Anatomi Serangga
Anatomi Serangga
KELAS : REGULER B
NIM : 1305015057
TANGGAL : 14-02-2016
TEMPAT/WAKTU : DIKAMAR / 17:40
Anatomi serangga
1. Dinding Tubuh
Dinding tubuh serangga tidak hanya berfungsi untuk melindungi
bagian luar tubuh tetapi juga merupakan struktur untuk memperkokoh
tubuh dan juga sebagai tempat melekatnya otot. Integumen terdiri dari
tiga lapisan utama, yaitu :
a. Lapisan dasar (basement membrane) dengan ketebalan kurang lebih
mm.
b. Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
c. Lapisan kutikula yang tebalnya kurang lebih 1 mm.
Kutikula terdiri dari sel-sel mati yang dibentuk oleh sel hidup di
bawahnya yaitu epikutikula, dan terdiri dari prokutikula dan epikutikula.
Prokutikula terdiri dari lapisan yang lebih tebal dibandingkan
epikutikula.
a. Prokutikula terdiri dari lapisan endokutikula dan eksokutikula.
b. Epikutikula merupakan lapisan tipis yang biasanya terdiri dari :
1) Lapisan dalam disebut lapisan kutikulin (lipoprotein).
2) Lapisan luar disebut lapisan lilin yang sulit ditembus air.
Bagian yang mengeras dari kutikula terutama terdapat pada lapisan
eksokutikula, disebabkan oleh adanya sklerotin sebagai hasil dari proses
pengerasan yang disebut dengan sklerotisasi. Kutikula relatif permiabel,
dan bila keadaannya tipis, maka dapat dilalui oleh air dan gas.
Pada kutikula sering dijumpai :
a. Sulkus, yaitu lekukan pada kutikula bagian luar.
b. Sutura, yaitu garis persatuan antara dua sklerit yang terpisah.
c. Apodema atau apofisis, yaitu penonjolan bagian dalam kutikula
2. Kepala (Caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Kepala
merupakan daerah tubuh depan yang menyerupai kapsul, mempunyai
mata, antena, dan alat-alat mulut. Permukaan belakang kepala serangga
sebagian besar berupa lubang ( foramen magnum atau foramen
oksipitale). Melalui lubang ini berjalan urat saraf ventral, trakea, system
saluran pencernaan, urat daging dan kadang-kadang saluran darah dorsal.
Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi
untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan
otak (perpaduan syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami
sklerotisasi disebut sklerit. Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain
oleh sutura yang tampak sebagai alur. Kutikula pada kepala mengalami
penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian dalam, yang
disebut tentorium.
Terdapat tiga tipe kepala berdasarkan posisi alat mulut, yaitu :
a. Prognatous (menghadap ke depan), contoh : Sithopillus oryzae
(Coleoptera, Curculionidae)
b. Hypognatous (menghadap ke bawah), contoh : Valanga nigricornis
(Orthoptera, Acrididae)
c. Ophistognatous (menghadap ke bawah dan belakang), contoh :
Leptocorisa acuta (Hemiptera, Alydidae)
3. Dada (Toraks)
4. Perut (Abdomen)
5. Tipe-Tipe Antena
Serangga mempunyai sepasang antena yang terletak pda kepala dan
basanya tampak seperti benang memanjang. Antena adalah pasangan
embelan-embelan yang terletak pada kepala, biasanya terletak di antara
atau di bawah matamajemuk.
Antena biasanya beruas-ruas dan terdiri dari bagian-bagian, ruas
pertama merupakan ruas dasar (skape), ruas kedua adalah tangkai pedikel
(ped), dan sisanya flagelum. Serangga memilk dua antena, dipakai untuk
mencium dan meraba. Bentuknya berbeda-beda, ada yang panjang dan
pendek , majemuk dan sederhana, terkadang pejantan memiliki antena
yang lebih besar daripada yang betina.
