TENTANG
NO........
Menimbang :
Mengingat
Menetapkan
Ketiga keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Kupang
(.........................................)
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN
1) PENDAHULUAN
2) TUJUAN
3) SASARAN
2. DEFENISI DAN TUJUAN SURVEILANS IRS
1) PENGERTIAN
2) TJUAN SURVEILANS
3. BAB III METODE SURVEILANS
4. BAB IV DEFENISI KASUS
1) JENIS JENIS INFEKSI RUMAH SAKIT
5. BAB V MANAJEMEN SURVEILANS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah
sakit. Salah satu program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) adalah
kegiatan surveilans, disamping adanya kegiatan lainnya seperti pendidikan dan
latihan, kewaspadaan isolasi serta kebijakan penggunaan anti mikroba yang
rasional. Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
salah satu kegiatan yang penting dan luas dalam program pengendalian infeksi,
dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program
PPI.
Ditinjau dari asal atau didapatkannya infeksi dapat berasal dari komunitas
(Community Acquired Infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit
(Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan infeksi
nosokomial. Karena sering kali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi,
maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired infection) diganti
dengan istilah Healthcare associaed Infection (HAIs) dengan pengertian yang
lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada
petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien.
Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit selanjutnya disebut
dengan infeksi rumah sakit (IRS).
B. TUJUAN
Diperolehnya petunjuk pelaksanaan agar petugas dapat melaksanakan surveilans
infeksi rumah sakit sesuai dengan pedoman.
C. SASARAN
Semua anggota tim PPI
BAB II
DEFENISI DAN TUJUAN SURVEILANS IRS
A. PENGERTIAN
Kegiatan surveilans IRS adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus
menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data
kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang dideseminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan.
Infeksi rumah sakit (IRS) atau HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di RS atau fasilitas kesehatan yang lain, yang tidak ditentukan
dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS. IRS juga mencakup infeksi
yang didapat di RS tetapi baru muncul setelah keluar RS dan juga infeksi akibat
kerja pada tenaga kesehatan.
Ruang lingkup pedoman surveilans ini adalah khusus untuk infeksi rumah sakit
(IRS) yang terjadi pada pasien.
B. TUJUAN SURVEILANS
1. Mendapatkan data dasar infeksi rumah sakit
Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur laju angka dasar
(Baseline Rate) dari infeksi rumah sakit. Dengan demikian dapat diketahui
seberapa besar resiko yang dihadapi oleh setiap pasien yang dirawat di rumah
sakit. Sebagian besar (90-95%) dari RS adalah endemik dan ini diluar dari KLB
yang dikenal. Oleh karena itu kegiatan surveilans IRS ditujukan untuk
menurunkan laju angka endemik tersebut.
2. Menurunkan laju infeksi rumah sakit
Dengan surveilans ditemukan factor resiko IRS yang akan diinterfensi sehingga
dapat menurunkan laju angka IRS. Untuk mencapai tujuan ini surveilans harus
berdasarkan cara penggunaan data, sumber daya manusia dan dana yang tersedia.
3. Identifikasi dini KLB infeksi rumah sakit
Bila laju infeksi rumah sakit telah diketahui, maka kita dapat segera mengenali
bila terjadi suatu penyimpangan dari laju angka dasar tersebut, yang
mencerminkan suatu peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (out break) dari
RS. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna secara epidimiologis pada daera dalam kurun waktu
tertentu dan merupakan keadaan yang menjurus terjadinya wabah.
KLB rumah sakit adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian infeksi RS yang
menyimpang dari angka dasar endemik yang bermakna dalam kurun waktu
tertentu.
Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya
peningkatan kasus infeksi RS dengan cara melakukan pemantauan secara terus
menerus dan sistematis (surveilans) terhadap faktor resiko terjadinya infeksi
rumah sakit.
Untuk mengenali adanya penyimpangan laju angka infeksi sehingga dapat
menetapkan kejadian tersebut merupakan suatu KLB, sangat diperlukan
keterampilan khusus dari para petugas kesehatan yang bertanggung jawab itu.
Petugas diharapkan mampu memahami kapan suatu keadaan/ kondisi dinyatakan
sebagai KLB. Suatu KLB dinyatakan apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut :
1) Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama tiga kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut
jenis penyakitnya
4) Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam satu tahun sebelumnya
5) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama satu tahun
menunjukan kenaikan dua kali atau lebuh dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan dalan tahun sebelumnya
6) Angka kematian khusus suatu penyakit (case fatality rate) dalam satu
kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama
7) Angka proporsi penyakit(propoptinal rate) penderita baru suatu penyakit
pada suatu periode menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibanding
suatu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
2. Berdasarkan cakupannya
1) Surveilans komprehensif ( hospital-wide / traditional surveilans ) adalah
surveilans yang di lakukan di semua area perawatan untuk
mengidentifikasi pasien yang mengalami infeksi selama di rumah sakit.
