Anda di halaman 1dari 12

Hakikat Konstitusi Negara

1. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi (Inggris: constitution; Belanda: constitutie) mempunyai tiga pengertian, yaitu
dalam arti luas,arti tengah,dan konstitusi dalam arti sempit.
a. Dalam artinya yang paling luas, konstitusi berarti hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan
dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem kewarganegaraan suatu negara.
b. Dalam arti tengah, konstitusi berarti hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan dasar, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu negara.
c. Dalam arti sempit, konstitusi berarti Undang Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen
yang memuat aturan aturan dan ketentuan- ketentuan yang bersifat pokok atau dasar dari
ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi berarti Undang Undang Dasar.

2. Fungsi Konstitusi.
Menurut paham konstitusionalisme, konstitusi adalah suatu dokumen kenegaraan yang
mempunyai, yaitu menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah serta menjamin hak hak
asasi warga negara.
Dalam setiap konstitusi lazimnya diatur tentang pembagian kekuasaan negara, lembaga
lembaga negara (pemerintahan) pemegang masing masing kekuasaan itu, serta batas batas
kekuasaan dan saling berhubungan antarlembaga negara. Pemerintah suatu negara memang harus
diberi kekuasaan yang cukup agar dapat berfungsi mewujudkan kesejahteraan rakyat. Namun,
dipihak lain kekuasaan pemerintah juga harus di batasi sedemikian rupa sehingga pemerintah
tidak dimungkinkan untuk menyalahgunakan kekuasaannya, bertindak sewenang wenang dan
menyengsarakan rakyat. Oleh karena itu selain berfungsi memberikan kekuasaan pada
pemerintah, konstitusi juga berfungsi sebagai pembatas kekuasaan penguasa negara/pemerintah.
Dalam konstitusi lazimnya dicantumkan ketentuan ketentuan yang mengakui dan menjamin
hak hak asasi manusia warga negara suatu negara. Jaminan atas hak asasi itu harus diwujudkan
oleh penguasa negara dengan cara melindungi setiap hak asasi warga negaranya. Oleh karena itu,
konstitusi juga berfungsi sebagai penjamin hak hak asasi warga negara.
3. Kedudukan Konstitusi.
Hampir semua negara di dunia ini memiliki konstitusi, kecuali Inggris yang memang tidak
memiliki konstitusi atau Undang Undang Dasar. Tentu saja masing masing konstitusi itu
dibuat dengan tujuan, bentuk, dan isi yang berbeda beda. Walaupun demikian setiap konstitusi
mempunyai kedudukan yang relatif lama, yaitu sebagai (a) hukum dasar, dan (b) hukum
tertinggi.
a. Konstitusi sebagai hukum negara.
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar negara karena berisi aturan dan ketentuan tentang
hal hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Secara khusus konstitusi memuat aturan
tentang badan badan pemerintahan (lembaga lembaga negara), dan sekaligus memberikan
kewenangan kepada lembaga lembaga negara tersebut.
b. Konstitusi sebagai hukum tertinggi.
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum yang
bersangkutan. Hal itu berarti bahwa aturan aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara
hierarkis, mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan aturannya. Oleh
karena itu aturan aturan lain yang dibuat oleh pembentuk undang undang harus sesuai atau
tidak bertentangan dengan aturan konstitusi.

4. Sifat Konstitusi.
Dari berbagai konstitusi yang ada dapat kita temukan adanya konstitusi yang bersifat kaku
(rigid), dan yang konstitusi bersifat supel (flexibel). Menurut C.F.Strong, kaku atau supelnya
sebuah konstitusi ditentukan oleh : apakah prosedur mengubah konstitusi sama dengan prosedur
membuat undang undang di negara yang bersangkutan.
Konstitusi disebut supel jika dapat diubah dengan prosedur yang sama dengan prosedur
pembuatan undang undang (jadi dapat dilakukan oleh badan legislatif sehari hari). Konstitusi
itu disebut rigid atau kaku jika konstitusi itu hanya dapat diubah melalui prosedur yang berbeda
dengan prosedur pembuatan undang undang biasa (jadi tidak dapat dilakukan oleh badan
legislatif sehari hari ).