Berdasarkan bentuknya antena serangga dibedakan menjadi:
a. Setaceus: berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada
bagian ujung. seperti rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas
antena maakin ramping, misalnya Isoptera.
b. Filiform: berbentuk seperti benang, setiap ruas memiliki ukuran yang
hampir sama dan biasanya berbentuk silindris, menyerupai tambang,
tiap-tiap segmen yang membentuk antena ukurannya sama, misalnya
antena pada Valanga sp. (Orthoptera)
c. Moniliform: berbentuk seperti untaian tasbih, ukuran ruas-ruasnya
sama dan relatif berbentuk bulat, seperti manik-manik, ruas-ruas
antena berukuran sama dan berbentuk bulat, misalnya Rhysodidae.
d. Serrata: berbentuk seperti gergaji, ruas-ruas terutama yang terdapat
pada setengah atau dua pertiga dari ujung antena berbentuk segitiga,
tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
e. Pektinate: berbentuk seperti sisir, sebagian besar ruas-ruas memiliki
juluran lateral langsing dan panjang, setiap segmen memanjang ke
arah samping seperti sisir, misalnya Pyrochoroidae.
f. Bentuk Gada: ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis
tengahnya dan peningkatannya terjadi secara betahap, misalnya pada
Tenebrionidae dan kumbang Lady.
g. Clavate : seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya,
misalnya Coccinellidae.
h. Kapitate: ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis tengahnya
dan peningkatannya terjadi secara tiba-tiba, seperti clavate tetapi
perbesaran ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar, misalnya
Nitidulidae.
i. Lamellate: bila ruas-ruas ujung meluas ke samping membentuk
gelabir-gelambir seperti piring yang bulat atau oval, segmen paling
ujung membesar dan menjadi lempengan, misalnya Scarabaidae.
j. Flabelate: bila ruas-ruas ujung seperti lembaran yang sisinya sejajar
dan panjang atau gelambir-gelambir berbentuk lidah meluas ke
samping, semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan,
misalnya Rhipiceridae.
k. Genikulat: berbentuk siku, dengan ruas pertama panjang dan ruas-ruas
berikutnya kecil dan membengkok pada satu sudut dengan yang
pertama, contoh pada kumbang Chalcididae. Segmen pertama
berukuran panjang diikuti oleh satu segmen yang lebih kecil yang
membentuk sudut dengan segmen pertama, misalnya Formicidae.
l. Plumosa: berbentuk seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya memiliki
rambut-rambut panjang, setiap segmen berambut lebat dan panjang,
misalnya nyamuk jantan.
m. Aristate: ruas terakhir biasanya membesar dan mengandung bulu-bulu
dorsal yang banyak, yaitu arista, seakan-akan dari segmen antena
keluar lagi antena, misalnya Muscidae. Misalnya pada lalat rumah.
n. Stilate: ruas terakhirmemiliki juluran yang berbentuk seperti stili atau
jari yang memanjang, segmen terakhir runcing dan agak panjang,
misalnya Asilidae.
o. Bipectinate: setiap segmen memiliki satu pasang rambut.
6. Bagian-Bagian Mulut dan Tipe-Tipe Mulut
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan
mata majemuk. Mata tunggal dinamakan osellus, mata tunggal ini dapat
dijumpai pada larva, nimfa maupun serangga dewasa. Mata majemuk
dijumpai pada seragga dewasa dan biasanya jumlahnya sepasang
Secara umum alat-alat mulut serangga terdiri dari :
a. Labrum (bibir atas)
b. Sepasang mandibel (geraham pertama)
c. Sepasang maksila (geraham kedua)
d. Labium (bibir bawah)
e. Epifaring (lidah)
Bagian-bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe
umum, mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap). Tipe alat
mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke
sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah
makanannya. Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan
bentuk seperti probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu
makanan cair dihisap. Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin
memanjang dan berbentuk stilet atau tidak ada.
Beberapa tipe alat mulut serangga yaitu :
a. Tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera,
Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera terdiri dari :
1) Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga
mulut.
2) Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.
3) Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau
melunakkan makanan.
4) Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila
memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea.
5) Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga
mulut.
6) Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk
menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari
sepasang glosa dan sepasang paraglosa.
8. Sayap
Serangga merupakan satu-satunya binatang inverbrata yang
memiliki sayap. Adanya sayap memungkinkan serangga dapat lebih
cepat menyebar (mobilitas) dari suatu tempat ketempat lain dan
menghindar dari bahaya yang mengancamnya.