Data di kumpulkan dari catatan medis, catatan keperawatan, laboratorium,
dan perawat ruangan. Metode surveilans ini merupakan metode pertama
kali dilakukan oleh CDC pada tahun 1970, namun memerlukan banyak
waktu, tenaga dan biaya.
2) Surveialans Target ( targeted / sentinel surveilans ) adalah surveilans yang
terfokus pada ruangan, kelompok pasien, atau tindakan dengan resiko
infeksi spesifik. Contoh contohnya meliputi surveilans ruang perawatan
intensif (ICU), surveilans pada pasien dengan kateter vena sentral, atau
survailans infeksi luka operasi. Surveilans target akan memberikan hasil
yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya yang lebih sedikit.
3. Berdasarkan waktu
1) Surveilans periodik adalah surveilans yang dilakukan secaara rutin dengan
selang waktu tertentu, misalnya satu bulan dalam setiap semester.
Surveilans periodik dapat dilakukan secara berpindah-pindah, misalnya pada
satu atau beberapa unit dalam periode tertentu kemudian pindah ke unit lain.
2) Surveilans prevalensi (prevalensi surveilans) adalah surveilans yang
menghitung semua jumlah IRS, baik kasus lama maupun baru, pada hari
tertentu atau selama periode tertentu. Karena mencakup kasuus lama dan
baru, hasil surveilans prevalensi akan lebih tinggi dari pada laju insiden.
Surveilans prevalensi dapat digunakan untuk tujuan khusus seperti untuk
memperoleh infeksi Methicillin- Resistent Staphylococcus Aureus (MRSA)
atau Vancoycin- Resistent Enterococci (VRE)
DEFENISI KASUS
Infeksi rumah sakit (IRS) merupakan jenis infeksi yang berhubungan erat dengan proses
perawatan pasien. Jadi target yang diselidiki dalam hal ini adalah pasien yang mengalami
perawatan. Dengan demikian semakin lama perawatan resiko terjadinya IRS juga semakin
meningkat. Begitu juga semakin banyak tindakan perawatan yang bersifat infasif akan
meningkatkan terjadinya IRS.
Untuk menentukan apakah itu termasuk kasus IRS atau bukan, perlu bukti-bukti yang
kuat membuktikan bahwa infeksi tersebut memang belum ada dan juga tidak pada waktu
inkubasi saat pasien dirawat. Penyakit infeksi merupakan peyakit yang terjadi tidak secara
spontan spontan, tetapi memerlukan proses waktu yang disebut dengan masa inkubasi. Untuk itu
sering kita butuhkan data-data penunjang baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik atau bahkan
laboratorium untuk membuktikan jenis infeksi ini.
Jenis - jenis infeksi rumah sakit sangat banyak bergantung dari jenis perawatan dan tindakan
yang kita lakukan terhadap pasien. Diantara berbagai jenis infeksi rumah sakit yang terjadi, ada 4
jenis infeksi yang dipantau di RSIA Dedari Kupang yaitu :
a. Tidak infeksi
Bila klinis bersih dan luka operasi sembuh permanen
b. Kemungkinan infeksi
Bila dari luka operasi keluar cairan terus dan ada tanda tanda radang
tetapi pada pemeriksaan biakan kuman dari cairan serus tersebut tidak
didapat pertumbuhan kuman.
c. Infeksi
Bila dari luka operasi keluar pus dengan hassil biakan kuman positif atau
keluar pus dari luka operasi dengan atau tanpa dibuktikan hasil
pemeriksaan mikrobiologis atau luka dibuka oleh dokter yang merawat
karena ada tanda inflamasi atau dokter yang merawat menyatakan luka
terinfeksi.
a. Kondisi pasien sendiri seperti usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score,
karier MRSA, lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit
keganasan
b. Prosedur operasi: cukur rambut sebelum operassi, jenis tindakan,
antibiotik profilaksis, lamanya operasi, tindakan lebih dari satu jenis,
benda asing, tranfusi darah, operasi emergensi
c. Jenis operasi : operasi bersih terkontaminasi, operasi terkontaminasi,
operasi kotor
d. Perawatan pasca infeksi : tempat perawatan, tindakan tindakan
keperawatan dan lamanya perawatan
a) Infeksi pada luka insisi terjadi pada waktu selama 30 hari pasca bedah
atau sampai satu tahun bila ada implant
b) Terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini :
1) Keluar cairan purulen dari luka insisi tapi bukan berasal dari
rongga atau organ
2) Dapat di isolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan
yang diambil secara aseptik dari tempat insisi superficial
3) Sekurang-kurangnya terdapat
Satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : rasa nyeri,
pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan atau hangat
pada perabaan
Insisi terpaksa harus dibuka oleh dokter dan hasil biakan
positif atau tidak dilakukan biakan
4) Dokter yang menangani menyatakan infeksi
a. Phlebitis
Adalah infeksi pada dinding vena yang timbul karena tindakan infasif pada
pemasangan kanule kateter intravena.
