Anda di halaman 1dari 5

Alasan dibuatnya puyer adalah:

1. pasien tidak bisa menelan tablet/pil/kapsul. biasanya pada pasien anak/balita

2. tidak ada dosis yang sesuai pada sediaan yang ada. misalnya butuh paracetamol 100mg, sementara
sediaan yang ada di pasaran 250mg dan 500mg.

3. polifarmasi : jika pasien anak-anak mendapat obat lebih dari 1 macam

4. tidak ada sediaan bentuk lain yang sesuai. misalnya bentuk syrup nya tida ada

5. ekonomis. puyer relatif lebih murah daripada syrup.

Yang menjadi permasalahan atau pokok masalah dalam sediaan puyer di negara kita dan
masih bersifat kontroversi selama ini yaitu :

1. Tidak perlu dipungkiri sediaan puyer yang di racik di apotek maupun sarana kesehatan lain
merupakan sediaan puyer dengan penggerusan dari sediaan tablet. Sediaan tablet
merupakan sediaan yang sudah dirancang sedemikian rupa dengan memperhitungkan
kekerasan tablet, waktu hancur, waktu absorbsi, bahan pengisi dan parameter-parameter
lain. Bagaimana jadinya jika tablet yang sudah dirancang dengan penuh perhitungan dan
dibuat sesuai dengan standar CPOB(cara pembuatan obat yang baik) digerus dan
dihancurkan begitu saja, padahal semua itu dirancang dan diperhitungkan supaya obat
tersebut dapat memberikan efek terapi dengan maksimal.

2. Pembagian sediaan puyer dilakukan secara kasat mata. Pembagian dengan cara tersebut
tentu saja akan menyebabkan bobot yang tidak sama antara puyer yang satu dengan puyer
yang lain. Tidak adanya keseragaman bobot tentu saja menyebabkan tidak adanya
keseragaman dosis dari puyer tersebut. Untuk obat-obat dengan jendela terapi yang
sempit seharusnya tidak boleh diracik dalam bentuk sediaan puyer karena penyimpangan
dosis sedikit saja akan membahayakan pasien.

3. Banyak sekali kejadian di lapangan sediaan tablet dengan salut enterik juga ikut digerus.
Perlu diketahui bahwa sediaan tablet yang disalut mempunyai tujuan-tujuan tertentu
misalnya supaya pelepasan obat terkontrol atau supaya obat tidak rusak oleh asam
lambung dan bisa diabsorpsi di usus.
4. Pencampuran antibiotik (misal amoxycillin) dan obat-obat AINS (misal parasetamol, asam
mefenamat, ibuprofen, dll) dalam bentuk sediaan puyer bukan merupakan peresepan yang
ideal karena antibiotik merupakan obat yang diminum sampai habis sedangkan obat-obat
AINS merupakan obat yang diminum hanya bila perlu saja. Perlu kita ketahui bahwa
antibiotik seperti amoxycillin seharusnya tidak boleh digerus karena dapat menyebabkan
syok anafilaktik yang bisa membahayakan pasien atau petugas yang meracik obat.

5. Pembuatan puyer dilapangan kadang tidak memperhatikan hiegenitas, kelembapan


ruangan, suhu ruangan, penggunaan alat yang tidak bersih, peracikan sediaan puyer
sambil bercanda, ngobrol-ngobrol dan tidak menggunakan perlengkapan yang semestinya
(Sarung tangan, masker, penutup rambut).

6. Pencampuran beberapa macam obat dalam bentuk sediaan puyer tanpa


mempertimbangkan kemungkinan interaksi antar obat tersebut baik itu interaksi yang
mempengaruhi farmokinetika maupun farmakodinamik obat.

Tidak perlu dipungkiri juga bahwa kondisi masyarakat kita sebenarnya masih
membutuhkan sediaan puyer karena masih mempunyai beberapa keunggulan dan keuntungan :

1. Mudah untuk penyeseuaian dosis sesuai dengan umur dan berat badan pasien.

2. Masih sedikitnya sediaan obat yang khusus untuk anak-anak sehingga harus dibuat
dalam bentuk sediaan puyer.

3. Biaya pengobatan yang jadi lebih murah

4. Sediaan puyer bisa membantu dan memudahkan pasien anak-anak yang kesulitan untuk
minum obat dalam bentuk sediaan tablet

Pertimbangan-pertimbangan yang harus kita pertimbangkan jika harus meresepkan


sediaan puyer :
1. Sediaan puyer dengan cara menggerus tablet dipilih (merupakan pilihan terakhir) jika tidak ada
bentuk sediaan yang lain misal bentuk sediaan sirup. Contoh kasus : mengganti bentuk
sediaan tablet parasetamol dengan bentuk sediaaan sirupnya.

2. Apakah tablet yang akan digerus merupakan tablet konvensional/tablet salut enterik/ salut
gula? Adanya salut terutama salut enterik pada tablet mempunyai tujuan tertentu misal untuk
mengontrol pelepasan obat dan menghindari obat rusak oleh asam lambung. Jadi sebaiknya
tablet dengan salut enterik tidak boleh digerus.

