Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS CISATA
Jl. Raya Labuan Km. 24 Cisata – Pandeglang 42273 email : puskesmas.cisata@gmail.com

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan kefarmasian yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan


bertujuan untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional, keamanan penggunaan
obat, efisiensi biaya obat dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Penggunaan obat
yang tidak rasional menyebabkan biaya kesehatan lebih tinggi dan kerugian pasien
yang signifikan, yaitu kondisi pasien yang buruk dan kemungkinan terjadi reaksi obat
yang tidak dikehendaki. Pelayanan kefarmasian adalah suatu tanggung jawab profesi
apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan
masalah terkait obat. Pelayanan kefarmasian berperan meningkatkan penggunaan obat
rasional yang akan menentukan keberhasilan pengobatan.

Pelayanan kefarmasian yang tidak rasional masih menjadi permasalahan di


berbagai negara berkembang karena mengantarkan pada penggunaan obat yang tidak
rasional. WHO telah menyusun tiga indikator utama penggunaan obat rasional, yaitu
indikator peresepan, indikator pelayanan pasien dan indikator fasilitas untuk identifikasi
masalah, monitoring, evaluasi, dan intervensi peningkatan penggunaan obat rasional
pada pelayanan kesehatan. Penelitian tentang pelayanan kefarmasian berdasarkan
indikator pelayanan pasien WHO telah dilakukan, antara lain di Bule Hora Hospital,
Ethiopia Selatan, pada empat sarana kesehatan di Ethiopia Barat Daya, pada lima
sarana kesehatan dasar di Malaysia, dan pada tiga rumah sakit di India.6,7,8,9 Hasil
penelitian tersebut menunjukkan pelayanan farmasi belum sesuai rekomendasi WHO.

Demikian pula penelitian di Indonesia tentang pelayanan kefarmasian


berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO di Kota Depok dan perbandingan antara
puskesmas kecamatan di Kota Depok dan puskesmas kecamatan di Kota Jakarta
Selatan menunjukkan pelayanan kefarmasian belum sesuai dengan rekomendasi
WHO.10,11 Pemerintah bertanggung jawab menyelenggarakan penggunaan obat
rasional, diantaranya meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian melalui akreditasi
puskesmas.12,13 Dua dari sebelas puskesmas kecamatan di Kota Depok telah
terakreditasi Kemenkes RI pada tahun 2016. 14 Perbedaan status akreditasi
puskesmas kecamatan memungkinkan terjadinya perbedaan pelayanan kefarmasian
berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO.

Hasil penelusuran literatur, belum pernah dilakukan analisis apakah akreditasi


puskesmas akan berdampak dalam perbaikan pelayanan kefarmasian yang dapat
dinilai dengan indikator pelayanan pasien WHO ?. Tujuan penelitian ini untuk menilai
dampak akreditasi puskesmas kecamatan terhadap pelayanan kefarmasian
berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO di Kota Depok. Indikator pelayanan
pasien bagian dari indikator utama penggunaan obat rasional WHO yang dijadikan
acuan Kemenkes RI dalam pelaksanaan penggunaan obat rasional.2 Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk perbaikan pelayanan kefarmasian agar sesuai
standar WHO.

BAB II
TUJUAN

1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian


2. Mengurangi terjadinya kesalahan pemberian obat
3. Memperbaiki pelayanan kefarmasian di puskesmas
4. Untuk menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
5. Untuk melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

BAB III

INDIKATOR DAN CAPAIAN

INDIKATOR

Waktu
penyiapan Penulisan
Kesesuaian Kepuasan
No dan resep sesuai
Nama puskesmas penyerahan pelanggan
. penyerahan formularium
obat (⁒) (⁒)
obat (⁒)
(menit)
1. CISATA 5.20 78,38 87,67 91,30
2. SAKETI 4.15 75,53 88,30 94,06
3. MENES 5.06 83 83 83
4. CIKEDAL 5.10 95,75 86,17 89,15
5. PULOSARI 3.56 53,85 82,52 90,42
6. JIPUT 4.25 95 81 86
Sesuai rekomendasi 7 (77,8%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
WHO

No. JENIS PELAYANAN FARMASI INDIKATOR STANDAR


1. Pelayanan resep waktu tunggu pelayanan a. ≤ 30 menit
a. Obat Jadi b. ≤ 60 menit
b. Racikan
2. Pemberian obat Tidak adanya Kejadian 100 %
kesalahan pemberian obat
3. Kepuasan Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
4. Resep sesuai Formularium Penulisan resep sesuai 100 %
formularium

120

100

80
waktu penyiapan dan penyer-
ahan obat (menit)
60 keseuaian penyerahan obat
kepuasan pelanggan
penulisan resep sesuai formu-
40 larium

20

0
CISATA SAKETI MENES CIKEDAL PULOSARI JIPUT
Pengendalian Mutu

 Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian


terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga
dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan
mekanisme tindakan yang diambil.
 Melalui pengendalian mutu diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu
Pelayanan Kefarmasian yang berkesinambungan

Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

 Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang dapat


dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah berlalu.
 Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.
 Tujuan kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan Kefarmasian yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan
datang.
 Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian harus terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dilaksanakan
secara berkesinambungan.

