Dasar Teori Teknik Peledakan Bahan Peledakan Pola Peledakan Geometri Peledakan
Dasar Teori Teknik Peledakan Bahan Peledakan Pola Peledakan Geometri Peledakan
P E N DAHU LUAN
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam
industri pertambangan. Oleh karena itu itu kehadirannya dimanfaatkan sebagai barang
yang berguna, tetapi disamping itu juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu
dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan
Penggunaan bahan peledak dalam operasi (teknik peledakan) penting untuk diketahui,
sehingga ketepatan dalam pekerjaan peledakan dapat tercapai. Hal ini perlu karena
- Square.
Dalam square patern jarak burden dan spasing sama (Gambar 2.1a), Rektangular
pattern jarak spasing dalam satu baris lebih besar dari pada jarak burden (Gambar
2.1b). Square atau rektangular pattern dapat dibuat dengan membor sistem
GAMBAR 2.1
Square Pattern
Perlu diperhatikan dalam pemilihan kombinasi dari pemboran dan pola peledakan
dengan delay detonator (delay pattern) untuk mendapatkan fragmentasi atau arah
beberapa bagian yang lebih kecil tiap ledakannya. Dengan detonator delay dapat
keuntungan diperoleh :
- Mengurangi getaran
- Mengurangi fragmentasi
Fragmentasi yang bagus dapat diperoleh bila saat peledakan dari masing-masing
kolom isian (Charge) ada cukup waktu untuksetelah ada free face tambahan
Rectangular Pattern
mendapatkan distribusi bahan peledak dengan baik. Dengan pola ini baris demi
baris daripada delay pattern lebih cocok dengan seperti apa yang digambarkan
seperti pada gambar 2.4a. Cara ini juga sering dipakai untuk memotong overburden
diperbanyak dan tiap barisnya juga dipasang delay detonator yang lebih banyak
a).
b).
GAMBAR 2.4.
(COMMER)
Gambar 2.5 adalah sebuah ilustrasi arah lemparan bersamaan dengan presplit
GAMBAR 2.5
ARAH LEMPARAN DENGAN SISTEM NARROWER V TYPE DELAY PATTERN
2.3. Beberapa Lobang Tembak dengan Pola Peledakan yang Terarah
Gambar dibawah ini merupakan pola peledakan dengan arah lemparan yang terarah.
Untuk membuat lubang maju didalam tambang bawah tanah atau Tunnel perlu
diciptakan suatu bidang bebas (free face) untuk kebutuhan peledakan. Untuk
menambah free face dibutuhkan Cut. Cut adalah suatu lubang bukaan yang
diciptakan pada suatu face yang belum ada free face-nya, bentuknya berupa lubang
Pola keseluruhan dalam pembuatan lubang maju (opening) tertentu, terdiri atas cut
hole, relief/breast hole, angle hole dan tri hole, disebut round.
ROUND
1.a. Bentuk pola pemboran burn Cut (paralel Out), dengan O lubang sama :
lebih besar
Sistem kemajuan dari pada lubang bukaan (tunel) pada facenya ada dua cara. Yaitu :
Jumlah lubang bor yang diperlukan dalam satu face, tergantung pada luas muka kerja.
Misal untuk luas lubang buka face area =40 m2 di perlkan jumlah lubang bor 75 ( untuk
batuan keras) dan face area = 50 m2 di perlukan jumlah lubang bor 80 buah ( batuan
TEKNIK PELEDAKAN
A. DESAIN PELEDAKAN
letak lubang bor harus dievaluasi dengan hati-hati untuk mendapatkan hasil yang
optimum dari bahan peledak yang dipilih.Lebih dari pada itu, penyediaan lubang tembak
yang tepat untuk pembongkaran dengan biaya rendah, Karakteristik massa batuan dan
antara lain :
- Struktur batuan
- Fragmentasi
Walaupun variabel-variabel desain peledakan telah tercover dengan baik, namun peranan
lain yang juga memainkan adalah faktor keseimbangan sensitif antara ilmu dan unsur seni
peledakan masih diperlukan. Informasi, baik secara kwalitatifmaupun kwantitatif perlu
dianalisa secara matang dalam proses desain peledakan (surface blast desain).
tersebut adalah :
- Arah pemboran
GAMBAR 3.1
GEOMETRIS PELEDAKAN SISTEM JENJANG
3.1.1. Diameter lubang bor
Pemilihan diameter lubang bor tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan.
Dengan lubang bor yang lebih besar, lenih nesar pula tingkat produksi yang dihasilkan.
