Anda di halaman 1dari 30

PANDUAN

RUJUKAN PASIEN

RSI Darus Syifa Surabaya


JL.Raya Benowo No.5 Surabaya
Telp : 031-7404603, 7406293. Fax : 031-7422842
Email: rsidarusysifa@gmail.com

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan ridhoNya dengan berbekal kerja keras dan ketekunan
dari tim penyusun, Buku Panduan Rujukan Pasien.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yamg
telah membantu dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak, sangat kami harapkan demi kesempurnaan buku ini dan
meningkatkan kwalitas pelayanan di Rumah Sakit Islam Darus Syifa Surabaya.

Besar harapan kami, agar Buku Panduan Rujukan Pasien ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi Panduan bagi petugas di Rumah
Sakit Islam Darus Syifa Surabaya..

Surabaya, Agustus 2016

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I. DEFINISI
1.1 Definisi Transfer ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II. RUANG LINGKUP ......................................................................... 2
BAB III. TATA LAKSANA.......................................................................... 3
BAB IV. DOKUMENTASI ........................................................................... 27

iii
BAB 1
DEFINISI
Definisi Transfer.
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang
perawatan/ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit yang lain(antar rumah sakit)
Tujuan :
Tujuan dari manajemen transfer pasienintra rumah sakit ataupun antar rumah
sakit adalah :
1. Agar pelayanan transfer dapa dilakukan secara professional dan berdedikasi
tinggi.
2. Agar proses transfer berjalan dengan lancar dan aman serta pelaksanaannya
sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.

1
BAB II RUANG
LINGKUP

I. Transfer pasiendidalamrumahsakitterdiridari :
1. Transfer pasiendari IGD ke ICU, IRNA, Instalasi Kamar Operasi
2. Transfer pasiendari IRJ ke ICU, IRNA, Instalasi Kamar Operasi
3. Transfer pasiendari IRNA ke ICU, Instalasi Kamar Operasi
4. Transfer pasiendari ICU ke IRNA, Instalasi Kamar Operasi
5. Transfer pasien dari Kama rOperasi ke IRNA, ICU, IGD
6. Transfer pasienari IGD, IRNA, ICU ke Instalasi Radiolog
Transfer pasien anta rrumah saki tterdir dari :
1. Transfer pasiendari RSIDS kerumah sakit lain atau sebaliknya
2. Transfer pasiendari RSIDS kerumah pasien atau sebaliknya
II. Pengaturan Transfer.
Sesuai jadwal dinas
BAB III TATA
LAKSANA

Dalam prosedur transfer pasien ada dua pihak yaitu pihak yang menerima
pasien dan pihak yang mengirim pasien.
Untuk mempertemukan kegitan tersebut maka diperlukan petugas transfer
dan keterampilan serta tata laksana pelaksanaannya.
A. Tabel kriteria pasien dengan petugas yang berkompten melakukan
transfer.
No Kategori pasien

