Endapan Intan Kimberlit
Endapan Intan Kimberlit
Disusun Oleh:
Bernardus P 710014233
YOGYAKARTA
2016
1
HALAMAN PENGESAHAN
Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Kurikulum Mata Kuliah Permodelan dan
Estimasi Cadangan pada Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta
Disusun Oleh:
Bernardus p 710014233
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah permodelan dan estimasi cadangan ini
dengan baik. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi mata Kuliah Permodelan dan Estimasi Cadangan pada Program Studi Teknik
Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tulisan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberi kesempatan, bimbingan serta bantuan moril maupun
materil sehingga tulisan ini dapat diselesaikan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
rasa terimakasih kepada Yth :
1. Bapak A.A ARI INUNG AD, ST MT selaku dosen Mata Kuliah Permodelan dan
Estimasi Cadangan jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
(STTNAS) Yogyakarta.
2. Teman Kelompok yang telah bekerjasama dan membantu menyusun laporan ini.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Makalah Permodelan
dan Estimasi Cadangan
Akhir kata semoga Makalah Permodelan dan Estimasi Cadangan ini dapat bermanfaat
bagi teman-teman mahasiswa Teknik Pertambangan dan juga pembaca lainnya.Amin.
Penulis
3
Daftar Isi
4
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak yang berpikiran bahwa Intan yang isinya Carbon merupakan proses
metamorfose dari batubara tingkat tinggi. Mengharapkan bahwa bila mendapatkan
antracite nantinya akan ketemu juga intan karena intan merupakan proses kelanjutannya.
Namun kenyataannya keterdapatan intan berasosiasi dengan intrusive breccia. Atau dalam
kehidupan sehari-hari merupakan sebuah cerobong gunung api.
Intan termasuk dalam kelompok bahan galian mineral yang terbentuk secara alami di
kedalaman tertentu dari permukaan bumi, termasuk dalam kelompok mineral Carbon
sebagai mineral utama penyusun intan (diamond).
2. Graphite- Lunak, berwarna hitam, tersusun dari (unsur) carbon murni, struktur
molekulernya tidak padat sekuat diamond (intan), hal tersebutlah yang
menjadikan graphite lebih lunak dibandingkan diamond.
3. Fullerite, merupakan mineral yang terbuat dari molekul yang berbentuk bulat
sempurna yang tersusun dari 60 atom Carbon
Intan terbentuk pada kedalaman 100 mil (161 Km) di bawah permukaan bumi, pada
batuan yang cair pada bagian mantel bumi yang memiliki temperature dan tekanan
tertentu yang memungkinkan untuk merubah (mineral) carbon menjadi intan.
Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang merupakan hasil pembentukan proses
jutaan-milyar tahun yang lalu, erupsi magma yang sangat kuat membawa intan-intan
tersebut ke permukaan, membentuk pipa kimberlite, penamaan kimberlite berasal dari
penemuan pertama pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley, Afrika Selatan.
Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai endapan yang kita sebut sebagai
endapan intan alluvial, pada dasarnya intan type alluvial juga berasal dari pipa Kimberlite
purba yang kemudian mengalami proses geologi lanjutan berupa pengangkutan oleh air
atau glacier yang berlangsung pada jutaan-milyar tahun yang lalu, sehingga intan-intan
5
yang berasal dari pipa kimberlite tersebut terbawa bermil-mil jauhnya dari tempat asalnya
dan kemudian terendapkan di dasar sungai. Intan ditemukan di alam dalam bentuk batu
yang masih kasar, sehingga harus melalui beberapa proses terlebih dahulu agar tercipta
sebagai perhiasan yang berkilau untuk kemudian menjadi barang yang komersil.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui proses terbentuknya intan kimberlit
2. Mengetahui tentang keberadaan intan kimberlit
3. Mengetahui faktor-faktor keterdapatan intan kimberlit
6
BAB II
DASAR TEORI
Kimberlit adalah batuan beku yang dikenal dalam dunia pertambangan dan
geologi sebagai batuan yang mengandung berlian. Namanya sendiri berasal dari nama
sebuah kota di Afrika Selatan, Kimberley, di mana pada tahun 1871 di kota tersebut
ditemukan berlian dengan kadar 83.5 karat(16.70 g).