C. Hubungan Dasar Negara dan Konstitusi.


Dasar negara berisi ajaran tentang prinsi prinsip hidup bernegara. Prinsip prinsip dasar itu
harus dipedomani dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu, agar menjadi lebih operasional
prinsip prinsip harus dijabarkan ke dalam berbagai aturan hukum di negara yang bersangkutan.
Penjabaran dasar negara ke dalam aturan hukum pertama tama dilakukan melalui konstitusi.
Ke dalam konstitusilah dimuat aturan aturan pokok tentang kehidupan bernegara yang
bersumber dari dasar negara.
Tidak setiap bangsa merumuskan dasar negaranya secara jelas dan tegas/eksplisit dalam bagian
pembukaan konstitusi seperti bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merumuskan dasar negaranya
ke dalam lima prinsip yang dimuat dalam pembukaan UUD 1945. Kelima prinsip itu kemudian
dikenal dengan sebutan Pancasila.
Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Dasar negara Pancasila merupakan pandangan bangsa
Indonesia yang mengandung nilai nilai luhur bangsa dalam menentukan konsep dasar dari cita
cita bangsa. Dengan demikian secara tidak langsung Pancasila mengikat bangsa Indonesia
dalam praktik kenegaraan.
Dasar negara berbeda dengan konstitusi. Konstitusi memuat bangunan negara dan sendi sendi
pemerintahan negara. Konstitusi bisa tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi tertulis disebut
Undang Undang Dasar (UUD). Olek karena itu, konstitusi negara RI adalah UUD 1945.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, hubungan antara dasar negra dan konstitusi memiliki
keterkaitan yang sangat erat sekali. Katerkaitan itu memiliki sifat filosofis, yuridis, dan
sosiologis.
1. Keterkaitan secara Filosofis.
Secara filosofis, konstitusi bangsa Indonesia salalu didasarkan pada filosofi filosofi bangsa.
Pada pendiri negara Republik Indonesia yang arif dan bijaksana telah berhasil meletakkan dasar
negara yang kukuh dan kuat, yaitu Pancasila. Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri dan
mewariskan landasan konstitusional kepada bangsanya.
2. Keterkaitan secara Yuridis.
Secara Yuridis, konstitusi negara RI mengandung pokok pokok pikiran dasar negara yang
diwujudkan dalam bentuk pasal pasal konstitusi negara RI. Dengan demikian, segala bentuk
hukum atau aturan perundang undangan harus berpedoman pada konstitusi yang telah diilhami
oleh nilai nilai dasar negara.
3. Keterkaitan secara Sosiologis.
Secara sosiologis, konstitusi hendaknya dapat menampung seluruh nilai nilai yang berkembang
dalam masyarakat karena dasar negara merupakan prinsip prinsip dasar dalam menjalankan
kehidupan bernegara karena mengandung nilai nilai luhur bangsa di suatu negara.
Dalam tiga UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS
1949, dan UUDS 1950, semua pembukaan atau mukadimah mencantumkan Pancasila. Tidak
semua bangsa di suatu negara dapat merumuskan dasar negaranya secara jelas dan tegas/eksplisit
dalam bagian pembukaan konstitusi seperti bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila sebagai dasar
negara mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Batang
Tubuh UUD 1945.

