk batuan, sedangkan

sebagian mineral yang turut bergerak dalam larutan magma akan dapat

berubah (altered) atau bereaksi kembali dengan cairan dan membentuk ineral

lain. Hal ini akan memengaruhi komposisi larutan selanjutnya.

2. Rangkaian kedua terdiri dari mineral-mineral feldspar terutama family

plagioklas (anorthit-bytwonit-labradorit-andesin-oligoklas-albit) dan family

ortoklas. Bagian ini merupakan rangkaian yang berkesinambungan (continous

series) yaitu mineral yang terbentuk lebih dahulu akan dapat berubah

komposisinya secara berlanjut dengan bereaksi kepada sisa cairan magma

yang ada. Dengan demikian suatu mineral yang berkristal belum sempurna

akan berlanjut membentuk kristal dari rangkaian kelompoknya, dengan

presentasi komposisi yang berbeda. Perubahan komposisi ini dapat berupa

perubahan zona atau perubahan berkembang ataupun perubahan kristal

tumbuh.

3. Rangkaian ketiga merupakan mineral-mineral yang terbentuk kemudian yang

tidak tergantung dari mineral-mineral yang terbentuk sebelumnya. Mineral-


mineral ini hanya terbentuk dari sisa magma dan sangat ditentukan oleh sifat

dan komposisi magma tersebut serta kondisin perubahan temperatur.

2.3 Golongan Mineral Non-Silikat

A. Golongan Oksida

Mineral oksida adalah kelas mineral yang agak beragam. Terbentuk

sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Banyak

oksida berwarna hitam tetapi yang lain bisa sangat berwarna-warni. Keragaman

oksida diakibatkan oleh kelimpahan oksigen di kerak bumi. Oksida mengandung

ikatan ionik tertentu yang bisa dijadikan patokan untuk membedakan golongan

mineral oksida dengan kelompok mineral lain di alam. Secara umum mineral

oksida selalu berkesinambungan dengan mineral hidroksida. Unsur yang paling

utama dalam golongan oksida adalah besi, mangan, timah, dan

alumunium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah hematit (Fe2O3) ,

kassiterit (SnO2) dan corundum (Al2O3).

Gambar 2.2 Mineral Hematit (kiri), Kassiterit (tengah), dan Corundum (kanan)

B. Golongan Sulfida

Kelompok sulfida merupakan kombinasi antara logam atau semilogam

dengan belerang (S). Biasanya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang
memiliki sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat

keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur

tersebut berasal dari magma kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada

disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air

tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi

mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal. Mineral kelas

sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Oleh karena itu,

mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Beberapa

penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya

umumnya logam, massa jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai

kekerasan yang rendah. Beberapa contoh mineral sulfida : Argentite (Ag2S),

Kalkosit (Cu2S), Bornite (Cu3FeS4), Pyrite (FeS3), Chalcocite(Cu2S), Galena

(PbS), Sphalerite (ZnS), dan Proustite (Ag3AsS3).

Gambar 2.3 Mineral Galena (kiri) dan Pyrite (kanan)

C. Golongan Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi

antara logam dengan anion sulfat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya

terjadi pada daerah penguapan yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan

menguap sehingga formasi sulfat dan halide berinteraksi.


Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat , kromat dan

tangstat. Dan sama seperti sulfat, mineralmineral tersebut juga terbentuk dari

kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite ,

celestine, barite, alabaster, dan gypsum. Juga termasuk didalamnya mineral

chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

Gambar 2.4 Mineral Anhydrit (kiri) dan Gypsum (kanan)

D. Golongan Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2- , dan disebut karbonat.

Seumpama persenyawaan Ca dinamakan kalsium karbonat CaCO3 dikenal sebagai

menirel kalsit. Merupakan mineral utama pembentuk batuan sedimen.

Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.

Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitik dan pada daerah karst yang

membentuk gua , stalaktit dan stalagmit. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk

nitrat dan borat.

Karbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau

semilogam dengan anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut.

Beberapa contoh mineral yang termasuk dalam kelompok karbonat adalah

dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3).


Gambar 2.5 Mineral Dolomit (kiri) dan Kalsit (kanan)

E. Golongan Fosfat

Golongan mineral fosfat merupakan satu-satunya bahan galian (diluar air)

yang mempunyai siklus. Unsur fosfor di alam diserap oleh makhluk hidup,

senyawa fosfat pada jaringan makhluk hidup yang telah mati terurai kemudian

terakumulasi dan terendapkan dilautan. Proses terbentuknya endapan fosfat ada 3 :

1. Fosfat Primer

Terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan nefelin, syenit,

dan takhit serta mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit.

2. Fosfat Sedimenter (marine)

Merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam, pada

lingkungan alkali dan suasana tenang. Mineral fosfat yang terbentuk terutama

frankolit.

