Anda di halaman 1dari 13

MINIMASI BIAYA PADA PEMILIHAN KONSTRUKSI

BENDUNGAN POTANGA KABUPATEN GORONTALO UTARA

Imam Bagindo Yakub


Budi Witjaksana

Abstrak
Pembangunan bendung Potanga dibutuhkan struktur yang kuat, hal ini dikarenakan kondisi sungai
potanga yang slopenya cukup curam serta material banjir yang dibawa adalah batu. Struktur yang kuat
biasanya dibutuhkan biaya yang sangat besar, untuk dapat menekan biaya konstruksi maka dibutuhkan
perencanaan yang optimal dan pemilihan bahan material yang banyak tersedia di sekitar lokasi dan
strukturnya aman jika dibangun. Berdasarkan analisa perhitungan didapat bahwa nilai pembangunan bendung
Potanga dengan material pasangan batu sebesar Rp. 8.520.881.844 ,- dan material menggunakan beton cyclop
biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 6.538.977.752 ,- serta material dengan beton bertulang biaya yang
dibutuhkan sebesar Rp. 12.004.238.152 ,-. Berdasarkan tiga alternatif material tersebut dapat dipilih alternatif
yang paling ekonomis untuk konstruksi bendung Potanga dan dengan material beton cyclop.

Kata kunci : Minimasi biaya, alternatif material

I. PENDAHULUAN Berdasarkan latarbelakang yang


sudah dibahas tersebut, peneliti mengambil
1.1. Latar Belakang Masalah judul Minimasi Biaya Pada Pemilihan
Propinsi Wilayah Gorontalo Konstruksi Bendung Potanga Kabupaten
mempunyai potensi lahan pertanian yang Gorontalo Utara.
luas dan belum dikembangkan secara
merata disetiap kabupaten khususnya di 1.2. Rumusan Masalah
daerah permukiman transmigrasi. 1. Bagaimanakah desain konstruksi
Perkembangan pertanian lahan basah saat bendung Potanga dengan tipe pasangan
ini telah dilakukan oleh masyarakat batu, tipe beton cyclop, dan tipe beton
setempat dengan sistem tadah hujan dan bertulang ?
memanfaatkan drainase yang ada. Salah 2. Manakah biaya yang paling efisien dari
satu potensi yang perlu dikembangkan pemilihan konstruksi bendung Potanga
adalah di Wilayah Kecamatan Tolinggula dengan tipe pasangan batu, tipe beton
Kabupaten Gorontalo Utara, tepatnya di cyclop, dan tipe beton bertulang?
Desa Potanga. Sumber air untuk Daerah
Irigasi ini adalah Sungai Tolinggula. 1.3. Tujuan Penelitian
Salah satu bangunan irigasi yaitu 1. Mendapatkan desain konstruksi
bendung yang berfungsi untuk menaikkan bendung Potanga dengan tipe pasangan
muka air, sehingga air dari hulu dapat batu, tipe beton cyclop, dan tipe beton
dimanfaatkan untuk mengairi lahan daerah bertulang.
irigasi dengan cara membelokkan air ke 2. Menetapkan pemilihan konstruksi
dalam jaringan saluran irigasi. Agar bendung Potanga dengan tipe pasangan
bendung dapat berdiri kokoh harus ditopang batu, tipe beton cyclop, dan tipe beton
oleh struktur bawah dan struktur atas yang bertulang, dilihat dari biayanya.
kuat. Untuk mendapatkan struktur yang
baik dan kuat tentunya membutuhkan 1.4. Batasan Dan Ruang Lingkup
material konstruksi yang baik yang hal Penelitian
tersebut membutuhkan biaya yang besar. Dan ruang lingkup penelitian
meliputi:

