07
Analisa Kesetimbangan Materi
Bentuk umum dari persamaan material balance pertama kali diperkenalkan oleh R.J.
Schilthuis pada tahun 1941. Persamaan ini berasal dari keseimbangan volume yang terjadi antara
produksi keseluruhan dengan ekspansi fluida yang terjadi di reservoir akibat adanya penurunan
tekanan.
Deskripsi mengenai material balance terdiri dari 3 sub-bab, yaitu konsep material balance, data untuk
perhitungan material balance, dan perhitungan material balance. Secara singkat, konsep material
balance berisi tentang konsep material balance dalam perhitungan Original Oil in Place.
Gambar 7.1
Sesungguhnya, materi yang masuk dan keluar akan bergantung pada fungsi tekanan dan jarak,
sedangkan materi yang terakumulasi akan bergantung pada fungsi tekanan dan waktu. Akan tetapi
konsep material balance adalah konsep dengan dimensi nol, artinya, tidak terdapat parameter P, r,
ataupun t.
Gambar 7.1 menunjukkan volume fluida pada tekanan awal Pi pada reservoir yang memiliki gas cap.
Total volume fluida pada Gambar 7.2 adalah volume hidrokarbon di reservoir atau Hydrocarbon Pore
Volume (HCPV). Gambar 7.2 memperlihatkan perubahan volume akibat penurunan tekanan sejumlah
P dan menyebabkan adanya ekspansi fluida di reservoir.
Apabila tekanan reservoir sangat tinggi sehingga abnormal, suku tersebut tidak boleh diabaikan.
Selanjutnya apabila tidak ada perembesan air dari aquifer atau produksi air, maka:
G( Bg Bgi ) G p Bg (11)
p sc zT
Dengan menggunakan B g , dan memasukkan definisi Bg dan Bgi ke dalam persamaan (11), t
Tsc p
diperoleh:
p zT p zT p zT
G sc G sc i i G p sc (12)
Tsc p Tsc pi Tsc p
Apabila diasumsikan sistem isotermal:
z z z
G G i G p
p pi p
Disusun kembali:
p p p
i Gp i (13)
z zi G zi
Karena pi,zi, dan G adalah konstan untuk suatu reservoir maka persamaan di atas menyarankan bahwa
plot p/z terhadap Gp akan menghasilkan garis lurus:
p
slope i
zi G
pi
y int ercept
zi
Apabila persamaan (10) dilukiskan sebagai initial pore volume, V i, dengan Vi = GBgi dan dengan
p zT
persamaan B g sc untuk Bg dan Bgi menjadi:
Tsc p
p zT Z f Psc G p
Vi sc BwW p We (14)
Tsc p Pf Tsc
N
N p Bt R p R soi B g We B wW p
(27)
c w S wi c f
Bt Bti
mBti
B g B gi (1 m) Bti p
B gi 1 S wi
Apabila suku ekspansi kompresibilitas formasi dan connate water diabaikan, maka diperoleh:
N
N p Bt R p Rsoi B g We B wW p
(28)
Bt Bti
mBti
B gi
B g B gi
Kemudian apabila cw dan cf = 0, maka :
NmBti
( Bg Bgi )
N ( Bt Bti )
Bgi
W B W
e w p
1 (29)
N p Bt ( Rp Rsoi ) Bg N p Bt ( Rp Rsoi ) Bg N p Bt ( Rp Rsoi ) Bg
Gambar 7.3 F vs Eo
F Eg
Gambar 7.4 vs
Eo Eo
Bti
F N ( E0 m Eg ) (34)
B gi
Bti
Asumsi m and plot F vs. ( E 0 m Eg ) .
B gi
Bti
Apabila m adalah benar, maka plot antara F dengan E 0 m E g adalah garis lurus dengan
B gi
kemiringan N. Apabila assumsi m terlalu kecil, maka plot tidak menunjukkan garis lurus lagi dan
pistring melengkung ke atas. Di lain pihak apabila m terlalu besar, maka plot juga tidak menunjukkan
garis lurus dan melengkung ke bawah (lihat Gambar 7.5). Hanya m yang tepat harus dicoba beberapa
kali sampai diperoleh plot tersebut yang berupa garis lurus.
Bti
Gambar 7.5 F vs (Eo+ m Eg)
Bgi
F pQ t D
Gambar 7.6 vs
Eo Eo
F p'
Gambar 7.7 vs
Eo Eo
Water Drive, A Known Gas Cap
F pQ(t D )
N C
B B
Eo m ti E g Eo m ti E g
B gi B gi
Plot antara ruas kiri dan variable-variable pada suku C berupa garis lurus.
