PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal sudah tentu mutlak
diperlukan suatu pelayanan yang bersifat terpadu komprehensif dan profesional dari profesi
kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu instansi kesehatan yang sangat vital dan strategis
dalam melayani kesehatan masyarakat dimana aspek pelayanan sangatlah dominan dan
menentukan.
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
tidak terpisahkan, dimana farmasi bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi guna mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Salah satu aspek pelayanan kefarmasian yaitu pelayanan resep obat yang diberikan oleh
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap, dan
memenuhi SPO yang berlaku, dimana elemen-elemen dari penulisan resep adalah tanggal
penulisan resep, nama dokter, nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, aturan pakai
disertai paraf, dosis, jumlah perbekalan farmasi yang diminta, Identitas pasien (nama, umur,
alamat), berat badan bila perlu. Adapun yang menjadi penilaian indikator mutu dalam proses
peresepan di RSU Bangli adalah ketidaklengkapan penulisan aturan pakai, bentuk sediaan,
1
Berdasarkan data hasil pemantauan dari Mei sampai bulan Oktober tahun 2015,
yaitu sebanyak 22% di bulan Oktober. Akan tetapi hal tersebut tetap menjadi perhatian RSU
Oleh karena itu RSU Bangli menetapkan proses peresepan sampai penyerahan obat
pasien rawat inap sebagai topik dalam FMEA guna mencegah ataupun mengeliminasi
terjadinya kegagalan sehingga kualitas pelayanan RSU Bangli menjadi semakin baik.
2
1.2 TUJUAN
3
BAB II
pelayanan di Rumah Sakit Umum Bangli, berdasakan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
sebagai berikut:
4
BAB III
PENENTUAN MASALAH
Dalam menentukan suatu proses yang akan diangkat untuk dilakukan penilaian modus
kegagalan dan efeknya (FMEA), dilakukan proses pengumpulan data dengan mengambil
sampel sebanyak 50 resep tiap bulannya yang dimulai pada bulan Mei sampai Oktober 2015.
Melalui proses pengumbulan data tersebut diketahui bahwa terjadi ketidaklengkapan dalam
penulisan resep untuk pasien rawat inap di RSU Bangli. Tidak lengkapnya penulisan resep
tersebut akan mempengaruhi salah satu proses pelayanan di rumah sakit yang sangat
kompleks yaitu proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap. Dimana dalam
proses tersebut terdiri dari beberapa langkah yang perpindahan antara satu langkah ke
langkah lainnya dilakukan dalam waktu berurutan tanpa jeda. Kesalahan biasanya terjadi
pada perpindahan langkah atau adanya langkah yang diabaikan. Kesalahan pada satu langkah
akan segera diikuti oleh kesalahan berikutnya, terutama karena koreksi tidak sempat
dilakukan. Oleh karena itu tim FMEA mengangkat proses peresepan sampai penyerahan obat
pasien rawat inap sebagai topik pembahasan FMEA. Adapun hasil pengumpulan data
5
Tabel 2e. Data ketidaklengkapan penulisan resep Bulan Agustus 2015
NO UNIT NUMERATOR DENOMINATOR HASIL FORMULA (%)
1 Farmasi 19 50 38
Grafik Ketidaklengkapan
Penulisan Resep
120
100
Persentase (%)
80
60
40
20
0
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Target 0 0 0 0 0 0
Hasil 96 92 98 78 38 22
tetapi hal tersebut tetap menjadi perhatian RSU Bangli, dimana ketidaklengkapan penulisan
resep berpotensi mempengaruhi proses farmasi hingga penyerahan obat pasien rawat inap.
