ANATOMI
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat
penutup mata yang berguna untukmelindungi bola mata terhapat trauma, trauma sinar dan
pengeringan mata.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
1. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
2. Otot seperti : M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi N. fasial. M. Levator palpebra berfungsi untuk mengangkat kelopak
mata atau membuka mata.
3. Di dalam kelopak terdapak tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosa berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
KELAINAN KELOPAK
Gambar 1. Blefaritis
KLASIFIKASI
BLEFARITIS BAKTERIAL
Blefaritis superfisial
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada
kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat
terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu
mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan
bersama dermatitik seboroik.
Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan
yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitar
bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang
bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis).
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion.
Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga
dapat berakibat trikiasis.
Blefaritis angularis
Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat
duktus lakrimal.
Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Hordeolum
Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Penyulit
terjadi bila pengobatan tidak memadai seperti chalazion yang akan mengganggu kosmeti,
iritasi pada kornea, yang membutuhkan pembedahan, selulitis palpebral dapat terjadi
akibat terjadi peradangan pada kelopak sekitarnya.
Insisi hordeolum
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegang lurus margo
palpebral.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebral.
Kalazion
BLEFARITIS VIRUS
Herpes Zoster
Virus ini menginfeksi ganglion gaseri saraf trigeminus. Biasanya terjadi atau
menyerang pada usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terjadi gejala-gejala herper zoster pada mata dan kelopak mata.
Gejalanya nyeri pada daerah yang terkena dan badan terasa demam. Pada kelopak
mata terlihat fesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi fesikel pada cabang
oftalmik saraf trigeminus super fisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes
zoster. Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya sistematik.
Infeksi herpes zoster diberi analgesic mengurangi rasa sakit.
Herpes Simpleks
Vesikel kecil di kelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama
pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Di sebut juga blefaritis kompleks,
merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning, basah pada
tepi bulu mata yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bia terdapat infeksi sekunder dapat diberi
antibiotic sistemik atau topical. Pemberian kortikosteroid merupakan kontraindikasi
karena dapat mengakibatkan menularnya herpes pada kornea. Asiklovir dan IDU dapat
diberikan terutama pada infeksi dini.
Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat pada kelopak mata berupa pustula dengan
indentasi pada bagian sentral.
Tidak terdapat pengobatan spesifik untuk kelainan ini.
Moluskum Kontagiosum
Moluskum kontagiosum pada kelopak akan terlihat sebagai benjolan dengan
penggaungan di tengah yang biasanya terletak di tepi kelopak.
Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti
konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma.
Pengobatan muloskum tidak ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan,
antibiotic local memberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
BLEFARITIS JAMUR
Blefaritis Pedikulosis
Akibat dari hygiene yang buruk akan dapat kuman atau kutu pada pangkal silia di
daerah margo palpebra.
Pengobatan dengan salep merupakan ammoniate 3%. Salep fisostigmin dan tetes
mata DFP cukup efektif untuk tuma atau kutu ini.
Infeksi Superfisial
Biasanya di obati dengan griseofulfin, terutama efektif untuk epidermonikosis di
berikan 0,5-1gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan di teruskan
1-2 minggu setelah terlihat gejala menurun.
BLEFARITIS ALERGI
Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Blefaritis infeksi disebabkan oleh bakteri streptococcus alfa dan beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan
penyebab dapat pula merupakan perantara untuk terjadinya stapilococcus.
Dermatitis Kontak
Penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak. Dapat sembuh sendiri.
Untuk pengobatan dilakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci dengan
larutan fisiologik diberi salep mengandung steroid sampai gejala berkurang.
Blefaritis Urtikaria
Terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada pasien yang rentan. Pengobatan
di berikan steroitopikal ataupun sistemik dan di cegah pemakaian steroid lama. Serta obat
anti histamine dapat mengurangi gejala alergi.
TRIKIASIS
Trikiasis dimana bulu mata mengarah pada bola mata yang akan menggososk kornea atau
konjungtiva.
Biasanya terjadi bersama peyakit lain seperti trakoma sikatrisial pemfigoid, trauma kimia
basa, dan trauma kelopak lainnya.
Gejalannya adalah konjungtiva kemotik, hiperemis, ada kornea terdapat erosi, keratopati
dan ulkus. Pasien akan mengeluh fotofobia, lakrimasi, dan seperti kelilipan.
Penyulitnya yang adapat terjadi adalah erosi kornea dan tukak kornea.
Pengobatan sementara dengan epilasi atua mencabut bulu mata yang salah tumbuh.
Biasanya kejadian ini akan berulang akibat pertumbuhan bulu mata dalam 6-8 minggu. Dapat
efektif dengan melakukan elektrolisis. Bila akan dilakukan pada bagian yang lebih luas akan
dilakukan dengan terapi krio. Pada trakoma dengan trikiasis dilakukan tarsotomi atau dibedah
plastik.
Gambar 3. Trikiasis
ENTROPION
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra kea rah dalam sehingga bulu mata bagian jaringan konjungtiva dan kornea atau apa
yang disebut sebagai trikiasis.
