Jaringan lemak dapat menghasilkan jumlah kelebihan hormon tertentu yang dapat
mengganggu pertumbuhan sel-sel normal.
Obesitas dapat menyebabkan peradangan pada jaringan, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan risiko jaringan tersebut menjadi kanker.
Lemak bisa mengganggu langkah protein yang dirancang untuk menjaga
pertumbuhan sel.
Reproduksi
Distribusi lemak di perut pada wanita dengan berat badan berlebih atau
obesitas secara signifikan mempengaruhi fungsi dan produksi hormone-
hormon (androgen dan estrogen) yang berperan dalam ovulasi. Oleh karena
itu, wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih mungkin untuk
mengalami ketidakteraturan ovulasi sehingga menstruasinya menjadi tidak
teratur dan infertile.
Hormon adalah pembawa pesan kimia yang mengatur proses di dalam tubuh
kita. Hormon juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan obesitas.
Hormon insulin dan leptin, hormon seks dan hormon pertumbuhan dapat
mempengaruhi nafsu makan, distribusi lemak tubuh dan metabolisme
(kemampuan tubuh dalam membakar energi). Orang yang mengalami obesitas
memiliki kadar tertentu hormon yang membuat metabolisme menjadi abnormal
dan akumulasi lemak tubuh.
Hormon leptin diproduksi oleh sel-sel lemak dan disekresikan ke dalam aliran
darah kita. Dengan efeknya yang mempengaruhi pusat-pusat tertentu pada otak,
hormon leptin dapat menurunkan nafsu makan seseorang. Hormon leptin juga
bertugas mengontrol tubuh dalam mengelola lemak.
Karena leptin diproduksi oleh lemak, kadar leptin pada orang yang obesitas
cenderung lebih tinggi daripada orang yang memiliki barat badan normal.
Namun, meski memiliki kadar hormon leptin yang tinggi, orang-orang yang
obesitas tidak lagi sensitif terhadap efek leptin, dan akibatnya mereka
cenderung sulit merasa kenyang bahkan ketika setelah makan. Hingga saat ini
penelitian terus dilakukan untuk mencari tahu mengapa pesan-pesan dari leptin
ini tidak sampai ke otak orang yang obesitas.
Pada orang yang obesitas, sinyal insulin terkadang hilang dan jaringan tidak lagi
mampu mengendalikan kadar glukosa darah. Keadaan ini dapat mengarah pada
pengembangan diabetes tipe II dan sindrom metabolik.
Perubahan hormon seks pria dan wanita akan berpengaruh pada perubahan
distribusi lemak tubuh. Sementara wanita usia subur cenderung menyimpan
lemak tubuh mereka di bagian bawah tubuh, pria yang lebih tua dan wanita
pasca-menopause cenderung menyimpan lemak mereka di sekitar perut. Pada
wanita pasca-menopause yang mengonsumsi suplemen estrogen, tidak terjadi
penumpukan lemak di sekitar perut mereka. Penelitian pada hewan juga
menunjukkan bahwa minimnya jumlah estrogen akan menyebabkan kenaikan
berat badan yang berlebihan.
Orang yang mengalami obesitas memiliki kadar tertentu hormon yang akan
mendorong akumulasi lemak tubuh. Perilaku seperti makan berlebihan dan
kurang berolahraga, seiring waktu akan membuat tubuh mengatur takaran
kebutuhan makannya sendiri dan pendistribusian lemak tubuh yang secara
fisiologis lebih memungkinkan menambah berat badan. Tubuh kita akan selalu
berusaha menjaga keseimbangan, sehingga tubuh akan menolak apapun
gangguan jangka pendek seperti diet.
Ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan perilaku jangka panjang, seperti
makan sehat dan berolahraga teratur, akan melatih tubuh dalam mengontrol
kelebihan lemak yang pada akhirnya akan membuat berat badan selalu normal.
Penelitian juga menunjukkan bahwa turunnya berat badan karena diet sehat,
olahraga atau pembedahan berdampak pada penurunan risiko berkembangnya
penyakit jantung, stroke, diabetes, diabetes tipe II dan beberapa jenis kanker.