Oleh karena itu ketidaklengkapan dalam penulisan resep harus dieliminasi (sampai 0%)
untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam proses peresepan sampai penyerahan obat
6
BAB IV
Proses peresepan dan penyerahan obat pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Bangli dimulai dari dokter melakukan visite ke ruangan melakukan pengecekan pasien dan
menuliskan resep pada para pasien yang ada di ruangan. Setelah resep dituliskan, perawat
mernyerahkan resep kepada keluarga pasien untuk di tukarkan di instalasi farmasi di RSU
Bangli. Keluarga pasien mengantarkan resep ke instalasi farmasi untuk ditukarkan dengan
obat. Saat resep sudah diterima di instalasi farmasi, petugas farmasi mengecek nama pasien,
nama obat, bentuk sediaan obat, dosis obat, jumlah obat yang dipesan oleh keluarga pasien.
Selanjutnya obat disiapkan oleh petugas farmasi dan menerima transaksi pembayaran obat
dari keluarga pasien. Begitu obat diterima oleh keluarga pasien, obat diserahkan kepada
perawat ruangan dan perawat ruangan melakukan pengecekan lalu obat dicatat kemudian
MULAI
PETUGAS FARMASI
DOKTER KELUARGA PASIEN
KELUARGA PASIEN
PERAWAT RUANGAN
SELESAI
7
4.2 Potential Failure Mode dan Risk Priority Number Dalam Alur Peresepan Sampai
Penyerahan Obat Pasien Rawat Inap
Pengantaran resep
Resep terlambat
terlambat karena keluarga SPO belum
sampai instalasi
Keluarga pasien pasien cenderung tidak diterapkan
farmasi
2 mengantarkan resep langsung ke farmasi
obat ke farmasi Resep tidak
Penyediaan obat Pengobatan pasien
diantarkan oleh
tertunda/terlambat terlambat
petugas farmasi
Petugas farmasi
mengecek obat
Jika terjadi
(nama obat, bentuk Petugas farmasi
kekurangan atau
sediaan, dosis, cenderung mengalami Belum terlaksananya
ketikdakjelasan pada
jumlah order), kesulitan menghubungi SPO komunikasi
3 resep, petugas farmasi
mengecek identitas dokter untuk konfirmasi antara farmasi, dokter
harus menunggu
pasien;menyiapkan resep jika ada resep yang dan perawat ruangan
sampai mendapatkan
obat;menerima tidak jelas dibaca
konfirmasi dari dokter
pembayaran obat dari
keluarga pasien
Perawat ruangan
menerima, Perawat cenderung tidak
Stok obat tidak sesuai
mengecek stok obat SPO belum
5 mengecek, mencatat kebutuhan pasien
sebelum dokter menulis terlaksana maksimal
obat dan menyimpan resep
di lemari obat
8
Melalui hasil brainstorming mengenai potensi kegagalan dan dampak yang dihasilkan
dari proses peresepan sampai penyerahan obat untuk pasien rawat inap, didapatkan total 8
potensi kegagalan dan dampaknya dari proses peresepan sampai penyerahan obat tersebut.
Dari hasil yang diperoleh dilakukan perhitungan skala prioritas kegagalan dengan
menggunakan Risk Priority Number (RPN) guna mengetahui seberapa parah efek yang
ditimbulkan, seberapa sering potensi penyebab terjadi, dan seberapa mudah potensi
penyebab terdeteksi dari proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap di RSU
Bangli.
Risk Priority Number (RPN) merupakan alat yang digunakan untuk mengakalkulasikan
kritisnya keadaan sebagai suatu prioritas berdasarkan derajat severity, occurance, dan
detection. Adapun pengertian dari ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut:
Berikut ini pada Tabel 4 dijelaskan hasil perhitungan nilai risk priority number dari
proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap di RSU Bangli sesuai dengan
9
Tabel 4. Risk Priority Number (RPN)
I
POTENTIAL
T PROCESS/ POTENTIAL S POTENTIAL O D RPN
FAILURE
E STEP CONSEQUENCES CAUSE
MODE
M
Penulisan resep
tidak lengkap
Obat bisa tertukar,
Dokter visite dan (identitas pasien, 9 SPO kurang 5 4 180
salah pemberian
menulis instruksi nama obat, dosis diperhatikan.
jenis obat dan dosis.