INTRA
RS
1. 0

2 1
3. 2

4. 3

B. Tata laksana Transfer Pasien


1. Transfer Pasien Keluar Rumah Sakit/ merujuk pasien
1.1 Transfer pasien keluar Rumah Sakit pada umumnya disebut merujuk
pasien
1.2 Kriteria transfer pasien keluar Rumah Sakit adalah :
Pengobatan atau tindakan tertentu tidak dapat dilakukan
1.2.1 ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)\
a) ESWL merupakan terapi non-infasif, karena tidak
memerlukan pembedahan atau pemasukan alat kedalam tubuh
pasien. Sesuai dengan namanya Extracorporeal berarti diluar
tubuh, sedangkan lithotripsy berarti penghancuran batu, secara
harfiah ESWL, memiliki arti penghancuran batu saluran kemih
dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave) yang
ditansmisi dari luar tubuh.
b) Pasien yang membutuhkan tindakan ini dirujuk ke RSUD dr.
Soetomo Surabaya.
1.2.2 Bronchoscopy
a) Bronchoscopy adalah suatu prosedur dimana suatu tabung
penglihat yang disinari, yang tipis, lentur, dan dimasukan
kedalam hidung atau mulut setelah suatu pembiusan local.
Jalan-jalan lintas pernapasan kemudian diperiksa secara
langsung oleh dokter, dan specimen-spesimen dari bagian paru
yang terinfeksi atau tak normal dapat diperoleh.
b) Pasien yang membutuhkan tindakan ini dirujuk ke RSUD dr
Soetomo Surabaya.
1.2.3 Bone Mineral Density (BMD)
a) BMD adalah tes yang digunakan untuk mengestimasi kekuatan
tulang dengan menghitung kepadatan tulang.
b) Tes kepadatan mineral tulang (bone mineral density) umumnya
terkorelasi dengan kekuatan tulang dan digunakan untuk
mendiagnosis osteoporosis. BMD diukur dengan test X-ray
absoptiometry energi ganda (disebut sebagai DXA). Dengan
mengukur BMD, memungkinan untuk memprediksi resiko
patah tulang. Tes BMD tidak dapat memprediksi dengan pasti
kapan dumulainya proses patah tualang dini karena dapat
memprediksi resiko.
c) Pasien yang membutuhkan tindakan ini dirujuk ke RSUD dr
Soetomo Surabaya.
1.2.4 Tindakan atau bedah jantung
a) Kateterisasi jantung merupakan prosedur diagnostik untuk
melihat kelainan jantung, meliputi dari anatomi jantung,
penyempitan /sumbatan pembuluh darah koroner, gangguan
fungsi jantung dan sebagainya.
b) By pass jantung / CABG (Coronary Bypass Grafi)
Operasi bypass jantung merupakan salah satu penanganan
operatif pada Penyakit Jantung Koroner (PJK), yaitu penyakit
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah nadi (arteri)
koroner jantung, dengan cara revaskularisasi (membuat saluran
baru) melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan
atau penyumbatan sehingga terdapat aliran darah baru yang
membawa oksigen dan nutrien lain ke otot jantung. Saluran
baru yang dibuat dapat berasal dari arteri (pembuluh darah
nadi) atau vena (pembuluh darah balik) yang sehat dari tubuh
bagian lain, yang nantinya dicangkok/dihubungkan ke arteri
koroner yang menyempit atau tersumbat.
c) PTCA ( Percutaneos Transluminal Angioplasty)
PTCA adalah operasi pada arteri jantung dimana pembuluh
darah yang menyempit dan tersumbat itu dimasukkan suatu
balon sehingga arteri yang tersumbat tersebut mengembang.
d) DES (Drug Eluthing Stent)
Stent adalah alat terbuat dari baja antikarat yang dimasukan
kedalam koroner dan bermanfaat untuk menyanggah liang
koroner agar tidak mudah menyempit kembali (restenosis)
setelah dilebarkan.
e) Pasien yang membutuhkan tindakan ini dirujuk ke RSUD dr
Soetomo Surabaya.
1.2.5 Radiotherapy
a) Radiotherapy adalah pengobatan dengan menggunakan radiasi
sinar-X, sinar gamma atau electron khusus yang
