Tugas Ujian
Tugas Ujian
Homeostatis epidermis diatur oleh: laju mitotik sel germinativum, laju deskuamasi
korneosit, pertumbuhan sel epidermal.
Pada akantosis adanya hubungan epidermis dan jaringan ikat di bawahnya, karena
penebalan epidermis dan pemanjangan rete ridge yang biasanya disertai dengan
pemanjangan papilla jaringan ikat, yang memanjang ke epitelium.
Epidermal atrofi disebabkan oleh adanya penurunan kinetik sel epidermis sehingga
turn over epidermis menurun. Adanya penyusutan volume sel germinativum dan
pendataran rete ridge, epidermis menjadi lebih tipis.
Gangguan kinetik sel epidermis pada arsitektur dan komposisi startum korneum
misalnya hiperkeratosis dimana adanya penebalan startum korneum dikarenakan
meningkatknya produksi atau penurunan deskuamasi corneosyte. Pada ortokeratosis,
stratum korneum tampak normal tetapi adanya perbedaan kohesi dan bentuk pada sel
tanduk. Penebalan startum korneum dapat terjadi oleh adanya startum granulosum
yang immatur.
Spongiosis: hilangnya kohesi (sekunder) antara sel epidrmal karena influx cairan
jaringan pada epidermis, misalnya eksudat serous dari dermis. Jika semakin
bertambah maka sel ruptur dan lisis dan terbentuk mikrcavitas (vesikel spongiotic).
Gabungan mikrokavitas membentuk bula. Sel epidermis juga dipisahkan oleh leukosit
yang mengganggu kohesi intraepidermal. Karena adanya akumulasi leukosit PMN
maka akan membentuk pustul.
Keratinosit
Lapisan Basal
Lapisan basal/ stratum germinativum aktif membelah, terdiri dari keratinosit bentuk
kolumner yang menempel ke membrana basalis. Sel basal mengandung inti yang
besar.Terdapat organel golgi, retikulum endoplasma halus, mitokondria, lisosom, dan
ribosome yang terdapat pada sitoplasma, adanya vakuola yang terikat membran yang
mengandung melanosom berpigmen yang ditransfer dari melanosit dengan
fagositosis.
Stratum spinosum
Bentuknya spine-like appearance, polihedral dan memiliki inti bulat. Sel bagian atas
stratum spinosum lebih besar, lebih datar dan mengandung organel lamella granules.
Sel pada stratum spinosim mengandung cabang filamen keratin yang besar. Struktur
desmosom abnormal atau rusaknya desmosom mengakibatkan sel menjadi bulat dan
memisah (akantolisis) dan membentuk bula dan vesikel dalam epidermis yang dapt
mengakibatkan eksfoliasi beberpa lapisan epidermis. Perubahan tersebut terdapat
pada pemfigus, dimana pasien memproduksi autoantibodi yang terikat spesifik pada
desmoglein 1 dan 3, atau eksotoksin SSSS yang memotong desmoglein 1.
Stratum granulosum
Terdapat pembentukan komponen / organel dalam programmed cell death dan
pembentukan barier superfisial water impermeable. Pada sel-selnya masil terdapat
adanya organel untuk metabolisme tetapi didominasi oleh granula keratohyalin yang
mengandung Loricrin ( protein evelope cornified cell).
Transisi dari stratum granulosum menjadi cornified cell. Sel granulosum tidak hanya
mensintesis, modifikasi, protein dalam keratinisasi tetapi juga berperan dalam
destruksi yang terprogram. Hal ini terjadi dalam transisi yang singkat dari sel granar
menjadi cornified cell. Perubahan meliputi hilangnya inti dan kandungan seluler
kecuali filamen keratin dan matrix filaggrin.
Stratum Korneum
Transisi lengkap menjadi sel tanduk memberikan proteksi mekanik pada kulit dan
bariier kehilangan cairan dan substansi solubel ke lingkungan. Barier startum
korneum terbentuk dari corneosit rendah lemak tinggi protein dan dikelilingi matrik
ekstraselluler lipid. Sel tanduk yang datar, bentuk polihedral. Bentuknya dan
kandungan selnya untuk mempertahankan integritas startum korneum sehingga dapat
deskuamasi. Ini sel stratum korneum hilang tetapi masih pada pada sel kyang
berkeratinisasi yang immatur (parakeratosis) - psoriasis. Sisa organel terutama
membran dan pigmen melanin terkadang terdapat pada sel normal.