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 23


1. Desain Bendung atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk
2. Analisa Stabilitas Bendung meninggikan muka air dengan ambang
3. Gambar Desain Bendung tetap sehingga air sungai dapat disadap dan
4. Analisa Volume Bangunan (BOQ) dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi.
Rencana Anggaran Biaya Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir
5. Pemilihan Konstruksi Bendung dengan terjunan yang dilengkapi dengan
6. Tidak membahas kekuatan struktur kolam olak dengan maksud untuk meredam
material konstruksi energi.
Lokasi bangunan bendung dan
pemilihan tipe yang paling cocok
II. KAJIAN PUSTAKA dipengaruhi oleh banyak faktor (Depar-
temen Pekerjaan Umum, 2010), yaitu:
2.1. Kajian Teori Umum 1. Tipe, bentuk dan morfologi sungai
Irigasi dapat diartikan sebagai suatu 2. Kondisi hidrolis anatara lain elevasi
usaha yang dilakukan untuk mendatangkan yang diperlukan untuk irigasi
air dari sumbernya guna keperluan 3. Topografi pada lokasi yang direncanakan
pertanian, mengalirkan air dan membagikan 4. Kondisi geologi teknik pada lokasi
air secara teratur dan setelah digunakan 5. Metode pelaksanaan
dapat pula dibuang kembali. Maksud dari 6. Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
irigasi yaitu untuk mencukupi kebutuhan air
dimusim hujan bagi keperluan pertanian 2.2. Kajian Teori Khusus Untuk
seperti membasahi tanah, merabuk, Mendukung Penelitian
mengatur suhu tanah, menghindarkan
gangguan hama dalam tanah dan 2.2.1. Bangunan Utama
sebagainya. Bangunan utama adalah kompleks
Tanaman yang diberi irigasi bangunan yang dibangun di sungai untuk
umumnya dapat dibagi dalam tiga golongan membelokkan air ke jaringan saluran guna
besar yaitu padi, tebu, palawija seperti keperluan irigasi. Bangunan ini terdiri dari
jagung, kacang-kacangan, bawang, cabe bangunan pengelak dengan peredam energi,
dan sebagainya (Memed dan Mawardi, pengambilan utama, pintu bilas, kolam
2006). pengendap (kantong lumpur) dan bangunan
Dalam sistem irigasi di Indonesia pelengkap. Bendung dipakai untuk
pada umumnya terdapat beberapa bagian, meninggikan muka air sungai sampai pada
antara lain : ketinggian yang diperlukan agar dapat
- Bendung (tubuh bendung, pelimpah, disalurkan kesaluran irigasi. Ketinggian itu
pembilas, kolam olakan, dan intake) menentukan luas daerah yang dapat diairi
- Kantong lumpur (PT. Dayacipta Dianrancana, 2010).
- Saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran pembuang 2.2.2. Perencanaan Bendung
- Bangunan bagi sadap 1. Lebar Bendung
- Bangunan penunjang (terjunan, Lebar maksimum bendung hendaknya
gorong-gorong, shipon, talang, tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata
jembatan pelayanan, bangunan ukur, sungai pada ruas yang stabil. Lebar efektif
dan lain-lain) mercu (Be) dihubungkan dengan lebar
- Jalan inspeksi mercu yang sebenarnya (B), yakni jarak
- Petak primer, petak sekunder dan petak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau
tersier tiang pancang, dengan persamaan berikut:
Bendung adalah bangunan air dengan Be = B 2 (nKp + K a) H1
kelengkapannya dibangun melintang sungai Keterangan :