D. Substansi Konstitusi Negara.


Struktur jumlah pasal, dan isi masing masing konstitusi berbeda beda. Namun, secara garis
besar konstitusi konstitusi yang ada di dunia ini pada umumnya memuat:
1. Pernyataan tentang Gagasan gagasan Politik, Moral, dan Keagamaan.
Pernyataan gagasan gagasan politik, omrak, dan keagamaan yang menjiwai konstitusi biasanya
dimuat dalam bagian awal atau Pembukaan Konstitusi. Pada umumnya Pembukaan Konstitusi
akan memuat pernyataan pengakuan terhadap Tuhan, dan pernyataan bahwa keadilan,
kebebasan, persamaan, dan kebahagiaan/kesejahteraan umum dan lain sejenisnya akan dijamin
memalui Konstitusi. Pembukaan Konstitusi kadang memuat pula cita cita rakyat atau tujuan
negara dan dasar negara.
2. Ketentuan tentang Struktur Organisasi Negara.
Sesuatu dengan fungsinya sebagai pembatas kekuasaan penguasa, konstitusi memuat ketentuan
ketentuan tentang pembagian kekuasaan negara baik antara badan legislatif, eksekutif, yudikatif,
maupun dengan badan badan negara lainnya. Dengan demikian, dalam Konstitusi akan
tergambar struktur organisasi negara.
3. Ketentuan tentang Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia.
Konstitusi umumnya juga memuat ketentuan ketentuan yang menjamin dan melindugi hak
hak asasi manusia warga dari negara yang bersangkutan. Adakalanya ketentuan tentang jaminan
dan perlindungan hak asasi itu dimuat dalam naskah tersendiri di luar konstitusi. Naskah
semacam itu biasanya disebut Bill of Rights.
4. Ketentuan tentang Prosedur Mengubah Undang Undang Dasar.
Di dalam konstitusi lazimnya ditentukan pula syarat maupun prosedur mengubah konstitusi yang
bersangkutan. Ketentuan semacam ini penting untuk menjaga agar konstitusi tetap dapat
menyesuaikan perkembangan zaman.
5. Larangan Mengubah Sifat Tertentu dari Undang Undang Dasar.
Beberapa konstitusi juga memuat larangan mengubah bagian tertentu dari konstitusi yang
bersangkutan. Hal ini biasanya terjadi jika para konstitusi ingin menghindari terulangnya
kembali hal hal yang baru saja diatasi, seperti misalnya munculnya seorang diklator atau
kembalinya suatu monarki.
Adapun ini atau sifat pokok dari UUD 1945 adalah Pancasila dengan nilai nilai yang
dikandungnya yang menjadi dasar yuridis bagi pelaksanaan dan kelangsungan negara Republik
Indonesia. Rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tercantum di dalam
Pembukaan UUD 1945, terutama alenia IV, sedangkan Pembukaan UUD 1945 secara ilmiah
merupakan kaidah pokok negara yang fundamental.
E. Kedudukan Pembukaan UUD 1945.
1. Isi Pembukaan UUD 1945.
Tiap tiap alenia dalam Pembukaan UUD 1945, terkandung pokok pokok pikiran yang sangat
dalam, yaitu sebagai berikut.
a. Pada alenia pertama, terkandung pokok pikiran bahwa: 1). Kemerdekaan adalah hak segala
bangsa, 2). Segala bentuk penjajahan harus dihapuskan, 3). Bangsa Indonesia perlu membantu
bangsa bangsa lain yang ingin merdeka. Pokok pokok itu semestinya menjadi landasan
politik luar negeri Indonesia.\
b. Pada alenia kedua, terkandung pokok pokok pikiran bahwa: 1). Perjuangan bangsa Indonesia
telah sampai kepada saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan; 2). Kemerdekaan
bukanlah akhir dari suatu perjuangan; 3). Perlu upaya mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan
negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
c. Pada alenia ketiga, terkandung pokok pikiran: 1). Bahwa kemerdekaan yang diperoleh oleh
bangsa Indonesia diyakini sebagai baerkat rahmat Allah Yng Maha Kuasa, 2). Bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia dimotivasi juga oleh keinginan luhur untuk menjadi bangsa yang
bebas dari penjajahan.
d. Pada alenia keempat, terdapat rumusan tentang: 1). Tujuan negara yang meliputi : melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan
umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial; 2). Pentingnya mengatur kehidupan negara
dalam Undang Undang Dasar; 3). Bentuk pemerintaha Republik; 4). Dasar negara Indonesia
yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila.
2. Kedudukan Pembukaan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
(staats fundamental norm). Artinya, Pembukaan UUD 1945 memberikan faktor faktor mutlak
bagi tertib hukum Indonesia (sumber hukum tertinggi), lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD
1945.
Unsur unsur mutlak dari pokok kaidah negara yang fundamental antara lain sebagai berikut.
a. Menurut sejarah terjadinya, Pembukaan UUD 1945 ditentukan oleh pembentuk negara dan
terpisah dengan Batang Tubuh UUD 1945.
1). Pembentuk negara, PPKI yang mempunyai kualitas dan kedudukan sebagai pembentuk
negara menegakkan kemerdekaan dan mendirikan Negara Republik Indonesia.
2.) setelah terbentuk negara Republik Indonesi, dibentuklah Batang Tubuh UUD 1945.
b. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar dasar pokok negara.
1). Dasar tujuan negara, baik tujuan maupun tujuan khusus, termasuk pernyataan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
2). Ketentuan diadakannya UUD negara (perhatikan alinea IV Pembukaan UUD 1945).
3). Bentuk negara.
4). Dasar fisafat negara (asas kerohanian negara), tersimpul dalam rumusan Pancasila pada alinea
IV Pembukaan UUD 1945.
c. Menurut prinsip hukum, Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan hukum yang tetap, tidak
bisa di ubah ubah karena makna kandungan Pembukaan UUD 1945 adalah pokok pokok
pembentuk negara dan pemerintahan Indonesia.
d. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dengan pasal pasalnya.
1). Terpisah dan sebagai pokok kaidah negara fundamental serta lebih tinggi dari batang tubuh
dalam hal tertib hukum Indonesia.
2). Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok pokok pikiran yang bharus dijabarkan ke dalam
pasal pasal UUD 1945 dan menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis (UUD) maupun
tidak tertulis (konvensi). Meskipun Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi dari
batang tubuhnya, tetapi tetap berkaitan dengan batang tubuhnya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia 1945 Sebuah Amandemen
oleh Drs. Jakob Tobing, M.P.A.