Merupakan sel dendritic, sel pembentuk pigmen berasal dari neural crest di startum
basalis. Pada kulit individu post natal, badan sel melanosit meluas ke dermis dibawal
lapisan basal. Melanosit kontak dengan keratinosit pada lapisan basal dan lapisan
superfisial di atasnya tetapi tidak membentuk junction di lapisan manapun. Melanosit
terlihat secara mikroskopik sitoplasmanya pucat, inti oval dan melanosom.
Diferensiasi melanosit berhubungan dengan fungsinya yaitu melanogenesis, dan
transfer pigmen pada keratinosit.
Melanosom yang terlibat dalam sintesis eumelanin coklat atau hitam berbentuk ellips
dan lemella konsentris, melanosome yang mensintesis pigmen pheomelanin merah
atau kuning berbentuk spreoif. Ukuran melanosom ditentukan secara genetik. Kulit
hitam biasanya mengandung melanosom lebih besar dari kulit putih.
Terdapat hubungan antara keratinosit dan melanosit yaitu melanosit bergantung dalam
diferensiasi dan fungsinya. Sekitar 36 keratinosit basal dan suprabasal berdampingan
secara fungsional dengan melanosit. Dengan agregasi tersebut melanosit transfer
pigmen yang terbungkus melanosom pada keratinosit yang terhubung melalui dendrit,
sehingga pigmen didistribusikan melalui lapisan basal dan lapisan atasnya dimana
melindungi kulit dengan mengabsorosi radiasi yang berbahaya. Dengan adanya
keratinosit, melanosom hidup secara individual atau teragregasi ikatan membran
(melanosom kompleks). Distribusi melanosom dalam keratinosi bervariasi pada ras-
ras. Melanosom dalam keratinosit didegradasi oleh enzim lisosom selama diferensiasi
sel dan bergerak ke atas. Beberapa melanosom dapat ada pada startum korneum.
Keratinosit menghasilkan faktor suluble yang mengatur proliferasi melanosit, dendrit
dan melanisasi.Keratinosit menghasilkan faktor pertumbuhan mitogenic untuk
melanosit (TGF-a) dan juga memproduksi faktor penghambat pertumbuhan.
Proliferasi melanosit, melanogenesis , dan juga transfer pigmen juga tergantung dari
faktor hormonal (MSH dan sex hormon), mediator inflaasi dan vitamin D3 yang
disintesis di epidermis.
Warna kulit normal manusia ditentukan oleh aktivitas melanongenic dalam melanosit,
sintesis melanin, produksi melanosom, ukurannya, bentuk, dan warna, dan metode
dimana melanosom ditransfer pada keratinosit dan distribusi pada keratinosit.
Sel Merkel
Merupakan sel yang beradaptasi lambat, tipe I mekanoreseptor terletak diantara basal
keratinosit dan bergabung dengan desmosomal junction. Sel merkel menerima stimuli
ketika keratinosit berubah bentuk dan respo terhadap transmiter kimiawi. Keduanya
ditemukan di kulit berambut dan bibir, dan regio cavitas oral.
Sel Langerhans
Berasal dari sumsum tulang, memproses antigen dan mempresentasikan pada limfosit
T. 2-8 persen dari total populasi sel epidermis. Selain terdapat pada epidermis juga
terdapat pada epitel squamos termasuk cavitas oral, esofasus dan vagina dan ogan
limfoid, dan pada dermis normal. Sel Langerhan meangkap antigen tetapi stimulan
lemah terhadap T cell yang belum tersensitisasi. Sel langerhans yang teraktivasi
bermigrasi setelah kontak dengan antigen tidak fagositik tetapi stimulator yang potent
pada sel T. Langerhan merupakan sel dendritik dan tidak membentuk junction dengan
sesel lainnya. Terdistribusi di startum basalis, spinosum, dan granulosum, tetapi lebih
banyak di lapisan basal. Fungsinya menurun dengan adanya radiasi UVB.
Taut Dermo-Epidermal
Mengadung basal kertinosit dan sedikit dermal fibroblast.
Dermis
Ketebalan dermis dari 0.3 - 4 mm. Terdapat jaringan ikat longgar, jaringan ikat
kolagen, fibroblas, makrofag dan sel mast, limfosit, sel plasma, leukosit lainnya.
Source: www.anatomyatlases.org
Pars Papillaris
Terdapat jaringan ikat collagen tipis dan diameter kecil dan jaringan elastis oxytalan.
Biasanya jaringan elastis matur tidak ditemukan di pars papilare normal, tetapi
terdapat pada pasien dengan penyakit genetik jaringan ikan, pada usia tua. Terdapat
sel fibroblast yang berproliferasi dengan cepat dengan mensintesis prostaglandin lebih
banyak dibandingan pars retikularis. Terdapat perpanjangan kapiler dari plexus
subpapillary pada epidermis dalam papilla dermis.