menghancurkan sel-sel kanker sehingga tidak dapat
berkembang lagi.
b) Pasien yang membutuhkan tindakan ini dirujuk ke RSUD dr
Soetomo Surabaya
1.2.6 HIV/AIDS
a) HIV (Human Immunodifesciency Virus) merupakan retrovirus
yang menjangkiti sel-sel system kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4 kekebalan sel), dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan
terjadinya penurunan system kekebalan tubuh yang terus-
menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan
tubuh.
b) AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait
dengan menurunnya system kekebalan tubuh. Infeksi HIV
telah disebut sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam
tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan
indicator bahwa infeksi HIV telanh bekembang menjadi AIDS.
c) Pasien yang membutuhkan pengobatan dan konsultasi untuk
HIV/AIDS ini dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya.
1.2.7 Ruangan tidak tersedia/penuh
a) Pasien akan informasi, saran dan solusi untuk membantu
menyelesaikan permasalahannya, sehingga tetap mendapatkan
pelayanan kesehatan
b) Rujukan dilakukan ke Rumah Sakit sesuai pilihan keluarga
atau pasien.
1.2.8 Permintaan otopsi (kasus Polisi)
a) Otopsi adalah pemeriksaan tubuh dengan jalan pembedahan
untuk mengetahui penyebab kematian.
b) Permintaan otopsi dirujuk di RSUD dr soetomo Surabaya
1.2.9 Alat penunjang medis tidak dimiliki atau sedang dipakai atau
sedang rusak.
a) Alat penunjang tidak dimiliki:
1) Penunjang Radiologis
Computerized Axial Tomografi 64
Slice/MSCT/Multislice CT-Scan merupakan generasi CT
Scan paling canggih dengan peningkatan kecepatan yang
sangat signifikan.
Magnetic Resonance Imaging 1,5 testa merupakan
teknologi terkini dibidang pencitraan diagnostik untuk
memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan
medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi
radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan
radioaktif.
Magnetic Resonance Cholangio Pancreatograpy adalah
pemeriksaan kandung empedu dan saluran-salurannya
dengan menggunaannya medan magnet.
Foto panoramic merupakan foto rontgen ekstra oral yang
menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur
facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur
pendukungnya. Foto rontgen ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan
dan perkembangan gigi geligi, mendekteksi penyakit dan
mengevaluasi trauma.
Pasien yang membutuhkan tindakan radiologis ini
dirujuk ke klinik Rustiaji Surabaya, Pramita laborat
Surabaya, RS Semen Surabaya, dan RSUD dr Soetomo
Surabaya.
Pengiriman dengan sepengetahuan dari kepala Instalasi
radiologi kelayanan radiologis yang dipilih berdasarkan
reputasi yang baik serta memenuhi standart dan control
mutu (sesuai kebijakan Pelayanan Radiologis)
2) Penunjang laboratories
Uji mikrobiologi dan sensitivitas
Patologi Anatomi (PA)
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan Feces
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan cairan tubuh
Pasien yang membutuhkan pemeriksaan ini, specimen
akan dikirim ke laboratorium Pramita / laboratorium
Kedung doro/ Laboratorium Parahita
Pengiriman sesuai rekomendasi dari kepala instalasi
laboratorium ke laboratorium yang dipilih berdasarkan
reputasi yang baik serta memenuhi standart undang
undang ( sesuai kebijakan pelayanan laboratorium )
3) Penunjang neurologis
EMG (Elektromiografi) merupakan suatu pemeriksaan
non-invasif dan dipergunakan untuk memeriksa keadaan