3. Fosfat Guano

Merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar

yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air

tanah. Berdasarkan tempatnya endapan fosfat guano terdiri dari endapan

permukaan, bawah permukaan, dan gua.


Fosfat merupakan unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen

dengan kandungan fosfor ekonomis. Biasanya kandungan fosfor dinyatakan

sebagai Bone Phospate of Lime (BPL) atau Triphospate of Lime (TPL) atau

berdasarkan kandungan P2O5. Kadang-kadang endapan fosfat berasosiasi dengan

batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.

Gambar 2.6 Mineral Monasit

F. Golongan Halida

Kelompok halida dalah mineral yang anionnya terdiri dari unsur unsur

halogen (golongan VII pada tabel periodik unsur, meliputi F, Cl, Br, I). Anion dari

unsur halogen ini biasanya berikatan dengan kation logam yang bersifat

elektropositif seperti natrium (Na+1), potasium (K+1), dan kalsium (Ca+1).

Ciri khas mineral kelompok halida :

1. Rapuh

2. Translucent

3. Mudah larut

4. Memiliki kekerasan menengah

5. Titik lebur tidak terlalu tinggi


6. Konduktor listrik dan panas yang buruk

Ciri khas tersebut dikarenakan ikatan yang menyusun mineral dalam

kelompok halida merupakan ikatan ion dan bermuatan listrik kecil.

Gambar 2.7 Mineral Fluorite

Fluorit adalah mineral kelompok halide yang terdiri atas calcium

fluoride biasanya berbentuk bongkahan, atau granular (berbutir) kasar. Fluorit

dapat berbentuk sebagai endapan dalam urat terutama pada mineral logam dan

sering ditemukan berasosiasi dengan mineral galena, sphalerit, barit, kuarsa dan

kalsit. Fluorit adalah mineral yang umum dalam endapan hidrotermal dan telah

dikenal sebagai mineral primer pada granit dan batuan beku lainnya serta sebagai

konstituen minor umum pada dolostone dan limestone. Keunikan mineral ini

adalah menhasilkan nyala api merah ketika dibakar hal ini menandakan adanya

unsur kalsium.

Fluorit banyak digunakan sebagai sumber utama penghasil hydrogen

fluoride yang merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk memproduksi

berbagai jenis material. Hyrogen fluoride dipecah berdasarkan persamaan reaksi

kimia berikut:

CaF2(s) + H2SO4 CaSO4(s) + 2 HF(g)


Identifikasi mineral fluorit:

Warna : putih, kuning, hijau, merah, biru

Cerat : putih

Kilap : kaca

Sistem Kristal : isometric

Belahan : sempurna

Pecahan : Splintery, sub-concoidal

Kekerasan :4

Ketembusan Cahaya : transparan - subtranslusen

Berat Jenis : 3,01 3,25

G. Golongan Unsur Murni

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan

dengan hanya memiliki satu unsur kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak

mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya

tenacity golongan mineral ini adalah malleable yang jika ditempa dengan palu

akan menjadi pipih. Dan juga dapat bertenacity ductile yang jika ditarik akan

dapat memanjang namun tidak akan kembali seperti semula jika dilepaskan. Kelas

mineral ini terdiri dari dua bagian umum :

a) Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.

b) Semimetal dan non-metal (bukan logam). Contohnya sulfur dan bismuth.

Sistem Kristal pada unsur murni dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan sifat

mineral itu sendiri. Bila logam seperti emas, perak dan tembaga maka sistem

kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semilogam seperti arsenic dan bismuth
maka sistem kristalnya hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non logam

seperti sulfur maka sistem kristalnya dapat berbeda-beda. Pada umumnya berat

jenis dari mineral-mineral ini tinggi yaitu berkisar antara 6 gr/cm3. Dalam grup NE

ini juga termasuk natural alloys seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides,

dan carbides.

Gambar 2.8 Sulphur (kiri) dan Intan (kanan)

2.4 Golongan Mineral Silikat

A. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)

Olivin (sebagai batu mulia disebut juga peridot atau krisolit), adalah

mineral magnesium besi silikat dengan rumus (Mg,Fe)2SiO4. Banyak ditemukan

di bawah permukaan bumi namun lapuk dengan cepat di permukaan bumi.

Rasio magnesium dan besi bervariasi : forsterit (bila Mg dominan) ataupun

fayalit (bila Fe dominan). Komposisi olivin umumnya dinyatakan sebagai

persentase molar forsterit (Fo) dan fayalit (Fa) (contoh: Fo70Fa30). Forsterit

memiliki titik lebur yang sangat tinggi dalam tekanan atmosfer, yaitu mencapai

1900 C, tetapi fayalit memiliki titik lebur yang lebih rendah (kira-kira 1200 C).

Titik lebur bervariasi antara kedua pembentuknya, sebagaimana sifat-sifat lainnya.