Kimberlit biasanya hadir pada kerak bumi dalam struktur vertikal yang dikenal
sebagai kimberlites pipes, dan juga berupa dyke dan sills. Kimberlite pipes adalah
sumber ekstraksi berlian yang paling penting saat ini. Konsensus yang berkembang di
dunia geologi menyatakan bahwa kimberlit terbentuk pada bagian mantel bumi yang
dalam. Pembentukan terjadi pada kedalaman sekitar 150 dan 450 km(93 dan 280 mil),
secara potensial terbentuk dari komposisi mantel bumi yang bersifat eksotik, dan
dierupsikan secara berulang-ulang dan terus-menerus, seringkali disertai dengan
kehadiran komponen karbon dioksida dan material volatil. Faktor kedalaman dari
zona peleburan dan pembentukannyalah yang mengakibatkan kimberlit sangat
potensial untuk menjadi batuan yang mengandung xenochrist berlian.
7
Gambar 1.2 Model keterdapatan kimberlite pipes
Proses pergerakan erupsi magma kimberlitik dari mantel bumi bagian dalam
hingga menuju ke dekat permukaan masih merupakan topik yang banyak
diperbincangkan para geologis. Penelitian pada tahun 2012 yang dilakukan oleh
Profesor Donald Dingwell, Direktur Departemen Geologi dan Lingkungan LMU,
akhir-akhir sedikit member titik terang bagaimana magma kimberlitik mendapatkan
sifat mengapungnya(buoyancy). Model percobaannya menjelaskan bahwa mineral
yang berasimilasi dengan magma dari mantel bagian dalam yang bergerak ke atas
adalah yang bertanggung jawab dalam memberikan impetus yang dibutuhkan. Magma
primordialnya pada awalnya bersifat basa, namun dengan adanya inkorporasi dari
mineral silikat yang ditemui selama proses pergerakan ke atasnya menyebabkan
peleburan lebih bersifat asam. Hal ini menyebabkan pelepasan karbon dioksida dalam
bentuk gelembung-gelembung, yang mereduksi densitas peleburan, yang secara
esensial menyebabkannya berbuih. Hasilnya adalah meningkatnya kemampuan
magma untuk mengapung, yang mendukung pergerakannya ke arah atas.
8
berlian yang terbentuk akan tertransportasi ke arah atas seakan-akan dibawa oleh
elevator. Itu sebabnya kimberlite pipes adalah lokasi ekstraksi berlian yang paling
utama di dunia. Namun berlian bukan satu-satunya penumpang pada magma
kimberlitik. Kimberlit juga akan membawa banyak jenis lain dari batuan yang
dijumpainya selama perjalan menuju ke arah permukaan.
9
menyebabkan jumlah signifikan dari intrusi vertical(Bergman, 1987). Klasifikasi
kimberlit didasarkan pada pengenalan fasies batuan yang berbeda. Fasies-fasies yang
berbeda ini diasosiasikan dengan aktivitas magmatic tertentu, yang didefiniskan
antara lain sebagai crater, diatremem, dan batuan hypabyssal(Clement dan Skinner
1985, dan Clement, 1982).
Baik lokasi dan proses pembentukan dari magma kimberlitic masih menjadi
penelaahan yang terus berlanjut. Pengayaan unsur ekstrem dan aspek geokimianya
telah mengundang spekulasi besar mengenai proses pembentukannya, dengan variasi
model pembentukan yang menempatkan area generasi kimberlit di mantel litosfer
sub-kontinen(sub-continental lithospheric mantle, SCLM) atau hingga sedalam zona
transisi. Mekanisme pengayaan unsur yang dijumpai pada kimberlit juga menjadi
topik yang menarik perhatian yang mencakup model peleburan parsial, asimilasi
sedimen tersubduksi atau asal usul sumber magma primer.
Secara historis, kimberlit dibagi menjadi dua varietas berbeda yang diberi
terminologi basaltik atau micaceous yang didasarkan pada pengamatan
petrografi(Wagner, 1914). Di kemudian hari ini direvisi oleh Smith(1983) yang
menamakannya ulang menjadi kimberlit Grup 1 dan Grup 2 berdasarkan afinitas
isotopik dari batuan-batuan ini menggunakan sistem Nd, Sr, dan PB. Mitchell(1995)
kemudian mengajukan pandangan bahwa kimberlit grup 1 dan grup 2 memperlihatkan
perbedaan yang sangat kentara, sehingga keduanya sepertinya tidak berelasi secara
dekat seperti yang telah dipertimbangkan sebelumnya. Dia menunjukkan jika
kimberlit grup 2 memperlihatkan affnitas yang lebih dekat ke lamproites dari pada ke
kimberlit grup 1. Oleh karenanya, Ia mereklasifikasi kimberlit grup 2 menjadi
orangeites untuk mencegah kebingungan.
