Anda di halaman 1dari 7

KRONOLOGIS TERGANGGUNYA PROSES PEMBELAJARAN FK UNIPA

UPAYA DAN PERJUANGAN YANG DILAKUKAN KHUSUSNYA MAHASISWA FK UNIPA

Fakultas Kedokteran Universitas Papua (FK UNIPA) didirikan oleh tiga pihak yang menandatangani
surat perjanjian kerjasama yaitu Universitas Papua (UNIPA), Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI), dan Pemerintah Kabupaten Sorong. Surat perjanjian tersebut menyatakan bahwa
FKUI adalah pihak pelaksana akademis dengan dana yang disediakan oleh pihak UNIPA dan
Kabupaten Sorong. Kabupaten Sorong menyediakan lahan seluas 200 hektar untuk pembangunan
kampus FK UNIPA, memberikan bantuan fasilitas, dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang
berasal dari kabupaten Sorong, dan membiayai biaya operasional FK UNIPA.

Saat ini FK UNIPA sudah memasuki tahun ke tiga. Terdapat tiga angkatan yaitu angkatan 2014
sejumlah 32 orang, angkatan 2015 sejumlah 34 orang, dan angkatan 2016 sejumlah 36 orang. Dekan
dan wakil dekan I FK UNIPA berasal dari FKUI, sedangkan wakil dekan II dan III berasal dari UNIPA.
Saat ini FK UNIPA memilki 10 dosen tetap, 8 dosen diantaranya sedang bersekolah di Jakarta dan
Jogja, 2 dosen lainnya sudah menetap di FK UNIPA. Tenaga pengajar dalam proses pembelajaran
hampir seluruhnya dilakukan oleh FKUI.

Pertanggal 02 Oktober 2016 dosen yang berasal dari FKUI tidak datang mengajar di FK UNIPA
dikarenakan permasalahan pembiayaan. Dana pengampuan yang diberikan kepada FKUI oleh UNIPA
belum diberikan pada tahun ke tiga ini sehingga dosen dari FKUI tidak dapat berangkat ke Sorong
untuk mengajar. Karena tidak terdapat dosen dari FKUI, pihak fakultas berinisiatif memberdayakan
dokter lokal yang berasal dari Kota dan Kabupaten Sorong untuk mengajar di FK UNIPA dengan bahan
ajar yang berasal dari FKUI, dekan dan wakil dekan I membantu mengajari kuliah sesuai dengan
kompetensi mereka, selain itu oleh pihak FKUI memberikan kuliah dan praktikum melalui video. Hal
ini dilakukan agar proses pembelajaran kami tetap berjalan seiring dengan usaha-usaha yang
dilakukan oleh pihak fakultas dalam menyelesaikan masalah ini.

Setelah tanggal 02 Oktober 2016 saat proses pembelajaran terganggu, pihak fakultas telah
memberitahukan ke pihak UNIPA, dan semua pihak yang terkait yaitu pihak yang terlibat dalam
perjanjian kerjasama pendirian FK UNIPA. Pihak UNIPA telah mengirimkan surat kepada DPRD
Provinsi Papua Barat (DPRD PB) terkait dengan permasalahan FK UNIPA. Pihak FKUI telah
mengirimkan surat pemberitahuan kepada UNIPA terkait dengan masalah pembiayaan FK UNIPA.
Pihak FKUI dan perwakilan UNIPA juga telah menemui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi. Pada pertemuan tersebut tidak didapatkan solusi yang pasti, namun Menteri akan
mengunjungi FK UNIPA pada tanggal 21 Desember 2016 dan bertemu dengan semua pihak yang
terkait untuk menyelesaikan masalah terganggunya proses pembelajaran di FK UNIPA.

Telah diadakan pertemuan bersama bupati kabupaten Sorong beserta jajarannya oleh pihak Fakultas
namun permasalahan FK UNIPA belum juga terselesaikan.

Menurut informasi yang kami dapatkan, dana pengampuan FKUI yang diberikan oleh UNIPA berasal
dari dana hibah Provinsi Papua Barat dan tahun ke tiga ini dana hibah provinsi belum diberikan
kepada pihak UNIPA.