saraf perifer sebagai pelengkap dari pemeriksaan klinis
neurologis. Pasien yang membutuhkan pemeriksaan ini
dirujuk ke RSUD. Bakti Dharma Husada.
EEG (Electroencephalogram) adalah suatu tes untuk
mendeteksi kelainan aktivitas elektrik otak (Campellone,
2006). Sedangkan menurut dr. Darmo Sugondo
Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan
aktifitas listrik otak dengan alat pencatatan yang peka
sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut
Electroencephalogram.pasien yang membutuhkan
pemeriksaan ini di rujuk RS.dr.soetomo surabaya.
4) Alat penunjang sedang dipakai atau sedang rusak.
Pasien akan diberikan informasi, saran dan solusi untuk
membantu menyelesaikan permasalahannya.
Rujukan dilakukan ke laboratorium dan rumah sakit yang
dipilih berdasarkan reputasi yang baik serta memenuhi
standart dan konteks mutu sesuai kebijakan dan kerja
sama RSI Darus Syifa.
Tidak memiliki tenaga ahli / professional
Akan dilakukan rujukan dimana professional yang
dibutuhkan untuk memberikan layanan yang diharapkan.
Keinginan pasien atau keluarga
o Pasien akan diberikan informasi, saran dan solusi
untuk membantu menyelesaikan permasalahannya
o Pasien yang menggunakan fasilitas BPJS dirujuk di
RSUD dr. Soetomo
1.3 Penentuan pasien rujuk
1.3.1 Petugas yang menentukan pasien harus ditransfer keluar rumah
sakit /dirujuk adalah DPJP/dokter Spesialis/dokter. Pasien yang
dijemput ambulance oleh perawat dan permasalahan
kesehatannya tidak dapat diterima di RS.Darus syifa maka
diputuskan untuk dirujuk setelah melakukan koordinasi dengan
dokter jaga IGD perawat bisa langsung melakukan rujukan
dengan seijin pasien dan keluarga.
1.3.2 Dokter pengirim berkewajiban untuk memberikan informasi yang
tepat dan akurat..
1.3.3 Koordinasi sebelum pemindahan pasien
Dokter pengirim menentukan dokter penerima pada rumah
sakit tujuan untuk menerima pasien dan memastikan sebelum
mengirim bahwa sumber yang memadai telah tersedia.
Rumah sakit yang dirujuk harus diinformasikan secara lisan
dan tertulis tentang situasi medis dan prosedur terapi yang
diberikan
Kirimkan informasi lain yang diperlukan rumah sakit yang
dituju, yaitu:
a) Informasi tentang biodata pasien
b) Informasi tentang tindakan/ pelayanan yang dibutuhkan
pasien
c) Informasi tentang jadual tindakan yang ditetapkan.
d) Pada kasus rujukan melanjutkan perawatan maka perlu
disampaikan pula bahwa penderita akan segera dirujuk agar
petugas penerima rujukan menyiapkan sarana yang
diperlukan
1.3.4 Pemberitahuan kepada rumah sakit rujukan harus dilakukan
sebelum pemindahan dilakukan
1.4 Petugas yang mendampingi pasien
1.4.1 Jumlah petugas yang mendampingi 1 orang yang berkwalifikasi.
1.4.2 Dokter dengan kualifikasi :
Dokter umum / dokter spesialis
Mempunyai sertifikat bls dan atls
Minimal bekerja di RS Darus Syifa selama 1 tahun
Mempunyai sertifikat transfer pasien
Memiliki sip
Mampu berkomunikasi dengan baik
1.4.3 Perawat / bidan dengan kwalifikasi :
Mempunyai sertifikat BLS
Minimal bekerja di RS. Darus Syifa selama 1 tahun
Mempunyai sertifikat transfer pasien
Memiliki STR
Mampu berkomunikasi dengan baik
1.5 Dokumen transfer pasien keluar rumah sakit.
1.5.1 Proses transfer pasien keluar rumah sakit harus didokumentasikan
dengan jelas dan benar.
1.5.2 Lembar rujukan
Dibuat sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit lain.
Diisi dan dilengkapi oleh dokter/DPJP/dokter spesialis
Terdiri dai 2 (dua) bagian yaitu:
1. Lembar rujukan
a) Biodata pasien dan penanggung jawabnya