Penyebab entropion dapat akibat terentuknya jaringan perut yang terjadi pada trakoma,
atau akibat mekanik dan spasme otot orbicular terutama otot rioland pada spasme tertentu.
Entopion dapat akibat senilitas spasme, sikatrik, dan lainnya.
Pada trakoma entropion terdapat pada kelopak atas.
Pengobatanya adalah operasi plastic atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat
trakoma.
Gambar 4. Entropion
EKTROPION
Ektropion merupakan kelainan posisi kelopak mata dimana tepi kelopak mata
membeberkan atau mengarah keluar sehingga bagian dalam kelopak mata atau konjungtiva tarsal
berhubungan langsung dengan dunia luar.
Ektropion dapat disebabkan kelainan kongenital, paralitik, spasme, atonik, senil,
mekanik, dan sikatrik. Pada ekstrapion senil terjadi akibat relaksasi atau kelumpuhan kelopak
mata bawah.
Ekstropion akan memberikan keluhan epifora, mata merah, dan meradang. Akibat
ektropion tidak jarang terjadi lagoftalmos sehingga akan terjadi konjungtivitis dan keratitis.
Pengobatan ektropion adalah dengan bedah plastik.
Gambar 5. Ektropion
DISTIKIASIS
Terdapat penumbuhan bulu mata abnormal atau terdapatnya publikasi bulu mata daerah
tempat keluarnya saluran Meibom.
Berbentuk lebih halus, tipis dan pendek dibanding bulu mata normal. Dapat tumbuh ke
dalam sehingga mengakibatkan bulu mata menusuk jaringan bola mata atau trikiasis.
Bersifat kongenital yang dominan. Biasanya disertai kelainan kongenital lainnya.
Pengobatan distikiasis bila telah memberikan penyulit berupa epilasi atau melakukan
krioterapi pada folike rambut sehingga bulu mata tersebut tdak tumbuh lagi.
Gambar 6. Distikiasis
LAGOFTALMOS
Lagoftalmos adalah suatu keadaan dimana kelopak mata dapat menutup bola mata
dengan sempurna. Kelainan ini akan mengakibatkan trauma kongjungtiva dengan kornea,
sehingga kongjungtiva dan selaput bening menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini dapat
dalam bentuk kongjungtivitis atau suatu keratitis.
Sebab terjadinya lagoftalmos dapat akibat terbentuknya jaringan perut atau sikatrik yang
menarik kelopak, ektropion, paralisis orbicularis okuli, eksoftalmos goiter, dan terdapatnyaa
tumor retrobulbar. Lagoftalmos dapat terlihat pada pasien dalam keadaan koma dimana pada
pasien koma biasanya tidak terjadi reflex mengedip. Lagoftalmos persial pada waktu tidur dapat
ditemukan pada waktu tidur dapat ditemukan pada pasien hysteria, lelah, dan anak sehat.
Pengobatan pada lagoftalmos merupakan usaha mempertahankan bola mata tetap basah
dengan memberikan air mata buatan. Kadang-kadang dipergunakan lensa kontak untuk
mempertahankan air mata tetap berada di permukaan kornea. Bebat dengan kasa sebaiknya
berhati-hati karena akan mengakibatkan permukaan kornea kering sehingga terjadi erosi kornea.
Bila keadaan terlalu berat maka dilakukan blefarorafi dengan menjahit dan mendekatkan kedua
kelopak atas dengan bawah.
Gambar 7. Lagoftalmus
XANTELASMA
Kelainan ini berhubungan erat dengan kadar kolesterol dalam serum, hyperlipidemia
esensial atau pasien diabetes mellitus. Dan terlihat pada wanita dalam masa klimakterum, yang
berjalan progresif secara perlahan-lahan.
Pengobatan didasarkan pada akibat kosmetik yang terjadi dengan melakukan ekstirparsi
pada xantelasma tersebut. Pembedahan untuk memperbaiki kosmetik dapat dilakukan dengan
memperhatikan kemungkinan akan terjadinya ektropion. Pengobatan dapat dengan pengontrolan
pada hyperlipidemia yang akan regresi lambat daripada xantelasma.
Gambar 8. Xantelasma
KOLOBOMA KELOPAK
Merupakan kelainan kongenital kelopak dimana terlihat celah kelopak pada bagian
tengah setengah nasal atas. Kadang-kadang terdapat sekelompok jaringan yang menghubungkan
koloboma dengan kelopak.
Pengobatan dengan suatu pemberian dilakukan untuk kosmetik atau untuk mengatasi
penyulit yang terjadi.
PTOSIS
Merupakan keadaan dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka
sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan normal.
Keadaan ini terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi m.levator palpebral, lumpuhnya
saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi akibat jaringan penyokong bola mata
yang tidak sempurna, sehingga bola mata tertarik ke belakang atau enoftalmos. Penyebab ptosis
adalah kelainan kongenital, miogenik, dan neurogenic. Ptosis juga dapat terjadi pada miastenia
gravis pada satu mata atau kedua mata.