Pemilihan ukuran lubang bor secara tepat adalah penting untuk memperoleh hasil
2. Perlu pengisian dengan bahan peledak yang rendah (sedikit) karena bahay getaran
Pada umumnya ada 3 kriteria dalam menentukan lubang bor yang akan digunakan, yaitu
kesediaan alat bor, kedalaman yang akan dipotong/diledakan dan jarak terdekat terhadap
bangunan.
Disamping itu, diameter lubang saling berkait dengan ketinggian jenjang (Gambar 3.3)
dan burden. Untuk kontrol desain dengan hasil fragmentasi yang bagus, menurut
pengalaman, diameter lubang bor harus berkisar antar 0,5 1% dari tinggi jenjang, atau
D = 5 10 K
memeberikan hasil fragmentasi yang bagsu dengan getaran (ground vibration) rendah.
Hal ini perlu diperhatikan, lebih-lebih kalau lokasi peledakan dekat dengan perumahan
penduduk. Tapi pada daerah yang bebas/jauh dari perumahan bisa dipakai lubang bor
Pemakaian lubang bor kecil pada kondisi batuan yang sangat berjoint akan menghasilkan
fragmentasi yang baik dari pada lubang bor yang besar. Pada permukaan tiap-tiap joint
terdapat reflaksi gelombang ledak yang dihasilkan oleh proses peledakan, karena bisa
Gambar 3.2.
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan alat
muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan
diameter lubang. Lebih tepatnya, jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil,
sedangkan diameter bor besar untuk jenjang yang tinggi (Gambar 3.3) memberikan
ilustrasi tentang beberapa faktor dalam penentuan jenjang sehubungan dengan diameter
lubang bor.
Gambar 3.3
Secara praktis hubungan diantara lubang bor dengan ketinggian jenjang dapat
diformulasikan sbb :
K = 0.1 0.2 d
Burden
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free
face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row)
yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan.
Bila peledakan digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan
Burden merupakan variabel yang sangat penting dan krisis dalam mendesain peledakan.
Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan batuan yang dihadapi, terdapat jarak
maksimum burden agar peledakan sukses (Gambar 3.4) memberikan ilustrasi efek variasi
Gambar 3.4.
yang digunakan. Secara garis besar jarak burden optimum biasanya terletak diantara 25
B = 25 40 d
Bila karakteristik batuan dan bahan peledak diketahui, jarak burden dapat dihitung
SGe
B = 3.15 De 3
SGr
Spacing
Spasing adalah jarak diantara lubang tembak dalam suatu row. Spacing merupakan fungsi
dari pada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan terlebih dahulu. Secara teoritis,
optimum spacing (S) berkisar antar 1,1 1,4 burden (B) atau :
S = 1,1 1,8 B
Jika spacing lebih kecil dari pada burden cenderung mengakibatkan steaming ejection
yang lebih dini. Akibatnya gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer dibarengi dengan
noise dan air blast. Sebaliknya jika spacing terlalu besar diantara lubang tembak
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari pada lubang bor dibawah rencana lantai
jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai, karena
dibagian ini merupakan tempat yang paling sukar diledakan. Dengan demikian,
gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara
maksimum.