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan
metoraksi. Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang
terbuat dari bahan khitin tipis. Bagian bagian tertentu dari sayap
yang tampak sebagai garis tebal disebut pembuluh yang atau rangka
sayap pembuluh atau rangka sayap memanjang disebut rangka sayap
membujur (longitudinal) dan yang melintang disebut rangka sayap
melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh
atau rangka sayap disebut sel.
Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga yang tidak
bersayap digolongkan kedalam subkelas aptery gota, sedangkan
serangga yang memiliki sayap digolongkan kedalam subkelas ptery
gota.
Sayap serangga terletak pada mesotoraks, apabila serangga
memiliki dua pasang sayap. Jika serangga hanya memiliki satu sayap,
maka sayap tersebut terletak pada mesotoraks dan pada metatoraks
terdapat sepasang halter. Halter ini berfungsi sebagai alat
keseimbangan pada saat serangga tersebut terbang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada sayap serangga
terdapat pembuluh sayap atau rangka sayap. Pola rangka sayap
berbeda untuk setiap jenis serangga, dan ini penting dalam
identifikasi. Hingga sekarang, akan tetapi yang paling umum dan luas
digunakan adalah sistem pola rangka sayap menurut comstock-
Needham.
a. Rangka sayap membujur (longitudinal), adalah :
1) Costa (C) : tidak bercabang dan terdapat pada tepi depan sayap.
2) Subcosta (Sc) : rangka sayap yang bercabang dua, yaitu Sc1 dan
Sc2.
3) Radius (R) : rangka sayap radius ini bercabang menjadi R1 dan
sektor-radial (Rs). Sektor- radial (Rs) ini biasanya bercabang
empat, yaitu R1, R2, R3, dan R4.
4) Median (M) : biasanya bercabang empat, yaitu M1, M2, M3,
dan M4.
5) Cubitus (Cu) : bercabang menjadi dua, yaitu Cu1 dan Cu2. Cu1
ini bercabang lagi menjadi Cu1a dan Cu1b.
6) Anal (A) : biasanya tidak becabang, berturut turut dari depan
ke belakang adalah anal pertama (1A), anal kedua (2A), anal
ketiga (3A) dan seterusnya.
2. Sistem Otot
Tidak seperti vertebrata dan invertebrata non-serangga yang
mempunyai baik otot lurik (striated) maupun otot polos (smooth),
serangga hanya mempunyai otot lurik yang masing-masing serabutnya
terdiri dari dari beberapa sel dengan:
a. suatu plasma membran bersama
b. sarcolemma: lapisan luar. Sarcolemma mempunyai lekukan ke dalam
(invaginasi), di mana tracheole yang mencatu oksigen berhubungan
dengan serabut otot.
c. contractile myofibrils: tersusun sepanjang serabut otot dalam
lembaran yang terdiri dari silinder-silinder.
Otot bersambung dengan adanya tonofibrillae. Skeleton luar
tonofibrillae merupakan serabut-serabut penghubung yang halus
berfungsi untuk:
a. menghubungkan ujung otot ke
lapisan epidermal.
b. Terbuang bersama kutikula lama
pada setiap moulting sehingga
harus ada pembentukan
tonofibrilae baru kembali.
c. Pada tempat perlekatan,
tonofibrillae melintas epidermis
dari otot ke kutikula. Kadang-
kadang, perlekatan ini diperkuat dengan tonjolan multiselular yang
disebut apodeme dan apabila struktur ini berbentuk memanjang
disebut apophysis.
3. Sistem Saraf
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi. Saraf
pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang
tubuh bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga
tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya.
Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan
tali saraf ventral terdiri dari dua paralel connectives sepanjang perut.
Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi,
meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak dan
ganglia besar lainnya.
Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion
supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke
dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli,
deutocerebrum yang mencakup antenna, dan tritocerebrum yang
mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang otak adalah
subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia menyatu.
Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot tertentu.
Pada sistem pernafasan pada serangga dikenal dua sistem, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut
spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Corong
hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan
arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang
ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga
membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya
spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara
dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut
trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian
dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel
yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan
sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler
pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat
menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp.
mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan
melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu, ada pula serangga
yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air,
atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang.
Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh
trakea