Anda di halaman 1dari 20

Ular Weling (Bungarus candidus)

Persebaran : Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi

Mereka biasa berdiam di dekat sumber air, seperti sawah, ular ini juga kadang-kadang
menggunakan lubang tikus sebagai tempat bersembunyi. Ular ini bersifat pemalu dan biasanya
bersembunyi dalam tempat tertutup pada pagi hari, dimana mereka aktif pada malam hari, mereka paling
aktif pada jam 9 dan 11, dimana mereka keluar dari persembunyian dan dapat ditemukan di sekitar jalanan
atau tepi jalan di sekitar rumput sedang mencari mangsa. Ular ini biasanya tidak bertemperamen agresif,
khususnya jika masih pada pagi hari, mereka lebih memilih untuk menutupi kepala mereka dengan buntut
mereka daripada mencoba menggigit.

Ular Welang (Bungarus fasciatus)


Persebaran : Jawa, Kalimantan, Borneo, Kepulauan Mentawai, Kepulauan Natuna, Sumatera, Ambon

Ular welang tersebar luas dan merupakan ular dari genus Bungarus yang paling umum. Menghuni
daerah berhutan, rawa-rawa, hutan bakau, sawah dan sekitar pedesaan, ia menyukai daerah kering
terbuka yang dekat dengan sumber air. Diketahui memiliki persebaran hingga daerah yang terganggu oleh
aktivitas manusia, lebih sering ditemukan pada ketinggian yang rendah, namun kadang-kadang juga
ditemukan hingga hutan pegunungan pada ketinggian maksimum 2500m dpl. Ular nokturnal dan hidup di
tanah. Pemalu dan tidak agresif pada siang hari, ia menyembunyi di gundukan rayap, bawah kayu atau batu
dan liang yang dibuat oleh hewan pengerat. Kebanyakan gigitan oleh ular terjadi pada malam hari, saat
seseorang tidak sengaja menginjaknya karena tidak melihatnya.
Ular Kepala Merah / Red Headed Krait (Bungarus flaviceps)
Persebaran : Bangka, Sumatera, Jawa, Billiton, Kalimantan

Pewarnaan standar pada B.flaviceps

Ular Kepala Merah adalah spesies langka yang menghuni hutan dataran rendah, perbukitan dan
daerah pegunungan rendah di bawah ketinggian 900 meter, ular ini jarang sekali dapat ditemukan di dekat
tempat tinggal manusia. Tubuh bagian bawah berwarna putih pucat. Kepala agak tumpul berbeda dari
tubuh, dan matanya relatif kecil. Ular ini merupakan salah satu ular paling berbisa yang memiliki bisa
neurotoksik kuat yang menyerang sistem saraf yang dapat hampir pasti menyebabkan kematian jika tidak
ditangani. Ular ini merupakan ular yang sangat langka sehingga pertemuan dengan ular ini jarang, dimana
habitat utama ular ini di hutan tertutup dan jarang menjelajah ke dekat tempat tinggal manusia. Kasus
gigitan oleh ular ini sangat jarang terjadi.

Ular Anang / King Cobra (Ophiophagus hannah)


Persebaran : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Bangka, Bali, Kepulauan Mentawai dan Kepulauan
Riau.

Ular ini dapat mencapai hingga ukuran sekitar 6 meter, ini adalah ular berbisa terbesar di dunia.
Sebuah gigitan dari ular ini dapat menyebabkan kematian pasti jika tidak ditangani dengan cepat. Ular ini
memiliki sifat pemalu dan lebih memilih menghindar konfrontasi dengan manusia sehingga ertemuan
dengan manusia cukup jarang oleh ular ini. Ular cerdas ini dapat ditemukan di berbagai habitat seperti
hutan murni, hutan bakau, hutan terganggu, lahan pertanian, persawahan dan lingkungan pemukiman
hingga ketinggian 2000m dimana ia memburu mangsa utamanya yaitu ular lain, terutama ular
tikus. Ophiophagus memiliki arti 'pemakan ular. Walaupun terutama memangsa ular, ia juga akan
memangsa kadal dan biawak kecil.
Ular Kobra Sumatra / Sumatran Spitting Cobra (Naja sumatrana)
Persebaran: Sumatera

Naja sumatrana dengan bentuk warna hitam padat

Ular ini sering ditemukan pada semak-semak, kadang-kadang juga akan masuk rumah warga karena
sedang mencari mangsa tikus. Saat tidak aktif, ular ini akan mengumpat di daerah tertutup, seperti taman
tak terurus, di sekitar selokan dan tempat teduh lainnya. Ular ini harus ditangani dengan sangat berhati-
hati.Semburan bisa tersebut dapat menyebabkan luka permanen kepada mata korban. kasus paling buruk
akan menyebabkan buta permanen. Warna tubuh ular ini sangat bervariasi dari setiap tingkat warna coklat
hingga hitam, namun warna yang paling sering ditemukan adalah hitam, individu muda biasanya memiliki
pola pucat pada daerah tenggorokan.

