GAMBARAN UMUM
PELAYANAN KESEHATAN
di Kede Panga. Secara geografis Panga terletak pada posisi 0427-0433 LU dan 9758 -
9702 BT dengan ketinggian 10 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 28C - 32C.
Luas wilayah kerja Puskesmas Panga mencapai 51,86 Km. Secara administratif
wilayah kerja Puskesmas Panga terdiri dari 1 Kecamatan dan 17 desa/kelurahan. Luas masing-
Tabel
Kecamatan Panga di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Panga Barat, sebelah
Selatan dengan Kecamatan Panga Lama, Sebelah barat dengan Kecamatan Panga Timur.
Pada Tahun 2007 tercatat jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Panga sebanyak
54-638 jiwa. Di tahun berikutnya terus mengalami peningkatan sehingga menjadi 64.661 jiwa
pada tahun 2008 selanjutnya menurun pada tahun 2011 menjadi 53-731 jiwa.
Pada tahun 2007 tercatat jumlah penduduk laki-laki mencapai 26.780 jiwa (49,01%)
dari total jumlah penduduk, sementara jumlah penduduk perempuan sebanyak 27.652 jiwa (
besaran yang sedikit mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 jumlahnya tercatat
mencapai 50,51% hingga akhir tahun 2011 tercatat besaran jumlah penduduk perempuan
sebanyak 26.200 jiwa (49,51%), sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 27.131 jiwa (
50,49%).
Dari jumlah penduduk Deusa Panga tahun 2011 sebanyak 52,34% diantaranya
merupakan penduduk yang termasuk dalam kategori usia produktif, sedangkan penduduk yang
belum dan non produktif ( anak-anak/remaja dan lanjut usia ) sebesar 47,66%.
Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Panga tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel-2
Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Panga Tahun 2011
No LUAS JUMLAH
WILAYAH KEPADATAN
(km) PENDUDUK
Penduduk /km
Rumah
10
11
12
13
JUMLAH
Tabel diatas menggambarkan bahwa secara rata-rata distribusi dan sebaran jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Panga belum merata atau sebanding dengan luas wilayah
dari tiap desa. Terdapat sejumlah desa dengan wilayah yang relatif luas namun belum
2.2. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Keude Panga
Struktur organisasi Puskesmas Panga berdasarkan Qanun Keude Panga Nomor 4 Tahun
2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan
a. Kepala Puskesmas
h. Kepala Apotik;
i. Kepala Laboratorium;
b. Koordinator Imunisasi;
c. Petugas Survelians;
l. Sekretaris Jamkesmas.
b. Bidan Desa Gp
c. Bidan Desa Gp
d. Bidan Desa Gp
e. Bidan Desa Gp
f. Bidan Desa Gp
g. Bidan Desa Gp
h. Bidan Desa Gp
i. Bidan Desa Gp
j. Bidan Desa Gp
k. Bidan Desa Gp
l. Bidan Desa Gp
m. Bidan Desa Gp
3. Memberika / membagi tugas kepada bawahan dan Puskesmas pembantu sesuai dengan
4. Memimpin urusan Tata Usaha, Unit-unit Pelayanan, Puskesmas Pembantu / bidan dan
5. Memberika petunjuk dan bimbingan teknis kepada bawahan berdasarkan pembagian tugas
secara langsung atau melalui laporan kegiatan untuk mengetahui kelancaran serta hambatan
yang terjadi;
7. Membina dan memotivasi bawahan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja dan
pengembangan karir;
10. Melakukan koordinasi kegiatan dengan intansi terkait sesuai dengan ketentuanyang berlaku
11. Menandatangani naskah / surat dinas sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan dalam
12. Mengkoordinasi kebutuhan usulan anggaran berdasarkan kebutuhan unit kerja untuk
13. Mengawasi pelaksanaan kegiatan baik secara langsung maupun melalui laporan dalam
14. Menilai prestasi kerja para bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja
dan karier;
15. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan puskesmas berdasarkan realisasi program kerja dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai bahan dalam penyusun program kerja
berikutnya;
16. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban
Kondisi kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan.