Kimberlit grup 1 adalah batuan beuka potasik ultramafik yang kaya akan CO 2
dan didominasi oleh susunan mineral olivine forsteritik, ilmenit magnesian, kromium
pyrope, alamandine-pyrope, chromium diopside(pada beberapa kasus subcalcik),
phlogopite, enstatite, dan chromit yang miskin unsur Ti. Kimberlit grup 1
mempertunjukkan tekstur inequigranular khas yang disebabkan kehadiran fenokris
olivine, pyrope, chromian diopside, ilmenit magnesian dan phlogopite dengan ukuran
makrokristik(0.5-10 mm) hingga megakristik(10-200 mm) pada masa dasar dengan
ukuran halus hingga medium. Mineralogi masa dasar, yang lebih menyerupai
komposisi asli batuan beku, mengandung olivine forsteritik, pyrope garnet, Cr-
diopside, ilmenit magnesian dan spinel.
10
dan aspek petrologinya, kendati demikian, secara global identik dan seharusnya tidak
direferensi secara salah sebagai kimberlit. Olivin lamproites adalah batuan peralkalin
ultrapotasik yang kaya akan unsur volatile(dominan H 20). Karakteristik yang berbeda
dari olivine lamproites adalah phlogophite makrokris dan mikrophenocris, bersama
masa dasar mika yang bervariasi komposisinya dari phlogopit hingga
tetraferiphlogopit(anomaly phlogopit yang miskin AI sehingga membutuhkan Fe
untuk mesuk ke system tetrahedral). Olivin makrokris dan Kristal primer euhedral
dari masa dasar olivine bersifat umum namun bukan konstituen esensial.
Fase karakteristik primer yang ada pada masa dasar mencakup: pirokesen yang
terzonasi(inti dari diopside yang dikelilingi Ti-aegirin); mineral grup spinel(chromite
magnesian hingga magnetit titaniferus); perovskit kaya Sr dan REE, apatit kaya SR,
phosphate kaya REE(monazite, daqingshanenite), grup mineral potasian barian
holandit, rutile pembawa Nb dan ilmenit pembawa Mn.
2. Graphite- Lunak, berwarna hitam, tersusun dari (unsur) carbon murni, struktur
molekulernya tidak padat sekuat diamond (intan), hal tersebutlah yang
menjadikan graphite lebih lunak dibandingkan diamond.
3. Fullerite, merupakan mineral yang terbuat dari molekul yang berbentuk bulat
sempurna yang tersusun dari 60 atom Carbon
Temperatur
Tekanan
11
Komposisi kimia
Alterasi adalah Setiap perubahan dalam mineralogi suatu batuan yang terjadi
karena proses-proses fisika dan kimia, khususnya oleh aktivitas fluida hydrothermal.
Alterasi dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral sekunder yang mengandung
hidroksil (biotit, serisit, khlorit, mineral lempung) disamping kuarsa dan juga
karbonat.
Metamorfosa
Proses mineralisasi
Alterasi terjadi akibat reaksi fluida dengan wall rocks. Reaksi dalam proses alterasi:
12
6. Silication (penggantian oleh silikiat)
13
kimberlite pipes bervariasi namun secara umum termasuk mencakup komplek
dykes sheeted dari tubuh batuan berbentuk tabular. Pada kedalaman 1.5-2
km(0.93-1.24 mil) dari permukaan, magma bertekanan tinggi ini akan tereksplosi
ke arah atas dan mengembang membentuk diatremei yang berdimensi menyerupai
konikal atas silinder, yang kemudian akan terus dierupsikan ke permukaan.
Ekspresi permukaan akibat fenomena yang dijabarkan sebelumnya ini sangat
jarang terawetkan, sebaliknya apa yang banyak dijumpai dari sisa fenomena
tersebut adalah gunung api maar. Diameter kimberlite pipes pada permukaan
biasanya bisa mencapai ratusan meter hingga beberapa kilometer(mencapai
hingga 0.6 mil). Dua dykes kimberlit berumur jura ditemukan di daerah
Pensylvania. Salah satunya, dykes Gates-Adah, tersingkap di sekitar Sungai
Monongahela pada perbatasan antara Daerah Fayette dan Greene. Dykes Kimberlit
lainnya, Dixonville-Tanoma di Daerah Indiana tengah, tidak tersingkap ke
permukaan dan ditemukan oleh para penambang.