Ular Sendok Jawa (Naja sputatrix)


Persebaran: Jawa, Lombok, Sumatera, Flores, Komodo, Bali, Alor, Sulawesi, Lomblen

Ular Sendok Jawa merupakan ular elapid berbisa tinggi yang cukup sering ditemukan pada
ketinggian rendah di daerah terganggu oleh aktivitas manusia hingga ketinggian 600m dpl. Biasanya ular ini
akan menghindari konfrontasi dengan manusia, namun ular ini akan melawan jika terpaksa dengan
menegakkan tubuhnya, memperlihatkan "kerudungnya" dan membuat suara mendesis jika merasa
terancam. Sifat defensif ini lebih sering dilakukan oleh individu dewasa. Jika sang penganggu tidak segera
memundurkan diri, maka ular kobra ini akan menyemburkan bisa kepada matanya, semburan bisa oleh ular
ini diketahui tepat sasaran. Ular ini dapat hidup di daerah dekat dengan tempat tinggal manusia, habitat
ideal bagi ular ini sangat beragam mulai dari taman dekat kota, daerah pedesaan dan sekitar selokan.
Ular Putih (Micropechis ikaheka)
Distribusi : Irian Jaya

Ular terestrial ini kadang-kadang dapat ditemukan dalam jumlah cukup banyak pada beberapa
daerah tertentu seperti di sekitar perkebunan kelapa, dimana ular ini memanfaatkan tumpukan batok
kelapa untuk digunakan sebagai habitat utama mereka, ini juga berarti bahwa para pekerja di kebun kelapa
akan menghadapi resiko tergigit oleh ular berbisa tinggi ini.Ular ini dapat bertemperamen agresif sehingga
harus ditangani dengan sangat hati-hati. Ular ini memiliki sifat fossorial dimana ia biasa mengubur dirinya
di bawah tanah untuk menyembunyikan diri atau beristirahat. Mangsa ular ini merupakan kodok, tikus,
kadal dan ular lain, ular ini bersifat kanibal. Ia aktif pada malam hari. Garis-garis tebal sering berujung
dengan warna coklat gelap hingga coklat-hitam.

Eastern Brown Snake (Pseudonaja textilis)


Persebaran : Papua Nugini

Ular ini paling sering ditemukan di padang rumput terbuka dan daerah berhutan. Mangsa utamanya
merupakan mamalia kecil seperti tikus.Ia telah berkembang untuk sering meendiami tempat yang memiliki
banyak populasi tikus seperti dekat peternakan dan tempat tinggal manusia.Saat ular tidak aktif, ia biasa
bersembunyi dibawah kayu atau batu besar, dalam celah di tanah atau liang hewan yang sudah tak terhuni.
Ular ini memangsa pada hewan berbagai macam dari kodok, reptil, burung dan mamalia khususnya tikus
yang dianggap hama. Ular berukuran sedang ini memiliki tubuh yang cukup ramping, kepala kecil. Warna
badan ular ini bervariasi dari berbagai rona coklat, hitam, kastanye atau oranye gelap yang seragam. Warna
kepala individu lebih gelap mungkin lebih pucat dibandingkan sisa tubuhnya.
Coastal Taipan (Oxyuranus scutellatus)
Persebaran : Papua Nugini Selatan (Oxyuranus scutellatus canni), Irian jaya

Ular ini ditemukan di daerah pesisir tropis, hutan kering dan lembab, hutan musim dan padang
rumput alami maupun yang dibuat oleh manusia. Daerah-daerah yang memiliki populasi tikus berlimpah
juga merupakan tempat ideal untuk ular ini. Ia hidup di tanah, aktif pada siang hari, khususnya saat suhu
hangat. Kadang-kadang ular ini juga dapat ditemukan aktif pada malam hari jika cuacanya panas. Biasa
bersembunyi di liang hewan tak terhuni, kayu berlubang dan vegetasi lebat.Mangsa utamanya merupakan
hewan berdarah hangat seperti tikus, tupai, burung dan hewan pengerat lainnya.

Ular Belang Maut (Acanthophis laevis)


Persebaran : Irian Jaya, Seram dan Tanimbar.

Ular ini berlimpah populasinya di daerah-daerah yang memiliki banyak tempat berembunyi seperti
vegetasi lebat atau tumpukan dedaunan yang sering dijadikan tempat bersembunyi bagi ular ini. Ia juga
dapat ditemukan pada padang rumput, perkebunan kopi dan taman dibudidayakan.Ular ini juga dapat
ditemukan di padang rumput, perkebunan kopi dan taman dibudidayakan, namun juga sering ditemukan di
daerah yang dekat dengan tempat tinggal manusia hingga ketinggian 1800m. Ular ini aktif pada malam
hari, memangsa pada kadal tanah, burung dan tikus kecil. Ular ini memiliki badan yang gemuk, lebih besar
dari ular beludak yang hidup di tanah biasanya.
Ular Picung (Rhabdophis subminiatus)
Persebaran : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Ular muda dengan warna pada lehernya yang sangat mencolok