Hal ini dikarenakan aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia sebagai pelaku pembangunan. Kondisi kesehatan penduduk dapat ditinjau dari derajat
kesehatan. Pada satu sisi penduduk Panga rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular
akibat kondisi lingkungan dan fasilitas sanitasi yang belum memadai. Pada sisi lain kasus-kasus
penyakit degeneratif pun meningkat tajam. Derajat kesehatan masyarakat tidak hanya di
tentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan tetapi
dipengaruhijuga oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan, perilaku dan keturunan. Faktor-
faktor ini berpengaruh pada usia harapan hidup, kejadian morbiditas (kesakitan), mortalitas
Upaya pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Panga dilaksanakan dengan tujuan
agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna, sesuai dengan kondisi
yang diderita, merata untuk seluruh lapisan masyarakat, meningkatkan status kesehatan
masyarakat khususnya kelompok rentan, seperti bayi, Balita, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
menyusui. Gambaran secara umum derajat kesehatan dapat dilihat pada beberapa pencapaian
Upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak yang telah dilakukan selama ini untuk mengurangi
kematian ibu terutama akibat eklamsi, perdarahan, dan infeksi pada saat kehamilan dan
persalinan serta kematian bayi akibat afiksia ( kesukaran bernafas) dan Berat Badan Lahir
yang di tolong oleh tenaga kesehatan dan kunjungan terhadap bayi baru lahir serta sejumlah
kegiatan lain yang menjadi bagian dari upaya peningkatan pencapaian program kesehatan ibu
dan anak.
Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah
Angka Kematian Ibu( AKI ). AKI adalah jumlah ibu yang meninggal akibat kehamilannya,
persalinannya dan nifasnya. Perhitungan AKI sulit dilakukan ditingkat Kabupaten / Kota
dikarenakan jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada
kemungkinan under reported. Tahun 2011 diwilayah kerja Puskesmas Panga kematian ibu
sebanyak 2 kasus yang terdiri dari 1 kasus kematian ibu hamil ( usia 20-30 Tahun ). AKI
tahun 2011 di Aceh sebesar 158 per 100.00 KH dengan kematian tertinggi terjadi pada ibu
Penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, eklamsia, infeksi, abortus, partus lama
dan lain-lain. Upaya efektif untuk menurunkan AKI adalah dengan mendeteksi dini kehamilan
risiko tinggi oleh tenaga kesehatan, meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan
ibu dan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional di fasilitas
komplikasi maternal. Selain itu peningkatan kapasitas tenaga kesehatan berbasis kompetensi
khususnya petugas kesehatan ibu dan anak masih sangat perlu dilakukan secara konsisten
Untuk Angka Kematian Bayi (AKB) di Aceh tahun 2011 sebesar 8 per 1000 kelahiran
hidup (Nasional 32/1000 KH) dan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 9,2 per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum
mencapai usia 1 tahun sedangkan AKABA adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun. AKB di panga terbanyak terjadi tahun 2009 sebesar 9 per 1000
kelahiran hidup dan terjadi penurunan tahun 2011 sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup. AKB
diwilayah kerja Puskesmas Panga Tahun 2011 sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup.
Beberapa hasil kegiatan atau program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang telah
dilaksanakan adalah :
Pelayanan antenatal merupakan gambaran besar ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi
kunjungan sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan
ketiga. Angka ini digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil,
dimana peningkatan pada cakupan pelayanan ini mengindikasikan bahwa kelompok ibu
hamil mudah untuk mendapatkan pelayanan dengan ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan
yang memadai mulai dari pelayanan pada bidan di desa sampai ke pelayanan puskesmas dan
jaringannya. Secara umum cakupan K1 tahun 2011 sebesar 96,8% dan cakupan K4 sebesar
93,2%. Angka ini menunjukkan cakupan kunjungan ibu hamil sudah mencapai target
Tabel 3
Pertolongan persalinan merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan Tingginya
angka kematian ibu salah satunya disebabkan oleh rendahnya angka pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, disamping keterlambatan pemberian pertolongan dan kondisi kesehatan
pada masa kehamilan ibu. Untuk puskesmas Panga tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan adalah 92,6%, ini menunjukkan bahwa masih terdapat pertolongan
persalinan yang dilakukan oleh petugas yang bukan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan, selain itu mobilitas ibu yang akan melahirkan ditempat lain juga turut
Tabel 4
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memilik Kompetensi Kebidanan Di Puskesmas
Pelayanan kesehatan bayi digambarkan melalui kunjungan neonatal dan kunjungan bayi.