Olivin bisa menggabungkan unsur selain oksigen,silikon, magnesium, dan besi;


hanya dalam jumlah sedikit. Umumnya mangan dan nikel merupakan unsur

tambahan dengan konsentrasi tertinggi.

Olivin menamai sebuah kelompok mineral dengan struktur terkait

(kelompok olivin) yang meliputi teproit ((Mn2SiO4)), montiselit (CaMgSiO4) and

kirschsteinit (CaFeSiO4).

Umum

Kategori Nesosilikat

kelompok Olivin

seri Olivin

Rumus kimia (Mg, Fe)2SiO4

Identifikasi

Warna kuning sampai kuning kehijauan

Perawakan masif sampai granular


Sistem kristal Ortorombik

Belahan Rendah

Pecahan Conchoidal rapuh

Skala kekerasan Mohs 6.57

Kilap seperti kaca

Gores Putih

Diafaneitas tembus pandang sampai tembus cahaya

Berat jenis 3.274.5

Sifat optic poros ganda (+)

Indeks pembiasan n = 1.6301.650

n = 1.6501.670

n = 1.6701.690

Bias ganda = 0.040

Olivin dinamai berdasarkan warnanya yang hijau seperti zaitun (dianggap

sebagai hasil dari bekas nikel), meskipun bisa juga berubah menjadi kemerahan

sebagai hasil dari perkaratan besi.

Olivin dengan sifat tembus cahaya kadang-kadang juga digunakan

sebagai batu mulia yang disebut peridot. Beberapa batu olivin berkualitas terbaik

didapatkan dari lapisan mantel pada bebatuan di pulau Zabargad di Laut Merah.
Olivin terdapat pada batuan beku mafik dan ultramafik dan

sebagai mineral dasar dari beberapa batuan metamorf. Olivin yang kaya akan

magnesium mengkristal dari magma yang kaya akan magnesium dan rendah

silika. Magma itu mengkristal menjadi batuan mafik seperti gabbro dan basalt.

Batuan ultramafik seperti peridotit dan dunit bisa jadi merupakan sisa yang

tertinggal setelah proses ekstrasi magma, dan secara khas mereka lebih diperkaya

pada olivin setelah ekstraksi peleburan parsial. Olivin dan varian struktral

bertekanan tinggi lainnya meliputi lebih dari 50% dari mantel atas bumi, dan

olivin adalah salah satu mineral yang paling sering dijumpai di Bumi menurut

volumenya. Proses metamorfisme dari batuan dolomit tidak murni atau batuan

sedimen lain yang kayamagnesium dan kurang silikat juga menghasilkan olivin

kaya-Mg atau forsterit.

Olivin kaya-Fe relatif jauh lebih sedikit tetapi terdapat pada batuan

beku dalam jumlah kecil pada granit dan riolit langka, dan olivin sangat-kaya Fe

bisa berada dengan stabil dalam kuarsa dan tridymite. Sebaliknya, olivin kaya-Mg

tidak dapat berada dengan stabil pada mineral silikat karena akan bereaksi

membentuk orthopiroksin ((Mg,Fe)2Si2O6).

Olivin kaya-Mg bersifat stabil pada tekanan yang ekuivalen terhadap

kedalaman 410 km di dalam tanah. Karena dianggap sebagai mineral paling

berlimpah di bagian atas mantel bumi pada kedalaman yang dangkal, sifat-sifat

olivin banyak berpengaruhsecara dominan pada ilmu reologi pada bagian tersebut

dan juga pada aliran padatan yang mengalirkan lempeng tektonik.


B. Piroksin ((Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)2 Si2O6)

Piroksin adalah kelompok mineral pembentuk batuan yang berwarna

gelap. Piroksin memiliki sifat diantaranya :

1. Monoklin, tetapi ada juga yang trombus dan triklin.

2. Merupakan senyawa silium oksida terutama dari magnesia dan kapur

(kalsium)

3. Kekerasan 5-6

4. Berat jenisnya 2,9-3,6

5. Berkilap kaca, kadang-kadang berkilap mutiara.

6. Beberapa varietas masih mengandung besi dan aluminium atau mangan,

natrium, dan litium.

Kelompok mineral piroksin yang memiliki sistem kristal monoklin disebut

sebagai klinopiroksin (Clinopyroxenes). Contohnya: Aegirine, Augite, Diopside,

jadeite, pigeonite, spodumene. Kelompok mineral piroksin yang memiliki sistem

orthorombik disebut sebagai ortopiroksin. Contohnya: Hypersthene, Enstatite,

Ferrosilite.

