Anda di halaman 1dari 4

Mengapa obesitas dikaitkan dengan kanker?

Ada sejumlah teori yang mencoba menjelaskan, di antaranya:

Jaringan lemak dapat menghasilkan jumlah kelebihan hormon tertentu yang dapat
mengganggu pertumbuhan sel-sel normal.
Obesitas dapat menyebabkan peradangan pada jaringan, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan risiko jaringan tersebut menjadi kanker.
Lemak bisa mengganggu langkah protein yang dirancang untuk menjaga
pertumbuhan sel.

Mekanisme dari Penyakit Perlemakan Hati


Salah satu fungsi utama hati adalah menyimpan tenaga. Konsumsi berlebihan dari
beberapa jenis makanan menyebabkan menumpuknya lemak di dalam hati. Lemak
yang berlebihan itu kemudian menumpuk dalam sel-sel hati. Obesitas, diabetes,
kolestrol tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan, penurunan berat badan yang
cepat, dan malnutrisi merupakan faktor yang menyebabkan penyakit perlemakan hati.
Tetapi, beberapa pasien menderita penyakit ini tanpa adanya kondisi tersebut.

Reproduksi
Distribusi lemak di perut pada wanita dengan berat badan berlebih atau
obesitas secara signifikan mempengaruhi fungsi dan produksi hormone-
hormon (androgen dan estrogen) yang berperan dalam ovulasi. Oleh karena
itu, wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih mungkin untuk
mengalami ketidakteraturan ovulasi sehingga menstruasinya menjadi tidak
teratur dan infertile.

Hormon adalah pembawa pesan kimia yang mengatur proses di dalam tubuh
kita. Hormon juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan obesitas.
Hormon insulin dan leptin, hormon seks dan hormon pertumbuhan dapat
mempengaruhi nafsu makan, distribusi lemak tubuh dan metabolisme
(kemampuan tubuh dalam membakar energi). Orang yang mengalami obesitas
memiliki kadar tertentu hormon yang membuat metabolisme menjadi abnormal
dan akumulasi lemak tubuh.

Sistem kelenjar tubuh manusia, yang dikenal sebagai sistem endokrin,


melepaskan hormon ke dalam aliran darah. Sistem endokrin akan bekerjasama
dengan sistem saraf dan sistem imun (kekebalan tubuh) untuk membantu kita
melakukan berbagai aktivitas dan mengatasi stres. Kadar hormon yang
meningkat atau menurun dapat menyebabkan obesitas, dan juga sebaliknya
obesitas juga dapat menyebabkan perubahan hormon.
Obesitas dan Hormon Leptin

Hormon leptin diproduksi oleh sel-sel lemak dan disekresikan ke dalam aliran
darah kita. Dengan efeknya yang mempengaruhi pusat-pusat tertentu pada otak,
hormon leptin dapat menurunkan nafsu makan seseorang. Hormon leptin juga
bertugas mengontrol tubuh dalam mengelola lemak.

Karena leptin diproduksi oleh lemak, kadar leptin pada orang yang obesitas
cenderung lebih tinggi daripada orang yang memiliki barat badan normal.
Namun, meski memiliki kadar hormon leptin yang tinggi, orang-orang yang
obesitas tidak lagi sensitif terhadap efek leptin, dan akibatnya mereka
cenderung sulit merasa kenyang bahkan ketika setelah makan. Hingga saat ini
penelitian terus dilakukan untuk mencari tahu mengapa pesan-pesan dari leptin
ini tidak sampai ke otak orang yang obesitas.

Obesitas dan Hormon Insulin

Insulin, yang diproduksi oleh pankreas, merupakan hormon penting tubuh


dalam mengelola karbohidat dan metabolisme lemak tubuh. Insulin
menstimulasi serapan glukosa (gula) dari darah di dalam jaringan seperti otot,
hati dan lemak. Ini merupakan proses penting, mengingat energi sangat
dibutuhkan dalam beraktivitas dan untuk mempertahankan kenormalan kadar
glukosa darah.

Pada orang yang obesitas, sinyal insulin terkadang hilang dan jaringan tidak lagi
mampu mengendalikan kadar glukosa darah. Keadaan ini dapat mengarah pada
pengembangan diabetes tipe II dan sindrom metabolik.

Obesitas dan Hormon Seks

Distribusi lemak tubuh berperan penting dalam pengembangan kondisi yang


terkait obesitas seperti penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis arthritis.
Lemak yang terdapat di sekitar perut (tubuh berbentuk buah apel) merupakan
faktor risiko tinggi untuk mengembangkan penyakit ketimbang lemak yang
tersimpan di bokong, pinggul dan paha (tubuh berbentuk buah pir).

Pada wanita pra-menopause, estrogen adalah hormon seks yang diproduksi


dalam jumlah yang banyak oleh ovarium. Hormon estrogen bertanggungjawab
mendorong ovulasi di setiap siklus menstruasi. Ovarium wanita pasca-
menopause tidak lagi memproduksi estrogen dalam jumlah yang banyak, seperti
halnya pria yang tidak memproduksi banyak estrogen di dalam testis (buah
zakar). Sebaliknya, sebagian besar estrogen wanita pasca menopause dihasilkan
di dalam lemak tubuh, meskipun jumlahnya jauh lebih rendah dari yang
dihasilkan ovarium sebelum menopause. Pada pria muda, hormon androgen
masih diproduksi dalam jumlah yang banyak oleh testis. Seiring bertambahnya
usia, tingkat produksi androgen juga menurun secara bertahap.

Perubahan hormon seks pria dan wanita akan berpengaruh pada perubahan
distribusi lemak tubuh. Sementara wanita usia subur cenderung menyimpan
lemak tubuh mereka di bagian bawah tubuh, pria yang lebih tua dan wanita
pasca-menopause cenderung menyimpan lemak mereka di sekitar perut. Pada
wanita pasca-menopause yang mengonsumsi suplemen estrogen, tidak terjadi
penumpukan lemak di sekitar perut mereka. Penelitian pada hewan juga
menunjukkan bahwa minimnya jumlah estrogen akan menyebabkan kenaikan
berat badan yang berlebihan.

Obesitas dan Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diproduksi oleh kelenjar pituitari di dalam otak kita.


Hormon pertumbuhan akan mempengaruhi tinggi badan, membantu
membangun otot dan tulang, disamping juga mempengaruhi metabolisme. Para
peneliti menemukan bahwa kadar hormon pertumbuhan pada orang yang
mengalami obesitas lebih rendah daripada orang yang memiliki berat badan
normal.

Obesitas dan Faktor Inflamasi

Obesitas juga memiliki hubungan dengan inflamasi (peradangan) kronis tingkat


rendah di dalam jaringan lemak. Berlebihnya simpanan lemak dapat
menyebabkan stres reaksi pada sel-sel lemak, yang pada gilirannya akan
menyebabkan pelepasan faktor pro-inflamasi dari sel-sel lemak itu sendiri dan
sel-sel imun dalam jaringan lemak.

Obesitas dan Hormon Sebagai Faktor Risiko Penyakit

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit, seperti


penyakit jantung, stroke dan beberapa jenis kanker, dan menurunkan kualitas
dan usia hidup. Misalnya, pada wanita yang mengalami obesitas, peningkatan
produksi estrogen di lemak dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber produksi estrogen sangatlah penting.

Obesitas, Hormon dan Perilaku

Orang yang mengalami obesitas memiliki kadar tertentu hormon yang akan
mendorong akumulasi lemak tubuh. Perilaku seperti makan berlebihan dan
kurang berolahraga, seiring waktu akan membuat tubuh mengatur takaran
kebutuhan makannya sendiri dan pendistribusian lemak tubuh yang secara
fisiologis lebih memungkinkan menambah berat badan. Tubuh kita akan selalu
berusaha menjaga keseimbangan, sehingga tubuh akan menolak apapun
gangguan jangka pendek seperti diet.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar leptin dalam darah seseorang


akan turun setelah diet rendah energi. Seperti yang telah dijelaskan di atas,
kadar leptin yang rendah akan meningkatkan nafsu makan dan memperlambat
metabolisme tubuh. Hal inilah yang mungkin menjadi jawaban mengapa badan
seseorang kembali gemuk setelah diet dalam jangka waktu tertentu. Ada
kemungkinan bahwa suatu hari nanti terapi leptin dapat membantu pelaku diet
dalam menjaga berat badan mereka untuk jangka panjang, tetapi hal ini masih
diteliti.

Ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan perilaku jangka panjang, seperti
makan sehat dan berolahraga teratur, akan melatih tubuh dalam mengontrol
kelebihan lemak yang pada akhirnya akan membuat berat badan selalu normal.
Penelitian juga menunjukkan bahwa turunnya berat badan karena diet sehat,
olahraga atau pembedahan berdampak pada penurunan risiko berkembangnya
penyakit jantung, stroke, diabetes, diabetes tipe II dan beberapa jenis kanker.

Anda mungkin juga menyukai