Tanggal 25 November 2016 kami mahasiswa mengirimkan surat kepada rektor UNIPA dengan
tembusan ke semua pihak yang terkait yaitu wakil rektor UNIPA, dekan dan wakil dekan FK UNIPA,
Bupati Kabupaten Sorong, dan dekan FKUI. Dalam surat itu kami menyampaikan kegelisahan,
kekhawatiran, dan aspirasi kami terkait terganggunya proses pembelajaran yang terjadi selama dua
bulan di FK UNIPA dan meminta jawaban pasti hingga tanggal 30 November 2016. Namun hingga
tanggal tersebut kami tidak mendapat jawaban dari pihak yang terkait.

Wakil III DPRD PB pada tanggal 01 Desember mengadakan pertemuan dengan pihak UNIPA, FK
UNIPA, ketua dan anggota komisi D, perwakilan mahasiswa FK UNIPA, dan perwakilan orangtua
mahasiswa untuk membicarakan masalah FK UNIPA. Pada pertemuan tersebut, tidak dihadiri oleh
Rektor UNIPA. Pihak DPRD PB menyatakan bahwa rencana penyelesaian masalah pendanaan FK
UNIPA dilakukan dengan solusi jangka panjang dan jangka pendek. Solusi jangka panjang yaitu
pembiayaan FK UNIPA akan dimasukkan ke dalam APBD atau akan dilakukan perjanjian kerjasama
kembali dengan melibatkan pihak provinsi Papua Barat dalam perjanjian kerjasama pendirian dan
keberlangsungan FK UNIPA. Solusi jangka pendek yang akan dilakukan sebagai alternatif sementara
agar kegiatan pembelajaran kembali normal secepatnya, namun kendala yang didapatkan yaitu
permasalahan pendanaan ini baru diketahui oleh pihak DPRD PB akhir tahun ini, dimana program
pendanaan telah selesai dilaksanakan dan hanya dilakukan perencanaan program untuk tahun
berikutnya. Pihak DPRD PB memberikan rencana penyelesaian masalah saat ini yaitu dibuatnya
rincian biaya yang dibutuhkan untuk sementara waktu hingga pembiayaan FK UNIPA kembali lancar.
Rencana pembiayaan akan diberikan kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat dan diharapkan dapat
diberikan dana darurat agar proses pembelajaran FK UNIPA tetap berjalan hingga solusi jangka
panjang dilakukan.

Pada tanggal 01 Desember 2016, mahasiswa memutuskan untuk berangkat ke Manokwari untuk
langsung menanyakan perihal permasalahan kami ke Rektor UNIPA. Sebanyak 67 mahasiswa
berangkat ke Manokwari dan bertemu dengan Rektor UNIPA pada tanggal 05 Desember 2016. Pada
dialog tersebut dihadirkan Rektor UNIPA, kepala biro keuangan dan akademik UNIPA, dekan, wakil
dekan FK UNIPA, dan mantan rektor yang menjadi salah satu pendiri FK UNIPA. Hasil dialog dengan
Rektor UNIPA, dikatakan bahwa dana hibah dari Provinsi Papua Barat untuk tahun ke tiga belum cair
sehingga UNIPA tidak dapat mengirimkan dana pengampuan ke FKUI, Rektor UNIPA mengatakan
akan meliburkan mahasiswa jika masalah belum terselesaikan dan menyatakan alternatif terburuk
yang mungkin akan dilakukan yaitu pergantian pengampuan dengan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan pengampuan FKUI. Pada pertemuan tersebut juga mahasiswa memberikan
respon penolakan terhadap pernyataan Rektor UNIPA untuk meliburkan mahasiswa dan mengganti
pengampuan. Rektor UNIPA menyarankan mahasiswa menemui DPRD Papua Barat yang merupakan
pihak yang berkaitan dengan pembiayaan pengampuan FK UNIPA-UI