Piroksin juga merupakan fenokris yang lebih sering terdapat pada lava

Gunungapi Ruang dan Pulau Tagulandang. Bentuk prismatik dari anhedral-

euhedral, dengan ukuran 0,2-2,5mm panjangnya, kembar, sederhana, sebagian

polisntetik. Mineral ini terdiri dari jenis piroksen orto dan klino.

a. Amphibole ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))

Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau

kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi


(Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan

Oksigen (O). Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan

batuan metamorf.

Mineral amfibol memiliki warna hitam, berjenis mineral Primer

bersifatmafik, berkilap arang, dan mempunyai perawakan kristal prismatik

panjang (Elongated Habits). Elongated Habits memiliki arti bahwa mineral

tersebut umumnya berserabut. Umumnya mineral ini memiliki warna hitam atau

coklat,warna hitam menandakan bahwa mineral ini bersifat ultra basa. Memiliki

bentukperawakan kristal prismatik panjang, menyerat dan membutir. Sedangkan

kilapnya berupa kilapan non-logam, atau lebih tepatnya kilap arang. Kedua

pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil pengamatan di

laboratorium dengan landasan teori memiliki keterkaitan sehingga memiliki

kesamaan. Warna gelap pada mineral ini disebabkan oleh pembentukannya yang

sangat cepat pada saat pembekuan dan kristal-kristalnya pun tidak terlihat.

Mineral ini dipanaskan oleh suhu antara 700C-600C.

Mineral ini juga berjenis mineral Primer sehingga dapat dikatakan mineral

ini bersifat mafik. Pada umumnya mineral yang bersifatmafik ini memiliki tingkat

basa yang tinggi. Karena pada pembentukannya juga sangat didorong oleh tingkat

basa yang tinggi pada discontinuous series. Karenapembentukannya yang sangat

cepat mineral ini memiliki struktur kristal yangkasar. Pada mineral ini juga tidak

terdapat silika sehingga mineral ini hanya memiliki kilap non-logam yang lebih

tepatnya kilap arang. Mineral ini memilikizat pengotor, zat pengotor ini didapat

dari proses pembentukannya yang terganggu oleh zat lainnya.


Kelompok amfibol dibagi mejadi dua kelompok yaitu orthoamfibol dan

klinoamfibol. Pada kelompok orthoamfibol memperlihatkan sudut pemadaman

paralel sedangkan klinoamfibol memperlihatkan sudut pemadaman miring

(walaupun dalam sayatan tertentu bisa memperlihatkan sudut pemadaman

paralel). Individu spesies kelompok ini yaitu anthophyllite, tremolite actinolite,

cummingtonite, grunerit, nephrite, hornblende, lamprobolit, riebeckite

1. Anthopillyte (Orthorombic 2V=70-90)

Gambar 2.9 Mineral Anthopillyte

Warna : tidak berwarna atau warna muda

Bentuk : kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous

aggregate

Relief : tinggi

Pleokroisme : lemah

Indeks bias : n mineral > n balsam

Belahan : dalam dua arah (110) pada sudut 54 dan 126

Birefringence : sedang teratas sampai terbawah orde kedua

Kembaran : tidak ada

Sudut pemadaman : paralel dan simetris


Orientasi optis : length slow

Sumbu optis : dua (biaxial)

Tanda optis : positif

2. Tremolite Actinolite (Monoclinic 2V=75-85)

Gambar 2.10 Mineral Tremolite

Warna : tidak berwarna sampai hijau muda

Bentuk : kristal prismatik panjang dan columnar sampai

fibrousaggregate

Relief : tinggi

Pleokroisme : lemah

Indeks bias : n mineral > n balsam

Belahan : dalam dua arah (110) pada sudut 56 dan 124 Paralel

Birefringence : sedang sampai agak kuat, terbawah atau di tengah orde

kedua

Kembaran : fine polisintetik


Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 10 sampai 20.

Paralel dan simetris

Orientasi optis : length slow

Sumbu optis : dua (biaxial)

Tanda optis : negatif

Kegunaan mineral Amfibol dalam kehidupan adalah sebagai bahan dasar

industri. Sebagai contohnya yaitu digunakan sebagai bahan bangunan atau

pembuat jalan, bahan pembuat sabun, bahan pembuat baja, dan bahan pembuat

minyak. Lalu digunakan juga sebagai bahan pembuat perabotan rumah tangga,

misalnya meja dan wastafel. Persebarannya di Indonesia ialah di daerah atau di

seluruh gunung aktif di Indonesia misalnya di gunung krakatau yang berada di

selat Sunda.

C. Biotit (K(Mg,Fe2+)3[AlSi3O10(OH,F)2])

Biotit merupakan mineral silika yang tergolong mineral mika yang

berwarna hitam, sifat mineral mika yang plastis membentuk mineral ini melembar

pada batuan, Komposisi kimia K(Mg,Fe2+)3[AlSi3O10(OH,F)2]. Terbentuk pada

temperatur 700 8000 C, terbentuk akibat proses magmatisme, metamorphisme

dan proses hidrotermal.