b) Nama pengirim dan penerima rujukan
c) Tujuan dilakukan rujukan
Kondisi pasien saat dirujuk
Temuan yang signifikan/pemeriksaan fisik
Hasil laboratorium, radiologi, dll
Tindakan yang telah diberikan
Pengobatan yang telah diberikan
Tanda tangan dan nama dokter yang mengirim
2. Lembar jawaban rujukan
a) Biodata pasien dan penanggung jawabnya
b) Dirujuk kembali oleh
c) Ringkasan:
Diagnosa
Kondisi pasien saat dirujuk
Temuan signifikan/pemeriksaan fisik
Tindakan yang telah diberikan
Tanda tangan dan nama dokter yang merawat.
1.5.3 Pada rujukan tindakan dimana tempat rujukan tidak menyediakan
laporan hasil tindakan, maka petugas yang mengantar pasien akan
meminta pada dokter/asisten dokter/perawat tempat rujukan unutk
mengisi form lapran tindakan.
Rujukan tindakan adalah proses transfer pasien ke rumah sakitlain
atau tempat pelayanan kesehatan diluar rumah sakit agar pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukan.
1.5.4 Blangko pemeriksaan tindakan (radiologi/laboratorium)
1.5.5 Dokumen pemesanan ambulan dan observasi selama transfer
a) Perawat mengisi form untuk pemesanan ambulan yang
diserahkan kepada perawat IGD
b) Di dalam Ambulan, kondisi pasien yang diobservasi dan
tercatat dilembar status ambulan yang akan disimpan menjadi
satu dengan rekan medis pasien.
c) Observasi meliputi tanda-tanda vital, GCS
d) Observasi untuk pasien kritis tiap 5-15 menit, sedangkan untuk
pasien kondisi stabil dilakukan tiap 30-60 menit.
1.6 Persiapan transfer pasien keluar Rumah Sakit
1.6.1 Tentukan tempat rujukan dan pastikan tempat rujukan yang telah
siap memerima pasien
1.6.2 Siapkan sertakan dokumentasi untuk mendukung tindakan dan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
1.6.3 Siapkan pasien:
a) Pengiriman pasien dengan aman saat transfer akan lebih
meningkat bila disertai pemantapan proses yang efisien dan
terorganisir serta didukung oleh peralatan dan petugas yang
terkulifikasi
b) Ketika pelayanan dibutuhkan melebihi sumber yang tersedia,
idealnya pasien ditransfer kefasilitas yang memiliki sumber
yang dibutuhkan/ dirujuk.
1.6.4 Siapkan ambulan
a) Persiapan ambulan
Pilih ambulan dan sesuaikan dengan kebutuhan pasien
(dilakukan oleh petugas IGD sesuai kebutuhan dan kategori
pasien)
Bila diperlukan pergunakan sirene/lampu sirine untuk
memperlancar prose transfer.
b) Driver /pengemudi
Kesiapan dan pengetahuan driver tentang rute atau rujukan
yang diinginkan
Kesiapan fisik untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawab selama proses transfer.
1.7 Persiapan peralatan dan perbekalan farmasi di ambulan
1.7.1 Peralatan ventilasi dan jalan nafas
a) Peralatan portable suction dan kanulnya
b) Peralatan portable oksigen dengan tabung yang adekuat
c) Peralatan untuk pemberian oksigen (nasal kanul,masker
okisigen non rebreathing dan rebreathing)
d) Pulse oksiometri
e) Alat monitor dan defibrillator
1.7.2 Perangkat imobilisasi
a) Collar
b) Perangkat traksi ekstremitas bawah (bila tersedia)
c) Perangkat imobilisasi ekstremitas atas dan bawah (papan kayu)
d) Perlengkapan dreesing (perban, mitela, kasa, cairan untuk
dressing, plester, gunting perban.
1.7.3 Alat komunikasi: perangkat komunikasi dua arah (radio medic)
1.7.4 Obstetrik
1.7.5 Peralatan lainnya
a) Stetoskop
b) Thermometer
c) Senter
d) Selimut/linen
e) Bengkok
f) Plastik
g) Catatan observasi
1.7.6 Persiapan obat-obatan di ambulan
a) Adrenalin
b) Lidocain
c) Sulfas atropine
d) Natrium bicarbonate/meylon
e) Cairan intravena