Pars papilarus jarang terlibat perubahan patologik.
Pars reticularis
Terdapat jaringan ikat dengan diameter yang besar, matur, cabang serat elastis
membentuk superstruktur sekitar cabang serat kolagen.Serat elastin dan kolagen
ukurannya meningkat secara progresif ke arah hipodermis. Dibagi menjadi pars
retikularis bagian atas yang mengandung serat kolagen ukuran intermediet dan serat
elastin horizontal dan pars retikularis bawah dimana banyak terdapat sel fibroblast
dan sel inflamatorry yang bermigrasi pada jaringan tersebut melalui plexus
subpapillary.
Sel pada Dermis : Fibroblast, Makrofag, mast sel ditemukan paling banyak di pars
papilaris mengelilingi pembuluh darah plexus subpapillary, tetapi juga pada pars
retikularis dimana ditemukan di antara serat kolagen. Terdapat sedikit limfosit
disekitar pembuluh darah. Terdapat sel schwann meliputi serat saraf.
Fibroblast berasal dari mesenkim yang migrasi melalui jaringan dan untuk
mensintesis dan degardasi jaringan ikat fibrosa dan non fibrosa. Sehingga berfungsi
untuk menghasilkan matrix ekstraseluler dan menghasilkan hubungan antara
epidermis dan dermis.
Hipodermis
Terdapat jaringan lemak, folikel rambut yang aktif tumbuh, dan terdapat kelenjar
ekrin dan aprokrin. Adiposit berasal dari mesenkim. Terbagi dalam lobulus dan ada
septa. Saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe terdapat dalam septa. Lemak
subkutan mulai terbentuk trimester 3 fetus dan sempurna pada bayi baru lahir.
Adiposit mensekresi hormon leptin untuk menghasilkan sinyal feedback dalam
regulasi lemak.
Terdapat 2 kelenjar, yaitu Kelenjar Sebasea dan Kelenjar Sudorifera yang terdiri atas
kelenjar Ekrin dan apokrin
Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea mulai tumbuh dalam janin pada minggu ke 13 hingga 15 dari
tonjolan folikel rambut. Setelah terbentuk sempurna, galndula tetap menempel pada
folikel rambut melalui sebuah duktus dimana sebum dapat mengalir pada kanalis
folikel hingga mencapai permukaan kulit. Glandula sebasea terdapat pada seluruh
folikel rambut pada tubuh, kecuali pada telapak tangan dan kaki. Glandula sebasea
yang dikenal sebagai Fordyce spots terkadang ada pada epitel mulut dan duktusnya
langsung bermuara pada permukaan.
Glandula sebasea ada yang unilobular, multilobular, dan bervariasi ukurannya
meskipun pada individu yang sama dan area anatomi yang sama. Ukuran terbesar dan
kelanjar yang terpadat terletak pada muka dan kulit kepala.
Kelenjar sebasea mengeluarkan lipid dengan adanya disintegrasi sel-selnya dengan
sebuah proses yang dinamakan sekresi holokrin. Sel yang terluar didalam membrana
basalis merupakan sel yang kecil, berinti dan tanpa lemak. Lapisan ini mengandung
sel yang membelah yang mengisi kembali kelenjar setelah sel-sel hilang selama
proses ekskresi lipid.Sel-sel tersebut pindah ke tengah kelenjar untuk mulai produksi
lipid yang terakumulasi dalam droplet. Pada akhirnya sel-sel menggelembung dengan
droplet lipid dan inti beserta struktur lainnya hilang. Setelah sel mendekat pada
duktus, sel tersebut hancur dan melepaskan kandungannya. Hanya lipid netral yang
mencapai permukaan kulit. Protein, asam nukleat, dan membran fosfolipid digunakan
kembali.Aktivitas kelenjar sebasea tinggi saat baru lahir, tetapi turun dan hampir tidak
berfungsi saat usia 2 hingga 6 tahun. Pada usia 7, sekresi sebum mulai meningkat
hingga remaja. Mulai usia 20-an terdapat penurunan sekitar 23% per 10 tahun pada
pria dan 32% pada wanita.
Sebum mengandung squalen, kolesterol, kolesterol ester, wax ester, dan trigliserid.
Selama perjalan sebum melalui kanalis rambut, enzim bakteri menghidrolisis
beberapa trigliserida, sehingga kombinasi lipid yang mencapai permukaan kulit
mengandung asam lemak bebas. Kelenjar sebasea dikendalikan oleh androgen dan
retinoid, melanokortin, esterogen, progesteron.