Pada tanggal 08 Desember 2016, mahasiswa melakukan dialog dengan DPRD Provinsi Papua Barat.
Pada pertemuan tersebut dihadirkan ketua, wakil III, ketua komisi D, dan anggota DPRD PB. Hasil
pertemuan tersebut yaitu DPRD PB sedang melakukan usaha-usaha pencarian dana darurat untuk
menyelesaikan masalah FK UNIPA dengan berjanji tidak akan membiarkan keberlangsungan FK UNIPA
terhenti dan akan mempertahankan FKUI sebagai pengampuan. Pada tanggal 08 Desember
undangan DPRD PB kepada Rektor UNIPA tidak dihadiri oleh Rektor UNIPA dikarenakan urusan
pekerjaan oleh Rektor UNIPA di Sorong sehingga pertemuan dibatalkan oleh DPRD PB. Pada tanggal
08 Desember 2016 juga pihak FK UNIPA telah mengirimkan rincian dana sementara keberlangsungan
FK UNIPA kepada pihak DPRD PB dan telah diteruskan kepada Pelaksana tugas Gubernur Papua
Barat.
Pada tanggal 09 Desember 2016, mahasiswa bertemu dengan Kepala Bidang Pendidikan Tinggi Dinas
Pendidikan Provinsi Papua Barat. Beliau menyatakan pemerintah Provinsi akan membantu
menyelesaikan masalah ini dengan catatan apabila pihak pengelolah yaitu UNIPA mau
mengusahakan dana bantuan dari Pemerintah.

Pada pertemuan dengan pihak DPRD PB, mahasiswa menyampaikan aspirasi terkait pernyataan pihak
UNIPA yang akan mengganti pengampuan FKUI dengan pengampuan lain. Mahasiswa meminta agar
pengampuan FK UNIPAtetap dilaksanakan oleh FKUI hingga masa pengampuan FK UNIPA berakhir
dan dapat secara mandiri menjalankan proses pembelajaran. Mahasiswa menolak adanya pergantian
pengampuan di karenakan beberapa hal yaitu:

1. FK UNIPA dengan FKUI sebagai pengampunya merupakan salah satu alasan mahasiswa dengan
pertimbangan orangtua untuk mendaftarkan anaknya menjadi mahasiswa FK UNIPA. Hal
inidikarenakan kualitas FKUI yang merupakan salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia.
2. FK UNIPA baru berjalan selama tiga tahun atau merupakan fakultas kedokteran yang masih baru.
FKUI dibutuhkan sebagai pengampu FK UNIPA karena akan menjadikan lulusan FK UNIPA tetap
terjamin kualitasnya walaupun merupakan lulusan fakultas yang masih baru dan memilki peluang
bekerja yang besar di masyarakat
3. Apabila terjadi pergantian pengampuan FK UNIPA maka akan dibutuhkan waktu yang cukup lama
untuk mengadakan segala proses yang diperlukan untuk pergantian pengampuan. Sehingga
pembelajaran akan terganggu dalam waktu yang panjang dan mengakibatkan waktu kelulusan
menjadi semakin lama.
4. Apabila terjadi pergantian pengampuan, maka mahasiswa khawatir pengampu yang
menggantikan FKUI akan memilki sistem pembelajaran yang berbeda dengan sistem
pembelajaran FKUI, hal ini akan berakibat pada proses dan sistematika pembelajaran yang telah
dilakukan oleh mahasiswa.

Setelah menyampakan aspirasi di Manokwari, pada tanggal 10 Desember mahasiswa kembali ke


Sorong dan melanjutkan pembelajaran yang sempat terhenti karena hampir 70% mahasiswa
berangkat ke Manokwari. Pertanggal 14 Desember 2016, semua dosen dan staf yang berasal dari
FKUI ditarik kembali ke Jakarta. Sehingga proses pembelajaran saat ini hanya dilakukan oleh dua
dosen tetap UNIPA dan bantuan dari dokter lokal yang berasal dari Kota dan Kabupaten Sorong.
Sebenarnya staf FKUI yang bekerja di Sorong telah diberikan surat penarikan agar kembali ke Jakarta
tanggal 01 Desember 2016 namun diperpanjang oleh Dekan, wakil dekan I, dan asisten pengampuan
FK UNIPA hingga tanggal 14 Desember 2016.