1.8 Siapkan petugas yang akan merujuk


Petugas yang disiapkan adalah petugas yang berkompeten dan telah
terlatih yaitu seorang perawat atau dokter sesuai kualifikasi yang telah
ditentukan.
1.9 Saat pasien di dalam ambulan, maka yang harus diperhatikan dalam
proses mempersiapkan pasien yang akan ditransfer adalah:
1.9.1 Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang
sadar bisa bernafas tanpa kesulitan. Jika pasien tidak sadar dan
menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa
pasien mendapat pertukaran aliran oksigen yang cukup adekwat
selama proses transfer.
1.9.2 Amankan posisi brancard ambulan. Pastikan pasien aman selama
perjalanan, kunci brancard untuk mencegah roda brancard
bergerak saat ambulan melaju.
1.9.3 Pastikan pasien terfiksasi dengan baik dan aman. Tetap
pertahankan sirkulasi dan respirasi serta hindari fiksasi yang
menyebabkan nyeri.
1.9.4 Periksa bidai atau alat imobilisasi, balutan atau perban untuk
menjaga keamanan saat transfer.
1.9.5 Ajak keluarga atau wali yang harus menemani pasien, biarkan
menumpang pada ruang pengemudi agar tidak mempengaruhi
proses perawatan pasien.
1.9.6 Identifikasi pasien sesuai prosedur dan tenangkan pasien.
1.10 Transfer pasien keluar rumah sakit dalam kondisi kritis/ gawat darurat
1.10.1 Pasien kondisi kritis atau gawat darurat adalah pasien dengan
disfungsi atau gagal pada satu atau lebih system tubuh dan
tergantung pada penggunaan peralatan untuk monitoring dan
terapi. Penderita gawat darurat dapat berupa kasus bedah atau
kasus non bedah
1.10.2 Penting untuk mendapatkan persetujuan setelah
menginformasikan kepada pasien ataupun perwakilannya yang
resmi tentang fakta, situasi, alas an pemindahan dan nama
rumah sakit rujukan
1.10.3 Transfer pasien kondisi kritis antar rumah sakit dilakukan bila
manfaat bagi pasien melebihi risiko transfer, dilakukan dengan
cepat dan aman.
1.10.4 Prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien kritis adalah jangan
membuat penyakit / cidera penderita menjadi lebih parah/ do not
further harm.
1.10.5 Resusitasi dan stabilisasi
Lakukan resusitasi dan stabilisasi sebelum transfer ke rumah
sakit rujukan.
a) Stabilisasi kondisi pasien merupakan tindakan yang harus
dilakukan pada pasien kondisi kritis sebelum ditransfer agar
keadaan tidak menjadi lebih buruk atau meninggalkan
kecatatan di kemudian hari.
b) Stabilisasi dilakukan secara optimal sesuai dengan sumber
daya yang ada.
c) Stabilisasi yang dimaksud adalah mempertahankan fungsi
bantuan hidup dasar ( Basic Life Support) tetap baik.
d) Setelah pasien relative stabil, transfer /rujukan bisa
dikerjakan.
e) Pada kondisi tertentu dimana stabilisasi sulit dicapai maka
pertimbangkan transfer segera dilakukan agar segera
mendapat pelayanan yang dibutuhkan dengan tetap menjaga
alat monitoring dan alat yang digunakan sebagai life saving
terjaga keberadaannya.
f) Tetap perhatikan prinsip dalam pelaksanaan transfer pasien
kritis yaitu jangan membuat penyakit / cidera penderita
menjadi lebih parah/ do not further harm
1.10.6 Langkah langkah yang harus diperhatikan :
a) Decision
Keputusan untuk mentransportasi pasien pada kondisi serius/
kritis adalah sebuah tindakan medis. Karena itu, tanggung
jawab dimiliki oleh dokter / DPJP yaitu dokter yang
menangani pasien.
b) Panning
Perencanaan meliputi pemilihan tujuan, mengevaluasi jarak
dan waktu, serta pemilihan jalur transport.
Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan alat
monitoring, prediksi kemungkinan komplikasi dan pemilihan
tim transfer pasien ( sesuai dengan ketersediaan/ kualifikasi
tenaga dan kategori pasien).
c) Implementasi
Tahap implementasi adalah bertugasnya tim transfer
pasien yang dipilih yang bertanggung jawab mengantar
pasien sampai kepada tim medic atau rumah sakit tempat
tujuan.
Mampu berkomunikasi dengan baik.
1.10.7 Peralatan dan perbekalan untuk menunjang pasien
a) Monitor EKG
b) Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport yang
memadai
c) Mesin suction dengan kateter suction
d) Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan
sodium bicarbonate
e) Cairan intravena dan infuse obat dengan syringe atau pompa
infuse dengan baterai
f) Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien
tersebut
g) APD dan kebutuhan linen.

