Syncope
Syncope
Selain itu vasovagal syncope adalah penyebab yang paling umum dari pingsan. Pada situasi ini,
keseimbangan antara kimia-kimia adrenaline dan acetylcholine terganggu. Adrenaline menstimulasi
tubuh, termasuk membuat jantung berdenyut lebih cepat dan pembuluh-pembuluh darah menyempit.
Acetylcholine melakukan sebaliknya. Ketika syaraf vagus distimulasi, acetylcholine yang berlebihan
dilepas, denyut jantung melambat dan pembuluh-pembuluh darah melebar, membuat darah lebih sulit
untuk mengalahkan gaya berat (gravitasi) dan dipompa ke otak. Pengurangan sementara ini pada aliran
darah ke otak menyebabkan episode pingsan (syncope). Nyeri dapat menstimulasi syaraf vagus dan
adalah penyebab yang umum dari vasovagal syncope.
Pathway:
1.4 Manifestasi klinis syncope
Tanda gejala syncope bisa dilihat dalam 3 fase yaitu fase pre syncope, fase syncope dan fase post
syncope.
Fase pre syncope:
Pasien mungkin merasa mual, perasaan tidak nyaman, berkeringat dingin dan lemah. Mungkin
ada perasaan dizziness (kepeningan) atau vertigo (dengan kamar yang berputar), hyperpnea (kedalaman
nafas meningkat) penglihatan mungkin memudar atau kabur, dan mungkin ada pendengaran yang
meredam dan sensasi-sensasi kesemutan dalam tubuh. Fase pre-syncope atau hampir pingsan, gejala-
gejala yang sama akan terjadi, namun pada fase ini tekanan darah dan nadi turun dan pasien tidak
sungguh kehilangan kesadaran.
Fase syncope:
Fase syncope ditandai dengan hilangnya kesadaran pasien dengan gejala klinis berupa:
1) pernapasan pendek, dangkal, dan tidak teratur
2) bradikardi dan hipotensi berlanjut
3) Nadi teraba lemah dan gerakan konvulsif pada otot lengan, tungkai dan wajah. Pada fase ini pasien
rentan mengalami obstruksi jalan napas karena terjadinya relaksasi otot akibat hilangnya kesadaran.
Fase post syncope:
Fase terakhir adalah fase post syncope yaitu periode pemulihan dimana pasien kembali pada
kesadarannya. Pada fase awal postsyncope pasien dapat mengalami disorientasi, mual, dan berkeringat.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan nadi mulai meningkat dan teraba lebih kuat dan tekanan darah mulai
naik.
Setelah episode pingsan, pasien harus kembali ke fungsi mental yang normal, meskipun mungkin
ada tanda-tanda dan gejala-gejala lain tergantung pada penyebab yang mendasari pingsan. Contohnya,
jika pasien ada ditengah-tengah serangan jantung, ia mungkin mengeluh nyeri dada atau tekanan dada.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
Riwayat penyakit sebelumnya
Pemeriksaan fisik
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan aliran darah ke otot jantung
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena
3. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran oksigen ke serebral
Intervensi Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan aliran darah ke otot jantung
Tujuan : aliran darah jantung adekuat
Kriteria hasil : perabaan nadi kuat, tekanan darah normal
Intervensi:
1) Periksa ABC dan jika diperlukan bebaskan jalan nafas dan pijat jantung
2) Pantau frekuensi nadi, RR, TD secara teraturRasional: mengatasi kondisi gawat pasien lebih awal
dapat memperbaiki prognosis.
Rasional: Tanda vital sebagai acuan kondisi sirkulasi pasien.
3) Periksa keadaan jantung klien dg pemeriksaan EKG
Rasional: Pemeriksaan EKG memberikan gambaran kondisi jantung dan membantu menentukan alternatif
pengobatan selanjutnya.
4) Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
Rasional: Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
5) Pantau intake dan output setiap 24 jam.
Rasional: Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan produksi cairan dan
natrium.
6) Batasi aktifitas secara adekuat.
Rasional: Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
2 2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran
arteri-vena
Tujuan: pemenuhan oksigen dan darah pada jaringan terpenuhi.
Kriteria hasil: Tidak terdapat tanda sianosis dan hipoksia jaringan.
Intervensi:
1) Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.
Rasional: Vasokonstriksi sistemik yang diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
2) Dorong latihan kaki aktif/pasif.
Rasional: Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboplebitis.
3) Pantau pernafasan
Rasional: Pompa jantung yang gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 2000
Nisa. 2011. Dentiztaz.blogspot.com/syncope what we supposed to do?/diakses pada 25 Maret 2012 pukul 16.00
WIB.
Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000
Sadili, Ade. 2008. Saktyablog.blogspot.com/syncope/pingsan/blackout/html- diakses pada 25 Maret 2012
pukul 16.00 WIB.