14
Berlian (terdiri dari karbon) dibentuk selama periode satu milyar tahun jauh di
dalam bawah kerak bumi (sekitar 90 mil atau sekitar 150 km dalamnya). Mereka
diangkat ke permukaan melalui gunung berapi, dan sebagian besar ditemukan
pada batu vulkanik (disebut kimberlite) atau di laut yang terbawa oleh arus
ombak. Batu berlian atau batu intan yang sering ditemukan di alam kebanyakan
berumur 1 sampai 3 milyar tahun (bayangkan sebuah intan yang anda genggam
bisa berumur berapa kali lipat generasi nenek moyang anda sebelumnya).
Berlian adalah allotrope karbon dan masing-masing dari mereka (tidak peduli
apa ukurannya) dapat dianggap sebagai satu molekul karbon. Setiap karbon dalam
intan dikelilingi oleh 4 atom karbon lainnya dalam struktur tetrahedral, seperti
piramida. Setiap ikatan atau link itu sama panjangnya dan pembentukan
tetrahedral itu benar-benar teratur. Apa yang membuat berlian sangat keras, non-
volatile dan tahan terhadap serangan kimia adalah kekuatan dan keteraturan ikatan
ini. Secara teoritis, kristal berlian yang besar bisa hanya terdiri dari satu molekul
raksasa karbon.
Gambar struktur sebelah kiri menunjukkan salah satu sel satuan dari struktur
berlian. Pada dasarnya, struktur intan dapat dilihat sebagai wajah kubik array yang
berpusat di tengah dengan setengah dari lubang tetrahedral yang terisi. Penting
untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa berlian adalah contoh dari jaringan senyawa
kovalen. Dalam intan, struktur atom-atom dihubungkan oleh ikatan covaelent,
dengan masing-masing atom karbon terikat pada empat lainnya dalam geometri
tetrahedral. Pada intinya, sebuah sampel intan adalah satu molekul yang besar.
Gambar sebelah kanan adalah gambar yang sama tetapi diputar melalui sudut 45
derajat. Ruang terbuka di tengah adalah lubang oktahedral kosong.
15
Ilustrasi yang kiri menggambarkan lebih ke sifat tetrahedal pada molekul
daripada ikatan kovalen dalam model pertama. Masing-masing atom dikelilingi
oleh empat lainnya dan terletak di dalam lubang tetrahedral. Ilustrasi yang kanan
menunjukkan gambar yang sama, tapi diputar dengan sudut 45 derajat. Di bawah
adalah contoh gambar gabungannya.
Berlian dinilai sesuai dengan berat karat, warna, kejernihan dan pemotongannya,
juga dikenal sebagai empat C (carat, cut, clarity dan color). Karat berlian berbeda
dengan karat emas. Karat emas menunjukkan kemurnian - 24 karat mewakili emas
murni. Satu karat intan tambang atau intan sintetik adalah 200 miligram (0,007055
oz). Kata karat berasal dari carob bean. Para dealer berlian sejak dulu
menggunakan kacang carob untuk menyeimbangkan skala mereka karena semua
biji ini memiliki berat yang sama. Tradisi menggunakan batu kelahiran April ini
sebagai cincin pertunangan dimulai tahun 1477 ketika Mary dari Burgundy diberi
cincin berlian oleh Archduke Maximillian dari Austria.
Walaupun berlian mungkin merupakan batu permata yang paling dicari di dunia,
tetapi mereka bukan yang paling langka, gelar itu diberikan pada si ruby merah
murni, maka jangan heran jika batu ruby murni merah lebih mahal dibandingkan
si permata intan. Berlian sering ditemukan dalam jumlah yang banyak dan mereka
ditambang setiap tahun. Karena 80% dari batu tambang berlian tidak cocok untuk
dijadikan sebagai perhiasan, mereka diolah kembali dalam industri atau dijadikan
cincin murah. Walaupun batu berlian dikenal sebagai batu yang paling keras, batu
16
kelahiran April ini juga sangat rapuh dan bisa hancur jika dipukul keras berulang
kali dengan palu atau dengan kekuatan besar lainnya. Kata berlian berasal dari
bahasa Yunani Adamas atau "baja paling keras".