Untuk melihat aksesibilitas dan mutu pelayanan neonatal yang adekuat digunakan indikator
Kunjungan Neonatus (KN) 1 dan Kunjungan Neonatus Lengkap. KN1 adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar, kunjungan pertama pada 6-24 jam setelah lahir, sedangkan KN
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan
pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat lahir dan
manajemen terpadu bayi muda. Cakupan KN1 tahun 2011 adalah 99,6 persen dan KN lengkap
sebesar 102,8 persen dari jumlah neonatus dimana terjadi peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2010 (95%). Untuk cakupan kunjungan bayi sebesar 90,8% di tahun 2011 menurun
dibandingkan tahun 2010 sebesar 101 persen. Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi berumur
29 hari-11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin
dan rumah sakit ) maupun kunjungan rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan
Salah satu indikator pencapaian pelayanan keluarga berencana (KB) adalah persentase
peserta KB baru dan KB aktif. Untuk tahun 2011 cakupan peserta KB aktif belum mencapai
target nasional sebesar 70 persen, di Puskesmas Panga peserta KB baru sebesar 11 persen dari
jumlah pasangan usia subur (PUS) dan KB aktif sebesar 30,2 persen dengan jenis kontrasepsi
Tabel 5
Pencapaian Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Panga Tahun 2011
2.3.2. Gizi
Dalam program gizi ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu : pemberian vitamin
A pada bayi, Balita dan ibu nifas, pemberian tablet Fe (Tablet besi) pada ibi hamil, pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI), pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, jumlah
bayi yang mendapat ASI eksklusif dan penimbangan balita serta kegitan lainnya yang
Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat di perlukan bagi bayi dan ibu nifas karena zat gizi
ini sangat penting dalam proses fisiologis tubuh berlangsung secara normal termasuk
pertumbuhan badan. Pemberian vitamin A yang rutin dilakukan dalam setahun dua kali yaitu
pada bulan februari dan bulan agustus. Cakupan pemberian vitamin A bagi bayi ( 6-11 bulan)
tahun 2011 sebesar 96,6 persen dan pada anak Balita (1-4 tahun) yang mendapat vitain A 2 kali
ditahun 2011 (94,01%). Sedangkan cakupan vitamin A pada ibu nifas pada tahun 2011 sebesar
21,1 persen. Hal ini menjadi tugas bagi tenaga kesehatan diseluruh wilayah Panga agar lebih
proaktif untuk menelusuri Balita yang telah mendapat vitamin A sehingga cakupan pemberian
Pada tahun 2009 dan tahun 2010 cakupan ibu hamil yang mendapat Fe 1 belum
mencapai target nasional 90% yaitu 50,93% dan 64,8%, namun terjadi penurunan di tahun 2011
yaitu 62,31%. Demikian juga dengan cakupan bumil yang mendapat Fe-3 masih jauh dari
pencapaian, yaitu pada tahun 2009 adalah 48,01%, tahun 2010 sebesar 64,31% dan tahun 2011
sebesar 58,38%. Hal ini terjadi dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
manfaat tablet Fe dan efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi tablet ini sehingga ibu
hamil kurang menyukainya untuk dikonsumsi, untuk itu masih diperlukan upaya penyuluhan
kepada ibu hamil tentang manfaat dan waktu yang tepat mengkonsumsi tablet Fe dengan tujuan
Dilihat berdasarkan indikator kasus gizi buruk selama kurun waktu beberapa tahun
terakhir (2007-2011) menunjukkan penurunan, walaupun pada tahun 2011 terdapat sedikit
peningkatan. Pada tahun 2010 terdapat 1 kasus gizi buruk, meningkat di tahun 2011 menjadi 2
kasus gizi buruk. Dalam hal ini kedua balita penderita gizi buruk seluruhnya mendapatkan
penanganan dan perawatan di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk, sesuai
dengan target SPM bidang kesehatan dimana cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
sebesar 100 persen. Upaya penurunan angka gizi buruk harus terus dilakukan diantaranya
dengan pemantauan tumbuh kembang balita melalui sarana pelayanan kesehatan dan
penimbangan ( setiap bulan november), penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gizi
buruk dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan posyandu dan kegiatan lainnya
yang berbasis masyarakat agar status gizi pada Balita dapat dipantau secara terus menerus.