1 obat di lembar obat, bentuk
resep/KIO (Kartu sediaan obat, dll.)
Informasi) Obat Penulisan resep
Tulisan tidak jelas Keliru dalam 6 tidak 2 3 36
terbaca membaca resep menggunakan
huruf cetak
Pengantaran resep
terlambat karena
Resep terlambat
keluarga pasien 1 SPO belum 8 1 8
sampai instalasi
Keluarga pasien cenderung tidak diterapkan
2 farmasi
mengantarkan resep langsung ke
obat ke farmasi farmasi
Resep tidak
Penyediaan obat Pengobatan pasien 3 8 1 24
diantarkan oleh
tertunda/terlambat terlambat
petugas farmasi
Petugas farmasi Petugas farmasi
Jika terjadi
mengecek obat cenderung
kekurangan atau
(nama,bentuk mengalami Belum
ketikdakjelasan
sediaan,dosis, kesulitan terlaksananya
pada resep, petugas
3 jumlah order) menghubungi 7 SPO komunikasi 2 5 70
farmasi harus
Mengecek identitas dokter untuk antara farmasi,
menunggu sampai
pasien;menyiapkan konfirmasi resep dokter dan
mendapatkan
obat;menerima jika ada resep perawat ruangan
konfirmasi dari
pembayaran obat yang tidak jelas
dokter
dari keluarga pasien dibaca
Obat terlambat
sampai ruangan
karena setelah
mendapat obat Pengobatan pasien 1 SPO belum 8 1 8
keluarga pasien terlambat diterapkan
Keluarga pasien cenderung tidak
membawa obat ke langsung ke
4
ruangan & ruangan
menyerahkan obat
Terjadi
ke perawat ruangan Belum ada
komunikasi yang
Penyampaian farmasi klinis
tidak efektif 7 5 3 105
penggunaan obat dan obat tidak
antara petugas
bisa keliru diantarkan oleh
farmasi dengan
petugas farmasi
perawat ruangan
Perawat
Perawat ruangan
cenderung tidak
menerima,mengecek Stok obat tidak SPO belum
5 mengecek stok 4 2 3 24
,mencatat obat dan sesuai kebutuhan terlaksana
obat sebelum
menyimpan di pasien maksimal
dokter menulis
lemari obat
resep
10
Keterangan warna pada ranking resiko RPN:
Dari hasil perhitungan risk priority number potensi kegagalan proses peresepan
sampai penyerahan obat pasien rawat inap diketahui nilai tertinggi yaitu RPN=180 pada
potensi kegagalan penulisan resep tidak lengkap (identitas pasien, nama obat, dosis obat,
bentuk sediaan obat, dll.), sedangkan yang terendah adalah RPN=8 yaitu pada potensi
kegagalan pengantaran resep terlambat dan obat terlambat sampai ruangan. Berkaitan dengan
hasil diatas, sesuai dengan ranking resiko RPN diperoleh 2 potensi kegagalan beresiko tinggi,
1 potensi kegagalan beresiko sedang, 1 potensi kegagalan besiko cukup rendah, 4 potensi
Berdasarkan ranking resiko RPN diketahui bahwa potensi kegagalan yang beresiko
tinggi menjadi prioritas pertama. Untuk itu dilakkukan cutting off pada nilai RPN=100 untuk
menentukan prioritas tindakan, dimana nilai di atas cutting off point harus dilakukan tindakan
segera, sedangkan jika nilai di bawah cutting off point potensi kegagalan tersebut tidak
memerlukan tindakan segera kecuali masih tersedia waktu. Adapun potensi kegagalan yang
Setelah melakukan cutting off pada nilai RPN guna mengetahui prioritas kegagalan
pada proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap, diketahui bahwa terdapat 2
modus kegagalan yang menjadi prioritas dimana harus meperoleh tindakan sesegera
11
mungkin. Tindakan awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi akar masalah modus
kegagalan dengan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA) untuk menganalisa
kemungkinan adanya failure/kegagalan dalam suatu proses dan sistem. Tujuan dari RCA
adalah agar kegagalan dimasa mendatang dapat dicegah, kalaupun tidak dapat dicegah pasien
Alat bantu yang digunakan untuk menganalisa akar penyebab dalam RCA adalah
cause and effect diagram. Diagram tersebut digunakan untuk menampilkan gambaran yang
jelas dari beberapa hubungan sebab-akibat antara hasil dan faktor yang mempengaruhi.