Intan dapat disintesis dengan mengkristal karbon di bawah tekanan dan intan
sintetis sekarang menjadi bisnis besar yang menguntungkan, mengalahkan berlian
tambang jauh. Kadang-kadang disebut sintetis Moissanite dan cubic zirkonia,
keduanya dievaluasi dan dikategorikan dengan skala penilaian yang sama seperti
proses berlian yang ditambang tapi untuk dijual dengan harga yang jauh lebih
murah. Sintetis Moissanite, sebuah duplikasi intan memiliki karakteristik termal
yang sama dengan berlian tambang dan sebagian besar orang termasuk para pakar
batu-batuan sampai sekarang tidak bisa membedakan mereka berdua.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
pencemar menurun. Endapan lempung yang dihasilkan kemudian diambil untuk diamankan,
pada paska tambang lempung dapat dimanfaatkan sebagai material pengisi lubang bekas
tambang atau dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Sedangkan air limbah dengan bahan
pencemar yang konsentrasinya sudah berkurang, baru di buang ke perairan umum. Efek total
dari proses tersebut adalah upaya mengurangi adanya pencemaran lingkungan akibat
penambangan endapan intan.
Batasan masalah dalam penelitian adalah kajian upaya mengurangi konsentrasi bahan
pencemar hasil penambangan intan sekunder menggunakan 4 (empat) kolam pengendapan
yang dilengkapi dengan saluran air sebagai inlet dan outlet. Unsur-unsur pencemar logam
berat seperti Fe, Mn, Cu, Cd, Zn, dan Pb; serta adanya pencemaran tanah (lahan) dan air
bawah permukaan tanah tidak dibahas.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
perencanaan reklamasi paska tambang endapan intan skala kecil pada khususnya, dan
penerapannya dalam industri pertambangan pada umumnya.
Metode kajian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, yaitu
dengan melakukan pengukuran dan pengambilan contoh air limbah di lapangan serta analisis
di laboratorium. Pengukuran dilakukan terhadap dimensi kolam pengendapan limbah,
pengambilan contoh air limbah tambang pada kolam pengendapan 1, 2, 3, dan 4. Analisis
limbah cair dilakukan berdasarkan prosedur analisis dari Standar Nasional Indonesia tentang
Air dan Limbah.
Semua Pengujian sampel limbah cair di lakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada
tahun 2010.
Evaluasi kualitas air dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis air limbah
hasil pengendapan (physical treathment) dengan kriteria standar baku kualitas air berdasarkan
kelas (Kelas I, II, III, dan IV) Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.5 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Berdasarkan hasil analisis air limbah penambangan yang diambil dari kolam
pengendapan 1, 2, 3, dan 4 (Tabel 3), terlihat bahwa kandungan total suspension solid (TSS)
mengalami penurunan yaitu masing-masing sebesar 22,39 %; 41,09 %; 76,80 % dan 85,54 %.
Semakin banyak pengurangan kandungan TSS dalam air limbah maka kekeruhan air
akan semakin berkurang yang ditunjukkan oleh hasil analisis nilai kekeruhan air dari kolam
pengendapan 1, 2, 3, dan 4 yaitu masing-masing sebesar 817, 765, 405, dan 205 NTU atau
dengan pengurangan nilai kekeruhan masing-masing sebesar 10,81 %; 16,48 %; 55,79 %; dan
77,62.
19
2.2 Metode Penambangan
Cara modern:
1. Intan ditambang Tambang dgn OPEN CUT mining system ini mencapai kedalaman
pit 360-420 m
3. Batuan hasil ledakan diangkut dgn dume truck ke sistem crushing tingkat 1 dimana
dihasilkan batuan berukuran 200mm
4. Selanjutnya batuan berukuran 200mm dibawa pada sistem crushing tingkat 2, dimana
menghasilkan batuan berukuran 60mm
5. Kemudian batuan yang telah berukuran 60mm diangkut menuju High Pressure Roll
Crusher (HPRC), dimana terjadi penghancuran tahap 3 dan menghasilkan ukuran 15-
25mm
6. Tahap akhir, kepingan intan diseleksi menggunakan sinar x, lalu seleksi manual/
dikenal dgn Hand Sorting. Lalu dibentuk sesuai keinginan konsumen.
Cara tradisional :
1. Material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur, dan sebagainya telah
bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dapat dibuat dengan
kedalaman tertentu.
4. Setelah/sesaat pendulang melakukan proses tsb., mengamati sisa material yang berada
dalam dulang. Apakah terdapat intan / tidak.
5. Hal tsb dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang
terbuang habis dari dulang.