Dalam cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif belum terdapat peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun sebelumnya, di tahun 2011 cakupan bayi yang mendapat ASI
eksklusif baru mencapai 13,1 persen. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang
hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. Rendahnya cakupan ini banyak
dipengaruhi oleh budaya memberikan makanan dan minuman terlalu dini kepada bayi baru
lahir, akibat dari pengetehuan keluarga tentang ASI eksklusif yang masih sangat minim
disamping itu juga dikarenakan gencarnya propaganda susu formula dan perilaku ibu terhadap
Di sisi lain kegiatan penimbangan Balita terus dilakukan dengan tujuan terpantaunya
pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan mulai umur 1-5 tahun di posyandu sehingga
dapat terdeteksi secara dini gangguan tumbuh kembangnya. Manfaat penimbangan balita setiap
bulan di pos pelayanan Terpadu ( Posyandu ) adalah untuk mengetahui apakah balita tumbuh
sehat, untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui balita
yang sakit, balita yang berat badannya dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat
badannya Bawah Garis Merah ( BGM ) dan dicurigai gizi buruk sehingga dapat dirujuk dan
mendapat penanganan secara dini di puskesmas. Kementerian Kesehatan telah mencanangkan
bulan penimbangan dimana pada bulan november dilaksanakan penimbangan balita secara
menyeluruh pada wilayah kerja Puskesmas sehingga seluruh balita dapat dipantau
pertumbuhan dan perkembangannya serta pencegahan terjadinya kasus gizi buruk. Indikator
program yang dihitung untuk cakupan penimbangan balita adalah D/S yaitu cakupan jumlah
balita yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk posyandu dan
tempat penimbangan lainnya. Pada tahun 2011 cakupan D/S balita yang ditimbang sebesar 31,2
persen dan Balita yang ditimbang yang naik berat badannya sebesar 37,4% serta balita dengan
balita, masih kurangnya peran serta masyarakat dalam kegiatan posyandu dan masih adanya
pemahaman masyarakat tentang posyandu yang hanya digunakan sebagai tempat pelayanan
mendapatkan imunisasi anak sehingga anak yang telah mendapatkan imunisasi lengkap tidak
lagi dibawa orang tuanya untuk di timbang setiap bulannya ke Posyandu. Maka dari itu masih
perlunya penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat tentang fungsi dari Posyandu tersebut
dan peningkatan kerja sama dengan perangkat desa dalam upaya meningkatkan kunjungan
masyarakat ke posyandu.
Berdasarkan data dari Seksi Gizi Dinas Kesehatan kasus gizi balita di Panga tahun 2011
Tabel-6
1 2 3 4 5 6 7
10
11
12
13
Jumlah
1). Malaria
Hasil kegiatan program Malaria di Puskesmas Panga Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Penderita malaria yang di obati sudah sesuai dengan target nasional 100% ( Low AMI).
2). Diare
Jumlah penderita diare pada tahun 2011 sebanyak 2.273 kasus dan sebanyak 541 kasus diare
terjadi pada balita. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 jumlah kasus yang di temukan
sebanyak 1,105 kasus dan 105 kasus pada balita, ini menunjukkan peningkatan angka
3). ISPA
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia pada balita yaitu 10% dari jumlah balita pada
wilayah dan kurun waktu yang sama. Jumlah penemuan penderita Pneumonia tahun 2010
lebih besar dibandingkan tahun 2011 sebanyak 23 kasus dan 7 kasus masih jauh dari target
nasional.
Walaupun berdasarkan struktur budaya masyarakat Aceh yang dominan memeluk agam
islam serta pemberlakuan syariat islam yang sedang digalakkan dan tidak adanya lokalisasi
WTS di wilayah kerja Puskesmas Panga, Puskesmas Panga tetap melaksanakan P2 AIDS
yang merupakan salah satu penyakit kelamin seksual. Tahun 2011 tidak ada kasus HIV /
AIDS.
5). Kusta
Angka kesakitan penyakit kusta tahun 2009 ditemukan 1 penderita PB dan dari tahun 2010
s/d 2011 tidak ditemukan penderita PB. Penderita MB yang telah melakukan pengobatan
pada tahun 2009 dan 2010 sebanyak 1 penderita. Prevalensi kusta tahun 2011 sebesar 0,5
per 100.000 penduduk sudah sesuai dengan target <1 per 100.000 penduduk.
6). Imunisasi
Hasil pelaksanaan kegiatan imunisasi di panga dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel-7
Hasil Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi Di Puskesmas Panga Tahun 2009 s/d 2011
Jumlah
Bayi
DPT 1
DPT 3
BCG
Campak
Drop Out
Rate
Jangkauan pelayanan imunisasi yang dilihat dari kelangsungan program (Cakupan Campak
= 77,2% ) masih dibawah target nasional sebesar 90%. Sementara itu, kegiatan BIAS dengan
Imunisasi Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Toksoid (TT) pada awal masuk Sekolah Dasar
setiap bulan November agar terlindungi dari penyakit Tentanus dan Tetanus Neonatorum
diberikan pada anak SD kelas 1 dan TT pada anak kelas II dan VI.