1.10.8 Monitor selama transport


a) Monitoring kontinu pada EKG monitor ( Tekanan darah,
nadi,respiratory rate dan saturasi oksigen )
b) Monitoring perdarahan massif pada kasus cidera atau
kecelakaan
c) Monitoring kondisi umum pasien ( kwalitas dan kwantitas
kesadaran )
d) Monitoring kelayakan / kondisi patent alat medis emergency
yang dipakai pasien ( ETT, nasofaringeal dan orofaringeal )
e) Observasi pasien kritis dilakukan tiap 5 15 menit dan
dicatat pada lembar observasi ambulan
2. Transfer pasien didalam rumah sakit
Transfer pasien didalam rumah sakit adalah memindahkan pasien dari unit
atau ruang perawatan ke unit atau ruang perawatan yang lain. Transfer
pasien didalam rumah sakit merupakan salah satu kegiatan pelayanan
kesehatan yang dilakukan dengan tetap memperhatikan kelengkapan
dokumen dan keselamatan pasien.
2.1 Proses transfer pasien didalam rumah sakit biasanya disebut
memindahkan pasien atau mengantarkan pasien ke unit atau ruang lain.
2.2 Serah terima pasien
2.2.1 Salah satu kegiatan memindahkan / transfer pasien didalam rumah
sakit adalah melakukan serah terima klinis.
2.2.2 Serah terima klinis adalah salah satu komponen dalam aspek mutu
dan keselamatan pelayanan kesehatan
2.2.3 Ketika pasien dan dokumennya ditransfer, maka serah terima
klinis
2.2.4 Untuk meraih proses serah terima klinis yang bermutu tinggi/baik
dan benar maka, membutuhkan kesepahaman antara pemberi dan
penerima.
2.2.5 Kesengajaan dalam komunikasi saat serah terima/operan pasien
antar unit pelayanan dapat, mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat dan
potensial dapat menyebabkan cidera terhadap pasien
2.3 Proses transfer pasien yang bermutu tinggi meliputi proses transfer
informasi dengan keterlibatan komunikasi yang efektif, penanggung
jawab transfer yang berkompeten dan pemindahan pasien dengan aman
2.4 Pemindahan pasien dengan aman meliputi transfer benar pasien, benar
alat transfer, benar petugas transfer yang melakukan transfer dan
kelayakan alat-alat yang digunakan unutk menjaga keselamatan selama
proses transfer.
2.5 Memasang bed rails (pengaman tempat tidur pasien) pada saat proses
transfer pasien sangat dianjurkan bila menggunakan tempat tidur untuk
menghindari resiko jatuh
2.6 Instalasi unit berikut yang terkait dalam proses transfer pasien didalam
rumah sakit adalah sebagai berikut:
2.6.1 Instalasi radiologi
2.6.2 Instalasi Laboratorium
2.6.3 Unit Rehabilitasi medis
2.6.4 Unit bedah sentral
2.6.5 Unit ICU
2.6.6 Instalasi Rawat Inap
2.6.7 Instalasi Rawat Jalan
2.6.8 Instalasi Gawat Darurat
2.7 Criteria kelayakan transfer pasien antar unit ( didalam rumah sakit):
2.7.1 Kondisi pasien stabil sehingga layak transfer
2.7.2 Pada kondisi dimana stabilitas sulit dicapai karena masalah
tertentu (telah mendapatkan resusitasi maksimal), maka
pertimbangan segera transfer pasien agar secepatnya
mendapatkan kebutuhan medis yang diperlukan. Tetap berpegang
pada prinsip jangan membuat penyakit/cidera penderita menjadi
lebih parah/ do not further harm.
2.7.3 Bila kondisi unit/ruang yang ditentukan telah siap menerima
pasien, maka proses transfer ke unit/ruang bisa dilakukan.
2.7.4 Mendapatkan rekomendasi dari DPJP/dokter atau sesuai kriteria
bila dibutuhkan transfer pasien ke Instalasi Pelayanan insentif.
2.7.5 Telah disepakati dan disetujui oleh pasien atau keluarga
2.7.6 Dokumen transfer telah dilengkapi.
2.8 Transfer pasien Unit ICU
2.8.1 Sebelum pasien masuk ke Icu, pasien dan keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di
ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan
selama pasien dirawat di ICU.
2.8.2 Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter / Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP)
2.8.3 Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau keluarganya dapat
menerima / menyatakan persetujuan untuk dirawat di instalasi
pelayanan intensif. Persetujuan dinyatakan dengan
menandatangani formulir informed consent.
2.8.4 Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu
rumah sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas
apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih
tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi
tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan
prioritas kondisi medik pasien mana yang akan dirawat di ICU.
2.8.5 Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Unit ICU
Intensif Care Unit (ICU) mampu menggabungkan teknologi tinggi
dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan
gawat darurat. Pelayanan Unit ICU diperuntukkan dan ditentukan
oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan
adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan
serta mencegah fragmentasi pengelolaan.
1. Kriteria pasien masuk Unit ICU
Unit ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang
canggih dan terapiu yang intensif. Dalam keadaan penggunaan
tempat tidur yang tinggi pasien yang memerlukan terapi
intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan dengan pasien
yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian
objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke Unit ICU.
a. Pasien Prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti
dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/system yang lain, infus obat-obat vasoaktif continue,
obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi,
dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain,
pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam
nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1 umumnya tidak
mempunyai batas.
b. Pasien Prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi
intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan
pulmonary artherial catheter. Contoh pasien seperti ini
antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-
paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 (dua)
tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa
berubah.
c. Pasien Prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak
stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau
kombinasi. Kemungkinan sembuh dan /atau manfaat terapi
di ICU pada golongan ini sangat kecil contoh pasien ini
antara lain pasien dengan keganasan metastatic disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponadi, sumbatan jalan
nafas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat. pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan
akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
d. Pengecualian.
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan
Kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan
demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU
agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan
untuk pasien prioritas 1,2,3. Pada pasien yang tergolong
demikian antara lain: pasien yang memenuhi criteria masuk
tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan
hanya demi perawatan yang amansaja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR ( do not
resuscitate). Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di
ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya. Pasien
dalam keadaan vegetative permanen. Pasien yang telah
dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien
seperti itu dapat dimasukan ICU untuk menunjang fungsi
organ hanya untuk kepentingan donor organ.