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan

Kefarmasian meliputi :

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan

Pengukuran Pencapaian Standar

• Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator,


suatu alat/tolok ukur yang hasilnya menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan.
• Indikator dibedakan menjadi:
1. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk
mengukur terpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan.
2. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk
mengukur tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang
diselenggarakan
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

a. Rata-rata waktu penyiapan obat Perhitungan waktu dilakukan mulai resep masuk
ke loket sampai nama pasien dipanggil, hal ini berhubungan dengan waktu
tunggu pasien.
b. Rata-rata waktu penyerahan obat Perhitungan waktu dilakukan mulai dari nama
pasien dipanggil sampai pasien meninggalkan loket, hal ini berhubungan dengan
adanya informasi atau kelengkapan informasi yang diberikan.
c. persentase jumlah obat yang diserahkan sesuai resep Pengukuran dilakukan
dengan mengama ti apakah obat yang diserahkan kepada pasien cukup
jumlahnya sesuai atau kurang dari yang dimaksudkan dalam resep. Pengukuran
ini dapat menggambarkan tingkat kecukupan obat di kamar obat/apotek.
d. persentase jumlah jenis obat yang diserahkan sesuai resep Pengukuran
dilakukan dengan mengamat i apakah obat yang diserahkan kepada pasien
cukup jumlah jenis sesuai yang dimaksudkan dalam resep. Pengukuran ini dapat
menggambarkan tingkat kecukupan obat di kamar obat/apotek.
e. persentase penggantian resep Pengukuran dilakukan dengan mengama ti
berapa banyak jenis obat dalam resep yang diganti baik oleh petugas maupun
oleh penulis resep karena alasan obat tidak tersedia atau habis.
f. persentase etiket dan label yang lengkap Pengukuran dilakukan dengan
mengama ti kelengkapan etiket dan label dari ditulisnya nomor urut resep,
tanggal, nama pasien, aturan pakai, serta cara pakai/peringat an lain dengan
nilai setiap item 1 dan nilai maksimal 5. Nilai 1 diperoleh apabila hanya
mencantumkan aturan pakai pada label. Nilai 2 diperoleh apabila mencantumkan
aturan pakai dan nama pasien. Nilai 3 diperoleh apabila mencantumkan aturan
pakai, nama pasien, dan cara pakai/peringatan lain. Nilai 4 diperoleh apabila
mencantumka n aturan pakai, nama pasien, cara pakai/peringatan lain, dan
tanggal. Nilai 5 diperoleh apabila mencantumkan aturan pakai, nama pasien,
cara pakai/peringatan lain, tanggal, dan nomor urut resep.
g. persentase pengetahuan pasien Pengukuran ini dilakukan dengan
mewawancarai pasien dengan maksud untuk melihat apakah ada diberikan
informasi tentang obat yang diterimanya sehubungan dengan aturan pakai, cara
pakai, dan peringatan lainnya dan seberapa jauh informasi yang diberikan
tersebut dapat diterima/dimengerti oleh pasien, dan diberikan nilai pada setiap
pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan kepada pasien mengenai bagaimana
aturan pakai, cara pakai, dan peringatan lain. Nilai diberikan antara 1 sampai 3.
Nilai 1 diberikan apabila pasien hanya dapat menjawab 1 pertanyaan dengan
benar. Nilai 2 diberikan apabila pasien dapat menjawab 2 pertanyaan dengan
benar. Nilai 3 diberikan apabila pasien mampu menjawab 3 pertanyaan dengan
benar.

BAB V
RENCANA TINDAK LANJUT

1. Mengamati berapa rata-rata waktu yang dibutuhkan untum memberikan obat ke


pasien dipuskesmas cisata
2. Mengevaluasi kesesuaian resep terhadap formularium puskesmas cisata
3. Mengevaluasi kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kefarmasian
dipuskesmas cisata
4. Mengevaluasian kesesuaian penyerahan obat dengan resep di apotek
puskesmas cisata

Anda mungkin juga menyukai