Pengantar

UUD adalah akte kenal lahir suatu bangsa dan negara. Ia memuat jati diri dan keinginan terdalam
bangsa serta keseluruhan sistem kenegaraan, struktur dan prosedur untuk mewujudkan cita-cita
tersebut. Oleh karena itu, memahaminya dengan benar amat penting agar dapat mengetahui
dengan benar hak dan tanggung jawab sebagai warganegara. Dengan demikian, perubahan
sebagaimana terjadi pada UUD 1945 juga perlu dipahami dengan benar agar tidak terjadi
kerancuan.

Kita telah melakukan amandemen terhadap UUD 1945 dalam dalam 4 tahap yang merupakan
sebuah proses berkelanjutan pada tahun 1999 2002. Perubahan yang terjadi sangat mendasar.
Sementara jati diri dan tujuan bangsa dan negara, sebagaimana yang terkandung dalam
Pembukaan tetap dipertahankan, Batah Tubuh-nya diperbaiki secara bermakna dan bagian
Penjelasan dihilangkan. Sedemikian, agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pembukaan
dapat diejawantahkan dan diwujudkan dengan tepat. Jika semula UUD 1945 terdiri atas
Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan, UUD 1945 sekarang hanya terdiri atas Pembukaan
dan Batang Tubuh.

Perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil permusyawaratan yang dilakukan oleh lembaga


MPR hasil pemilu 1999 yang demokratis dan merdeka serta bebas dari pengaruh dan tekanan
asing. Cara konstitusional yang ditempuh dalam melakukan amandemen telah mampu
menghasilkan perubahan besar secara damai, menjadikan Indonesia sebuah negara demokrasi.
Kita tidak mengalami nasib seperti Uni Soviet atau Yugoslavia dan lain-lain, yang terpecah belah
dan hilang dari muka bumi manakala mereka melakukan reformasi menuju demokrasi.