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 24


n = jumlah pilar dari lebar bersih bendung (jarak antara
Kp = koefisien kontraksi pilar pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung yang lebarnya kurang dari 100 m. Lebar
H1 = tinggi energi, m pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar
total pengambilan termasuk pilar-pilarnya.
2. Perencanaan Mercu
Di Indonesia pada umumnya 5. Peredam energi
digunakan dua tipe mercu untuk bendung 1) Untuk Fr 1,70 tidak diperlukan kolam
pelimpah : tipe Ogee dan tipe bulat. Dalam olak, pada saluran hilir harus dilindungi
hal ini kavitasi dan aerasi tirai luapan harus dari bahaya erosi. Untuk pasangan batu
diperhitungkan dengan baik. Tinggi mercu atau beton tidak memerlukan lindungan
bendung P, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 khusus
m dan minimum 0,5H. 2) Bila 1,70 Fr 2,50 kolam olak
diperlukan untuk meredam energi secara
3. Pangkal bendung efektif. Pada umumnya kolam olak olak
Pangkal-pangkal bendung (abutment) dengan ambang ujung mampu bekerja
menghubungkan bendung dengan tanggul- dengan baik. Untuk penurunan muka air
tanggul sungai dan tanggul-tanggul banjir. Z < 1,5 m dapat dipakai bangunan
Pangkal bendung harus mengarahkan aliran terjunan tegak
air dengan tenang di sepanjang 3) Jika 2,50 Fr 4,50 maka akan timbul
permukaannya dan tidak menimbulkan situasi yang sulit dalam memilih kolam
turbulensi. olak yang tepat. Loncatan air tidak
Elevasi pangkal bendung di sisi hulu terbentuk dengan baik dan menimbulkan
bendung sebaiknya lebih tinggi daripada gelombang sampai jarak yang jauh di
elevasi air (yang terbendung) selama terjadi saluran. Kolam olak harus mampu
debit rencana. Tinggi jagaan yang harus menim-bulkan olakan (turbulensi tinggi)
diberikan adalah 0,75 m sampai 1,50 m, dengan blok muka. Kolam olak yang
bergantung kepada kurve debit sungai di sesuai adalah USBR tipe IV.
tempat itu; untuk kurve debit datar 0,75 m 4) Kalau Fr 4,5 mulai dapat memper-
akan cukup; sedang untuk kurve yang pendek panjang kolam olak dengan
curam akan diperlukan 1,50 m untuk menggunakan blok-blok halang dan
memberikan tingkat keamanan yang sama. blok-blok muka. Tipe ini termasuk
kolam olak USBR tipe III.
4. Bangunan Pengambilan Dan Pembilas
Bangunan pengambilan berfungsi 6. Peredam energi tipe bak tenggelam
untuk mengelakkan air dari sungai dalam Kolam olak tipe bak tenggelam telah
jumlah yang diinginkan dan bangunan digunakan sejak lama dengan sangat
pembilas berfungsi untuk mengurangi berhasil pada bendung-bendung rendah dan
sebanyak mungkin benda-benda terapung untuk bilangan-bilangan Fruode rendah.
dan fraksi-fraksi sedimen kasar yang masuk Kriteria yang dipakai untuk perencanaan
ke jaringan saluran irigasi. diambil dari bahan-bahan oleh Peterka dan
Kapasitas pengambilan harus hasil-hasil penyelidikan dengan model.
sekurang-kurangnya 120% dari kebu-tuhan Bahan ini telah diolah oleh Institut Teknik
pengambilan (dimension requirement) guna Hidrolika di Bandung guna menghasilkan
menambah fleksibilitas dan agar dapat serangkaian kriteria perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi kolam dengan tinggi energi rendah ini.
selama umur proyek. Parameter-parameter dasar untuk
Lebar pembilas ditambah tebal pilar perencanaan tipe bak tenggelam sebagai-
pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 1/10 mana diberikan oleh USBR sulit untuk

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 25


diterapkan bagi perencanaan bendung 1) tekanan air, dalam dan luar
dengan tinggi energi rendah. 2) tekanan lumpur (sediment pressure)
3) gaya gempa
7. Perkuatan Dasar Sungai (Rip-Rap) 4) berat bangunan
Pasangan batu kosong (riprap) 5) reaksi pondasi.
dipakai sebagai selimut lindung untuk dasar
sungai tepat di hilir bangunan. Batu yang 2. Kebutuhan Stabilitas
dipakai untuk pasangan batu kosong harus 1) Ketahanan terhadap Guling
keras, padat dan awet. Panjang lindungan M t
1,5
dari pasangan batu kosong diambil 4
(empat) kali kedalaman lubang gerusan
M g