Ular ini memiliki warna leher merah mencolok, yang merupakan ciri khas ular ini. Dapat tumbuh
hingga 1.3m, ular bertaring belakang ini dulu diketahui sebagai spesies yang berbisa rendah. Namun telah
diketahui setelah beberapa kasus gigitan bahwa ular ini ternyata berbisa tinggi gigitannya dan dapat
mengancam nyawa manusia. Dengan fakta bahwa ular ini sering ditemukan, sehingga membuatnya
menjadi lebih berbahaya. Dengan penampakannya yang terlihat menarik dan ukurannya yang biasa kecil,
ular ini dapat membahayakan orang-orang yang tidak sadar akan kemampuan bisa tinggi yang dimiliki oleh
ular ini.Ular Picung / Red Necked Keelback (Rhabdophis subminiatus)

Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgatus / Calliophis bivirgata)


Distribusi : Sumatera, Kalimantan, Bangka, Kepulauan Lingga, Nias, Kepulauan Mentawai, Kepulauan Riau

Ular Cabai Besar adalah ular langka yang indah, sangat berbisa, dan merupakan elapid bertaring
depan. Ular ini mendiami hutan primer dan sekunder, di dataran rendah dan daerah pegunungan bawah
rendah hingga ketinggian 500m. Seperti elapidae lainnya di Asia Tenggara, sumber makanan utamanya
adalah ular lain. Ular ini berdiam di antara dedaunan mati di lantai hutan, dan hidup eksklusif di tanah, ular
ini biasa muncul saat pertengahan pagi, terutama sehabis hujan malam hari telah terjadi, setelah
tumpukan daun mati telah basah. Biasanya ular ini ditemui saat melintasi jalan hutan. Ular ini dapat
gampang dikenali oleh kepalanya, buntutnya dan perutnya yang berwarna merah.
Ular Cabai Kecil (Calliophis intestinalis)
Persebaran : Jawa, Kepulauan Mentawai, Sumatera

Bagian bawah tubuhnya berpola kotak-kotak

Ular ini dapat ditemukan di hutan lembab, sawah, kebun desa dan kadang-kadang di taman rimbun
yang tak terurus. Ular ini memiliki sifat yang pemalu sehingga jarang terlihat walaupun sebernarnya
populasi ular ini cukup melimpah. Ular ini hidup penuh di tanah, biasa memangsa pada ular kecil lainnya,
khususnya Ular Kawat, namun juga akan memangsa kodok. Ia menyukai habitat yang tertutup dan lembab,
tempat-tempat gelap yang lembab atau berisi air memiliki potensi untuk menjadi sarang bagi ular ini. Ular
ini dikenal dari garis kemerahan-coklat pada bagian atas tubuhnya, bagian bawah buntutnya berwarna
merah. Di setiap sisi tubuh bagian bawahnya terdapat sebuah garis pucat.

Indonesian Pit Viper (Parias hageni)


Persebaran: Sumatera

Individu berwarna hijau pucat

Ular ini hidup di hutan hujan dataran rata dan bukit berhutan pada dataran rendah hingga
ketinggian 1000m. Mereka biasa ditemukan setelah hujan saat malam hari. Aktif pada malam hari, hidup
terutama di pepohonan namun juga dapat kadang-kadang ditemukan di semak-semak rendah dan dasar
hutan. Ular ini memangsa pada burung, tikus dan mamalia kecil. Ular ini biasanya tidak bertemperamen
agresif dan jarang cepat menggigit, tidak seperti kebanyakan Ular Beludak lainnya. Ular ini ditemukan di
Sumatera.
Ular Bangkai Laut (Trimeresurus albolabris)
Persebaran: Sumatera

Ular beludak ini dapat sering ditemukan di pepohonan bambu, dimana ular ini biasanya aktif pada
malam hari dan dapat ditemukan di tanah saat memburu mangsanya. Ular ini berbisa tinggi dan dapat
menggigit dengan sangat cepat, seringkali ular ini tidak terlihat oleh para pejalan di perkebunan desa
sehingga ular ini sering menyebabkan gigitan, Walaupun gigitan dari ular ini jarang fatal, ular ini masih
sangat berbahaya bagi manusia. Ular ini dapat diidentifikasi dengan tubuhnya yang hijau polos, dengan
garis putih pada bibirnya dan ujung ekornya yang berwarna merah.Ular ini hidup di hutan hujan dataran
rata dan bukit berhutan pada dataran rendah hingga ketinggian

Bornean Palm Pit Viper (Trimeresurus borneensis)