Berikut ini adalah gambaran hasil identifikasi akar masalah dari modus kegagalan pada
proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap di RSU Bangli dalam bentuk
MASALAH
PROSES DISPENSING
OBAT KURANG
MAKSIMAL
Pelaksanaan SPO
Dana RS
Tempat penyimpanan
obat
Proses kerja
Kurang SDM
12
Tabel 6. Tabel bantu analisis fishbone
AKIBAT POLA SEBAB
MASALAH UTAMA SEKUNDER TERSIER
Biaya rekruitmen SDM
cukup mahal
Penempata SDM
Kurang SDM terkadang tidak sesuai
kompetensi
PROSES DISPENSING OBAT KURANG MAKSIMAL
Pengelolaan dana
MONEY Dana RS belum terprioritaskan
dengan baik
Program komputerisasi
Tidak ada Electronic belum mendukung
MACHINE
Prescribtion SDM belum memadai
SIMRS belum berjalan
Pada Tabel 3 dijelaskan bahwa dari hasil identifikasi akar masalah dengan
proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Bangli
sehingga obat yang diterima tidak sesuai resep disebabkan oleh 6 penyebab utama yaitu; man,
13
environment, money, machine, method, material. Adapun penyebab lain yang mempengaruhi
hal tersebut adalah penyebab sekunder dan penyebab tersier. Dimana penyebab sekunder
yang menjadi penyebab dari masing-masing penyebab utama. Sedangkan penyebab tersier
Dengan diketahuinya pola penyebab permasalahan yaitu mulai dari penyebab tersier
sampai penyebab utama pada proses peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap di
Rumah Sakit Umum Bangli sehingga obat yang diterima tidak sesuai resep, maka diperoleh
akar dari permasalahan tersebut yang menjadi acuan untuk pelaksanaan proses re-design atau
proses perbaikan. Adanya acuan masalah dalam proses re-design atau proses perbaikan
14
BAB V
Re-design atau desain ulang proses bertujuan untuk mencegah hingga mengeliminasi
Adapun tahapan awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan re-design adalah menyusun
action-plan sebagai acuan proses desain ulang. Berikut ini merupakan tabel action-plan yang
akan dijadikan acuan untuk pelaksanaan re-design terhadap alur peresepan sampai
Table 4. Action-plan
ACTION(S) TO
RECOMMEN ACHIEVE
NO FAILURE MODE CAUSE PIC
DATION(S) RECOMMENDA
TION (HOW)
Penulisan resep SPO kurang Menghimbau Sosialisasi secara Komite
tidak lengkap diperhatikan. agar lebih berkelanjutan medik
(nama pasien, teliti dalam tentang SPO
nama obat, dosis menuliskan penulisan resep
1 obat, bentuk resep yang benar
sediaan obat, dll.)