lokal, yang dihitung dengan rumus empiris


Lacey (Memed dan Mawardi, 2006) : Keterangan :
R = 0,47 (Q/f)1/3 Mt = Jumlah momen tahan (t.m)
Keterangan : Mg = Jumlah momen guling (t.m)
R = kedalaman gerusan di bawah
permukaan air banjir (m) 2) Ketahanan terhadap Geser
Q = debit banjir (m3/det) f .V
1,5
F = faktor lumpur Lacey H
= 1,76 . Dm0,5 Keterangan :
Dm = diameter nilai tengah untuk bahan f = koefisien gesekan (lihat tabel)
buruk (m) V = Jumlah gaya vertikal (kN)
H = Jumlah gaya horisontal (kN)
8. Perlindungan terhadap erosi bawah
tanah
3) Ketahanan terhadap Daya Dukung
Untuk melindungi bangunan dari
Tanah
bahaya erosi bawah tanah, ada beberapa
cara yang bisa ditempuh. Kebanyakan e 1 Ba 1 B
2 6
bangunan hendaknya menggunakan
kombinasi beberapa konstruksi lindung.
Bila e > 1/6 B, maka akan dihasilkan
Lantai hulu akan memperpanjang
tekanan negatif pada ujung bangunan.
jalur rembesan. Karena gaya tekan ke atas
di bawah lantai diimbangi oleh tekanan air
2.3.4. Analisa Volume (Bill Of Quantity)
di atasnya, maka lantai dapat dibuat tipis.
Analisa Volume (BOQ) yang dihitung
Persyaratan terpenting adalah bahwa lantai
terdiri dari :
kedap air, demikian pula sambungannya
- Volume galian tanah dengan alat
dengan tubuh bendung. Sifat kedap air ini
- Volume galian batu dengan alat
dapat dicapai dengan foil plastik atau
- Volume timbunan material pilihan
lempung kedap air di bawah lantai dan
- Volume timbunan kembali
sekat karet yang menghubungkan lantai dan
- Volume pembersihan (clearing)
tubuh bendung. (Departemen Pekerjaan
- Volume stripping
Umum, 2010).
- Volume beton cyclop
- Volume pasangan batu
2.3.3. Stabilitas Bendung
- Volume plesteran
1. Gaya-gaya yang bekerja pada
- Volume beton bertulang dan lain-lain.
bangunan
Perhitungan volume dapat dilakukan
Gaya-gaya yang bekerja pada
dengan menggunakan gambar situasi,
bangunan bendung dan mempunyai arti
potongan melintang dan potongan
penting dalam perencanaan adalah:
memanjang dari konstruksi yang akan

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 26


dihitung. Harga volume suatu konstruksi tersebut menghasilkan bahan bangunan
harus diketahui dari panjang konstruksi yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari
dikali dengan lebar yang menghasilkan masing-masing bahan bangunan tersebut.
luasan, dan untuk mengetahui volume Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu
didapat dari luasan tersebut dikalikan mempunya kapasitas tekan yang tinggi.
dengan ketebalannya. Demikian juga bila baja tulangan ditaruh
dibagian beton yang mengalami tekan,
2.3.5. Harga Satuan Pekerjaan beton disekeliling tulangan bersama-sama
Harga satuan pekerjaan merupakan tulangan sengkan akan mencegah tulangan
hasil analisa dari setiap item pekerjaan yang mengalami tekuk.
terdiri dari item bahan, tenaga dan alat.
Setiap item pekerjaan mempunyai besaran 2.3.9. Beton Cyclop
kuantitas kebutuhan bahan, tenaga dan alat Beton cyclop adalah suatu bahan
sendiri-sendiri dalam hal ini telah material struktur bangunan yang tersusun
distandarkan oleh standar nasional dari campuran beton bertulangan ditambah
indonesia. Dan yang membuat berbeda batu mangga. Komposisi beton cyclop
harga item pekerjaan antar suatu daerah terdiri dari campuran beton bertulang
adalah harga satuan dasar dari tiap item dengan mutu beton K175 sebesar 60%
pekerjaan pada suatu daerah berbeda-beda ditambah 40% volume batu mangga
dalam hal analisa disini digunakan harga diameter 1015 cm. Beton cyclop ini
satuan dasar dari Kabupaten Gorontalo mempunyai kekuatan konstruksi masih
Utara. dibawah beton bertulang namun lebih baik
dari pada konstruksi dari pasangan batu, hal
2.3.6. Rencana Anggaran Biaya ini dikarenakan pada beton cyclop masih
Rencana anggaran biaya merupakan mampu menahan tegangan tekan dan tarik.
hasil analisa dari hasil perhitungan volume Sedangkan untuk pasangan batu hanya
(BOQ) dari perencanaan desain bangunan mampu menahan tegangan tekan dan untuk
irigasi dikalikan dengan hasil analisa harga tegangan tarik sangat lemah.
satuan ditiap-tiap item pekerjaan kemudian
dijumlahkan dari keseluruhan item
pekerjaan (Pujawan I Nyoman, 1995). III. METODE PENELITIAN

2.3.7. Pasangan Batu 3.1. Bagan Alir Penelitian


Pasangan batu adalah suatu bahan Bagan alir penelitian ini merupakan
material struktur bangunan yang tersusun langkah-langkah yang harus dilakukan
dari campuran semen, pasir, air dan batu dalam pelaksanaan penelitian. Langkah-
belah diameter diatas 25 cm. Komposisi langkah yang dilakukan harus tersusun
yang biasa dipakai adalah 1:4 yang seuai dengan kegiatan yang dilakukan,
mengandung artinya 1 takar semen diaduk untuk lebih jelasnya pada Gambar 3.1 dan
dengan 4 takar pasir. Misal semen 1 ember penjelasannya sebagai berikut.
maka pasirnya 4 ember, semen 1 sak berarti
pasirnya juga 4 sak bungkus semen
tersebut.