7). TB Paru
Kasus TB paru di Puskesmas Panga pada tahun 2011 sebanyak 391 kasus klinis dan 34
kasus positif dengan persentase dengan kesembuhan sebesar 90%. Untuk kasus TB. Paru
positif ada penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebanyak 46 kasus
sehingga angka penemuan kasus baru TB BTA Positif case detection rate (CDR) pada tahun
2011 sebesar 3,95% masih dibawah target nasional sebesar <70% dan belum mencapai
target angka keberhasilan pengobatan atau Success Rate (SR) nasional > 85%.
8) Demam Berdarah
Penyakit Demam Derdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja puskesmas panga. Sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk, penyakit ini selalu ditemukan setiap tahun di wilayah kerja Puskesmas panga
didukung dengan kondisi geografis dan musim yang tidak menentu serta kurang efektifnya
fogging fokus dan masih kurangnya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk oleh
masyarakat merupakan kondisi yang menyebabkan DBD masih merupakan salah satu
Jumlah penderita DBD tahun 2011 sebanyak 25 kasus dengan angka kesakitan sebesar
33,3%, bila di bandingkan dengan jumlah kasus DBD tahun 2010 yaitu sebanyak 50 kasus
maka terjadi penurunan kasus dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan insidens rate
(IR) kasus DBD 46,5 per 100.000 penduduk belum mencapai target yaitu <1%.
kesehatan siswa melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di institusi pendidikan yang
sekaligus sebagai mata rantai dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan
mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan
Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakn oleh tenaga kesehatan bersama guru UKS terlatih dan
dokter kecil.
kesehatan sesuai standar sebesar 8,2% masih belum mencapai target SPM nasional sebesar
100 persen. Sebagian besar penyebab masih rendahnya cakupan adalah waktu pelaksanaan
penjaringan yang tidak tepat, beberapa sekolah tidak mempunyai dokter kecil dan alat
penunjang kegiatan UKS, selain itu faktor kehadiran siswa juga ikut menyebabkan rendahnya
1) Perumahan
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggi yang memiliki sumber air bersih, jamban sehat,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, kepadatan penghuni dan lantai
rumah. Rumah penduduk/masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Panga tahun 2011 dari
2.846 rumah yang diperiksa 54,4% dinyatakan sehat, hal ini masih belum mencapai target
nasional 80%.
Data pada profil kesehatan Puskesmas panga tahun 2011, bahwa dari 4,088 keluarga
diperiksa sarana air bersih yang digunakan didapat akses air bersih melalui sarana sumur
gali ( SGL ) sebesar 5,7%, sumur pompa tangan (SPT) sebesar 9,1%, Penampungan Air
Hujan (PAH) sebesar 7,8% , ledeng 32,0% dan air kemasan 16,0%.
Dari 4.088 jamban keluarga yang diperiksa diwilayah kerja Puskesmas Panga pada tahun
2011 sebanyak 3.291 jamban dinyatakan sehat (82,2%) oleh petugas kesehatan.
Puskesmas Panga tahun 2011 menunjukkan bahwa TTU yang paling banyak terdapat
dipeukan Panga. Jumlah seluruh TTU yang ada sebanyak 174 ditahun 2011 diperiksa 107
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan
atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
masyarakat. Rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang seluruh anggota
keluarganya yang berperilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi sepuluh indikator yaitu
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi yang diberi ASI eksklusif, balita
ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah sekali seminggu, makan
sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan tidak merokok didalam
rumah.
Dari 2.846 rumah tangga yang dipantau di wilayah kerja Puskesmas Panga pada tahun 2011
sebanyak 1.548 rumah tangga dinyatakan ber-PHBS (54,4%) oleh petugas kesehatan.
Puskesmas tahun 2009 s/d 2011 tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) diwilayah kerja
Puskesma Panga. Petugas surveilans terus memantau peningkatan penyakit yang berpotensi
KLB.
Tenaga kesehatan di Puskesmas panga tahun 2011 berjumlah 110 orang dimana proporsi
tenaga kesehatan yang terbanyak adalah tenaga keperawatan dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lainnya. Untuk sumber daya manusia kesehatan sampai dengan tahun 2011, rasio
tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target, seperti untuk tenaga
dokter umum 19 per 100.000 penduduk ( target 30 per 100.000 penduduk ), dokter gigi 4
per 100.000 penduduk ( target 11 per 100.000 penduduk ), perawat 111 per 100.000
penduduk ( target 158 per 100.000 penduduk ) dan bidan sebesar 104 per 100.000 penduduk
sudah melebihi dari target 75 per 100.000 penduduk. Untuk mendapat gambaran secara rinci
tentang jenis dan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas panga dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel-8
Distribusi Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas Panga Tahun 2011
10
11
Jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan sudah mengalami peningkatan yang cukup berarti.
2) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan unsur utama dalam pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan
Masyarakat ( UKBM ) yang terdiri atas posyandu, polindes, poskesdes dan desa siaga.
Fasilitas kesehatan yang berasal dari pemerintah terdiri atas puskesmas ( puskesmas
Secara rinci jumlah sarana kesehatan di Puskesmas Panga tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel-9
Distribusi Jenis Sarana Kesehatan dan Kepemilikan di wilayah kerja Puskesmas Panga Tahun 2011
kesehatan di puskesmas. Tenaga farmasi dan asisten farmasi masih terbatas di puskesmas.
3) Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari dana pusat (APBN) yang terdiri atas Jamkesmas dan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan daerah (APBD) Kota dan Provinsi yang terdiri
dari Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Dana JKA, JKM dan BOK merupakan pembiayaan
upaya kesehatan perorangan untuk upaya kesehatan preventif dan promotif. Tahun 2012
anggaran dana Tugas Pembantuan BOK sebesar Rp. 75.000.000 yang digunakan untuk
Tabel-10
Distribusi Pembiayaan Kesehatan Sumber Dana APBK Panga Tahun Anggaran 2011 &2012
Total
Ditinjau dari sumber biaya, disamping APBK, masih terlihat adanya tambahan anggaran
dari APBD Provinsi, APBN dari sumber lainnya. Pada tahun 2010 pemerintah Aceh sudah
penduduk Aceh yang belum terjamin oleh berbagai jenis jaminan kesehatan dan penduduk
miskin yang terjamin dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat ( Jamkesmas ). Jaminan ini disebut
Berdasarkan analisis organisasi unit kerja jajaran kesehatan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
Perilaku perencanaan kesehatan mulai tingkat provinsi, dinas kesehatan kota sampai dengan
puskesmas menganut sistem historical planning yang berulang persis sama setiap tahun dan
Aceh belum memiliki sistem informasi kesehatan yang terintegrasi. Oleh karena itu
informasi, data yang tepat dan cepat tidak dapat tersedia sehingga tidak dapat segera diambil
keputusan yang tepat pula. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan tenaga,
sehingga data yang ada tidak mampu di analisis. Disamping itu tidak diberikan umpan balik
kepada puskesmas.
pemerintah karena kakunya pengelolaan keuangan. Puskesmas dijadikan sebagai unit yang
tidak responsif terhadap kondisi pelayanan karena penganggaran bergantung pada sistem
line item. Untuk kebutuhan perbaikan alat, obat dan bahan habis pakai relatif sulit di atasi
segera sehingga masyarakat merasa tidak cukup baik dilayani difasilitas kesehatan
pemerintah. Pada sisi lain pada setiap penghasilan yang diperoleh harus disetor ke kas
daerah sehingga fasilitas kesehatan tidak memiliki anggaran setiap saat. Dengan lahirnya
peraturan pemerintah tentang badan layanan umum (BLU), Puskesmas dapat menjadi BLU
namun sampai sekarang Puskesmas Panga belum BLU. Keterlambatan pencairan dana
menyebabkan Puskesmas tidak dapat memberikan pelayanan UKP dan UKM dengan
Instrumen-instrumen yang dipakai dalam pelaksanaan program baik ditingkat kota maupun
minilokakarya), sistem informasi (SP2TP dan Simpus ), pedoman bimbingan dan supervisi
program sudah lama tidak dibuat dan diajarkan serta tidak dipraktikkan oleh para pengelola
program baik tingkat pembinaan oleh provinsi, bimbingan/supervisi oleh Dinas Kesehatan
Kinerja pelayanan kesehatan yang telah dicapai saat ini masih dijumpai beberapa
kegiatan yang belum mencapai target yang ditentukan. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa
permasalahn yang harus diatasi secara terpadu, komprehensif dan tepat,mengingat dampaknya
beberapa tantangan dan juga peluang bagi pengembangan pelayanan kesehatan yang
merupakan amanah yang harus diwujudkan dalam upaya meningkatkan peleyanan yang prima
bagi masyarakat. Oleh sebab itu birokrasi dan struktur organisasi pemerintah yang dibentuk
harus efektif dan efisien serta mampu meningkatkan pelayanan publik berkualitas yang
dibutuhkan masyarakat. Karena itu upaya strategis Pemerintah Panga ke depan mulai dari