Dari semula dikenal sebagai negara non-demokrasi terbesar ke-2 didunia setelah Cina, Indonesia
sekarang dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Amerika
Serikat. Semenjak reformasi telah dilaksanakan pemilu dan pilpres tahun 2004 dan 2009 yang
menggulirkan siklus kekuasaan secara, demokratis, damai dan teratur. Di samping itu, Indonesia
sekarang adalah negara anggota G-20, dengan besaran ekonomi ke-16 di dunia dan laju
pertumbuhan yang stabil dan tergolong tertinggi.
Semula, proses amandemen UUD 1945 sering dikecam karena dianggap tidak memenuhi
pakem yang diidolakan. Tetapi belakangan, literatur konstitusi menilai amandemen UUD 1945
sebagai miraculous dan far-reaching dan patut diapresiasi. Hasilnya telah memiliki segala
ketentuan sebuah konstitusi demokratis. (Mis.: Tim Lindsey, 2004; Edward Schneier, 2007; R.E.
Elson, 2008; Pasquale Pasquino, 2010; Adnan Buyung Nasution, 2010).

Namun perlu dicatat bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Dalam masaUUD 1945 hasil
amandemen berlaku, disiplin sosial menurun, demikian pula toleransi melemah. Konflik
horisontal mudah terpicu. Penegakan hukum, dengan pengecualian pemberantasan korupsi yang
mulai menguat, masih lemah. Demikian pula pendapatan per-kapita, walaupun naik, tetapi
kesenjangan pendapatan melebar dengan segala dampaknya.

Sementara itu, menggunakan alasan kekurangan tersebut, ada yang berusaha untuk kembali ke
UUD 1945 yang semula dan menerapkan sistim bernegara era masa lalu yang dianggap lebih
baik. Sistim yang sekarang dikecam sebagai demokrasi impor yang tidak sesuai dengan
kebudayaan sendiri dan telah menimbulkan berbagai kekacauan tersebut.

Demikian pula ada yang ingin melakukan amandemen lagi atas UUD 1945.

Pokok-pokok UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai dasar kemerdekaan yang hakiki, perikemanusiaan,
keadilan sosial, permusyawaratan, dan tujuan bangsa dan negara dan sekaligus ideologi
Pancasila. Sejarah mencatat bahwa Pembukaan adalah satu-satunya naskah UUD 1945 asli yang
tidak dipengaruhi oleh kepentingan dan aliran pikiran fasis Jepang. Rancangannya (dikenal
sebagai Mukkadimah atau Piagam Jakarta) disusun oleh Panitia Sembilan yang diketuai
Soekarno, bekerja diluar pengawasan Jepang. Sewaktu dilaporkan pada BPUPK, naskah
Mukaddimah itu ditolak dan diganti dengan naskah lain yang memuat kepentingan proyek Asia
Timur Raya Jepang (The Greater East Asia Co-Prosperity). Tetapi kemudian, sehari setelah
Proklamasi, PPKI mengganti naskah Jepang dengan naskah Mukaddimah yang disusun oleh
Panitia Sembilan, menghilangkan tujuh kata dan memberinya nama baru, Pembukaan.