Bila subdrilling berlebih adalah mubadzir (sia-sia) dan menghasilkan excessive ground
vibration, karena pengurangan faktor yang lebih. Bila subdrilling tidak cukup dapat
mengakibatkan problem tonjolan pada lantai. Secara praktis subdrilling (J) dibuat antara
J = (0,2 0,4) X B
Stemming
Stemming adalah tempat materail penuntup di dalam lubang bor diatas. Kolom isian,
bahan peledak. Stemming berfungsi untuk mengurung gas ledakkan. Ukuran stemming
(S) yang diperlukan tergantung jarak burden (B) dan biasanya dibuat :
S = (0,7 1) X B
Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu membor dengan lubang mirirng atau
Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi problem back break. Lebih dari
itu lubang bor miring mempunyai lebih banyak keuntungan dari pada yang tegak, yaitu :
- bisa mengurngi biaya pemboran dan konsumsi bahan peledak, karena dengan burden
Dengan pemboran miring gelombang ledak (scock wave) yang dipantulkan dari lantai
Dengan pemboran tegak, pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break,
fragmentasi kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak bisa sepenuhnya
tersalurkan. Tapi dengan bor miring, yang biasany dengan kemiringan 3 : 1 (18) bisa
- Sulit melakukan pemboran secara akurat (human erros), khususnya bila membor yang
lebih dalam
Disamping itu drillhole straghtness adalah merupakan faktor yang penting. Jika arah
biayapemboran dan peledakan yang condong lebih besar. Disamping itu berakibat jarak
spacing atau burden akan berubah dari desain yang telah ditetapkan, karena saling
Agar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak, dalam suatu ledakan,
termanfaatkan untuk sejumlah massa batuan yang akan diledakan, maka distribusi
bahan peledak didalam lubang bor adalah satu-satunya faktor yang penting demi
suksesnya hasil peledakan. Bila Bulk explosive, misalnya ANFO atau bulk
emulsion, dimasukan ke dalam lubang bor seluruh cross-section lubang bor dapat
terisi penuh, keadaan demikian disebut fully coumpled. Tapi bila bahan peledak
cartridge digunakan biasanya berdiameter lebih kecil dari pada lubang bor, untuk
Tingkat decoupling dapat mempengaruhi daya kerja yang diperoleh didalam kolom
isian bahan peledak. Karena adanya decoupling borehole presure akan berkurang,
sehingga hasil kerja tidak tersalurkan seluruhnya kepada sejumlah massa batuan
Berat bahan peledak yang terdapat di dalam kolom isian pada tiap lubang bor
merupakan fungsi dari pada density, diameter dan kolom isian bahan peledak. Berat
bahan peledak tersebut (loading factor) dapat dihitung dengan cara sbb :
de = 7,85 x De2 x
dimana Ew = Berat bahan peledak dalam kolom isian (kg) (Loading factor)
Powder Factor adalah hubungan matematis antara bahan peledak terhadap jumlah
batuan yang diledakan. Istilah powder factor disebut juga speccific charge weight.
Secara umum, powder factor dapat dihubungkan dengan unit hasil produksi pada
peledak yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah batuan. Dari pengalaman, harga
powder factor pada operasi penambangan, dengan batuan yang relatif solid, berkisar
- Untuk menghitung dengan basis volume (cubik yard) tiap lubang bor dihitung
V= (B x S xH) /27
B = Burden (ft)
S = Spacing (ft)
Untuk menghitung dengan basis berat (ton) tiap lubang bor dipakai persaman
seperti berikut :
Decking adalah suatu cara membagi kolom isian bahan peledak menjadi 2 (dua)
atau lebih. Dengan cara ini, diantara kolom isian bahan peledak diisi dengan
material pengisi, steamming (misalnya drill cutting, crushed stone atau pasir).
Cara ini biasanya diterapkan pada daerah batuan yang berlapis keras lemah (soft
Alasan lain dengan decking adalah untuk mengurangi getaran (ground vibration)
atau mengurangi berat bahan peledak tiap delay. Jarak decking minimal 6 x
diameter lubang.
GAMBAR 3.9. TYPICAL DECK LOADING
Primers
Primer adalah bahan peledak yang menerima penggalak dari detonator atau
detonating cord. Hasil dari ledakkan tersebut kemudian disalurkan ke bahan peledak
yang mempunyai sesitivitas sama atau yang kurang sensitive. Primer berbeda
dengan booster dimana primer adalah bahan peledak yang dipasangi/berisi dengan
Bahan peledak ANFO adalah kurang sensitif terhadap detonator saja (No. 6). Agar
bisa meledak diperlukan primer. Performan ANFO dapat dipengaruhi oleh diameter
lubang, besar butir, density, tingkat kepadatan dan moisture. Dengan diameter
lubang yang lebih besar VOD ANFO akan lebih besar pula.
Gambar 2.10 menunjukkan efek diameter primer terhadap kolom ANFO yang
berdiameter 3 in. Bila diameter primer sama dengan diameter kolom ANFO, VOD
ANFO sangat tinggi pada awal ledakkan, kemudian baru dicapai Vod stabil (jauh
dari primer). Sedangkan bila diameter primer lebih kecil dari pada diameter ANFO,
paling tidak sama dengan atau lebih besar dari pada diameternya. Lebih baik
Posisi Primer
Bila primer tidak cukup ANFO akan meledak dengan Vod yang rendah, atau bahkan
bisa gagal tidak meledak. Bila hal ini terjadi hasil ledakkan tidak akan memberikan
energi secara penuh dan akan menghasilkan gas-gas beracun, fumes dan smoke.
Walaupun dengan penggunaan primer yang tepat akan berhasil, tetapi performnya
peledakkan. Hai ini berpengaruh besar terhadap pemakaian bahan peledak dan
fragmentasinya. Gambar 3.12. terlihat type efek geologis pada hasil bongkaran.