sistem kerja, pembuatan indikator kinerja organisasi dan kinerja pegawai, pembuatan prosedur
Tata kelola pemerintahan yang baik tercermin pula dari pengelolaan keuangan daerah
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 17 ayat (1), mengamanatkan APBD
daerah. Lebih lanjut dalam penyusunannya diupayakan pula belanja operasional tidak
melampaui pendapatan dalam tahun anggaran bersangkutan. Di sisi lainnya, belanja publik
(belanja langsung) yang berimplikasi langsung terhadap kebutuhan masyarakat harus lebih
cenderung lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional, meskipun terlihat lebih rendah dari
Provinsi. Tahun 2011, angka persentase kemiskinan di wilayah kerja Puskesmas Panga
mencapai 14,66 persen, sementara kemiskinan nasional sebesar 12.49 persen dan provinsi
sebesar 19,57 persen. Masih rendahnya capaian pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun
masyarakat. Pengurangan kemiskinan harus dilakukan secara sinergis dan komprehensif yang
melibatkan antar instansi. Dukungan anggaran dan implementasi program pembangunan pro
growth, pro job dan pro-poor dari pemerintah pusat dan pemerintah aceh dinilai pula sangat
strategis serta diharapkan intensitasnya terus meningkat sehingga dapat mengurangi penduduk
kesehatan. Manusia sebagai human capital pembangunan tidak akan berfungsi optimal bila
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM. Panga telah mengalami kemajuan penting
dalam peningkatan kualitas SDM yang diukur dari Human Development Index atau Indeks
Pembanguna Manusia (IPM). Data BPS menunjukkan IPM Panga sebesar 72,22 pada tahun
2007, angka tersebut meningkat signifikan hingga mencapai 74,37 pada tahun 2011 dan
pendapatan. Membaiknya kinerja kesehatan akan mendorong peningkatan kualitas SDM yang
tercermin dari IPM. Meskipun angka IPM Panga terus meningkat namun angka harapan hidup
sebesar 70,75 tahun (angka maksimum 85 tahun). Sejalan dengan perkembangan IPTEK,
peningkatan kualitas SDM Kesehatan merupakan prioritas yang harus dilaksanakan kurun
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan terus meningkat namun pemerataan distribusi tenaga
kesehatan belum terpenuhi sehingga belum menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses
masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, disamping itu juga menimbulkan
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar sudah meningkat yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah poskesdes dan dijaminnya pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat miskin di Puskesmas. Secara umum terjadi penurunan angka kesakitan namun
penularan infeksi penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menonjol dan perlu upaya keras untuk mencapai target MDGs. Disamping itu terjadi
peningkatan penyakit tidak menular yang berkontribusi besar terhadap kesakitan dan kematian.
Target cakupan imunisasi belum tercapai, perlu peningkatan upaya preventif dan promotif
Oleh sebab itu pemerataan pelayanan kesehatan berkualitas sesuai dengan standar
pelayanan minimal kesehatan perlu dilakukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
penduduk Aceh ( universal coverage ) melalui Jaminan Kesehatan Aceh ( JKA) telah menjadi
peluang menarik tenaga profesional dan investor di bidang kesehatan karena pendanaan yang
pasti. Walaupu JKA ini masih terdapat banyak kekurangan, tetapi hal ini menjadi peluang
cenderung pada upaya kuratif dan masih kurangnya anggaran untuk biaya operasional dan
kegiatan langsung untuk Puskesmas. Terhambatnya realisasi anggaran juga terjadi karna proses
anggaran yang terlambat. Akibat dari pembiayaan kesehatan yang masih cenderung kuratif
dibandingkan pada promotif dan preventif mengakibatkan pengeluaran pembiayaan yang tidak
efektif dan efesien, sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan pada kecukupan dan
Keterbatasan data menjadi kendala dalam pemetaan masalah dan penyusunan kebijakan.
Pemanfaatan data belum optimal dan surveilans belum dilaksanakan secara menyeluruh dan
berkesinambungan.
