Anda di halaman 1dari 5

RUMKIT TK II 07.05.

01 PELAMONIA
INSTALASI FARMASI

LAPORAN INDIKATOR KLINIK PELAYANAN


FARMASI
RUMAH SAKIT Tk.II PELAMONIA

I. PENDAHULUAN

Upaya peningkatan mutu pelayanan Farmasi Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia adalah kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau

pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pasien.

Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan

pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien,

walaupun disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu

yang lebih baik selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah

biayanya lebih rendah.

Upaya ini akan sangat berarti dan efektif bilamana upaya

peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Tk.II Pelamonia, termasuk pimpinan pelaksana

pelayananlangsung dan segenap staf farmasi Rumah Sakit, dapat

melaksanakan tugasnya sesuai uraian tugas, wewenang dan tanggung

jawabnya masing-masing dalam meningkatkan kinerja.


Salah satu upaya untuk melihat kinerja mutu dalam peningkatan

mutu pelayanan adalah dengan melihat atau mengukur indicator mutu

pelayanan farmasi.

Indikator mutu pelayanan farmasi yang dapat dilaksanakan di Rumah Sakit

Tk.II Pelamonia adalah :

a. Angka keterlambatan penyerahan obat

b. Insiden kesalahan pembacaan resep

c. Insiden kesalahan penyerahan obat

d. Angka kerusakan obat

e. Angka keterlambatan distribusi obat.

II. TUJUAN

a. Tujuan umum

Terciptanya budaya mutu pelayanan farmasi Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia

b. Tujuan khusus

1. Memberikan gambaran peningkatan kinerja sumber daya manusia

pelayanan farmasi

2. Memahami tata cara menghindari terjadinya insiden dalam rangka

keselamatan pasien Rumah Sakit

3. Sebagai masukan untuk menciptakan budaya mutu pelayanan

Farmasi Rumah Sakit.


III. PELAKSANAAN

Pengumpulan data dan analisisnya dilaksanakan mulai Juli – Desember

2010, oleh petugas yang telah ditetapkan oleh kepala instalasi farmasi dan

data kinerja mutu pelayanan farmasi yang tercatat adalah sebagai berikut :

1. Angka keterlambatan penyerahan obat

Periode pengukuran : Juli - Okt 2015

Jumlah resep yang terlambat penyerahannya : 140 Lembar

Jumlah resep yang dilayani : 159.057

Angka keterlambatan pelayanan resep

Prosentasi 480 x 100 % : 0,18 %

261.529

Standar kerja maksimal :5%

Inklusi : Persyaratan resep belum terpenuhi, karena obat dari gudang

terlambat, obat restitusi.

Tolak ukur keterlambatan :

- Resep-resep obat paten / alat kesehatan

- Resep-resep racikan

2. Insiden kesalahan pembacaan resep

Periode pengukuran : Jan -Okt 2015

Jumlah resep yang pembacaannya salah : 137 Lembar

Jumlah resep yang dilayani : 159.057

Angka insiden kesalahan pembacaan resep


Prosentasi 2 x 100 % : 0,01 %

261.529

Standar kerja maksimal :2%

3. Insiden kesalahan penyerahan obat

Periode pengukuran : Jan -Des 2010

Jumlah kesalahan penyerahan resep : 2 Lembar

Jumlah resep yang dilayani : 159.057

Angka keslahan penyerahan obat

Prosentase 1 x 100% : 0,0 %

261.529

Standar kerja maksimal :1%

4. Angka kerusakan obat

Periode pengukuran : Jan -Des 2010

Nilai rupiah kerusakan obat : Rp. 700.000

Nilai rupiah obat-obat di gudang : 1.340.400.550

Prosentasi 20.566.800 x 100 % : 1.244.433.554

1.652.703.748

Standar kerja maksimal :3%

5. Angka keterlambatan distribusi obat

Periode pengukuran : Jan -Des 2010

Jumlah penerimaan obat >1jam dari permintaan : 12 Kali

Jumlah permintaan obat : 350 kali

Angka keterlambatan distribusi obat

Prosentasi 12 x 100 % : 3,4 %


350

Standar kerja maksimal : 10 %

IV. KESIMPULAN

1. Angkan keterlambat penyerahan obat terjadi karena resep racikan

(puyer/kapsul) dan obat yang direstitusi terlebih dahulu yang harus

menggunakan waktu yang lebih lama dbandingkan obat yang tersedia

di Apotek.

2. Kesalahan pembacaan resep dan kesalahan penyerahan obat terjadi

karena tulis dokter yang kurang jelas dan kurangnya informasi yang

diberikan pada pasien sehingga terjadi insiden kesalahan.

3. Angka kerusakan obat terjadi pada saat pengambilan obat di gudang

besar tempat penyimpan di gudang besar tidak sesuai dengan tempat

penyimpanan yang sebenarnya, sehingga terjadi kerusakan obat.

4. Angka keterlambatan distribusi obat terjadi keterlamnbatan penyediaan

obat dari gudang ke apotik.

V. PENUTUP

Demikian laporan ini dibuat sebagai bahan pertanggung jawaban dari

Instalasi Farmasi RS TK II Pelamonia, dalam upaya peningkatan mutu

pelayanan Farmasi dengan penilaian hasil kinerja mutu melalui indikator

mutu pelayanan Farmasi RS TK II Pelamonia.

Anda mungkin juga menyukai