Case 1 : Bongkaran secara menyeluruh akan memperoleh karena tidak ada
pengaruh hambatan.
Case 2 : Terdapat satu set fractiure dan sedikit menyudut terhadap arah ledakkan.
karenanya.
Case 3 : Kedudukan fracture tegak lurus dengan arah ledakkan dan hal ini
Case 4 : Jika horison section menyusuri melalui lubang bor, peledakkan ke arah
kiri dip akan sulit. Kesulitan lain juga akan timbulnya backbreak dan
BONGKARAN
element penting dari factor geologis adalah adanya bedding planes, joint, dip dan
rongga-rongga.
Pada formasi yang mempunyai dip seperti tergambar dalam gambar 3.13, pemboran
lubang tembak, mungkin dibuat dengan beberapa baris, dibuat sedemikian rupa
untuk menghasilkan muka jenjang yang menyilang dengan arah dip. Dengan cara
ini kemudian terjadi back break lebih besar. Disamping itu batuan yang tidak
berlawanan dengan dip, akan mengurangi terjadinya back break, tetapi akan lebih
mungkin timbul tonjokkan pada lantai jenjang dan dasar lantai tidak merata.
GAMBAR 3.13.
GAMBAR 3.14.
Stooting against the dip gives less chance of backbreak but increases the posibility of a
high toe the rough quarry floor or higher than normal muckpile
BAB IV
hubungan :
- Seri
- Paralel
- Seri paralel.
Pemilihan sistem rangkaian akan tergantung dari pada jumlah detonator listrik yang akan
diledakan. Secara umum, sambungan seri digunakan untuk jumlah lubang tembak yang
sedikit, < 50 detonator. Sedangkan paralel seri atau seri paralel digunakan bila
sejumlah besar detonator listrik yang akan diledakkan. Paralel biasanya hanya digunakan
Hubungan seri dalam suatu rangkaian peledakan dapat diilustrasikan seperti pada
gambar 4.1.
Rtotal = R1 + R2+ R3 + + Rn
=nR
i total = i 1 = i 2 = in
Volt = i (nr)
Dalam peledakkan seri, hubungan yang sudah lengkap harus diuji kontinuitasnya dengan
teliti.
Arus peledakkan harus paling rendah 1,5 A (pada suatu detonator), supaya tiap-tiap
Contoh : kita punya 50 detonator listrik yang akan diledakkan dan dihubungkan
Digunakan 100 yard kabel utama dan 100 yard kabel pembantu. Maka
Catatan :
Pada hubungan seri tidaklah umum memakai sumber yang besar, biasanya mengunakan
i total = i 1 + i 2 + + in
Volt = i (nR)
Hubungan yang sudah lengkap tidak dapat ditest kontikuitasnya, tapi tiap-tiap sambungan
dapat ditest dengan ohm meter sebelum dimasukan. Untuk peledakkan paralel arus paling
Dibulatkan = 13 ohm
Arus yang dibutuhkan = 0,5 x 50 detonator = 25 A
dengan hubungan paralel dengan sambungan seri yang lain, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini. Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total detonator listrik yang
akan diledakan melebihi 50. Tiap-tiap seri sebaiknya terbatas hanya 40 detonator atau
Contoh perhitungan
Apabila 50 detonator diatur dalam 10 deret (paralel) dan setiap deret terdiri dari 5
= 1,5 A x 10 = 15 A
Contoh perhitungan
parallel (contoh gambar diatas), dicari berapa voltase yang terdapat dalam hubungan
tersebut ?
Sedangkan tahanan dari pada 10 group parallel yang disambung dengan serie adalah
MISFIRE
Sekali waktu seorang juru ledak akan menghadapi kejadian misfire, sehingga sangatlah
Semua misfire harus ditangani secara hati-hati dan oleh orang yang sudah berpengalaman
dan orang yang teliti. Tidak seorangpun diperbolehkan mendekati daerah misfire, sampai
misfire tersebut diledakkan atau untuk periode yang telah dianggap aman telah berlalu.
Periode waktu yang aman tersebut paling sedikit 30 menit untuk peledakkan dengan
sumbu api atau paling sedikit 5 menit bila digunakan detonator listrik.
Yang dimaksud dengan misfire adalah bila bahan peledakkan yang dipasang dan diisi ke
dalam lubang bor tidak mau meledak. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya misfire
adalah dapat berasal dari bahan peledaknya sendiri, detonator, sumbu atau kawat
penghantar.