2. Kriteria pasien keluar Instalasi pelayanan intensif


a. prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan
pertimbangan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) serta dokter lain yang merawat dan atau medis kepala
ICU.
b. Setelah pasien dinyatakan tidak memerlukan perawatan di
Instalasi Pelayanan Intensif (tidak memenuhi kriteria yang
tepat di unit tersebut) maka akan dipindahkan ke Instalasi
Rawat Inap)
Persiapan Penerimaan Pasien di Intensif care unit.
1. Perawat Intensif Care Unit harus setiap saat mempersilahkan
diri bila ada pasien baru.
2. Ruangan, tempat tidur dan monitor harus selalu dalam
kondisi siap pakai.
3. Peralatan lain disesuaikan dengan kondisi pasien yang akan
diterima.
4. Peralatan yang akan dipakai oleh pasien baru segera
dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan disetting sesuai
kebutuhan.
5. Peralatan yang disimpan dalam tempat penyimpanan harus
dalam keadaan baik dan siap pakai.
6. Semua peralatan harus dicek, di charge dan dikalibrasi sesuai
jadwal dalam program fasilitas.
Transfer pasien dengan menggunakan ventilasi
mekanik/terintubasi
1. Perhatikan, pastikan kondisi dan posisi pipa endoktrakheal
bersih, aman dan patensi keadaannya.
2. Sebelum transfer pasien pastikan kecukupan oksigen
3. Perhatikan kemampuan nafas spontan pasien saat ventilator
tidak terhubung dengan pipa endotracheal.
- Bila pasien mampu bernafas spontan dan adekwat maka,
saat transfer pipa endotracheal disambungkan dengan
oksigen / Jackson rees. Perhatikan adanya perubahan
kwalitas pernafasan.
- Bila pasien tidak mampu bernafas spontan dan adekwat,
maka saat transfer berikan bantuan pernafasan
menggunakan Jackson rees bag atau ambubag dengan cara
mengembang kempiskan balonnya. Pada keadaan ini
berarti ventilasi mekanik tugasnya diganti oleh tindakan
ini, untuk itu perlu dinilai lagi sebelum transfer untuk
memastikan kesesuaiannya serta stabilitas pasien dengan
cara ini. Bila pasien tidak dapat mempertahankan
keamanan ventilator pengganti, maka risiko dan manfaat
transfer perlu dinilai ulang kembali.
4. Pantau kondisi pasien serta pengelolaan selama transfer
dicatat pada Rekam Medik pasien. Bawa monitor EKG dan
pastikan kecukupan energi selama proses transfer.
5. Petugas yang mendampingi saat transfer pasien adalah
perawat terlatih, dokter umum terlatih atau dokter anestesi.
2.8.6 Transfer pasien ke unit ICU
Kriteria pasien dirawat di Unit ICU
Semua pasien dengan TIA usia <55 tahun.
Serangan TIA berulang dalam 1 minggu.
Semua pasien dengan stroke
TIA dengan Atrial Fibrilasi untuk pemberian anti coagulation
Pasien dengan deficit neurologis fokal
2.8.7 Transfer Pasien Instralasi Kamar Operasi
a) Transfer pasien di Instralasi Kamar Operasi meliputi :
Transfer pasien dari ruang transit / ruang serah terima ke meja
operasi (Pra Operasi)
1. Transfer pasien ke ruang serah terima kamar Operasi
dilakukan oleh perawat Instalasi Rawat Inap / instalasi
Pelayanan intensif ( unit Stroke / Instalasi Rawat Jalan /
Petugas pendaftaran pasien
2. Transfer pasien dari ruang serah terima ke meja Operasi
dilakukan oleh perawat instalasi Kamar Operasi / perawat
sickatler.
3. Persiapan pembedahan dapat dibedakan menjadi 2 bagian,
yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun
keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien)
4. Serah terima kepada perawat instalasi kamar operasi
dilakukan di ruang transit.
Serah terima meliputi :
Pasien, yaitu : penandaan lokasi operasi dan pencukuran
area operasi, puasa, lavement, (pada beberapa operasi
saluran cerna), gelang identitas/identifikasi pasien, lepas
perhiasan, bersihkan cat kuku, kontak lensa harus lepas,
protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
Obat obat pra anasthesi diberikan untuk mengurangi
kecemasan, memperlancar induksi dan untuk
pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan
pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak
dan mencegah terjadinya cemas. Antibiotika diberikan
sebagai propilaksis terhadap infeksi.
b) Transfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih (Fase Intra
Operatif)
1. Fase intra opreatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja
bedan dan berakhir bila pasien ditransfer ke wilayah ruang
pemulihan
2. Pada fase ini lingkup aktifitas meliputi : pembiusan dan
pembedahan.
3. Koordinator proses transfer adalah dokter spesialis anastesi.
4. Dilakukan monitoring pada stabilitas respirasi.
c) Transfer pasien dari ruang pulih ke Instalasi rawat inap atau
pulang ( Fase Post operatif)
1. Pada fase post operatif, dilakukan monitor dari efek dari
agen anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi.
2. Koordinator proses transfer dengan bius umum (general
anastesi) atau regional adalah dokter anastesi. Pada pasien
dengan bius local coordinator transfer adalah dokter bedah.
3. aktivitas keperawatan berfokus pada tingkat penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan, dan tindak lanjut serta
rujukan penting untuk penyembuhan yang berhasil dan
rehabilitasi diikuti oleh pemulangan.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit.


1. Lakukan pencatatan yang lengkap pada semua tahapan transfer, meliputi :
a. Detail kondisi pasien
b. Alasan melakukan transfer
c. Nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. Status klinis pre-transfer
e. Detail tanda vital, pemeriksaan fisik dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar rumah sakit jejaringan dan ditetapkan
uuntuk transfer intra dan antar rumah sakit
3. Rekam medis harus mengandung
a. Resume singkat mengenai kondisi pasien sebeluum, selama dan sesudah
transfer, termasuk kondisi medis yang terkait, factor lingkungan dan terapi
yang diberika
b. Tim transfer harus mempunyai salinannya
4. Dokumentasi dan penyerahan pasien transfer intra rmah sakit tertuang pada
RM 26.1

Anda mungkin juga menyukai