20
2.3 Manfaat
Kimberlit adalah sumber paling penting dari berlian primer. Banyak kimberlite pipes juga
menghasilkan alluvial yang kaya atau berlian endapan plaser. Sekitar 6,400 kimberlit pipes
telah ditemukan di dunia, dari jumlah tersebut 900 di antaranya diklasifikasikan sebagai
pembawa berlian, dan dari jumlah tersebut hanya 30 yang secara ekonomi menguntungkan
untuk ditambang.
21
BAB VI
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kimberlit adalah batuan beku yang dikenal dalam dunia pertambangan dan geologi
sebagai batuan yang mengandung berlian. Namanya sendiri berasal dari nama sebuah kota di
Afrika Selatan, Kimberley, di mana pada tahun 1871 di kota tersebut ditemukan berlian
dengan kadar 83.5 karat(16.70 g).
Kimberlit hadir di dalam kerak bumi dengan struktur vertikal yang disebut sebagai pipa
kimberlit. Pipa kimberlit adalah sumber terpenting intan yang ditambang saat ini.
Kesepakatan mengenai kimberlit adalah bahwa kimberlit terbentuk di dalam mantel.
Pembentukan terjadi pada kedalaman 150-450 kilometer.
Genesa
(1) Intan terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan ultrabasa misal: peridotit dan
kimberlit
(2) Proses Kristalisasi intan pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil ( 95
km) atau lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 15000 20000 C
(3) Proses magmatisasi yang berakumulasi dengan batuan sekitar atau mengisi rekahan
rekahan batuan.
Eksplorasi
(1) Eksplorasi intan sama dengan eskplorasi batuan pada umumnya di mana batuan yang
terdapat intan akan tersingkap ke permukaan.
(2) Hal yang paling penting dalam eksplorasi intan adalah menemukan batuan kimberlite
Penambangan
22
Cara modern:
1. Intan ditambang Tambang dgn OPEN CUT mining system ini mencapai kedalaman
pit 360-420 m
3. Batuan hasil ledakan diangkut dgn dume truck ke sistem crushing tingkat 1 dimana
dihasilkan batuan berukuran 200mm
4. Selanjutnya batuan berukuran 200mm dibawa pada sistem crushing tingkat 2, dimana
menghasilkan batuan berukuran 60mm
5. Kemudian batuan yang telah berukuran 60mm diangkut menuju High Pressure Roll
Crusher (HPRC), dimana terjadi penghancuran tahap 3 dan menghasilkan ukuran 15-
25mm
6. Tahap akhir, kepingan intan diseleksi menggunakan sinar x, lalu seleksi manual/
dikenal dgn Hand Sorting. Lalu dibentuk sesuai keinginan konsumen.
Cara tradisional :
1. Material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur, dan sebagainya telah
bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dapat dibuat dengan
kedalaman tertentu.
4. Setelah/sesaat pendulang melakukan proses tsb., mengamati sisa material yang berada
dalam dulang. Apakah terdapat intan / tidak.
5. Hal tsb dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang
terbuang habis dari dulang.
Kegunaan
23
2. Intan industri/intan sintetis , digunakan sebagai alat pemotong dan pemoles
misalnya: sebagai mata gergaji, mata pahat bor, pemotong kaca.
DAFTAR PUSTAKA
Bergman, S. C.; 1987: Lamproites and other potassium-rich igneous rocks: a review
of their occurrences, mineralogy and geochemistry. In: Alkaline Igneous rocks, Fitton,
J.G. and Upton, B.G.J (Eds.), Geological Society of London special publication No.
30. pp. 10319
Clement, C. R., 1982: A comparative geological study of some major kimberlite pipes
in the Northern Cape and Orange free state. PhD Thesis, University of Cape Town.
Mitchell, R. H., 1995: Kimberlites, orangeites, and related rocks. Plenum Press, New
York.
Smith, C. B., 1983: Lead, strontium, and neodymium isotopic evidence for sources of
African Cretaceous kimberlite, Nature, 304, pp 5154.
24
Edwards, C. B., Howkins, J.B., 1966. Kimberlites in Tanganyika with special
reference to the Mwadui occurrence. Econ. Geol., 61:537-554.
Wagner, P. A., 1914: The diamond fields of South Africa; Transvaal Leader,
Johannesberg.
Woolley, A.R., Bergman, S.C., Edgar, AD, Le Bas, M.J., Mitchell, R.H., Rock,
N.M.S. & Scott Smith, B.H., 1996. Classification of lamprophyres, lamproites,
kimberlites, and the kalsilitic, melilitic, and leucitic rocks. The Canadian
Mineralogist, Vol 34, Part 2. pp. 17518
25