Gambar 2.11 Mineral Biotit pada Batuan Beku Asam

Sifat dari komposisi kimia mineralnya yaitu :

Belahan : Sempurna

Warna : coklat kehitaman

Pecahan : tidak rata rata

Kekerasan : 2,5 3 (Kuku jari kalsit)

Cerat : Abu abu

Kilap : Kaca dan Mutiara

Bentuk : Tabular

Terbentuk dari hasil kristalisasi magma pada suhu 800 C .terdapat pada

batuan beku seperti gabro dan diorit, pada batuan sedimen seperti batupasir, pada

batuan metamorf seperti gneiss dan schist. Berasosiasi dengan muscovit, kuarsa,

klorit, albit, alamandine, staurolit, kyanite, silimanite, kegunaannya sebagai

koleksi ilmuan. Adapun kegunaannya antara lain :

1. Menilai sejarah suhu batuan metamorf, karena partisi besi dan magnesium

antara biotit dan garnet sensitif terhadap suhu.


2. Kegunaan dalam campuran membentuk mika : memanaskan alat bahan isolasi

untuk tujuan industri karena mineral biotit kaya akan besi dan bersifat

ferromagnetik

3. Penggunaan komersial terbatas dikarenakan memiliki belahan yang sempurna,

kilapan seperti kaca, sehingga dapat memantulkan cahaya dengan sudut yang

teratur

4. Bahan plester, konstruksi karena bentuk kristalnya yang seperti lembaran tipis

dan memiliki kekerasan 2,5-3 Mohs

D. Plagioklas (NaAlSi3O8-CaAl2Si2O8)

Plagioklas merupakan mineral yang termasuk ke dalam kelompok

feldspar. Dalam reaksi bowen, plagioklas berada pada seri kontinyu (continous

series). Dari reaksi bowen kita juga dapat mengetahui proses pembentukan kristal

dari plagioklas. Proses kristalisasi plagioklas diawali plagioklas-Ca yang

berangsur-angsur bereaksi dengan larutan sisa hingga berubah komposisinya

kearah plagioklas-Na. Reaksi perubahan ini dinamakan deret solid solution, yang

artinya kristalisasi plagioklas-Ca-plagioklas-Na akan berjalan terus menerus jika

mengalami keadaan yang setimbang. Rumus kimia dari mineral plagioklas adalah

NaAlSi3O8-CaAl2Si2O8.

Anggota dari mineral plagioklas adalah :

1. Anorthit (CaAl2Si2O8)

Anorthit mempunyai kandungan komposisi kimia 10% sodium dan 90%

kalsium. karakteristik fisik dari mineral anorthit adalah mempunyai warna putih

atau abu-abu, kilat kaca, pecahan konkoidal, kekerasan 6-6,5, bersifat


transclucent-opaque dengan belahan satu arah, berat jenis 2,76, dan berasosiasi

dengan mineral biotit, augit, hornblende, dan piroksen.

Gambar 2.12 Mineral Anorthite

2. Bytownite ((Al,Si)AlSi2O8)

Bytownite memiliki kandungan kimia 10-30% sodium dan 70-90%

kalsium. Karakteristik fisik dari mineral bytownite berwarna putih, abu-abu, dan

tidak berwarna, kilat kaca, cerat putih, bersifat transparan-opaque, pecahan

konkoidal, kekerasan 6-6,5, belahannya satu arah, berat jenis 2,74-2,76, dan

berasosiasi dengan mineral biotit, hornblende, dan piroksen. Terdapat pada batuan

beku seperti gabbro, anorthosit atau basalt.

Gambar 2.13 Mineral Bytownite


3. Labradorit ((Al,Si)AlSi2O8)

Labradorit mempunyai kandungan kimia 30-50% sodium dan 50-70%

kalsium. Karakteristik fisik dari mineral labradorit adalah mempunyai warna abu-

abu atau hitam keabu-abuan, kilat kaca, cerat putih, pecahan konkoidal,

kekerasan 6-6,5, bersifat transparan-transclucent, belahan satu arah, berat jenis

2,70-2,74, dan berasosiasi dengan mineral biotit, piroksen, dan hornblende.

Terdapat pada batuan beku seperti auganit, basalt, gabbro, dan olivine gabbro

serta batuan metamorf.

Gambar 2.14 Mineral Labradorit

4. Andesin ((Al,Si)AlSi2O8)

Andesin mempunyai kandungan kimia 50-70% sodium dan 30-50%

kalsium. Karakteristik fisik dari mineral andesin adalah berwarna putih atau abu-

abu, kilat kaca, cerat putih, pecahan konkoidal, kekerasan 6-6,5, belahan satu

arah, bersifat transclucent-transparan, dan memiliki berat jenis 2,68-2,71.