Persebaran: Sumatera, Kalimantan, Borneo

Pewarnaan mendukung kamuflause

Ular ini biasa ditemukan beristirahat pada vegetasi rendah, semak dan dapat ditemukan setinggi 3m
di atas tanah. Walaupun buntut ular ini kuat dan dapat memegang pada cabang atau ranting pohon, ular ini
biasa ditemukan di dasar lantai hutan. Ular ini berbisa tinggi dan dapat menggigit dengan sangat cepat, dan
juga dapat sulit dilihat jika tersamar di sekitar vegetasi. Bisa ular ini terutama terdiri dari haemotoksin,
gigitan dari ular ini menyebabkan langsung rasa sakit seperti kebakar dan pembengkakan besar pada
daerah gigitan. Hanya sedikit gigitan telah terjadi dan tidak pernah terjadi kematian.
Shore Pit Viper (Trimeresurus purpureomaculatus)
Persebaran: Sumatera

Ular ini adalah spesies yang dapat sering ditemukan di sekitar daerah pepohonan pada tepi pantai
dan hutan bakau. Ular ini memiliki kecenderungan untuk langsung menggigit apapun yang mendekatinya
tanpa memberikan pertanda dan memiliki temperamen yang tidak terduga. Ular ini harus didekati dan
diperlakukan dengan hati-hati karena bisa haemotoksin yang dimiliki ular ini sangat kuat yang dapat
menyebabkan kesakitan ekstrim dan bahkan kematian. Ular ini aktif pada malam hari, pada siang hari
dapat ditemukan beristirahat di atas cabang pohon rendah hanya sekitar 1 hingga 2 meter di atas tanah.
Warna tubuh ular ini dapat bervariasi, dari abu-abu gelap polos, ungu-coklat gelap atau coklat ringan
dengan beberapa pola pada tubuhnya.

Ular Tanah (Calloselasma rhodostoma)


Persebaran: Jawa

Pewarnaan terang pada seekor individu

Ular ini sangat berbisa dan dapat menggigit dengan sangat cepat, juga dapat sulit dilihat jika
tersamar di sekitar dedaunan mati. Gigitan dari ular ini terkenal sebagai 'pembusuk jari' karena jika anda
tergigit di jari, kemungkinan besar anda akan harus amputasi jari tersebut. Kebanyakan gigitan akan
menyebabkan kematian jika tidak segera pergi ke rumah sakit. Mereka merupakan ular pemalas yang tidak
akan bergerak atau kabur saat ada orang yang berjalan ke arah mereka, melainkan mereka akan hanya
diam di tempat dan menggigit orang yang mendekatinya, setelah menggigit mereka biasanya masih akan
berdiam di tempat yang sama. Ular ini merupakan penyebab kasus gigitan terbanyak di seluruh daerah
penyebarannya.
Ular Bandotan Pohon (Trimeresurus puniceus)
Persebaran: Jawa, Sumatera, Kepulauan Natuna, Mentawai, Simalur

Seekor individu dengan warna cukup terang

Ular ini berbisa tinggi dan dapat menggigit dengan sangat cepat, dan juga dapat sulit dilihat jika
tersamar di sekitar vegetasi. Bisa ular ini terutama terdiri dari haemotoksin, gigitan dari ular ini
menyebabkan langsung rasa sakit seperti kebakar dan pembengkakan besar pada daerah gigitan. Hanya
sedikit gigitan telah terjadi dan tidak pernah terjadi kematian. Warna tubuh ular ini dapat beragam, dapat
berwarna abu-abu, coklat atau kemerahan dengan pola bulat-bulat atau garis-garis melintang. Ular ini
tersebar di Jawa, Sumatera, Kepulauan Natuna, Mentawai dan Simalur.

Bornean Keeled Green Pit Viper (Tropidolaemus subannulatus)


Persebaran : Belitung, Kalimantan, Buton, Kepulauan Sangihe, Sulawesi

Ular ini hampir sepenuhnya hidup di pepohonan, dapat ditemukan di vegetasi dari ketinggian 2m
hingga 20m di atas kanopi hutan. Ular ini memangsa pada burung dan hewan pengerat (tikus pohon).
Pewarnaan dalam individu muda atau jantan sama, mereka berwarna hijau terang pada bagian atas dan
perutnya berwarna kuning-kehijauan, tubuhnya bermotif garis-garis pucat berwarna dasar putih yang
dapat berujung berwarna biru atau merah atau dua duanya. Terdapat sebuah garis berwarna putih dan
merah di belakang matanya. Ular ini adalah spesies yang dapat sering ditemukan di sekitar daerah
pepohonan pada tepi pantai.
Ular Bandotan Candi / Ular Wagler (Tropidolaemus wagleri)
Persebaran: Jawa

Jantan di atas, betina di bawah

Ular Bandotan Candi, atau Ular Wagler mungkin adalah ular beludak yang dapat paling sering
ditemukan di Asia Tenggara. Ular ini mendiami hutan dataran rendah, baik primer atau sekunder, dan di
beberapa daerah pesisir yang ada di sekitar hutan bakau hingga ketinggian 1200m. Semua ular beludak
berbisa, namun Wagler's Pit Viper umumnya tidak dianggap agresif. Di alam, ular ini paling mudah
diidentifikasi oleh kepala segitiga mereka yang sangat khas dan beda dengan tubuhnya. Wagler's Pit Viper
umumnya ditemukan beristirahat di vegetasi rendah, tetapi pencarian teliti juga dapat menemukan spesies
di tingkat pertengahan kanopi banyak meter di atas tanah.

