Tulisan ini mengulas soal pembangunan ekonomi dalam sistem ekonomi Islam
berkenaan dengan landasan dan prioritas. Kata kuncinya adalah: Pembangunan, sebagai
suatu usaha secara terus-menerus berkelanjutan, berdasarkan suatu teori dan strategi,
untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan1.
Pemikiran Islam mengenai Konsep Pembangunan, tercakup dalam kata bahasa Arab
yaitu imroh ( ) atau tamr ( ) , keduanya berasal dari kataamaro ( ) ,
demikian juga kalimat istamarokum () ,2 dalam Q.S. Hd: 61, yang berarti
bahwa manusia diminta untuk memakmurkan, atau manusia diciptakan untuk tujuan hidup
makmur sejahtera. Dan pembangunan ekonomi berlandaskan konsep al-Dharriyyt al-
Khams pemeliharaan keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
memprioritaskan sektor produksi terkait dengan pemenuhan hak dasar kebutuhan
ekonomi masyarakat, dan dalam prakteknya harus disertai anggaran dana secara
proporsional agar menghadirkan pemerataan distribusi kekayaan dan kesejahteraan. Jika
tidak, maka menurut al-adr, Syauq al-Fanjar, Sahyuti dan Amelia Maika, akan terjadi
problem ekonomi berupa kemiskinan dan pengangguran.
1
Syafaat, Nizwar dkk, Pertanian menjawab Tantangan Ekonomi Nasional, Yogyakarta, Lapera
Pustaka Utama, 2005, h.10
... 2
3
Al-Ja: Ahkm al-Quran li al- Ja, jilid 3.
hukumnya wajib.4 Pemakmuran hidup di muka bumi mustahil bisa dicapai jika tanpa
kerja, dengan pengertian menghasilkan nilai ekonomi dan sosial yang baru, sebagai
kontribusi terhadap proses pemakmuran dan pencapaian kesejahteraan bersama.
4
Al-Qurub: Muhammad bin Ahmad al-Anr, Al-Jm Li Ahkm al-Qurn, Beirt, Dr al-Kutub
al-Ilmiyya, 1993, Juz 33, h. 39
5
Ahmad: Khursyid, al-Tanmiya al-Iqtidiya f Ir al-Islm, terj. Rafiq al-Mir, dalam majalah
Abh fi al-Iqtid al-Islm, edisi 2, jld 2, 1985. h. 4565, dalam Nadwa Ishm al-Fikr al-Islm f al-
Iqtid al-Mair, Kairo, IIIT, 1998, h. 236
6
Dunya: Syauq Ahmad, al-Islm wa al-Tanmiya al-Iqtidiya, Kairo, Dr al-Fikr al-Arab, 1979, h.
87.
orang yang bekerja dalam suatu pekerjaan atau pembuatan7 suatu barang maupun jasa;
menjadikan sesuatu.8 atau sesuatu yang dilakukan, diperbuat seseorang dengan sengaja.
Pengertian menurut istilah adalah segala sesuatu berasal dari bekerja atau gerakan
bagian tubuh manapun, dengan kemauan atau tanpa kemauan, bisa berasal dari benda
mati, tumbuh-tumbuhan ataupun hewan. Juga digunakan dalam pengertian gerak-gerik
tingkah laku manusia, seperti amal maruf .9 Mencakup segala manfaat kegunaan dari
hasil yang dilakukan manusia, dengan mendapatkan imbalan; 10segala pekerjaan yang
memberikan manfaat bagi manusia di dunia dan di akherat; 11 Tenaga jasmani dan akal
yang dikeluarkan oleh manusia dalam kegiatan ekonomi yang sesuai syariah, untuk
mendapatkan penghasilan memenuhi kebutuhan hidup.12 Atau didefinisikan:
"
13
"
segala kegiatan dilakukan oleh manusia dengan sengaja, atas kehendaknya, tanpa
pemaksaan; bertujuan untuk menghasilkan nilai materi dan rohani, yang dikontribusikan
bagi pengayaan kehidupan manusia, dan meningkatkan kemakmuran bangsa manusia.
Pertama, Alam smesta dan seisinya diciptakan mutlak atas kehendak Allah, yang
mengatur dan menjadikan alam smesta berjalan sesuai sunnahNya, manusia sebagai
bagian dari alam smesta, yang saling bekerja sama dengan bagian lain dari alam smesta.
Dan bersamaan dengan itu, manusia pemegang amanat sebagai khalifah, dengan dibekali
alam dan seisinya. Hal tersebut mengharuskan manusia untuk mengetahui hukum alam
yang mengatur jalan peredaran alam smesta, karena sistim kehidupan manusia hanya
akan harmonis jika aturan hukum yang mengatur perjalanan hidup manusia dalam
mengelola sumberdaya alam sinkron dan sesuai dengan sunnah hukum alam yang
mengatur peredarannya.15 Memahami hukum-hukum Allah yang berkenaan dengan alam,
merupakan suatu keharusan, sehingga memungkinkan manusia untuk melaksanakan
konsep kekhalifah-an, dan melaksanakan kewajiban bekerja, membangun dalam
pengertian yang semestinya, sesuai dengan sistem yang disyariatkan, tidak lepas kendali
dan bebas melakukan apa saja dengan tanpa aturan.
Demikian juga alam smesta dalam pandangan Islam adalah medan yang luas, setiap
individu berhak mendapatkan bagiannya. Kemudian yang akan eksis keberadaannya dan
akan mewarisi bumi, adalah yang paling produktif dan kontributif (alah), sesuai Q.S. al-
Anbiya: 105, yang menyatakan bahwa bumi diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh. 16
Dengan pengertian yang paling maksimal menghasilkan kemaslahatan bagi kehidupan di
dunia. Jadi keberhasilan dalam pembangunan menurut Islam, bukan ditentukan oleh
power, tapi faktor maslahat yang paling dominan.
Kedua, bahwa kehidupan dunia terdiri dari dua unsur: jasmani dan rohani. Rohani
atau ruh tersesebut yang menimbulkan adanya dhamir sebagai inside control pada diri
manusia, menjaganya dari prilaku kontraproduktif, dengan keyakinan bahwa prilaku
tersebut tidak akan membebaskannya dari azab pada kehidupan Akhir kelak, dan secara
ekonomis dipastikan berdampak negatif pada kehidupan dunia. Sebaliknya berdampak
15
Thanasy: Ahmad Mahmud, Murtakazat at-Tanmiya al-Iqtishadiya fi al-Minhaj al-Islami, Irbid,
Yarmouk University, 1992, h. 74
. 16
positif, jika tindakan dan prilaku sesuai dhamir tersebut. 17 Berdasarkan pandangan Islam
yang komprehensif terhadap segala segi pembangunan, maka konsep Islam dalam
pembangunan mencakup dua sisi pada manusia, yaitu jasmani dan ruh.
Islam sebagai agama fitrah, setiap konsep dan pemahaman yang bersumber dari
syariah, akan sinkron dengan fitrah manusia. Proses pembangunan merupakan dasar
proses modernisasi, dengan melaksanakan sejumlah konsep dan pemahaman. Proses
pembangunan menciptakan kemajuan, yang menjadikan masyarakat mempunyai tujuan
masa depan. Setiap individu punya peran nyata, yang terealisasi dalam bentuk hasil
karya, dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut. Kemudian sejauh mana konsep-konsep
dan paham-paham tersebut sesuai dengan fitrah manusia, menjadi penentu dalam proses
modernisasi.19 Pembangunan bukan hanya melakukan produksi, tapi yang dimaksud
adalah mencukupi kebutuhan dasar minimal, disertai keadilan distribusi sebagai faktor
utama dan tidak terpisahkan dari pembangunan. dengan tenaga manusia sebagai salah
satu unsur di dalamnya, bukan hanya proses bersifat ekonomi, tapi juga kemanusiaan
secara konprehensif dan berimbang, bertujuan pembangunan manusia, segi materi dan
rohani. Dalam proses pembangunan ekonomi, Islam berfokus pada 3 prinsip utama: 20
17
Salilah: Samir, al-Tanmiya fi al-Islam wa al-Nuzhum al-Wadhiya, makalah muktamar Islam dan
Pembangunan, editor Farouq abdul Halim Badran, Amman, Jumiya al-Dirasat wa al-Buhuts al-Islamiya,
1985, h. 114.
18
Afar: al-Takhtith wa al-tanmiya fi al-Islam, Jeddah, Dar al-Bayan al-Araby, 1985, h. 125
19
Thanasy: Murtakazat at-Tanmiya al-Iqtishadiya fi al-Minhaj al-Islami h. 42
20
Afar: al-Takhtith wa al-tanmiya fi al-Islam, h. 125
manusia. Sebelum kebutuhan dasar terpenuhi, tidak diperkenankan mengalokasikan
sumberdaya yang ada untuk memproduksi kebutuhan skunder.
Pandangan hidup Islam didasarkan pada tiga prinsip fundamental, yaitu tauhid,
khilafah, dan keadilan (adlah). Tauhid merupakan prinsip terpenting dari ketiganya.
Kedua prinsip lainnya merupakan turunan logika. Tauhid mengandung implikasi bahwa
alam semesta, secara sadar dibentuk dan diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa dan
Esa, oleh sebab itu tidak mungkin jagat raya ini muncul secara kebetulan. Segala ciptaan
mempunyai tujuan. Tujuan inilah yang memberikan makna dan arti bagi eksistensi alam
semesta, di mana manusia merupakan salah satu unsur di dalamnya. maka manusia yang
dibekali dengan kebebasan memilih, rasionalitas dan kesadaran moral, yang
dikombinasikan dengan kesadaran ketuhanan, dituntut untuk hidup, termasuk dalam
setiap kegiatan dalam proses pembangunan, dalam kepatuhan kepada Allah. Dengan
demikian, prinsip tauhid bukanlah sekedar pengakuan realitas, tetapi juga suatu respon
aktif terhadapnya.
"
27
"
agar tidak lagi menggunakan indeks total pertumbuhan rata-rata, berfungsi hanya
sebagai penyederhana yang fokus pada penciptaan pertumbuhan setinggi mungkin
sebagai satu-satunya indeks bagi pembangunan.
Sedangkan Dunya menolak indeks pendapatan per kapita, dengan menawarkan apa
yang dinamakannya indeks yang Islami, yaitu kondisi riil pada masing-masing individu
masyarakat dalam bentuk barang-barang dan jasa yang bisa diperoleh.28
Suatu yang tepat jika syariah menjadi sumber untuk mengarahkan masyarakat, agar
pembangunan sumberdaya manusia atas dasar-dasar nilai-nilai Islam sebagai langkah
berikutnya dalam pembangunan. Fungsi manusia dalam pembangunan merupakan
sentral, sumberdaya alam berlimpah tanpa manusia, tidak akan berguna. Suatu
masyarakat bergerak maju atau mundur karena banyak sebab, akan tetapi faktor utama
kedua hal tersebut adalah peran manusia. Terlaksananya suatu usaha dalam masyarakat,
hanya atas kerja individu masyarakat tersebut. 30 perubahan apapun berkaitan dengan
ekonomi, pasti dimulai dari perubahan manusianya.
30
Pocanan: Alice, Wasail at-Tanmiya al-Iqtishadiya, terjemah Mahammad Fath Amr dkk, Kairo,
al-Nahdhah al-Miriyah, tt., h. 191
Suatu kesimpulan mengenai pertumbuhan dan distribusi, terkait dengan tujuan
pembangunan; Islam lebih memilih pertumbuhan yang tidak terlalu tinggi, akan tetapi
tercipta keadilan distribusi yang maksimal; tujuan minimal dalam pembangunan ekonomi
adalah terpenuhinya kebutuhan dasar untuk pemeliharaan keselamatan jiwa manusia
sebagai salah satu dari lima maslahat pokok al-dharriyat al-khams, yang terdiri dari
keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta manusia. Yang mendasari prioritas
utama pembangunan dalam ekonomi Islam.
Sesuai prinsip dasar syariah, bahwa sesuatu yang menjadi penyempurna, tidak bisa
menafikan atau membatalkan obyek yang disempurnakannya, maka apapun kondisi
penyempurnanya, dharriyah harus tetap terjaga keberadaannya. Walaupun terkadang
sebagian dharriyah terganggu keberadaannya bersamaan dengan kelangkaan
penyempurnanya; sesuai dengan 5 (lima) kaidah dasar berkenaan dengan maqid
syarah, yang dikemukakan secara rinci oleh al-Syib sebagaimana berikut: (1)
dharriyah adalah pokok asal bagi hjiyah dan tahsniyah. (2) ketiadaan dharriyah
mengharuskan ketiadaan hjiyah dan tahsniyah secara mutlak. (3) Ketiadaan dua hal
tersebut tidak mempengaruhi keberadaan dharriyah. (4) ketidak beradaan tahsniyt
atau hjiyt secara mutlak, terkadang bisa mempengaruhi sebagian dari dharriyah. (5).
Keharusan memelihara hjiyah dan tahsniyah untuk kepentingan dharriyah.33 Seperti
dalam transaksi Jual beli, diantara syarat-syaratnya adalah harus bebas gharr. Tapi
karena sangat sulit untuk terhindar dari sifat gharr tersebut secara sempurna; maka
transaksi jual beli tidak boleh batal karena kesulitan tersebut, akan tetapi transaksi jual
beli tetap berlangsung, walaupun dengan meminimalisasi sifat gharr yang terdapat
dalam syarat tersebut.
Al-Dharriyt al-khams adalah lima maslahat paling utama dari maqid syarah
yang minimal harus dicapai dalam penetapan syariah, keberadaannya suatu keharusan.
Untuk menjamin keselamatan jiwa salah satu dari lima maslahat- maka hak dasar
ekonomi, harus selalu tersedia secara cukup. Berdasarkan ayat Q.S. al-Mumtahanah: 12,
Berkenaan dengan kapasitasnya, sebagai salah satu maslahat paling utama yang
harus dicapai bagi kehidupan manusia dan fungsinya sebagai dasar dalam
mengidentifikasi hak dasar kebutuhan ekonomi, maka al-dharriyt al-khams menjadi
dasar dalam pembahasan mengenai prioritas pembangunan menurut sistem Islam; dengan
argumentasi bahwa hak dasar kebutuhan hidup, untuk menjamin kemaslahatan al-
dharriyt al-khams harus dipenuhi; berarti segala barang dan jasa ekonomi yang
dimaksud harus tersedia, karenanya produksi kebutuhan dasar ekonomi tersebut harus
diprioritaskan dalam program pembangunan.
Berkenaan dengan hal tersebut, Islam mewajibkan atas setiap individu dan
masyarakat untuk mewujudkan dan mencukupi sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam pemeliharaan lima hal tersebut. Sebagaimana menurut al-Syib: bahwa yang
harus menjadi prioritas utama adalah mengarahkan suatu sistem masyarakat, langkah-
langkah kebijakan, dan energi serta sumberdaya yang ada, untuk mewujudkan segala hal
yang dibutuhkan untuk mencapai maslahat pada skala dharriyah.36
Dari sinilah kemudian dibangun suatu konsep yang sangat mendasar bagi
kehidupan manusia: konsep prioritas dalam pembangunan, setelah memilah dan
mengklasifikasi antara maslahat dharriyah, hjiyah dan tahsniyah; atau menurut istilah
ekonomi memilah antara kebutuhan primer, skunder dan tersier.