Kelainan kelenjar sebasea yaitu acne vulgaris.
Kelenjar Ekrin
Secara umum, keringan dari kelenjar ekrin merupakan respon fisiologi terhadap
peningkatan suhu tubuh selama latihan fisik atau stres termal dan juga dimana
manusia meregulasi suhu tubuhnya dengan kehilangan panas secara evaporasi.
Kegagalan mekanisme tersebut dapat menimbulkan heat exhaustion, heat stroke,
hipertermia dan kematian. Manusia memiliki 2-4 juta kelenjar keringat ekrin yang
terdistribusi di seluruh permukaan tubuh. Aktivitas sekresi kelenjar ekrin berfungsi: 1)
sekresi ultrafiltrat cairan plasma-like precursor dalam respon terhadap acetilkolin. 2)
reabsorpsi sodium pada kelebihan air oleh ductus, produksi keringat hipotonik. Dalam
kondisi ekstrim, dimana konsumsi air mencapai beberapa liter sehari, fungsi
reabsorpsi ductus berperan penting dalam menjaga elektrolit. Selain itu juga ekskresi
komponen metal berat, substansi organik dan makromolekul.
Anatomi
Paling banyak terdapat pada kaki dan paling sedikit pada punggung. Kelenjar ekrin
berasal dari epidermal ridge sebagai cord sel epitel yang tumbuh ke bawah; kelanjar
apokrin berasal dari bagian atas folikel rambut - solid epitelial bud. Kelenjar ekrin
memiliki 2 lapisan dan lumennya dibentuk pada fetus antara bulan ke 4-8, dan
lumennya melebar menyerupai kelenjar pada dewasa. Terdiri atas 2 segmen, secretory
coil dan ductus.
Regulasi suhu tubuh internal merupakan fungsi tubuh yang fundamental. Area
preoptic hypotalamus berperan penting dalam regulas suhu tubuh; panas lokal pada
khipothalamus preoptic mengaktivasi keringat, vasodilatasi dan nafas cepat, dimana
adanya suhu dingin pada area preoptic mengakibatkan vasokontriksi dan menggigil.
Elevasi suhu di hipotalamus terkait dengan peningkatan suhu badan menghasilkan
stimulus kuat dalam termoregulator respon keringat. Suhu kulit mempengaruhi laju
keringat melalui serat sarat C.
Laju keringat pada tubuh ditentukan oleh jumlah kelenjar yang aktif dan laju keringat
rata-rata. Laju maksimal bervariasi antara 2-20nL/menit/kelenjar.
Kelainan kelenjar ekrin dapat terjadi karena berbagai macam sebab, termasuk tidak
berfungsinya pusat kelenjar, perubahan pada ppreganlionic efferent sympathetic
pathways, perubahan sympathetic ganglia atau postganglionic sympathetic fiber;
respon terhadap reseptor farmakologi.
a. Hiperhidrosis(kortikal/emosional,volar,aksilar,hipotalamus, medularis,
spinal, kompensatorik)
Hiperhidrosis adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan sekresi
keringat ekrin, dibagi dua jenis neural dan non neural berdasarkan
mekanisme kerja dan respon yang ditimbulkan.
b. Anhidrosis
Suatu keadaan hilangnya sebagian aktifitas kelenjar keringat. Jarang
terjadi secara menyeluruh sehingga lebih tepat disebut sebagai
hipohidrosis. Biasanya kondisi anhidrosis pada satu tempat diikuti
terjadinya hiperhidrosis kompensatoris pada kelenjar keringat lain yang
berfungsi sempurna. Penyebabnya dibagi 3, yaitu: neuropati, perubahan
tingkat kelenjar non neural perifer dan idiopatik.
c. Miliaria
Suatu keadaan dimana pori-pori keringat tertutup sehingga timbul
retensi keringat di kulit. Terbentuknya sumbat parakeratotik di duktus
diduga akibat lesi pada sel epidermis pembentuk duktus. Lesi terjadi
akibat maserasi yang ditimbulkan air yang berasal dari keringat yang
berlebihan (lingkungan tropis dengan suhu dan kelembaban udara yang
tinggi). Tingkat obstruksi dalam duktus ekrin menentukan tipe miliaria
yang ditimbulkan, ada 3 macam:
Miliaria kristalina
Sumbatan superfisial pada stratum korneum. Vesikel yang
terbentuk menyerupai kristal jernih. Asimtomatik dan vesikel
sifatnya mudah pecah.
Miliaria rubra
Sumbatan terjadi pada epidermis yang lebih dalam. Disertai
gejala eritem dan pruritus akibat vasodilatasi perifer dan
stimulasi reseptor gatal oleh ensim sel epidermis yang rusak.