2.3.8. Beton Bertulang


Beton bertulang adalah suatu bahan
material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 27


Q = Cd x 1,7 x Beff x H1 1,5
218,34 =1,48x1,7x(400,44H1)xH11,5
218,34 =2,52x(400,44H1)x H1 1,5
Analisa selanjutnya adalah dengan cara
coba-coba harga H1, sampai didapat
nilai sebesar 218,34, dan dari coba-coba
tersebut didapatkan harga H1 sebesar
1,60 m. Hasil coba-coba tiap ketinggian
dapat ditabelkan dan digambar sebagai
berikut.

Tabel 4.1. Hubungan Tinggi Muka Air dengan Debit


diatas Mercu Bendung

Sumber : Hasil Perhitungan Penulis

Sumber : Hasil Perhitungan Penulis


Sumber: Hasil analisa penulis Gambar 4.1. Hubungan Tinggi Muka Air
dengan Debit diatas Mercu Bendung
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
Elevasi muka air banjir di hulu bendung
dapat dihitung sebagai berikut :
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Elevasi mercu bendung = 82,60
2. Tinggi MAB diatas mercu = 1,60 +
4.1. Analisis Data Dan Hasil Penelitian 3. Elevasi MAB = 84,20
4. Tinggi Jagaan = 1,00 +
4.1.1. Desain Tubuh Bendung 5. Elevasi tembok bendung = 85,20
1. Lebar bendung : diambil pada elevasi + 85,50
B = 1,2 x 33 = 39,6 m 40 m 4. Analisa tinggi muka air dihilir bendung
2. Lebar efektif mercu bendung Dari hasil pengukuran topografi
Beff = 40,00 2(2 x 0,01 + 0,2) H1 didapatkan lebar rata-rata sungai bagian
= 40,00 0,44 H1 hilir sebesar 33,0 m dengan slope sungai
3. Analisa tinggi muka air diatas mercu sebesar 0,0143819. Analisa muka air banjir
bendung : di hilir bendung dilakukan dengan coba-

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 28


coba yang hasilnya harus sama dengan untuk h1/hc 2
debit banjir rencana Q100 tahun = h1/hc = 1,60/1,83
218,40m/dt, dari hasil coba-coba didapat = 0,87 ; 0,87 2 maka
tinggi air banjir di hilir bendung sebesar Rmin = 1,55 x 1,83
1,54 m, dengan tinggi jagaan 1,0 m dan = 2,84 m di ambil = 4,00 m
elevasi dasar sungai di hilir bendung
sebesar + 78,00 maka didapat elevasi 3. Kedalaman air minimum, Tmin ;
tembok pangkal hilir bendung sebesar +
80,54 untuk ambil keamanan diambil
elevasi + 83,00.