Broad Banded Temple Pit Viper (Tropidolaemus laticinctus)


Persebaran: Sumatera

Ular ini endemik pada Pulau Sulawesi di hutan hujan lembab pada dataran rendah hingga
perbukitan pada ketinggian paling rendah 550m. Corak pada tubuh ular ini sangat mencolok dan khas,
dengan corak-corak kompleks yang berwarna colat gelap hingga kemerahan serta corak-corak hijau terang
dengan keputihan pada ujung masing-masing corak. Daerah ventral ular ini memiliki corak cincin putih yang
berwarna kemerahan hingga keunguan dan menciptakan sebuah garis pada bagian tengah ventral yang
berwarna putih.
Ular Bandotan Puspa (Daboia siamensis)
Persebaran : Jawa Timur, Komodo, Flores, Lomblen, Endeh

Ular adaptif ini dapat ditemukan di berbagai macam habitat dan tidak memiliki habitat khusus
dalam daerah persebarannya, namun ular ini paling sering ditemukan di ladang rumput terbuka, semak
belukar, hutan sekunder, hutan perkebunan dan dekat peternakan dimana populasi tikus berlimpah. Ular
ini hidup di tanah dan dapat memanjat pohon pendek, lebih menyukai tanah datar dan udara kering, ia
cenderung menghindari habitat hutan lebat dan lembab. Ular ini aktif pada malam hari, ia akan memangsa
pada hewan pengerat seperti tikus, tupai dan kucing kecil, namun ia juga akan memangsa kadal dan kodok.

Sunda Pit Viper (Trimeresurus insularis)


Persebaran : Adonara, Alor, Bali, Flores, Komodo, Lombok, Padar, Rinca, Romang, Roti, Sumba, Sumbawa,
Timor, Wetar, Java), Timor-Leste

Ular ini menghuni hutan pada ketinggian hingga 880m dpl. Aktif pada malam hari, terutama
ditemukan di pohon hingga ketinggian 15m di atas tanah. Memangsa pada kodok, tikus, cicak dan kadal.
Tubuh bagian atas ular ini biasanya hijau terang, kadang-kadang zaitun atau biru, dengan belang-belang
gelap. Buntut berujung warna merah. Bagian bawah badan hijau-kekuningan, putih-kehijauan atau biru
muda. Mata berwarna coklat atau merah. Ular ini melahirkan 11 - 17 individu muda, berukuran 14 - 19cm.
Sumatran Pit Viper (Parias sumatranus)
Persebaran : Borneo, Simalur = Simeulue, Nias, Mentawi, Sumatera, Bangka, Belitung

Ular ini hidup di hutan tropis dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 1000m dpl. Ia aktif
pada malam hari dan biasa ditemukan di pohon namun juga dapat sering ditemukan pada tanah.
Mangsanya merupakan kodok, burung kecil dan hewan mamalia kecil. Ular ini merupakan spesies yang
cukup sering ditemukan pada daerah persebarannya dan hidup baik di habitat alaminya maupun dekat
tempat tinggal manusia. Dorsal ular ini hitam dengan garis-garis hitam khususnya pada ular dewasa, sisik
pada dahinya diujungi warna hitam, buntut berwarna merah-coklat yang lebih terang pada individu muda,
daerah ventral hijau-kekuningan.

Ular Laut Erabu / Banded Sea Krait (Laticauda colubrina)


Persebaran : Borneo, Jawa, Bali

Ular Laut Belang merupakan jenis ular yang paling tersebar luas dari marga Laticauda. Ia ada
merupakan spesies ular amfibi yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut, tetapi datang ke darat
untuk bereproduksi, ia merupakan salah satu jenis ular laut yang menghabiskan cukup banyak waktunya di
daratan. Dalam adaptasi gaya hidup semi-akuatik, Ular Laut Belang telah berkembang morfologi yang
khusus. Ular ini memiliki sisik ventral dan bentuk tubuh silinder yang khas dari ular darat, sebuah fitur yang
tidak dimiliki oleh ular laut asli, hal ini membantu dalam menjelajahi darat dan di pohon-pohon rendah.
Sama seperti ular laut lainnya, ekornya berbentuk dayung, yang memberikan gerakan cepat di air.
Blue Sea Krait (Laticauda laticaudata)
Persebaran : Sumatera, Borneo, Jawa, Bali

Ular berukuran sedang ini biasa ditemukan di terumbu karang, hutan bakau, laut terbuka dan
pulau-pulau kecil. Ular ini aktif baik pada siang maupun malam hari, ia memangsa terutama pada ikan
ramping dan belut, biasanya ditemukan di perairan dangkal pada kedalaman 0 - 15m, juga pernah
ditemukan dekat dengan badan air tawar, ular ini dilaporkan pernah ditemukan hingga kedalaman 80m.
Sering terlihat beristirahat di pulau kecil berbatu, bebatuan di darat merupakan habitat bersembunyi
utama ular ini saat di darat.