Terjadi
Menunjuk
komunikasi yang Pengantaran
Obat tidak petugas farmasi Kepala
tidak efektif obat harus
2 diantarkan oleh untuk ditugaskan instalasi
antara petugas oleh petugas
petugas farmasi menjadi farmasi
farmasi dengan farmasi
pengantar obat
perawat ruangan
Setelah memiliki acuan yaitu dalam bentuk action-plan dimana didalamnya terdapat
modus kegagalan dalam proses; penyebab dari modus kegagalan; perubahan/re-design yang
dapat dilakukan; tindakan yang dilakukan terkait perubahan/re-design; dan petugas yang
15
bertanggung jawab melakukan tindakan tersebut, acuan tersebut digunakan agar proses re-
design dapat dilakukan secara tepat sasaran. Di bawah ini merupakan re-design alur
peresepan dan penyerahan obat pasien rawat inap berdasarkan hasil brainstorming tim
Gambar 3. Alur peresepan dan penyerahan obat pasien rawat inap setelah re-design
MULAI
PETUGAS FARMASI
PETUGAS FARMASI
PERAWAT RUANGAN DOKTER
Petugas farmasi mengecek
Perawat mengecek sisa Resep dijemput oleh staf obat (nama, bentuk sediaan,
Dokter didampingi perawat visite farmasi setelah dokter dosis, jumlah order);
stok obat di ruangan dan menuliskan instruksi obat di
rawat inap visite mengecek identitas pasien;
lembar resep/KIO dan lembar RM menyiapkan obat
sesuai SOP
PERAWAT RUANGAN
PETUGAS FARMASI
Perawat ruangan menerima,
Obat pasien rawat inap diantarkan oleh petugas
mengecek, mencatat obat dan
farmasi keruangan kemudian menjelaskan
mebandingkan obat dengan terapi
penggunaan obat dan jenisnya pada pasien
terakhir, kemudian menyimpan obat
selanjutnya melakukan serah terima obat
di lemari obat
dengan perawat
SELESAI
Dalam alur baru ini dijelaskan bahwa sebelum dokter visite dan menuliskan instruksi
obat di lembar resep/KIO perawat mengecek stok obat pasien; keluarga pasien tidak lagi
farmasi; setelah menerima resep petugas farmasi melakukan pengecekan obat (nama, bentuk
sediaan, dosis, jumlah order), mengecek identitas pasien dan menyiapkan obat; kemudian
diantarkan kembali oleh petugas farmasi dan menjelaskan penggunaan obat dan jenisnya
pada pasien setelah itu diserahkan ke pada perawat ruangan; Perawat ruangan yang telah
melakukan serah terima obat melakukan pengecekan, mencatat obat dan menyimpan obat di
lemari obat.
16
Adapun beberapa proses yang dire-design dalam alur diatas adalah sebagai berikut.
Uji coba proses baru dilaksanakan sebagai penilaian terhadap penerapan proses baru
yaitu alur peresepan sampai penyerahan obat pasien rawat inap yang sudah dire-design,
apakah proses baru tersebut sudah mampu mengurangi modus kegagalan dari proses
sebelumnya dan kesulitan apa yang dihadapi dalam penerapannya. Sehingga saat proses baru
tersebut sudah ditetapkan dan menjadi acuan baru dalam proses peresepan sampai
penyerahan obat pasien rawat inap di RSU Bangli dapat memberikan hasil yang maksimal.
Uji coba ini dilaksanakan dengan cara melakukan sosialisasi terlebih dahulu yang kemudian
dilanjutkan dengan simulasi penerapan proses baru. Adapun sosialisasi dilaksanakan mulai
dari tanggal 1-7 November 2015 yang dilanjutkan dengan simulasi proses baru sehari
setelahnya hingga akhir bulan November 2015, untuk evaluasi proses uji coba dilakukan pada
bulan Desember 2015. Dokumentasi uji coba ditampilkan dan dijelaskan pada halaman
lampiran.