4.1.2. Bangunan Pengambilan (Intake)


Qn = A x NFR / 0,65
= 523,23 x 1,46 / 0,65 Tmin/hc =1,88 x (h1/hc)0,215
= 1176,33 lt/dt = 1,176 m/dt
Qs = 1,2 x 1,176 = 1,41 m/dt
Lebar bersih bukaan pintu direncanakan 1,0 Tmin =1,88x(1,60/1,83)0,215x1,83
m, maka ; =3,35 m 4,54 m
F = Q / (u x (2.g.z) ) 4). Dasar cekungan (bucket invert) ;
= 1,41 / (0,80 x 2 x 9,81 x 0,20 )
= 0,89
Jadi : a = F/b
= 0,89/1,00 = 0,89 1,0 m
Dan elevasi dasar intake :
= +82,60 0,20 1,00 = +81,40
= tail water (TW) - Tmin
Tinggi pintu diambil :
= a + 0,30 = 1,0 + 0,30 = 1,3 m
= + 80,89 - 4,00 = + 75,00
4.1.3. Bangunan Pembilas
bp = 1/10 x B = 1/10 x 40 = 4,0 m
Direncanakan pintu pembilas 2 pintu
selebar 2,0 m dan 2 pilar lebar 1,0 m.
4.1.5. Lantai Muka
LV = 3,0+2,0+(8x1,0)+(2,0x4)+3,0
4.1.4. Kolam Olak
+ (1,0 x2) + 5,17 = 31,17 m
1. Tinggi kritis
LH = (8x1,0)+3,0+(3x4,0)+4,5
+(3x1,5)+3,90+(2x2,0)
= 39,90 m
CL = 31,17 + 1/3 x 39,90 = 44,47
46 56
= 9,67 > 4 Aman
hc = (q^2/g)^0,5= 1,83 m
2. Radius lengkungan, Rmin ; 4.1.6. Perkuatan Dasar Sungai
V3 = Kecepatan rata-rata diatas
ambang didapat = 1,73 m/dt. Dari grafik
(KP04 pada gambar 6.7 hal. 107)
didapatkan d40 = 0,10 m, diameter stabil
terhadap kecepatan yang ada. Dengan Dm =
0,50 m, maka ;
Rmin/hc = 1,55
f = 1,76 x 0,500,5 = 39,35

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 29


R = 0,47 (218,34/39,35)1/3 = 0,83 m,

sehingga diambil = 1,50 m


Panjang lindungan = 4 x 0,83 = 3,33 m,
diambil = 5,0 m
Sumber : Hasil Analisa Penulis
4.1.7. Analisa Stabilitas Bendung Tipe
Pasangan Batu Titik berat :
x = Mx/sum G = 8.92 m
1. Kondisi Debit Rendah (Normal) Tanpa y = My/sum G = 2.44 m
Gempa
1). Jalur rembesan dan tekanan air
Px = H - DH
DH = lx/Cw
Cw = Lw/Hw
Didapat :
Hw = 6.43 m
Lw = 45.92 m
Cw = 7.14
Harga koefisien Lane untuk kerikil kasar
termasuk brangkal ( C ) = 3
Cw > C , maka desain aman

2). Gaya-gaya yang bekerja pada 4). Gaya berat air


bangunan Utama
(1). Tekanan lumpur Tabel 4.3. Gaya Berat Air
Ws1 = x s x h x Ka
Ws1 = x 0.996 x 2.6 x 0.33
= 0.43 ton
(2). Tekanan hidrostatis air
W1 = x w x h2
= x 1.0 x 2.62
= 3.38 ton
(3). Tekanan hidrodinamik
Wd = 7/12 x k x w x h2
Wd = 7/12 x 0.15 x 1.0 x 2.60
= 0.59 ton

3). Gaya berat pelimpah


Tabel 4.2. Analisa Gaya Berat Pelimpah

Sumber : Hasil Analisa Penulis

5). Resultante gaya-gaya

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 30


ad = 1.50 x 151.72 x 0.90
Tabel 4.4. Resultante Gaya horizontal = 204.822 cm/dt2
E = 204.822/981 = 0.21
He = 0.21 x 166.85 = 34.84 ton
Mtab = 34.84 x 2.44 = 84.93 tm

Mt = M + Mtab
= 1650.26 + 84.93
= 1735.19 ton m
Sumber : Hasil Analisa Penulis
X = Mh/Rh = 0.97 m 1). Kontrol stabilitas
(1). Eksentrisitas :
Tabel 4.5. Resultante gaya vertical e = L/2 - M/Rv < 1/6 x L
e= 1.38 < 2.73 Oke !!!