Black Banded Sea Krait (Laticauda semifasciata)


Persebaran : Sumatera, Borneo, Jawa, Bali

Ular berbisa tinggi ini dapat diidentifikasi dengan belang-belang hitam atau coklat tua khas yang
mengalir sepanjang tubuhnya. Terdapat warna biru, abu-abu atau kehijauan-warna yang menyelingi
belang-belang pada bagian atas tubuh yang menyatu dengan warna kuning pada bagian setengah bawah
tubuh, bagian bawah ular ini abu-abu putih atau biru pucat. Pada ular lebih tua, belang-belang memudar
sedikit dan warnanya menjadi lebih ringan. Spesies ini memiliki kepala coklat gelap dengan tanda putih
atau kekuningan melengkung di atas.
Slender Sea Snake (Hydrophis gracilis)
Persebaran : Sumatera, Borneo, Jawa

Ular ini biasanya ditemukan pada kawasan perairan yang tidak jauh dari pesisiran pantai, ia
ditemukan di perairan rawa-rawa bakau dan perairan terumbu. Terutama menghuni perairan dalam pada
dasar laut yang biasanya lumpur atau pasir hingga kedalaman 30m, dapat ditemukan hingga sejauh 5km
dari pesisiran pantai. Ular ini umum ditemukan di perairan Jawa Utara. namun biasanya cukup jarang
ditemukan karena persebarannya tidak padat. Ular ini memangsa khusus pada belut.

Ular Laut Karang / Ornate Reef Snake (Hydrophis ornatus)


Persebaran : Samudera Hindia

Ular Laut Karang adalah ular laut yang memiliki ketebalan kepala seragam dengan tubuhnya, namun
bagian depan tubuhnya berbentuk silinder sementara bagian belakang tampil lebih gepeng dan lebih berat.
Sebuah fitur karakteristik dari ular laut adalah ekor seperti dayung yang gepeng secara vertikal yang cukup
panjang. Individu muda ular ini berwarna keabu-abuan, biru - abu-abu atau zaitun muda hingga hampir
putih keseluruhan, dengan motif 350 sampai 60 belang lebar yang berwarna gelap dan bintik-bintik besar
di sisi. Belang-belang lebar dipisahkan oleh sela-sela kecil. Sedangkan warna dasar dewasa Ular Laut
Karang sama seperti di muda, namun tanda-tanda gelap mungkin menjadi kurang mencolok atau bahkan
sama sekali tidak ada pada individu dewasa.Ular berbisa tinggi ini dapat diidentifikasi dengan belang-
belang hitam.
Ular Laut Kuning / Yellow Sea Snake (Hydrophis spiralis)
Persebaran : Sulawesi

Ular terpanjang dari ular laut yang asli ( Hydrophis ), ular laut kuning memiliki tubuh kuning atau hijau
kekuningan mencolok, ditandai dengan 30 sampai 60 cincin hitam sempit. Kepala juga berwarna kuning
pada individu dewasa, tetapi pada individu muda warnanya kehitaman-kuning, dengan pola berbentuk
tapal kuda di bagian atas. Sementara sedikit yang diketahui tentang biologi spesies ini, seperti ular laut
lainnya ular ini telah beradaptasi dengan baik untuk hidup di lingkungan laut , menyelesaikan siklus hidup
seluruh di air , dan tidak pernah datang ke tepi pantai.
1. Jenis Ular Sanca Kembang

Sanca kembang, ular yang memiliki nama ilmiah Phyton Reticulatus adalah spesies reptil
tanpa kaki dari suku Phytonidae yang memiliki perawakan besar dan terpanjang di antara ular lain.
Ukuran terbesar dapat mencapai hingga 10 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia.

Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara, di Indonesia dapat ditemukan di


Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi. Spesies ini hidup di hutan tropis
yang lembap dan bergantung pada ketersediaan air, sehingga mudah ditemukan di pinggiran
sungai, kolam, dan rawa. Mangsa utama dari sanca kembang ini adalah burung, mamalia kecil,
dan reptil lain seperti biawak. Ular yang berukuran kecil akan memangsa ikan, kodok, dan kadal.
Sedangkan ular yang berukuran besar akan memangsa monyet, anjing, rusa, babi hutan, bahkan
manusia yang tak sengaja menghampiri tempatnya menunggu mangsa. Ular sanca kembang lebih
senang menunggu daripada aktif berburu. Spesies ini memang tidak berbisa, namun untuk
melumpuhkan mangsanya, sanca kembang akan melilitnya dengan kuat hingga mati kehabisan
napas. Setelah mati, mangsa akan ditelan secara utuh mulai dari kepalanya.