Terdapat pada batuan beku seperti diorite dan andesit serta batuan metamorf.
Gambar 2.15 Mineral Andesin

5. Oligoklas ((Na,Ca)AlSi3O8)

Oligoklas mempunyai kandungan kimia 70-90% sodium dan 10-30%

kalsium. Karakteristik fisik dari mineral oligoklas adalah berwarna putih buram

atau putih keabu-abuan serta dapat juga bercorak hijau, kuning, dan coklat, kilat

kaca, cerat putih, pecahan konkoidal, bersifat transclusent-transparan, kekerasan

6-6,5, belahan satu arah, berat jenis 2,64-2,68, dan berasosiasi dengan mineral

kuarsa, muscovite, dan K-feldspar. Terdapat pada batuan beku seperti granit, dan

ryolit serta terdapat juga pada syenit dan trachit.

Gambar 2.16 Mineral Oligoklas


6. Albit (NaAlSi3O8)

Albit mempunyai komposisi kimia 90% sodium dan 10% kalsium.

Karakteristik fisik dari mineral albit adalah berwarna putih, atau tidak berwarna

serta dapat juga bercorak biru, kuning, orange, dan coklat. Kilat kaca, cerat putih,

pecahan konkoidal, bersifat transclucent-opaque, kekerasan 6-6,5, belahan satu

arah, system Kristal triklinik, berat jenis 2,61, dan berasosiasi dengan mineral

kuarsa, tourmaline, dan muskovit. Terdapat pada batuan beku, seperti granit, dan

granit pegmatite serta batuan metamorf.

Gambar 2.17 Mineral Albit

Mineral-mineral plagioklas diatas akan bereaksi terus menerus pada

keadaan setimbang. Mineral anorthit akan selalu bereaksi dengan larutan sisa

membentuk bitownit, seiring dengan penurunan temperatur dan tekanan. Mineral

bitownit juga akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk labradorit. Proses ini

akan terus berjalan hingga larutan sisa habis dan pada akhirnya hanya dijumpai

satu jenis plagoklas saja. Mineral plagioklas yang kaya akan kalsium, umumnya

labradorit akan membentuk batuan beku, seperti gabbro, basalt, dan anorthosit.

Mineral plagioklas yang kaya akan sodium, umumnya andesin akan membentuk

batuan beku, seperti andesit, diorit, granit, dan syenit.


E. K-Feldspar (KAlSi3O8)

Felspar (KAlSi3O8 NaAlSi3O8 CaAl2Si2O8) adalah kelompok mineral

tektosilikat pembentuk batu yang membentuk 60% kerak bumi. Feldspar

mengkristal dari magma pada batuan beku intrusif dan ekstrusif dalam bentuk

lapisan, dan juga ada dalam berbagai jenis batuan metamorf. Batu yang hampir

seluruhnya terbentuk dari feldspar plagioklas kalsium dikenal sebagai anortosit.

Feldspar juga ditemukan di berbagai jenis batuan sedimen.

Gambar 2.18 Contoh Mineral Feldspar

Feldspar di temukan pada batuan beku, batuan erupsi, dan metamorfosa,

baik yang bersifat asam maupun basa. Batuan granit mengandung 60% feldspar

yang berasosiasi dengan kuarsa, mikakhlorit, beryl, dan rutil, sedangkan pada

batuan pegmatit berasosiasi dengan kuarsa, mika dan topaz.

Berdasarkan terdapatnya endapan Feldspar dibagi menjadi tiga bagian

yaitu :

1. Feldspar Primer, terdapat dalam batuan granitis.

2. Feldspar Diagenetik, terdapat dalam batuan sedimen piroklastik.

3. Feldspar Alluvial, terdapat dalam batuan yang telah mengalami metamorfosa.


Seluruh jenis feldspar umumnya mempunyai sifat fisik yang hampir sama,

yaitu nilai kekerasan sekitar 6 6, 5 skala mohs dan berat jenisnya sekitar 2, 4

2, 8 gram/ml, sistem kristal antara triklin atau monoklin, sedangkan warna

bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat kuning dan hijau.

Feldspar dapat membentuk tanah liat karena proses pelapukan kimiawi.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, feldspar

secara kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium feldspar

(KAlSi3O8), natrium feldspar (NaAlSi3O8), kalsium feldspar (CaAl2Si2O8) dan

barium feldspar (Ba Al2Si2O8). Feldspar adalah mineral aluminaan-hidrat silikat

yang berasosiasi dengan unsur kalium (K), natrium (Na), dan kalsium (Ca) dalam

perbandingan yang beragam. Berdasarkan kandungan unsur unsur tersebut, secara

mineralogi terbagi menjadi dua kelompok mineral, yaitu : alkali feldspar

(Ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin) dan plagioklas (Anortit, Bitownit,

Labradorite, Andesine, Oligoklas, Albit).