Bila ptosisterjadi sejak lahir atau kongenital dan tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
terjadinya amblyopia eks anopsia pada mata bayi tersebut.
PSEUDOPTOSIS
Bila terdapat suatu kelainan pada kelopak sehingga mengakibatkan kelopak tidak mudah
bergerak atau diangkat maka keadaan ini disebut sebagai pseudpsis. Pseudopsis akan
mengakibatkan tertutupnya bola mata oleh kelopak. Pseudoptosis dapat terlihat pada kelainan
kelopak seperti hordeolum, kalazion, tumor kelopak ataupun blefarokalasis yang mengakibatkan
kelopak tersebut sukar terangkat.
Dikenal beberapa bentuk kelainan yang dapat terjadi di dalam rongga orbita seperti :
selutis orbita, periostitis orbita, eksoftalmos, dan endoftalmos
SELULITIS ORBITA
Selulitis orbita sering disebabkan sinusitis terutama sinus etmoid yang merupakan
penyebab utama eksoftalmos pada bayi, merupakan penyulit skleritis, juga trauma juga trauma
kotor yang masuk ke dalam rongga orbita, sepsis, piemia dan erisepelas.
Kuman penyebab biasanya adalah pnemokok, streptokok, atau stafilokok dan berjalan
akut. Bila terjadi akibat lues, jamur dan sarkoidosis maka perjalanan penyakit dapat kronis.
Masuknya kuman ini ke dalam rongga mata dapat langsung melalui sinus paranasal, penyebaran
melalui pembuluh darah atau bacteremia atau bersama dengan trauma yang kotor. Selulitis orbita
pada bayi sering disebabkan oleh sinusitis etmoidal yang terutama mengenai anak antara 2-10
tahun.
Selulitis orbita akan memberikan gejala demam, mata merah, kelopak sangat edema dan
kemotik, mata proptosis, atau eksoftalmos diplopia, sakit terutama bila digerakkan, proptosis,
demam, dan tajam penglihatan menurun bila terjadi penyulit neuritis retrobultar. Pada retina
terlihat tanda stasis pembuluh vena dengan edema papil.
Pengobatan adalah dengan segera memberikan antibotik sistemik dosis tunggu, istirahat
atau dirawat, bila terlihat daerah fluktuasi abses maka dilakukan insisi, selain pengobatan
penyebabnya seperti kelainan sinus dan lainnya.
Penyulit yang dapat terjadi adalah neuntis retrobulbar, buta, meningitis, dan thrombosis
sinus kavernosus.
PERIOSTITIS ORBITA
Periostitis orbita bisanya terjadi pada bagian tepi margo orbita yang biasanya akibat
trauma orbita.
Periostitis orbita akan memberikan gejala bengkak pada tepi orbita dengan rasa sakit.
Bila tidak diobati dengan segera dapat memberikan penyulit selulitis orbita, masuknya
kuman ke daerah apeks orbita sehingga terjadi sindrom apeks orbita.
Pengobatan periotitis orbita adalah memberikan antibiotika dosis tinggi, insisi abses yang
mungkin terlihat dan istirahat.
EKSOFTALMOS
Eksoftalmos atau menonjolnya bola mata dapat disebabkan oleh bermacam-macam factor
dan biasanya disebabkan oleh bertambahnya jaringan intaorbita. Jaringan ini dapat disebabkan
karena tumor, radang, dan kelainan bawaan rongga orbita.
Eksoftalmos kadang-kadang disertai dengan pulsasi, dan bila hal ini terlihat mungkin
disebabkan aneurisma dan berhubungan langsung antara arteri carotid interna dengan sinus
kaverosus.
Eksoftalmos monocular dapat terlihat pada selulitis orbita, thrombosis sinus kavernosus,
aneurisma arterivena, tumor intraorbita, dan periostitis.
Pada penderita dengan kelainan tiroid akan terlihat gejala eksoftalmos ini yang disebut
sebagai eksoftalmos goiter. Bermacam penyebab yang diduga sebagai penyebab eksoftalmos
goiter seperti menebalnya jaringan otot penggerak mata, bertambahnya jaringan lemak,
lumpuhnya otot Muller kelopak. Kelainan ini bisanya binokular akan tetapi juga dapat terjadi
monokular. Pada kelainan tirotoksikosis akan terlihat kelainan lain seperti tanda Grafe, Stellwag
dan Moblus.
ENOFTALMOS
Enoftalmos terjadi akibat isi jaringan orbita di belakang bola mata berkurang. Kelainan
ini dapat terjadi akibat fraktur dasar orbita sehingga ini orbita masuk ke dalam rongga sinus
paranasal.
Jaringan retrobulbar dapat berkurang akibat terbentuknya jaringan parut sesudah suatu
radang retrubular seperti bekas selutis orbita. Tanda seperti enoftalmos dapat terlihat bola mata
mengecil seperti pada ftisis bulbi.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Balai Penerbit FK UI, Jakarta;2015.
Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika,
2000.
Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media Aesculapius, Jakarta