2. Jenis Ular Kepala Dua

Ular kepala dua, dengan nama ilmiah Cylindrophis Ruffus adalah spesies ular primitif
yang tidak berbisa. Sebenarnya spesies ini hanya memiliki satu kepala, namun saja terkadang ular
ini menegakkan ekornya seolah-olah itulah kepalanya. Kepala yang sebenarnya berada
disembunyikan di bawah gulungan badannya. Dinamakan kepala dua karena ular ini memiliki ekor
yang sangat pendek dan bentuk ekor dan kepala sama-sama tumpul.

Memiliki tubuh yang panjang dan ramping serta sisik halus yang menutupi punggungnya.
Tubuh bagian atas berwarna hitam serta belang-belang merah jingga di bagian kanan dan kirinya.
Ular kepala dua umumnya ditemukan di dataran rendah wilayah Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan
Bacan di Maluku. Ular ini biasanya menghuni hutan-hutan dataran rendah yang lembap, kebun
dan lahan-lahan pertanian. Bersifat nokturnal, yaitu aktif di malam hari. Ular kepala dua akan
memangsa ular-ular lain yang lebih kecil, bayi mamalia, kadal, dan cacing tanah. Ular ini tidak
berbahaya, bila merasa terganggu biasanya akan segera menggulung tubuhnya dan
menyembunyikan kepala serta menegakkan ekornya tinggi-tinggi. Ular kepala dua termasuk
ovovivipar, spesies ini menetaskan telur di dalam kandungan dan dapat melahirkan sekaligus 13
ekor anak.
3. Jenis Ular Cecak

Ular cecak, spesies yang mempunyai nama ilmiah Lycodon Capucinus dan dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Common Wolf Snake. Ular kecil yang termasuk bagian dari
suku Colubridae sering disebut sebagai ular rumah, karena kerap reptil kecil ini dijumpai di dalam
rumah. Ular ini mempunyai gigi memanjang seperti taring serigala yang berada di bagian muka
rahangnya. Memiliki tubuh yang ramping dan bergerak dengan gesit. Panjang maksimalnya
mencapai 60 sentimeter, umumnya panjang ular dewasa diperkirakan 450-500 milimeter.

Bagian punggung ular ini berwarna coklat agak keunguan, dengan pola belang sisik yang
berwarna putih. Kepala berwarna coklat tua dan bagian bibir atas berwarna putih. Bagian perut
berwarna putih kekuningan. Ular ini memang tidak berbisa, namun saat agresif ular ini akan
menggigit. Gigitan ular cecak ini lumayan menyakitkan, karena adanya taring di rahang atas dan
bawah dan hanya mengakibatkan pedih dan sedikit berdarah jika digigit.

Di Indonesia tercatat ular cecak ini dapat dijumpai di Kalimantan, Jawa, Bali, Sumatra,
Sumbawa, Sumba, Flores, Timor, dan Sulawesi. Mangsa dari spesies ini sesuai dengan namanya,
yaitu berbagai jenis cecak. Ular cecak juga termasuk spesies bersifat nokturnal, aktif di malam hari
dan sering kali menjalar di atas tanah, meski ular ini pandai memanjat pohon, tebing, dan dinding
berbatu.Pada siang hari ular ini lebih memilih tidur dan bersembunyi di bawah tumpukan kayu,
batu atau sudut-sudut rumah.

4. Jenis Ular Kawat

Ular kawat atau ular cacing, dengan nama ilmiah Indotyphlops Braminus adalah salah satu
spesies reptil tak berkaki yang terkecil di dunia. Ular kawat bertubuh sangat kecil, nampak hitam
berkilau seperti kawat kecil berwarna hitam. Panjang maksimal tubuhnya hanya mencapai hingga
20 sentimeter, namun jarang ditemukan yang berukuran lebih dari 15 sentimeter, umumnya hanya
berukuran 10 sentimeter. Tubuhnya berwarna hitam, coklat atau abu-abu kebiruan. Mempunyai
ekor yang amat pendek dan di ujungnya meruncing nampak seperti duri. Terkadang kepala dan
ekornya berwarna lebih muda. Dalam bahasa Inggris ular ini dikenal sebagai blind snake (ular
buta), karena letak matanya yang tersembunyi dan hanya nampak sebagai bintik gelap samar di
balik sisik kepalanya.

Ular kawat ini mirip menyerupai cacing, dilihat dari ukuran tubuh serta perilakunya. Sering
ditemukan di balik pot-pot tanaman, di bawah perabotan rumah, di bawah batu dan kayu yang
rapuh. Di tempat-tempat itulah ular kawat akan mencari mangsanya, yaitu berupa telur-telur
semut, rayap, ulat, serangga kecil, dan cacing tanah. Ular kawat termasuk ular yang tidak berbisa
dan hanya bisa menelan mangsa yang juga berukuran kecil. Berkembang biak
secara partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi individu ular tanpa dibuahi oleh sang
jantan. Di Indonesia spesies ular kawat ini dapat ditemukan di seluruh pulau.