Lesi ditemukan ekstra folikuler
Miliaria profunda
Sumbatan terjadi pada taut dermoepidermal. Berupa papul
putih dengan diameter 1-3 mm, predileksi di tubuh/ektremitas.
Dapat menimbulkan komplikasi hiperhidrosis fasial
kompensatorik
d. Dishidrosis
Adalah erupsi vesikuler, rekuren non inflamasi pada telapak tangan atau
kaki. Sinonim pomfolik.
Kelenjar Apokrin
Mulai berkembang saat pubertas dari eccrine-like precursor gland dan terdapat pada
axilla dewasa. Distimulasi oleh kolinergik, adrenergik dan laju sekresi nya 10 kali
dari kelenjar ekrin, karena merupakan kelanjar besar. Berperan penting dalam axilary
hiperhidrosis. Ditemukan di axilla dan perineum.
Fungsi
Berfungsi odoriferous, terutama sexual attractant, penanda teritorial dan sinyal
bahaya, dan berperan dalam peningkatan resistensi friksional dan sensibilitas taktil.
Dapat pula untuk produksi pheromon.
Komposisi
Komposisinya milky dan kental tanpa bau ketika pertama kali disekresi. Aksi
bakterial berperan dalam produksi bau. Karena muaranya bersamaan dengan glandula
sebasea maka sekresinya bercampur sebum. Hal ini disebut milky appearance dengan
adanya kanulasi duktus sudosebaceous.
Kelainan kelenjar apokrin meliputi:
Bromhidrosis adalah suatu keadaan dimana bau yang hebat
menusuk hidung keluar dari kulit. Terdapat dua jenis, bromhidrosis
apokrin (akibat penguraian keringat apokrin oleh bakteri Gram
negatif) dan bromhidrosis ekrin (akibat degradasi mikrobiologik
pada stratum korneum yang melunak karena produksi keringat
ekrin yang berlebihan
Kromhidrosis adalah kelainan yang ditandai adanya sekresi
keringat apokrin yang berwarna, ada dua bentuk klinis : fasial dan
aksiler. Terjadinya diduga disebabkan oleh meningkatnya jumlah
ekskresi keringat apokrin diikuti oleh oksidasi yang meningkat
pada lipofuchsin (pigmen bentuk granuler yang normal terdapat
pada kelenjar apokrin)
Hidradenitis supurativa
Hidradenitis supurativa
Definisi : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada kulit
lokasi kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital.
Etiopatogenesis : pada awalnya terjadi sumbatan keratin pada duktus
apokrin distal diduga karena gesekan (trauma ketika mencukur rambut
atau pakaian yang ketat) atau iritasi bahan kimia (anti persipiran
deodoran), selanjutnya terjadi pelebaran duktus, diikuti masuknya
bakteri ( yang tersering stapilokokus, streptokokus dan e. Coli) yang
kemudian terjebak di bawah tempat yang tersumbat. Bakteri tumbuh
dan berkembang dengan lingkungan nutrisi dalam duktus apokrin.
Selanjutnya terjadi peradangan yang menyolok pada kelenjar apokrin
yang tersumbat.
Manifestasi klinik : Awalnya terjadi bisul eritem yang nyeri tanpa
puncak pustuler, pada daerah apokrin. Biasanya soliter, jika multiple
jarang lebih dari tiga. Dalam beberapa hari menjadi abses yang
membesar dan tanpa terapi akan pecah mengeluarkan cairan purulen
atau seropurulen, pada penyembuhan terjadi fibrosis. Secara
keseluruhan terdapat tiga stadium :
Stadium I
Terjadinya abses soliter, atau bila multipel biasanya terpisah, tanpa
ada jaringan parut atau sinus.
Stadium II
Terjadinya abses yang rekuren dengan sinus-sinus dan sikatrik,
dapat tunggal atau multipel tapi lesi masih terpisah.
Stadium III
Terjadinya abses yang difus dengan sinus-sinus multipel dan saling
berhubungan.
Sel Meisner merupakan ujung reseptor sentuhan. Sel merkel merupakan ujung
reseptor rabaan.
Riwayat sosial penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit
yang diderita terhadap pasien sendiri dan keluarga, pekerjaan juga berisiko
menimbulkan penyakit tertentu
Topikal antibiotik
Panduan umum dalam memberikan antibiotik topikal
Berikan antibiotik topikal tipis pada kulit, sebagai gold standar yaitu ujung jari, dan
secara umum, tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali dalam sehari.
Sumber: http://www.gulfdermajournal.com/pdf/2010-04/1.pdf