Plot ruas kiri terhadap variable-variable pada suku c akan berupa garis lurus.
G p Bg W p Wi pQ( t D )
Plot vs. akan berupa garis lurus.
Eg Eg
Kemudian dilakukan history matching pada data laju alir produksi dan tekanan, seperti yang terlihat
pada gambar-gambar di bawah ini.
Hasil history matching menunjukkan tren yang sama antara data sejarah produksi dan data hasil
simulasi. Selanjutnya, dilakukan plot energi untuk melihat mekanisme pendorongan yang bekerja di
dalam reservoir tersebut. Plot energi dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Berdasarkan plot energi
tersebut dapat diketahui bahwa ekspansi gas memilki pengaruh yang dominan dalam resevoir tersebut,
sehingga dapat disimpulkan bahwa mekanisme pendorongan reservoir X adalah solution gas drive.
Reservoir seperti itu akan mempunyai karakteristik tersendiri sepanjang hidup lapangan. Produksi
minyak, tekanan dan gas oil ratio akan terus berubah sepanjang hidup reservoir. Setelah suatu sumur
di bor ke dalam suatu reservoir seperti ini dan produksi minyak dimulai, maka tekanan akan turun di
sekitar lubang sumur bor itu. Penurunan tekanan ini menyebabkan fluida berekspansi di dalam
reservoir, mendorong minyak melalui saluran-saluran kecil sampai ke lubang sumur. Tekanan di
dalam fluida reservoir menurun karena pengangkatan/pengambilan minyak. Gas keluar dari larutan
minyak dan akan merupakan gelembung-gelembung kecil pada pori batuan dan menempati ruangan
yang ditinggalkan oleh minyak yang telah diproduksi. Pada mulanya, gelembung-gelembung gas
terbentuk karena terlepas dari larutan tidak bergerak. Apabila minyak terus diproduksi, maka tekanan
akan menurun sehingga gas pun akan semakin banyak terbentuk. Ini akan memperbesar gelembung
gas dan pada suatu saat akan cukup besar dan bersatu dengan yang lain. Akhirnya gas terbentuk
seperti benang bersambung dan mulai mengalir.
Gas mengalir lebih mudah karena lebih ringan, kurang viscous dan tidak lengket ke permukaan pori-
pori batuan. Apabila gas mulai mengalir, suatu reaksi berantai kelihatannya terjadi; tekanan menurun
lebih cepat dan lebih banyak gas terbentuk dari komponen cairan hidrokardon. Dengan adanya
tambahan sedikit produksi minyak akan pula menambah ruang untuk gas yang terbentuk. Kemudian
gas akan lebih mudah mengalir sedangkan minyak mengalir semakin sulit. Gas Oil Ratio atau GOR
yaitu perbandingan antara volume minyak dan gas akan menaik, sampai suatu tekanan rendah dicapai
dimana keduanya, aliran minyak dan gas berhenti. Karena berkurangnya tekanan atau energi, sebagian
besar minyak pada tahap terakhir produksi harus diangkat dengan pompa, energi hanya cukup untuk
mendorong minyak ke lubang sumur tetapi tidak cukup untuk mengangkat ke permukaan. Minyak
semakin sulit untuk masuk ke lubang sumur sekalipun, sehingga besarnya produksi akan semakin
berkurang selama bagian akhir hidup reservoir bersangkutan. GOR yang diukur pada kondisi
permukaan, dalam cuft tank barrel minyak, berubah sepanjang sejarah produksi reservoir. Pada
mulanya karena sebagian gas yang dilepaskan dari minyak ditahan oleh pori-pori batuan; GOR akan
lebih kecil dari gas yang mula-mula terlarut dalam minyak di dalam reservoir.
Sangat sedikit atau tidak ada air yang ikut terproduksi dari reservoir seperti itu, karena sifatnya yang
tertutup yang berisi minyak dan air dasar (connate) yang tidak dapat terproduksi. Recovery minyak
dari suatu reservoir dengan gas sebagai tenaga pendorong dengan energi yang dimilikinya umumnya
rendah, 5 30% daripada cadangan minyak mula-mula dalam reservoir. Recovery yang kecil yang
dihasilkan dari reservoir tipe ini menunjukkan bahwa akan masih banyaknya minyak yang tertinggal
di dalam reservoir bila ditinggalkan. Untuk mendapatkan recovery yang lebih tinggi dari reservoir
seperti ini, maka sering energi harus ditambahkan dari sumber yang dibuat oleh manusia.