5. Jenis Ular Siput

Ular siput adalah sejenis ular kecil bagian dari suku Colubridae yang memiliki nama
ilmiah Pareas Carinatus. Sesuai dengan namanya, spesies ini menjadikan berbagai jenis anak
siput sebagai mangsa utamanya.

Ular ini memiliki tubuh yang ramping dan cenderung kurus. Panjang maksimal dapat
mencapai 60 sentimeter. Tubuhnya berwarna coklat kusam, coklat muda atau coklat kekuningan
di bagian atas, dengan belang-belang samar di sekujur tubuhnya.Termasuk spesies yang
bersifat nokturnal, ular ini dapat ditemui di hutan pegunungan yang lembap dan hutan-hutan
dataran rendah dan lingkungan perkebunan hingga ke pemukiman.

Ular siput dapat bertelur hingga 8 butir. Termasuk ular yang tidak berbisa. Namun saat
terganggu, perilakunya akan seperti ular berbisa, leher dan tubuh bagian depan akan ditarik
melengkung seperti huruf S, kemudian dengan cepat ular ini akan mematuk ke depan. Gerakan itu
hanya untuk menakut-menakuti pengganggu.Ular ini dapat ditemui di beberapa wilayah Indonesia,
yaitu Jawa, Sumatra, Bali, Lombok, dan Borneo.

6. Jenis Ular Pelangi

Ular pelangi, merupakan ular yang termasuk bagian dari suku Xenopeltidae, dengan
memiliki nama ilmiah Xenopeltis Unicolor. Bagian tubuhnya berwarna cokelat atau abu-abu
kehitaman dan berkilau seperti warna pelangi jika terkena cahaya. Panjang tubuh maksimal dapat
mencapai tak lebih dari 1 meter, umumnya hanya mencapai 80 sentimeter dan memiliki ekor yang
pendek. Ular pelangi menghuni daerah yang lembap dan berawa, seperti sekitar pantai, sungai,
persawahan, sungai, serta daerah hutan.

Mangsa utamanya adalah kodok, kadal, dan jenis-jenis ular yang lain. Ular ini aktif di siang
dan malam hari. Berkembang biak secara ovipar, dapat mengeluarkan telur sekaligus hingga 17
butir. Di Indonesia, ular pelangi dapat ditemukan di Sumatra, Riau, Jawa, Kalimantan, Nias dan
Sulawesi.
Ular ini termasuk jenis ular yang tidak berbisa dan tidak berbahaya. Ular tidak akan
menggigit saat ditangkap. Namun, seringkali saat dipegang ular ini akan menggetarkan ekornya
dengan kuat dan mengeluarkan cairan berbau yang membuat mual. Ular ini mudah jinak dan
relatif mudah untuk dipelihara.

7. Jenis Ular Tambang

Ular tambang adalah salah satu ular kecil yang termasuk bagian dari suku Colubidrae, ular
ini memiliki nama ilmiah Dendrelaphis Pictus. Secara umum, ular ini juga dikenal dengan nama
ular tali. Di wilayah Toraja, ular ini dinamai Duwata atau Ule Lewora.

Ular ini memiliki tubuh yang kurus dan ramping, panjangnya dapat mencapai hingga 1,5
meter. Ekornya panjang hingga mencapai sepertiga dari panjang tubuhnya. Ular tambang biasa
hidup di pohon, namun seringkali turun ke tanah untuk memangsa katak atau kadal. Ular tambang
menghuni di hutan-hutan dataran rendah dan pegunungan. Ular ini lebih menyukai daerah-daerah
terbuka, seperti kebun, tepi hutan, belukar, dan tepi sawah.

8. Jenis Ular Gadung

Ular gadung adalah ular yang berbisa lemah dan tidak berbahaya, spesies ini juga berasal
dari suku Colubidrae. Di wilayah barat Indonesia, ular gadung ini di kenal dengan nama ular
pucuk. Dilihat sekilas ular gadung ini menyerupai pucuk tanaman gadung.

Ular ini memiliki rupa berwarna hijau, bertubuh panjang dan ramping. Ada juga yang
berwarna coklat kekuningan dan krem. Panjang tubuhnya dapat mencapai hingga 2 meter, meski
pada umumnya hanya sekitar 1,5 meter atau lebih. Ekornya panjang dan kurus seperti cambuk.
Jika merasa terganggu keberadaannya, ular gadung ini akan melebarkan, memipihkan, dan
melipat lehernya menyerupai huruf S. Ular ini sering ditemui di kebun, pekarangan, semak belukar
dan hutan. Ular ini jarang terlihat di tanah, rumput atau menyeberangi jalan.

Ular gadung aktif pada siang hari, ular ini akan memburu mangsanya, seperti kodok, cecak,
bunglon, kadal, burung kecil, dan mamalia kecil. Reptil tanpa kaki ini bersifat ovovivipar, telurnya
menetas di dalam rahim dan keluar sebagai anak dengan panjang sekitar 20 sentimeter. Ular
gadung dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, Madura, Lombok, Bali, Sumbawa, dan Ternate.

Anda mungkin juga menyukai