Pada tanggal 21 Desember 2016, Menteri RISET DIKTI khusus mendatangani FK UNIPA untuk
menyelesaikan masalah ini dan mahasiswa juga hadir dalam pertemuan tersebut. Hasil pertemuan
dengan menteri yaitu tetap menjalankan perjanjian kerjasama FK UNIPA-FKUI. Namun karena waktu
yang singkat, secara teknis belum terlalu dibahas. Dan dikatakan pendanaan akan tetap dibiayai oleh
Kabupaten Sorong dan Pemerintah Provinsi Papua Barat. Menteri Risetdikti mengatakan awal tahun
diharapkan mahasiswa bias kembali kuliah seperti sediakala. Pada pertemuan tersebut juga, Rektor
UNIPA ingin mengganti Dekan FK UNIPA yang saat ini dijabati oleh dr.Kanadi Sumapradja, SpOG(K),
MSc yang berasal dari FKUI dengan mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Cendrawasih (FK
UNCEN) yaitu dr.Paulina Watofa, Sp.Rad. Hal tersebut ditolak oleh mahasiswa saat pertemuan.
Penggantian dekan FKUNIPA dengan dr.Paulina Watofa mendapat penolakan dari mahasiswa,
dikarenakan dr.Paulina sebagai dekan Fakultas Kedokteran UNCEN sebelumnya telah diturunkan (di
non-aktifkan) oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran UNCEN karena tidak mampu menangani masalah
yang terjadi di Fakultas Kedokteran UNCEN. Mahasiswa menolak apabila dr.Paulina menjadi dekan
Fakultas Kedokteran UNIPA karena tidak menginginkan kasus Fakultas Kedokteran UNCEN terulang
kembali di Fakultas Kedokteran UNIPA. Dekan Fakultas Kedokteran UNIPA saat ini yaitu dr.Kanadi
Sumapraja, Sp.OG(K), MSc. adalah staf dari Fakultas Kedokteran UI yang sudah terjamin kualitasnya
dan memiliki pengalaman yang jauh lebih baik untuk menjadikan Fakultas Kedokteran UNIPA
menjadi Fakultas Kedokteran yang bermutu seperti Fakultas Kedokteran UI, tan telah disepakati pada
awal kerjasama dengan FKUI bahwa dekan Fakultas Kedokteran UNIPA berasal dari Fakultas
Kedokteran UI hingga FKUNIPA memiliki tenaga pengajar dan staff yang sudah mandiri dan dapat
menjalankan FKUNIPA dengan baik. Sehingga tidak ada alasan apapun untuk menggantian Dekan
Fakultas Kedokteran UNIPA yang berasal dari Fakultas Kedokteran UI (dr.Kanadi Sumapraja, Sp.OG(K),
MSc) oleh Rektor UNIPA.

Tanggal 16 Desember 2016 hingga tanggal 02 Januari 2017 mahasiswa dijadwalkan libur akhir
tahun. Tanggal 03 Januari 2017, mahasiswa dijadwalkan masuk kuliah. Namun dikarenakan kedua
dosen tetap FK UNIPA yang mengurus aktifitas pembelajaran sementara sedang tidak berada di
Sorong. Ayah satu dosen sedang sakit sehingga harus berangkat ke Jakarta, satu dosen lainnya masih
berada di Manado dan belum tiba di Sorong. Sehingga mahasiswa diliburkan hingga tanggal 09
Januari. Selama 03 Januari hingga 07 Januari mahasiswa belajar sendiri di kampus, dan oleh BEM
dilakukan kegiatan pengajaran oleh mahasiswa tingkat 3 dan dokter lokal untuk mengajarkan
beberapa Keterampilan klinik dasar kepada tingkat 2 dan 1. Setelah satu dosen dari Manado tiba di
Sorong, proses pembelajaran masih sama seperti akhir tahun lalu yaitu dosen dari FKUI belum
mengajar menandakan permasalahan FK UNIPA masih belum terselesaikan. Tingkat 1 yang masih
mendapatkan pembelajaran umum kembali berkuliah dengan dosen yang berasal dari UNIPA, tingkat
2 dijadwalkan akan berkuliah video dan ujian, dan tingkat 3 hanya menunggu ujian. Namun, proses
pembelajarannya khususnya untuk tingkat 2 dan 3 masih sedang menunggu jadwal yang pasti. Dekan
dan wakil dekan I masih mendapat surat penarikan tanggal 14 Desember 2016. Wakil dekan II dan III
masih berada di Manokwari.