Salah satu contoh dari kelompok alkali feldspar yaitu Orthoklas. Orthoklas

(Potassium feldspars) adalah mineral silikat yang mengandung unsur Kalium dan

bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.

Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat

jenis mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah

monoklin, mempunyai kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini

digunakan sebagai bahan baku dalam industri keramik.

Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan

suhu kristalisasinya, mulai dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai
adu-laria (suhu rendah). Keempat mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu

KAlSi3O8 dan (terutama) ditemukan pada batuan beku asam seperti granit dan

sienit, selain itu ditemukan pula pada batuan metamorfosis dan hasil re-work pada

batuan sedimen.

Keberadaan feldspar dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun

demikian untuk keperluan komersial dibutuhkan feldspar yang memiliki

kandungan (K2O + Na2O) > 10%. Selain itu, material pengotor oksida besi,

kuarsa, oksida titanium dan pengotor lain yang berasosiasi dengan felspar

diusahakan sesedikit mungkin.

Feldspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda

dan feldspar olahan untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat

dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan.

Industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak

mengkonsumsifelspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan

CaO rendah.

F. Muskovit ( KAl2(AlSi3O10)(OH)2 )

Muskovit ( KAl2(AlSi3O10)(OH)2 ) adalah mineral phyllosillicate dari

almunium dan potasium. Mineral ini berbentuk lembaran dengan tingkat

plastisitas yang tinggi. Lembaran muskovit yang termasuk lembaran mineral yang

besar ditemukan di Nellore, India, dengan ukuran 5x3m. Muskovit memiliki

tingkat kekerasan 2 - 2,25 mohs dan memiliki specific gravitysebesar 2,76 - 3.

Mineral ini dapat berwarna abu abu, coklat, hijau, kuning, violet (jarang), atau

tanpa warna dan dapat transparan atau translusen. Muskovit merupakan


mineral anisotropic dan memiliki dwibias yang tinggi dengan sistem kristal

monoklin. Muskovit yang berwarna hijau mengandung kaya akan kromium

disebut fuschite, dan juga marioposite juga kaya akan kromium.Muskovit

merupakan mineral mika yang paling umum dijumpai pada batuan granit,

pegmatit, genes, dan sekis. Muskovit terbentuk dari pendinginan magma pada

suhu rendah sekitar 600oC.

Muskovit (juga dikenal dengan mika umum, isinglass, atau potash mica)

adalah mineral filosilikat yang mengandung alumunium dan kalium dengan rumus

kimia KAl2(AlSi3O10)(F,OH)2, atau (KF)2(Al2O3)3(SiO2)6(H2O).

Muskovit memiliki belahan basal yang sangat sempurna dan menghasilkan

lamina sangat tipis (lembaran) yang sering sangat elastis. Lembar muskovit 5 m

3 m telah ditemukan di Nellore, India.

Gambar 2.19 Mineral Muskovit

Sistem kristal : Monoklin

Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat pada

lembaran tipis.

Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {001} sempurna

Kekerasan : 2-2,5

Berat jenis : 2,8-2,9

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit (

dalam pegmatit granit ), lingkungan metamorfik berderajat

rendah dan menengah ( dalam sekis dan genes ), ata upada

lingkungan redimen.

Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, yertas dinding,

bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan

panas.

H. Kuarsa (SiO2)

Kuarsa memiliki rumus kimia SiO2 , berat molekul 60,08 gm, dengan

komposisi : (Si) Silikon 46,74 % (O2) Oksigen 53,26 % Berdasarkan literatur

yang ada, kuarsa memiliki berat jenis 2,6 - 2,7, yang berarti berat kalsit ketika di

luar air lebih besar 2,6 - 2,7 x dibanding ketika di dalam air. Kuarsa tergolong di

dalam mineral silikat, dicirikan oleh adanya ikatan antara unsur Si dengan O .

Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung SiO4 tetrahedral. Golongan

mineral ini meliputi 25 % dari keseluruhan mineral yang dikenal dan 40 % dari

mineral yang umum dijumpai pada batuan. Mineral kuarsa terdapat di semua jenis

batuan Batuan Beku asam sampai intermediet, Batuan Sedimen dan pada batuan

metamorf sering dijumpai dalam bentuk urat kuarsa.

Kuarsa dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu:

1. Kuarsa Kristalin
Kuarsa kristalin adalah kuarsa yang terjadi dalam kristal-kristal yang

berbeda. Hal tersebut terjadi pada sejumlah kristal sejenis yang dibedakan oleh

warna. Kelompok kuarsa kristalin antara lain sebagai berikut: rock crystal (kuarsa

tak berwarna), amethyst (kuarsa violet atau ungu), rose quartz (kuarsa merah

jambu), citrine (kuarsa kuning), smoky quartz (kuarsa coklat kehitaman), milky

quartz (kuarsa putih susu), aventurine quartz, rutilated quartz, ametrine

(kombinasi dari amethyst dan citrine), dan vermarine (prasiolite atau amethyst

hijau).

Gambar 2.20 Mineral Amethyst

Gambar 2.21 Mineral Rose Quartz


2. Kuarsa Kriptokristalin

Kuarsa kriptokristalin adalah kuarsa yang kristalnya berukuran

mikroskopis dan bisa tidak tembus cahaya atau juga tembus cahaya. Jenis kuarsa

kriptokristalin antara lain : agate, basanite, bloodstone, carnelian atau cornelian,

chalcedony, chert, chrysoprase, flint, heliotrope, jasper, moss agate, onyx,

plasma, prase, sard, sardonyx, chrysocolla quartz, fire agate, picture jasper atau

scenic jasper, petrified dinosaur bone, petrified wood, tigereye dan turritella.

Varietas dari kriptokristalin banyak digunakan sebagai semi-batu

berharga dan untuk keperluan pajangan, pembagiannya lebih banyak daripada

dengan hanya sekedar warna. Contohnya seperti kalsedon dan moganite, juga

jenis dari batu permata yang berwarna (tidak tembus cahaya) seperti agate,

sard/carnelian, onyx, heliotrope dan jasper.

Gambar 2.22 Mineral Agate

Adapun kegunaan dari kelompok mineral Kuarsa antara lain :

1. Sebagai bahan dasar dalam industri pembuatan kaca.

2. Sebagai bahan dasar pembuatan material bangunan.


3. Sebagai bahan utama sumber silikon yang digunakan seperti dalam industri

semikonduktor dan pembuatan alloy.

4. Dengan nilai skala MOHS 7, kuarsa adalah material yang keras dan dapat

digunakan sebagai bahan pengamplas.

5. Sebagai filter dalam industri pembuatan karet dan cat.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari materi Mineral Penyusun

Batuan adalah sebagai berikut :

1. Sifat fisik dari mineral terdiri atas warna, kilap, bentuk mineral,

cerat/goresan, belahan, pecahan, kekerasan, sifat dalam, berat jenis,

kemagnetan, dan derajat kejernihan yang keseluruhannya berbeda pada

masing-masing mineral tersebut.

2. Genesa dari suatu mineral dimulai dari proses pendinginan magma pada

temperatur yang berbeda-beda, ketika suatu mineral terbentuk terlebih dahulu

dan memisahkan diri dari cairan dan membentuk batuan disebut

discontinuous series, ketika suatu mineral terbentuk dan akan mengalami

perubahan komposisi secara berlanjut dengan sisa cairan magma disebut

continous series, dan ketika mineral terbentuk dan tidak bergantung dari

mineral yang ada sebelumnya disebut mineral lanjutan.

3. Kegunaan pada mineral bermacam-macam, ada yang digunakan sebagai kaca,

karena sifatnya yang transparan, ada yang digunakan sebagai bahan

pelebur/perekat pada suhu yang tinggi seperti pembuatan keramik, dan ada

juga yang digunakan sebagai perhiasan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/normal-0-false-false-


false-en-us-x-none.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:13
WITA.

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/3-golongan-mineral-


sulfida.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:15 WITA.

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/5-golongan-mineral-


karbonat.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:16 WITA.

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/4-golongan-mineral-


sulfat_7.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:18 WITA.

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/6-golongan-mineral-


phospat.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:18 WITA.

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/7-golongan-mineral-


halida.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:20 WITA.

Anonim, 2013. http://yusufprdpt.blogspot.co.id/2013/11/8-golongan-mineral-


native-element.html. Diakses pada Rabu, 20 April 2016. Pukul 23:23
WITA.

Irfan, UR, 2016. Penuntun Praktikum Mineralogi dan Kristalografi. Gowa :


Universitas Hasanuddin.

Noor, D, 2009. Pengantar Geologi.pdf. Diakses pada Minggu, 17 April 2016.


Pukul 10:54 WITA.
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MINERALOGI DAN KRISTALOGRAFI


MATERI : MINERAL PEMBENTUK BATUAN

MAKALAH

KELOMPOK 3 :

IMAM NOOR SETIADI (D611 15 305)


MUH AGUNG SYAMSUDDIN (D611 15 307)
MUH AFRISAL ARIF (D611 15 0
REZA MUSLIH ARAFAH (D611 15 0
AIDUL FAUZI AMRI (D611 15 5
ADHIA MELIAN ASIH (D611 15 0
SITI NOVIA SAAD (D611 15
ASMI AZIS E (D611 15
SUKMAWATI S (D611 15

GOWA
2016

Anda mungkin juga menyukai