(2). Terhadap gelincir


Sf = (o . A + f . V) / H > 4
Sf = (13.54 x 16.39 + 0.60 x
181.24)/ 34.84
= 8.43 > 2.00
Sumber : Hasil Analisa Penulis (3). Terhadap guling
Y = Mv/Rv = 9.08 m S = Mv/Mh > 1,25
S = 1646.00 / (4.26+84.93)
6). Kontrol stabilitas = 1.85 > 1.25 Oke !!!
(1). Eksentrisitas : (4). Tekanan tanah
e = L/2 - M/Rv < 1/6 x L
= Rv/L x (1 (6 x e)/L)
e = 16.39/2 1650.26/181.24
maks = 181.24/16.39 x (1 + (6 x
= 0.91 < 1/6 x 16.39 = 2.73
1.38)/16.39)
(2). Terhadap gelincir
= 16.64 t/m2
Sf = (o . A + f . V) / H > 4
min = 181.24/16.39 x (1 - (6 x
Sf = (13.54 x 16.39 + 0.60 x
1.38)/16.39)
181.24)/ 4.4 = 18.77 > 4.00
= 5.48 t/m2
(3). Terhadap guling
Untuk analisa stabilitas pada kondisi banjir
S = Mv/Mh > 1,5
menggunakan metode yang sama dengan
Sg= 1646.00 / 4.26 = 38.61 > 1.5
diatas, hasil analisa dapat dilihat pada tabel
(4). Tekanan tanah
berikut :
= Rv/L x (1 (6 x e)/L) Tabel 4.6. Hasil Analisa Stabilitas Bendung Potanga
Tipe Pasangan Batu
maks =181.24/16.39 x (1 + (6 x
0.91)/16.39) = 14.74 t/m2
min = 181.24/16.39 x (1 - (6 x
0.91)/16.39) = 7.37 t/m2

2. Kondisi Debit Rendah (Normal)


Dengan Kondisi Gempa
He = E x SG
E = ad/g
ad = z x ac x v
Jadi :
Sumber : Hasil Analisa Penulis

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 31


4.1.8. Analisa Stabilitas Pelimpah Tipe
Beton Cyclop

Tabel 4.7. Hasil Analisa Stabilitas Bendung


Potanga Tipe Beton Cyclop

Sumber : Hasil Analisis Penulis

Sumber : Hasil Analisa Penulis

2. Konstruksi Bendung Tipe Beton


4.1.9. Analisa Stabilitas Pelimpah Tipe Cyclop
Beton Bertulang
Tabel 4.10. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan
Tabel 4.8. Hasil Analisa Stabilitas Bendung Konstruksi Bendung Tipe Beton Cyclop
Potanga Tipe Beton Bertulang

Sumber : Hasil Analisa Penulis

4.1.10. Analisa BOQ dan RAB

1. Konstruksi Bendung Tipe Pasangan Sumber : Hasil Analisis Penulis

Batu 3. Konstruksi Bendung Tipe Beton


Bertulang
Tabel 4.9. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan
Konstruksi Bendung Tipe Pasangan Batu
Tabel 4.11. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan
Konstruksi Bendung Tipe Beton
Bertulang

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 32


(4). Dimensi intake =1x1m
(5). Pembilas bendung = 2,6x2m
(2 pintu)
(6). Kolam Olak (R) = 4,0 m
(tipe bucket)
(7). Lantai muka = 25,0 m
(8). Rip-rap dasar = 5,0 m
(9). Tebal apron = 1,0 m
2). Tipe beton cyclop
(1). Lebar Bendung = 40,0 m
(2). Tinggi Pelimpah = 2,6 m
(3). Tinggi Banjir = 1,6 m
(4). Dimensi intake = 1x1m
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis
(5). Pembilas bendung = 2,6 x 2m
(2 pintu)
(6). Kolam Olak (R) = 4,0 m
(tipe bucket)
(7). Lantai muka = 25,0 m
4.2. Analisa Pemilihan Tipe Konstruksi (8). Rip-rap dasar = 5,0 m
Bendung (9). Tebal apron = 0,5 m
Biaya konstruksi bendung Potanga 3).Tipe beton bertulang
dengan tiga tipe konstruksi dapat dilihat (1). Lebar Bendung = 40,0 m
sebagai berikut ; (2). Tinggi Pelimpah = 2,6 m
1. Tipe konstruksi dengan pasangan batu, (3). Tinggi Banjir = 1,6 m
biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. (4). Dimensi intake =1x1m
8.520.881.844 ,- (5). Pembilas bendung = 2,6 x 2m
2. Tipe konstruksi dengan beton cyclop, (2 pintu)
biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. (6). Kolam Olak (R) = 4,0 m
6.538.977.752 ,- (tipe bucket)
3. Tipe konstruksi dengan beton bertulang, (7). Lantai muka = 25,0 m
biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. (8). Rip-rap dasar = 5,0 m
12.004.238.152 ,- (9). Tebal apron = 0,3 m
Dari hasil analisa rencana anggaran
biaya tersebut dapat diketahui bahwa nilai 2. Biaya konstruksi bendung Potanga
minimum tipe konstruksi adalah dengan dengan tiga tipe konstruksi dapat dilihat
beton cyclop, sehingga untuk konstruksi sebagai berikut ;
bendung Potanga dilakukan dengan tipe 1). Tipe konstruksi dengan pasangan
konstruksi beton cyclop. batu, biaya yang dibutuhkan sebesar
Rp. 8.520.881.844 ,-
2). Tipe konstruksi dengan beton
V. KESIMPULAN DAN SARAN cyclop, biaya yang dibutuhkan
sebesar Rp. 6.538.977.752 ,-
5.1. Kesimpulan 3). Tipe konstruksi dengan beton
1. Hasil desain konstruksi bendung bertulang, biaya yang dibutuhkan
Potanga: sebesar Rp. 12.004.238.152 ,-
1). Tipe pasangan batu
(1). Lebar Bendung = 40,0 m Untuk konstruksi bendung Potanga
(2). Tinggi Pelimpah = 2,6 m dilakukan dengan tipe konstruksi beton
(3). Tinggi Banjir = 1,6 m