Melihat kondisi fakultas yang semakin memburuk. Mahasiswa membuat surat aspirasi yang
kedua dan akan dikirimkan kepada semua pihak yang terlibat, surat tersebut berisi tentang aspirasi
dan pernyataan sikap mahasiswa terhadap penyelesaian masalah FK UNIPA.

Tanggal 14 Januari 2017, orangtua mahasiswa berinisiatif mengadakan pertemuan untuk


membahas masalah FK UNIPA yang belum terselesaikan. Dalam pertemuan tersebut, orangtua
mahasiswa membentuk Tim Kerja Orangtua Mahasiswa FK UNIPA yang berjumlah 17 orang, tim ini
akan membantu mahasiswa dalam memperjuangkan aspirasinya dan menuntut hak pendidikannya.
Tim orangtua ini dibagi menjadi 3 kelompok kerja yang akan berkoordinasi dengan Pemerintah
Kabupaten, UNIPA di Manokwari, dan tingkat Menteri atau pemerintah pusat.

Orangtua mahasiswa bersama mahasiswa tanggal 16 Januari 2017 bertemu dengan Pemerintah
Kabupaten Sorong yang diwakilkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Sorong. Dalam pertemuan
tersebut, Sekda Kabupaten Sorong akan memanggil Kepala Bidang Keuangan Kabupaten Sorong
untuk melihat keadaan keuangan saat ini di Kabupaten Sorong terlebih dahulu. Selain itu tim kerja
orangtua bersama mahasiswa mendatangi DPRD Kabupaten Sorong diwakilkan oleh kepala komisi II
bagian keuangan. DPRD Kab. Sorong mengatakan akan memanggil semua pihak yang berkaitan
dengan FK UNIPA yaitu Rektor UNIPA, Kabupaten Sorong, FKUI, Pemerintah dan DPRD Provinsi Papua
Barat, para pendiri FK UNIPA, dan mahasiswa serta orangtua mahasiswa.

Pada tanggal 31 Januari 2017 belum ada jawaban dari semua pihak yang telah ditemui dan
dikirimkan surat aspirasi mahasiswa, sehingga diputuskan mahasiswa beserta orangtua akan
berangkat ke Jakarta untuk bertemu dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pedidikan Tinggi serta
pihak-pihak yang terkait dan menyampaian aspirasi dan meminta hak belajar mahasiswa. Pertemuan
di Jakarta juga akan didampingi oleh DPRD Kabupaten Sorong dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Sorong.

Pada tanggal 07 Februari 2017 diadakan pertemuan dengan Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang diwakilkan oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen
Belmawa), Bapak Prof. Intan Ahmad bersama dengan 46 mahasiswa FK UNIPA, perwakilan orangtua,
DPRD kabupaten Sorong, Pemerintah Kabupaten Sorong, pihak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dan tokoh masyarakat Papua Barat dari Majelis Rakyat Papua. Pada pertemuan tersebut
bapak Dirjen Belmawa mengatakan akan melaporkan segala aspirasi mahasiswa dan pihak yang turut
datang kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Selanjutnya Menteri Riset Dikti memberikan surat kepada Rektor UNIPA dan diminta menghadiri
panggilan Menteri Riset Dikti pada tanggal 13 Februari untuk menyampaikan solusi konskrit terkait
masalah FKUNIPA. Pada tanggal 24 Februari 2017, UNIPA mengirimkan surat laporan perkembangan
terakhir penyelesaian masalah FKUNIPA, dalam surat tersebut dikatakan bahwa:

1. Pernyataan dukungan dan komitmen secara lisan oleh Pemerintah Kabupaten Sorong
kepada Rektor UNIPA

2. Pernyataan dukungan oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat belum dapat diberikan karena
masih adanya kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan

3. Akan disampaikan selanjutnya paling lambat minggu depan.

Pada tanggal 08 Februari 2017, Rektor UNIPA mendapatkan surat Klarifikasi II oleh Ombudsman
Republik Indonesia untuk meminta klarifikasi Rektor UNIPA terkait permasalahan FKUNIPA.

Terkait pertemuan Menristek dikti dengan Rektor UNIPA dan terkait surat laporan terakhir dari
UNIPA, maka dilakukan pertemuan oleh Kemeristek dikti pada tanggal 02 Maret 2017 untuk
membicarakan langkah konkrit penyelesaikan masalah FKUNIPA. Pertemuan tersebut dihadiri oleh
pihak Otonomi Daerah Kemeterian Dalam Negeri, Kemenristek DIkti, UNIPA, Universitas Indonesia,
FKUNIPA, FKUI, DPRD Papua Barat, Gubernur Papua Barat, dan Bupati Kabupaten Sorong. Pada
pertemuan tersebut dibahas masalah pendanaan FKUNIPA, dan pelantikan wakil dekan I FKUNIPA
tanpa sepengetahuan wakil dekan I sebelumnya dan pihak FKUI pada tanggal 28 Februari 2017. Pada
pertemuan tersebut didapatkan hasil pertemuan yang tertuang di dalam berita acara, yaitu:

1. Penyelesaian tanggungjawab pembiayaan FKUNIPA akan dilakukan secara bertahap mulai


tanggal 06 Maret 2017
2. Proses pembelajaran FKUNIPA akan dimulai kembali paling lambat pada tanggal 20 Maret
2017 dan FKUI menyiapkan dosen untuk memulai proses pembelajaran kembali

3. FKUNIPA tidak menerima mahasiswa baru untuk tahun ajaran 2017/2018 hingga
pembelajaran FKUNIPA dapat berjalan stabil sesuai surat perjanjian kerjasama

4. Perihal penetapan wakil dekan I bidang akademik FKUNIPA dinyatakan bahwa wakil dekan I
FKUNIPA berasal dari FKUI dan didampingi oleh staff UNIPA (bidang kedokteran), wakil dekan
2 dan 3 berasal dari bidang kedokteran, surat pengangkatan wakil dekan 1 oleh Rektor UNIPA
yaitu dr.Paulina Watofa akan disesuaikan dan akan diangkat kembali wakil dekan 1 dari FKUI
sebelum proses pembelajaran berlangsung.

5. Rektor UNIPA, Rektor UI, dan Pemerintah Kabupaten Sorong bersama-sama menyusun
program perancangan untuk tahun 2017 . DIlakukan pertemuan koordinasi awal pada 03
Maret 2017.

6. Untuk menjamin keberlangsungan pengembangan FKUNIPA akan disusun Peraturan Daerah


Kabupaten Sorong

7. Pemerintah Provinsi Papua Barat akan mendukung keberlangsungan FKUNIPA termasuk


program pengampuan FKUNIPA oleh FKUI.

Pada tanggal 26 Maret 2017, perkuliahan FKUNIPA kembali lancar, telah didatangkan pengajar
dari FKUI. Pada tanggal 10 April, dilakukan pertemuan kembali oleh Dirjen Belmawa Kemenristek
dikti dengan Gubernur Papua Barat, Bupati Kabupaten Sorong, UNIPA, FKUI, dan FKUNIPA. Pada
pertemuan tersebut sudah dinyatakan adanya dukungan pendanaan oleh pihak Provinsi Papua Barat
serta dukungan 13 kabupaten dan kota yang ada di Papua Barat. Kemudian dilanjutkan rapat teknis
pembuatan surat perjanjian kerjasama baru yang melibatkan Provinsi Papua Barat.

Lancarnya perkuliahan FKUNIPA hanya berlangsung selama satu bulan, perkuliahan terhenti
kembali pada tanggal 29 April 2017 dikarenakan tenaga pengajar dari FKUI yang macet didatangkan.
Terhambatnya pendatangan dosen disebabkan oleh masalah pendanaan kembali. Pemerintah
Kabupaten Sorong yang mendukung pendanaan FKUNIPA baru memberikan dana pengampuan yang
hanya cukup dilakukan selama satu bulan. Dana sisa yang harusnya diberikan bertahap belum
diberikan untuk melanjutkan proses pengampuan sehingga pembelajaran FKUNIPA kembali terhenti.

Pada tanggal 29 April 2017, Ketua komisi D bagian pendidikan DPRD Papua Barat, bapak Ortis
Sagrim beserta anggota komisinya dan wakil ketua DRRD Papua Barat mengadakan kunjungan kerja
di FKUNIPA, Sorong. Kunjungan kerja tersebut juga dilakukan dengan mengadakan pertemuan
dengan mahasiswa dan orangtua mahasiswa. Pada pertemuan tersebut, DPRD Papua Barat
mendapati permasalahan yang kembali terjadi di FKUNIPA. Ketua komisi D menyampaikan,
Pemerintah Papua Barat komitmen untuk mendukung pembiayaan FKUNIPA da pengampuannya
dengan memberikan pendanaan tetap oleh pemprov Papua Barat ke FKUNIPA dan kesepakatan 13
kabupaten-kota di Papua Barat yang akan memberikan bagian 1% dana APBD dari setiap wilayah
yang didukung oleh Gubernur Papua Barat. Namun, pemberian dana yang berkelanjutan dan stabil
dari pemerintah provinsi Papua Barat akan mulai dilakukan tahun 2018. Selama tahun 2017,
pendanaan FKUNIPA akan didukung oleh pemerintah Kabupaten Sorong, namun tidak menutup
kemungkinan Pemerintah Kabupaten Sorong akan kewalahan mendanai FKUNIPA yang
membutuhkan dana yang cukup besar. Untuk itu, Ketua komisi D menyatakan saat kembali ke
Manokwari akan melanjutkan permasalahan FKUNIPA, dan aspirasi dari mahasiswa dan orangtua
mahasiswa kepada Gubernur Papua Barat agar mencari solusi darurat terkait permasalahan
pendanaan FKUNIPA.

Pada tanggal 20 Mei, diadakan pertemuan Gubernur Papua Barat yang terpilih dengan pihak
UNIPA. Dalam pertemuan tersebut Gubernur menyatakan komitmennya untuk membiayai FKUNIPA
dan telah mempersiapkan dana untuk pengampuan dan keberlangsungan FKUNIPA agar perkuliahan
FKUNIPA akan kembali berlanjut pada awal Juni 2017. Pihak UNIPA mengadakan pertemuan dan
mengundang pihak FKUNIPA, FKUI dan pemerintah Provinsi Papua Barat pada tanggal 30 Mei 2017.
Namun pada tanggal 30 Mei juga, pertemuan tersebut dibatalkan oleh UNIPA dikarenakan UNIPA
masih melakukan rapat internal di UNIPA.

Hingga saat ini, keberlangsungan proses pembelajaran FKUNIPA masih belum mendapatkan
kejelasan yang pasti karena belum adanya pemberitahuan secara resmi dari pihak UNIPA, FKUNIPA,
Pemerintah Kabupaten Sorong, dan Pemerintah Provinsi Papua Barat terhadap solusi pasti
pembiayaan FKUNIPA selama tahun 2017 hingga dukungan pasti dan stabil dari pemerintah Provinsi
Papua Barat pada tahun 2018.

Sedikit ulasan mengenai pendanaan. Sumber pembiayaan FK UNIPA selama dua tahun ini yaitu:

1. Dana operasional, didapat dari:


a. SPP mahasiswa
b. Pembayaran praktikum mahasiswa
c. Hibah pemerintah Kabupaten Sorong
2. Dana pengampuan
a. Berasal dari UNIPA : didapat dari dana hibah Provinsi Papua Barat

Selama dua tahun ini dana pengampuan lancar diberikan oleh UNIPA, namun tahun ketiga ini dana
pengampuan belum diberikan kepada pihak FKUI oleh UNIPA.

Sorong, 31 Mei 2017

Mahasiswa FK UNIPA

Anda mungkin juga menyukai