17
5.3 Proses Perbaikan
Proses perbaikan ini merupakan tindakan lanjutan dari proses uji coba, tindakan ini
ditujukan untuk perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang di peroleh dari identifikasi dan
analisis masalah. Dimana diperoleh dua masalah yang menjadi prioritas berdasarkan
perhitungan RPN. Dengan dilakukannya tindakan perbaikan yang ditujukan langsung pada
permasalahan yang terjadi, maka proses eliminasi peluang kegagalan dan deteksi kegagalan
dapat berjalan lebih efektif dan tepat sasaran. Berikut ini tindakan perbaikan dengan
Sosialisasi SPO kepada seluruh staf medis terkait penulisan resep agar terisi
lengkap dan sesuai SPO
ACTION Melakukan Internal Monitoring terhadap setiap perbaikan yang dilakukan
Melaksanakan perekruitan petugas kekurangan petugas farmasi sehingga
SPO pengantaran resep & obat dapat dilaksanakan secara maksimal.
Penerapan proses perbaikan akan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2016
setelah dilakukannya uji coba proses baru dan evaluasi uji coba tersebut. Berikut ini adalah
Jadwal kegiatan perbaikan program FMEA tentang re-design proses peresepan sampai
18
Gambar 4. Jadwal kegiatan perbaikan
N
JAN FEB MAR APR MEI JUN
o Kegiatan PIC
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengusulan Management
Kekurangan
1 SDM dan
Sarana
Sosialisasi Pokja,
Program re- Komite, Ka.
design, Instalasi
2 Pedoman & Terkait
SPO
Pelaksanaan Diklit
3 pelatihan
19
LAMPIRAN
20
DOKUMENTASI UJI COBA PROSES RE-DESIGN
Saat proses uji coba perawat diharuskan Dokter diharuskan menulis instruksi obat
ruangan mengecek stok obat pasien sesuai SPO di resep/KIO saat visite,
sebelum dokter visite dan menuliskan setelah perawat mengecek stok obat
instruksi obat di resep/KIO
SEBELUM SESUDAH
Sebelum uji coba proses baru penulisan Pada saat uji coba proses baru
resep tidak dilengkapi dengan dosis, kelengkapan penulisan resep sudah
riwayat alergi obat, dan identitas pasien ditekankan, dimana kelengkapan resep
sudah dipatuhi dan tulisan resep mudah
dibaca
21
SEBELUM SESUDAH
22
JADWAL KEGIATAN TIM FMEA
NO KEGIATAN BULAN
2 PENGUMPULAN DATA
3 PENENTUAN MASALAH
8 PENERAPAN PERBAIKAN
JANUARI-JUNI 2016
23
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)
RE-DESIGN PROSES PERESEPAN SAMPAI PENYERAHAN
OBAT PASIEN RAWAT INAP DI RSU BANGLI
TAHUN 2015
24
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadira Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya dapat diselesaikan laporan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) yang berjudul
Re-Design Proses Peresepan Sampai Penyerahan Obat Pasien Rawat Inap di RSU
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, tim FMEA mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. I Wayan Sudiana, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Bangli yang telah
2. I Ketut Darmaja, S.KM., M.Kes., selaku Wadir Pelayanan dan Ketua tim FMEA RSU
Bangli yang telah memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan laporan ini.
Instalasi, Kepala Ruangan, dan Pejabat Struktural lainnya yang telah bersama-sama
saling membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan laporan FMEA ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
Tim FMEA RSU Bangli menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan kemajuan Rumah Sakit Umum
Bangli.
COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBENTUKAN TIM FMEA ......................................................................................... 4
BAB III ............................................................................................................................... 5
PENENTUAN MASALAH ................................................................................................ 5
BAB IV ............................................................................................................................... 7
4.1 Alur Peresepan dan Penyerahan Obat Pasien Rawat Inap ........................................... 7
4.2 Potential Failure Mode dan Risk Priority Number Dalam Alur Peresepan Sampai
Penyerahan Obat .......................................................................................................... 8
BAB V ................................................................................................................................ 15
5.1 Re-design proses .......................................................................................................... 15
5.2 Uji coba proses............................................................................................................. 17
5.3 Proses perbaikan .......................................................................................................... 18
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 20
26
iii
LAPORAN
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS