Anda di halaman 1dari 4

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

( S T I K E S )
WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TERAKREDITASI BAN-PT NO : 038/BAN-PT/AK-XIV/S1/XI/2011

JL. Kadrie Oening Gg. Monalisa No.77 Samarinda Kalimantan Timur Telp.0541.7154489

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TEST PENDENGARAN

PENGERTIAN
Tes bisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara Yng lirih seperti berbisik-
bisik kepada orang yang diperiksa ( orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran)

TUJUAN
Untuk mengetahui kelainan pada pendengaran pada orang yang diperiksa

PETUGAS
Perawat

PERALATAN
1. 2 buah kursi
2. Kain penutup mata
3. Kapas bervaselin
4. Garputala
5. Alat tulis menulis

PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Tes bisik
a. Mata orang yang diperiksa harus ditutup sehingga tidak melihat bibir pemeriksa (agar tidak
meniru gerakan bibir pemeriksa)
b. Telinga orang yang diperiksa harus dibebaskan dari penghalang. Telinga yang satu ditutup
dengan kapas bervaselin.
c. Pemeriksa duduk pada jarak 60 cm dibelakang orang yang diperiksa. Orang yang diperiksa
diberi tahu bahwa ia harus mengulang kat-kata yang dibisikkan oleh pemeriksa dengan
jelas
d. Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata yang 100% dapat dipahami oleh orang yang
diperiksa. Kata-kata pendek, yaitu 1-2 suku kata, bernada desis (nada tinggi) dan kata-kata
yang lunak (nada rendah) misalnya: sapu,susu,satu,dll.
e. Semua kata-kata harus diucapkan pada akhir expirasi
f. Lakukan pemeriksaan pada telinga kanan dan kiri

2. Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui
tulang penderita dan pemeriksa.
Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
Getarkan garpu tala.
Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum
mastoid penderita.
Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke
telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.
Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita
juga tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala
tetapi penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).
Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi
penderita sudah tidak dapat mendengar lagi.

Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan
melalui udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :
Garpu tala digetarkan.
Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).
Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan meatus
akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).
Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi Tes Rinne (+).
Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi Tes Rinne ().
Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan Tes Rinne ragu ragu4.

Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah
kanan / kiri penderita. Syarat melakukan tes Weber :
Garpu tala digetarkan.
Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun ubun, rahang,
kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa berarati :
normal atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.
Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan
kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli
persepsi disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat
yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
NAMA :
NIM :
SEMESTER

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETRAMPILAN


OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL

0 = Tidak dilakukan
1 = Dikerjakan dengan keraguan, uraian langkah belum berurutan, waktu yang digunakan
lebih lama
2 = Dikerjakan dengan baik sesui dengan langkah langkahnya, waktu ebih efektif

No NILAI
ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
A ALAT
11. 2 buah kursi 1
22. Kain penutup mata 1
33. Kapas bervaselin 1
44. Garputala
55. Alat tulis menulis 1
B Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada 1
2 Mencuci tangan 2,5
3 Membawa alat di dekat pasien dengan benar 1
C Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 1
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien 1
3 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 1
D Tahap kerja
1 Tes bisik
a. Mata orang yang diperiksa harus ditutup sehingga tidak
melihat bibir pemeriksa (agar tidak meniru gerakan bibir
pemeriksa)
b. Telinga orang yang diperiksa harus dibebaskan dari
penghalang. Telinga yang satu ditutup dengan kapas
bervaselin.
c. Pemeriksa duduk pada jarak 60 cm dibelakang orang
yang diperiksa. Orang yang diperiksa diberi tahu bahwa
ia harus mengulang kat-kata yang dibisikkan oleh 8
pemeriksa dengan jelas
d. Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata yang
100% dapat dipahami oleh orang yang diperiksa. Kata-
kata pendek, yaitu 1-2 suku kata, bernada desis (nada
tinggi) dan kata-kata yang lunak (nada rendah) misalnya:
sapu,susu,satu,dll.
e. Semua kata-kata harus diucapkan pada akhir expirasi
f. Lakukan pemeriksaan pada telinga kanan dan kiri

2 . Tes Schwabach
a. Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
b. Getarkan garpu tala.
c. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. 8
d. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu
tala diletakkan pada planum mastoid penderita.
e. Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu
ke telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan
cara ini untuk telinga kiri dan kanan.

3 Tes Rinne :
a. Garpu tala digetarkan.
b. Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini
disebut posisi 1 ( satu ).
8
c. Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu
tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini
disebut posisi 2 (dua ).

4 Tes Weber :
a. Garpu tala digetarkan.
b. Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita,
8
mis : dahi, ubun ubun, rahang, kemudian suara yamg
paling keras di kiri dan kanan.

E Tahap Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan 1
2 Berpamitan dengan klien 1
3 Membereskan alat-alat 1
4 Mencuci tangan 2,5
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 1
TOTAL 50

NILAI TOTAL = NILAI X TOTAL SKOR


NILAI = _________________

Samarinda,
Penguji

______________________________

Anda mungkin juga menyukai