Teknologi informasi yang relatif murah dengan jaringan yang sudah tersebar keseluruh
daerah harus dijadikan peluang untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dan sistem
informasi kesehatan agar lebih cepat. Penyediaan pusat data dan informasi secara terpadu,
integratif dan berbasis e-planning (e-klik) dapat mempercepat pengambilan keputusan yang
tepat. Teknologi informasi ini juga dapat digunakan sebagai media promosi kesehatan yang
tinggi. Oleh karena itu kerja sama dan keterkaitan merupakan prasyarat utama untuk
mewujudkan era baru yang lebih baik yang dilandasi prinsip menang-menang. Kemitraan yang
setara, terbuka dan saling menguntungkan peluang yang baik dalam pengembangan usaha
kesehatan belum banyak merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), masyarakat belum dilibatkan dalam penyelenggaraan kesehatan UKM dan lebih
diarahkan dalam pelayanan UKP seperti penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit,
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu dan Poskesdes masih rendah. Upaya kesehatan juga
belum sepenuhnya mendorong peningkatan atau perubahan pada perilaku hidup bersih dan
sehat yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan yang diderita oeh masyarakat.
Penduduk Kecamatan Panga mayoritas pemeluk agama Islam. Banyak ajaran Islam
yang relevan dengan konsep-konsep kesehatan. Relevansi ini sebagai peluang untuk mengubah
perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran agama berkaitan dengan kesehatan.
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS
kesehatan, dapat diidentifikasi permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan prioritas
dalam pembangunan kesehatan Kecamatan Panga 5 tahun mendatang, hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kualitas / mutu pelayanan kesehatan belum memenuhi standar pelayanan minimal dan
harapan masyarakat;
b. Pelayanan yang berhubungan dengan pembangunan sumber daya manusia sejak
dini belum optimal dilakukan dan hal itu mengganggu pencapaian SPM dan MDGs;
c. Sistem rujukan yang masih lemah terutama untuk pelayanan ibu hamil bersalin dan
anak balita;
f. Pelayanan promotif dan preventif sangat tidak proporsional dengan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif.
a. Kekurangsepadanan tenaga kesehatan yang bekerja pada UKP dan UKM, termasuk
ketiadaan indikator kinerja yang berdampak pada rendahnya motivasi kerja tenaga
kesehatan;
d. Terbatasnya tenaga dalam bidang UKP maupun tenaga UKM yang menjadi tenaga
pelayanan kesehatan;
e. Masih rendahnya mutu tenaga kesehatan dalam mengelola dan memberikan pelayanan
i. Kurangnya evaluasi dan supervisi bagi tenaga yang telah dilatih dan belum adanya
a. Lemahnya puskesmas dalam menyelenggaran pelayanan primer baik dari sisi aturan,
UKM;
b. Belum adanya standar pembangunan fasilitas kesehatan dan standar ukuran ruang serta
dengan baik;
d. Kurangnya sarana yang menunjang pengelolaan limbah medis dan obat-obatan yang
kesehatan.
a. Banyaknya perilaku masyarakat yang belum mendukung kesehatan dirinya dan orang
lain;
pedesaan;
dana dari pemerintah. Masyarakat lebih diarahkan dalam pelayanan UKP seperti
a) Manajemen kesehatan dan sistem informasi kesehatan yang belum berjalan secara
optimal karena aspek kemampuan manajemen dan aspek anggaran. Akibatnya sistem
b) Perencanaan yang disusun tidak sesuai dengan analisis kebutuhan tetapi lebih mengacu
c) Sistem pengumpulan data kesehatan belum berfungsi dengan optimal dan belum
d) Sistem pelaporan tidak tepat waktu, tidak teratur, tidak terpadu karena laporan tersebut
tidak dianalisis dan dijadikan acuan program ke depan, serta umpan balik tidak
e) Belum optimalnya mekanisme koordinasi program dan pelaporan antara rumah sakit
pemerintah dan fasilitas kesehatan swasta lain dengan dinas kesehatan sebagai
f) Belum optimalnya pengaturan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk semua jabatan
bidang kesehatan;
b. Masih banyak masyarakat yang tinggal di pemukiman yang sanitasinya belum baik;
c. Kebijakan daerah yang memberikan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dari sektor kesehatan, hal ini menyebabkan rendahnya mutu pelayanan kesehatan.
d. Koordinasi dan kerja sama lintas sektoral dalam penanganan isu-isu kesehatan dan
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program walikota dan Misi Walikota Kecamatan Panga
Pembangunan Nasional, bahwa visi dan misi dari kepala Daerah/Wakil Kepala daerah terpilih,
dalam hal ini walikota dan wakil walikota Panga terpilih melalui pemilukada tahun 2012,
ditetapkan menjadi dasar visi dan misi pembangunan kota periode 2012-2017. Atas dasar
tersebut, dengan mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan yang amanah, Pemerintah