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 33


cyclop, karena biaya konstruksinya Dianrancana Dayacipta, PT., 2010, Laporan
paling kecil. Akhir Detail Desain DI Potanga
Kabupaten Gorontalo Utara, Bandung.
5.2. Saran Pasandaran Effendi, 1991, Irigasi di Indonesia,
Strategi dan Pengembangan, Bandung.
Berdasarkan analisis yang telah
Memed dan Mawardi, 2006, Desain Hidraulik
dilakukan, maka dapat disampaikan Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis,
beberapa saran yang diharapkan dapat Bandung
berguna untuk desain konstruksi, antara lain
sebagai berikut :
1. Dalam melakukan analisa minimasi
suatu konstruksi, dibutuhkan adanya
desain yang paling optimal dari tiap-
tiap tipe konstruksi dengan mutu
konstruksi yang aman dari segi teknis.
2. Pemilihan tipe konstruksi sebaiknya
mempertimbangkan ketersediaan
material yang tersedia dilokasi
pekerjaan, kondisi topografi dan Pujawan, I Nyoman, 1995, Ekonomi Teknik,
geologi, sehingga biaya konstruksi bisa Jakarta.
diperkecil. Ratnayanti R, 2007, Estimasi Biaya Konstruksi,
3. Dengan keterbatasan pada analisa di TA Jurusan Teknik Sipil Itenas, Bandung.
tesis ini diharapkan nantinya ada yang Saptono, Adi, 2007, Analisis Penentuan
dapat melanjutkan analisa terutama Bangunan Atas Jembatan Dengan
pada perencanaan schedule Metode Rekayasa Nilai (Studi Kasus
pelaksanaan pekerjaan, analisa pada Jembatan Kali Pekacangan
ekonomi maupun manajemen Kecamatan Kejobong Purbalingga), Tesis
Program Magister Teknik Sipil
pelaksanaan proyek, yang terutama
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
sudah mempertimbangkan adanya Soedrajat A., 1994, Estimasi Biaya Konstruksi,
waktu, mutu dan biaya. Bandung.
Sosrodarsono, Suyono, 1977, Bendungan Type
Urugan, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Suloko, 2008, Pemilihan dan optimasi metode
Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, 2010, Data- konstruksi bottom- UP pada
data Analisa Desain Daerah Irigasi pembangunan basement bangunan
Potanga, Gorontalo. bertingkat di Jakarta berbasis expert
Bakosutranal, 2007, Peta Rupa Bumi Lembar knowledge, Tesis Program Magister
Tolingula, Bogor. Teknik Sipil Universitas Indonesia,
Badan Standarisasi Nasional, 2008, Standar Jakarta.
Nasional Indonesia, Jakarta.
Chow, Ven Te, 1959, Hidraulika Saluran
Terbuka, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Standar
Tata Cara Perencanaan Teknik Bendung,
SKSNI, T-02-1990F, Jakarta.
............................................, 1994, Penetapan
Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah
Untuk Bendung, SNI 03-3432-1994,
Jakarta.
............................................., 2010, Standar
Perencanaan Irigasi, Bangunan Utama
KP.02, Jakarta.

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 34


Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 35

Anda mungkin juga menyukai