Infeksi ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan kemerahan dengan atau
tanpa nanah pada daerah bekas tususkan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam
setelah pemasangan infus atau kurang dari waktu tersebut bila infus masih
terpasang.
Tanda dan Gejala Phlebitis
Kemerahan pada tempat penusukan dan sekitarnya
Rasa panas pada tempat penusukan
Rasa sakit pada tempat penusukan dan bila ditekan terasa sakit
Kemerahan sepanjang vena yang ditusuk
Timbul pada tempat penusukan
Penyebab Phlebitis :
1. Kimia
2. Mekanis
a. Pemilihan tempat penusukan jarum dan pemilihan vena
b. Pemilihan jarum
c. Pelaksanaan fiksasi
d. Penggunaan cairan dingin
3. Bakterial
a. Cairan infus terkontaminasi
b. Tempat penusukan terkontaminasi
Skala Phlebitis
0 : tidak ada phlebitis
1 : - ada kemerahan dan oedema pada penusukan jarum
Kemerahan disertai kesakitan atau tidak
Oedema muncul atau tidak
Tidak ada garis kemerahan
Tidak ada cord yang bisa dipegang
2 : tanda phlebitis no. 1 disertai kemerahan sepanjang vena
ISK Simtomatis
ISK Asimtomatis
ISK Lainnya/Nasokomial
a. Batasan Infeksi Saluran Kemih Simtomatis
Memenuhi salah satu dari tanda / gejala kriteria berikut ini :
1. Demam (temperatur >380C)
2. Disuria
3. Urgensi (Nikuri/anyang anyangan)
4. Polakisuria
5. Nyeri suprapubis
ISK digolongkan infeksi bila tanda infeki timbul setelah tindakan invasif /
operatif pada traktus genitourinarius di rumah sakit, antara lain :
Kateterisasi
Sistokopi
Endoskopi
Tindakan operatif pada vagina
Catatan :
Pada pasien yang didiagnosa ISK waktu masuk rumah sakit, baru dianggap infeksi
bila ditemukan kuman penyebab yang berbeda dengan kuman penyebab yang
ditemukan pada waktu pasien masuk rumah sakit.
4) DEKUBITUS
Adalah suatu kondisis kerusakan/kematian kulit atau jaringan bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan terus menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Faktor faktor terjadi dekubitus :
a. Faktor internal
Umur tua (75 tahun)
Penurunan kemampuan sistem kardiovaskular (DM, Anemia,
Hipoalbumin, penyakit neurologi)
Status gizi (under atau overweight)
b. Faktor eksternal
Kebersihan tempat tidur
Peralatan medik yang memfiksasi (post op)
Perubahan posisi yang kurang
MANAJEMEN SURVEILANS
1. Identifikasi kasus
Apabila ditemukan kasus IRS, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan disini yaitu:
1) Apakah kasus IRS didapatkan secara pasif atau aktif?
Kasus didapatkan secara pasif yaitu kasus yang dapat dibuat oleh orang yang tidak
duduk didalam komite PPI/ tim PPI yang dipercaya untuk mencatat dan melaporkan bila
menumukan infeksi selama perawatan. Misalnya tersedia formulir yang diisi oleh dokter
maupun perawat yang merawat bila menemukan kasus IRS pada pasien.
Kasus yang didapat secara aktif adalah kasus IRS yang diperoleh dan dibuat oleh orang
yang terlatih dan hampir selalu dari komite PPI/ Tim PPI yang mencari data dari
berbagai sumber untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan apakah terjadi IRS
atau tidak.
Di RSIA Dedari Kupang pengumpulan data denominator dilakukan oleh IPCN dibantu
oleh IPCLN yaitu : melengkapi formulir DP C12-2 formulisr pelaporan infeksi
nosokomial yang sudah terakses lewat komputerisasi
Data jumlah tindakan OK untuk surveilans ILO, data jumlah pasang cateter untuk
surveilans ISK secara otomatis sudah terekap dalam sistem IT.
Data pasien yang beresiko terjadi dekubitus direkap oleh masing-masing unit dan
apabila menemukan kasus dekubitus, datanya dimasukkan ke sistem IT.
3. Analisa data
Analisa data dilakukan untuk menentukan dan menghitung laju,ada tiga laju yang dipakai
dalam surveilans IRS yaitu :
1) Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam suatu kelompok
populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula
2) Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok populasi dalam
satu kurun waktu tertentu (periode prevalence) atau dalam satu kurun waktu tertentu
(point prevalence)
3) Incidence dencity
Adalah rata rata instant dimana infeksi terjadi,relatif terhadap besaran populasi yang
bebas infeksi.Di RSIA dedari Kupang masih menggunakan incidence rate dalam
menentukan dan menghitung laju IRS