3. Mencantumkan waktu kadaluarsa (Beyond use date) pada racikan sediaan puyer tersebut.
Tujuan pencantuman waktu kadaluarsa (Beyond use date) ini supaya pasien paham kapan
sebaiknya puyer tersebut seharusnya tidak boleh digunakan lagi(dalam rangka untuk
meningkatkan patient safety). Berdasarkan USP/United States Pharmacope (795) untuk
sediaan liquid nonaqueous dan sediaan padat non steril (dimana produk obat pabrik adalah
sumber dari bahan aktif), beyond use date tidak lebih lama dari 25% sisa dari expired date
produk awalnya atau hanya 6 bulan tergantung mana yang lebih singkat. Untuk sediaan yang
mengandung air (penyiapan dari bentuk padat) beyond use date tidak lebih lama dari 14 hari
ketika disimpan pada temperatur dingin (Kupiec, 2003).

Untuk waktu kadaluarsa (beyond use date) selama 1 tahun maka ada 2 kondisi yang harus
dipenuhi yaitu:

Harus mempertahankan fasilitas dimana temperatur kinetik rata-rata tidak lebih dari 25
o
C.

Kemasan yang digunakan untuk mengemas harus lebih baik daya proteksinya daripada
polyvinyl chloride (PVC) (Clark, 2002).

Ketentuan FDA tentang peracikan ulang yaitu :

Waktu kadaluarsa tidak lebih dari 1 tahun dari tanggal pembuatan atau lebih singkat dari
produk awalnya tanpa adanya data stabilitas dan petunjuk dari label produk awal.
Jika bentuk sediaan racikan adalah oral solid maka kemasan yang digunakan harus sesuai
dengan standard kelas A USP.

Kemasan produk awal tidak terbuka sebelumnya dan keseluruhan peracikan dilakukan
dalam satu kali operasi.

Peracikan dan penyimpan harus sesuai dengan kondisi lingkungan yang terdapat pada
label kemasan produk awal. Apabila tidak ada petunjuk dari label produk awal maka
temperatur ruangan harus dikendalikan selama peracikan dan penyimpanan antara bentuk
sediaan solid dan liquid oral. Apabila tidak ada kelembapan spesifik pada label produk
awal maka kelembapan relatif seharusnya tidak lebih dari 75% pada suhu 23oC untuk
peracikan dan penyimpanan dari bentuk sediaan solid oral (Anonim, 2005(b)).

Untuk pencantuman masa kadaluarsa pada sediaan puyer racikan ulang kita bisa mengacu
ke FDA(Food & Drug Association), seperti BPOM Amerika atau USP(United States
Pharmacope, merupakan farmakope Amerika Serikat) karena belum ada peraturan resmi
tentang hal ini di negara kita dan tidak boleh mencantumkan masa kadaluarsa seperti
yang tertera dalam bentuk sediaan awalnya karena bentuk sediaan obat yang diracik
ulang mempunyai stabilitas yang berbeda dari bentuk sediaan awalnya.

4. Untuk meminimalkan ketidakseragaman bobot maka pembagian puyer hanya boleh dibagi
paling banyak untuk 20 bungkus (sesuai dengan standar Farmakope Indonesia edisi 4).

5. Selalu memperhatikan kelembapan ruangan, suhu ruangan, kebersihan ruangan ketika akan
melakukan peracikan puyer karena ada obat-obat tertentu ada yang bersifat higoskopis
(mudah menyerap lembab) sehingga obat akan rusak jika ruangan terlalu lembab.
Kebersihan, kelengkapan pelindung diri dan sikap harus diperhatikan ketika akan meracik
obat.

6. Bila memungkinkan puyer dapat dibuat langsung dari bentuk sediaan serbuknya/baha bakunya
dan bukan dengan penggerusan dari bentuk sediaan tablet.

7. untuk sediaan yang berbentuk effervescent sebaiknya tidak boleh digerus


Jadi dapat disimpulkan bahwa aman atau tidaknya bentuk sediaan puyer tergantung dari
semua pertimbangan-pertimbangan dan solusi yang sudah dipaparkan dengan lengkap diatas.

Pustaka :

1. Anonim, 2001, Pharmaceutical Expiration Dates, Http://www.amaassn.


org/ama/pub/category.html

2. Anonim, 2005, Guidance Expiration Dating of Unit-Dose Repackaged Unit: Compliance


Policy Guide, http://www.fda.gov/cder/guidance/index.html

3. Anonim, 2005, The United States Pharmacopeia, section 795, United States Pharmacopeial
Convention,Inc., Rockvill.

4. Clark, T.R., 2002, Beyond Use Dating Of Repackaged Oral Solid, www.ASCP.com

Kupiec, T., 2003, Analitycal Research Laboratories

Anda mungkin juga menyukai