Oleh sebab itu, perawatan terhadap bahan-bahan tersebut harus baik, disamping ketelitian
Prinsip penyebab dari misfire diaman sumbu api digunakan adalah terkelupasnya sumbu
api (dikarenakan cerobohnya cara penangan), sumbu api yang lembab (akibat dari kondisi
gudang atau tempat penyimpanan yang basah), juga karena penggunaan pisau yang
tumpul untuk memotong sumbu api, sehingga berakibat tersumbatnya api yang akan
memotong miring kemudian diikat yang rapat, tetapi sedapat mungkin ini dihindari.
- Pada peledakan dengan sumbu api, juru ledak harus menunggu 30 menit atau lebih,
- Bila stemming terlalu padat dan kerusaknya ada didalam lubang bor, maka cara
keluar dengan alat yang tebuat dari tembaga atau bahan lainnya,yang
tidak dapat mengeluarkan api. Bila dengan cara tersebut masih sukar,
maka perlu disemprot air atau udara dari compresor. Bahan peledak
dapat rusak karenanya, apabila bahan peledak tidak tahan terhadap air.
baru.
- Semprotan udara atau air harus melalui pipa karet yang kuat atau
tersebut diisi dengan bahan peledak yang tahan terhadap air, apabila
tersedia. Bila tidak tersedia, maka lubang tembak ditest dengan stick
dimana misfire terjadi, dengan jarak paling dekat 30 cm. Kemudian diisi
c. Bila stemming terlalu kuat tetapi tidak panjang, misalnya hanya sama
Prinsip penyebab misfire apabila digunakan detonator listrik adalah sebagai berikut :
a. kebocoran arus.
Meskipun Blasting Machine yang digunakan mempunyai arus yang cukup, tetapi pada
kondisi yang lembab dan basah bisa menakibatkan bocornya arus ke tanah atau terjadi
hubungan arus yang melintang. Hal ini bisa mengakibatkan kurang cukupnya arus yang
dan diisolasi, serta tetap menjaga supaya sambungan-sambungan dalam keadaan kering
b. Kabel
Kabel utama mungkin dapat rusak akibat suatu peledakkan, sehingga untuk penggunaan
berikutnya harus diperiksa dengan teliti. Untuk mengetahui adanya kabel yang putus atu
telanjang, untuk mencegah timbulnya misfire dari adanya hubungan pendek atau bocoran
Pencegahannya :
Kawat yang banyak sambungannya, mungkin akan menambah turunnya tegangan dan
kebocoran arus.
Bila peledakkan dengan listrik, maka kabel utama dilepaskan dulu dari blasting machine.
Sesudah 5 (lima) menit baru aman mendekati lubang bordimana terjadi. Pertama-tama
kawat penghantar diperiksa kalau terdapat putus atau lepas, kontak dengan tanah, air atau
konduktor lain. Kalau hal ini terjadi, maka dibetulkan dan kabel utama dipasang lagi pada
Kemungkinan tipe muti shut exploder generator yang dioperasikan secara mekanis.
Apabila mekanis tersebut tidak bekerja karena tidak cukup kecepatannya, maka arus yang
hubungan seri.
Misfire dapat terjadi akibat hubungan pendek, karena juru ledak kurang perhatian
Apabila jaringan kabel tidak ditest, sambungan yang longgar atau kotor
Apabila misfire terjadi, kabel utama harus dicabut dari exploder dan kunci exploder
harus selalu dicabut dan selalu dibawah sendiri oleh juru ledak. Setelah 5 (lima) menit
menunggu, juru ledak mulai menguji kabel dan hubungan-hubungannya dan suatu
kesalahan yang didapat maka kabel tersebut harus disingkirkan, jaringan kabel harus
selalu ditest dengan menggunakan safety ohmmeter. Ini adalah sangat penting
bahwa semua pengetesan harus dilakukan dari tempat yang aman, dan semua orang
NOTES :
PELEDAK :
6. Tindakan dan kondisi tidak aman pada saat transport, handling dan penimbunan.
10. Pada saat membawa bahan peledak sambil merokok. Juga membawa bahan peledak
Setelah melakukan peledakkan pada batuan induk (prmary blasting) kadang-kadang hasil
bongkara (fragmentasinya) tidak mulus seperti apa yang diharapkan, tetapi terdapat
bongkaran yang lebih besar (boulder). Untuk mengecilkan ukuran perlu dilakukan
Snake Holling