Fakta mengatakan bahwa perdebatan penyusunan batang tubuh UUD 1945 di BPUPK adalah
pertarungan antara kepentingan fasis Jepang untuk memerdekakan Indonesia sebagai bagian
dari upaya membangun blok Asia Timur Raya dengan aspirasi kemerdekaan Indonesia yang
murni. Proses itu adalah proses siasat politik, tawar menawar dan dibawah pengawasan Jepang.
Segala sesuatunya harus dilaporkan kepada penguasa militer Jepang untuk memperoleh
persetujuan. Seperti diungkapkan kemudian oleh Dr. Radjiman dan Ir. Soekarno, proses itu
dibawah pengawasan ketat Jepang (Radjiman, 1947) dan dibawah todongan bayonet Jepang
(Soekarno, 1960). Seperti kemudian ditegaskan Soekarno, sikap mereka yang sepertinya
mengikuti alur pikiran fasis Jepang yang anti Barat, anti HAM dan anti demokrasi, hanya karena
terpaksa dan sebagai taktik agar Indonesia bisa merdeka. Sementara dilain pihak, Dr. Soepomo,
yang ditugaskan oleh Jepang sebagai ketua panitia kecil BPUPK, adalah seorang pejuang yang
berusaha menyiasati tekanan Jepang dalam usaha agar naskah itu bisa diterima oleh penguasa,
demi rencana Indonesia merdeka bisa diwujudkan. Selain itu perkiraan Bung Karno benar,
naskah UUD harus diselesaikan secepat mungkin, sebab kalau sampai Jepang kalah dan terjadi
vakum kekuasaan tetapi belum ada (naskah) UUD, sulit untuk Indonesia diakui sebagai sebuah
negara merdeka. Untuk itulah beliau menghimbau agar naskah yang ada itu disahkan seraya
menegaskan bahwa UUD 1945 adalah UUD revolusi yang pada waktunya segera harus
diperbaiki lagi.

Demikianlah tersusun UUD 1945 dalam bentuknya semula. Semua gagasan yang tidak sejalan
dengan gagasan fasis Jepang tidak akan dapat disetujui. Segala sesuatu yang dianggap Barat
pasti ditolak. Upaya Bung Hatta, Ibu Maria Ulfah Santoso, Ratulangi, dkk untuk memasukkan
prinsip-prinsip checks and balances, penghormatan terhadap HAM terpaksa ditolak.

Namun, dilain pihak, Soekarno, Hatta dan kawan-kawan juga mengkritisi sistim demokrasi
Barat, yang pada masa itu dipraktekkan sebagai demokrasi majoritarian dan demokrasi
libertarian, dimana kehendak majoritas atau kehendak pemilik modal, kaum kapitalis, yang
berkuasa.

Berbagai kelemahan utama UUD 1945 yang asli dapat diuraikan sebagai berikut. Kekuasaan
terpusat hanya disatu lembaga politik MPR. MPR sebagai perwujudan seluruh rakyat dan
merupakan lembaga tertinggi negara dengan kekuasaan yang tidak terbatas telah menjadikan
sistim negara yang terbangun adalah sistim otoriter-totaliter. Ironisnya, sistim MPR itu hanya
bisa efektif bila Presiden, yang untergeordnert pada MPR, dapat mengontrol MPR. Bila tidak,
nasibnya akan sangat rentan, seperti yang dialami oleh Presiden B.J. Habibie dan Presiden
Abdurrahman Wahid. Tetapi bila Presiden menguasai MPR, seperti Presiden Suharto, maka
artinya Presiden itu yang kekuasaannya tidak terbatas, atau tiranik. Selanjutnya, jika semua
lembaga (tinggi) negara bertanggung jawab kepada MPR - yang adalah sebuah lembaga politik -
maka checks and balances tidak akan jalan, dan independensi lembaga judikatif juga hilang. Jika
kemudian dikatakan bahwa hal itu tergantung kepada atau dapat dikendalikan oleh semangat
para penyelenggara negara, maka seperti dikatakan Nietze, itu menganggap manusia hanya
mempunyai sisi baik. Seperti kata James Madison (Federalist Paper), kalau rakyat malaikat,
tidak perlu pemimpin; kalau pemimpin malaikat, tidak perlu pengawasan. Dalam hubungan itu,
gagasan PPKI membentuk partai tunggal pada tahun 1945 adalah untuk menopang sistim
diktator totaliter itu, seperti lazim di negara fasis atau komunis.

Maka yang pertama ditegaskan oleh amandemen adalah tetap mempertahankan Pembukaan, dan
dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara serta selanjutnya bentuk negara kesatuan
Republik Indonesia dikukuhkan. Sehingga pada dasarnya perubahan terhadap UUD 1945 adalah
perubahan untuk kesinambungan. Changes for continuity.

Selanjutnya ditegaskan bahwa kedaulatan itu berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sesuai
dengan UUD. Dengan demikian, nilai-nilai, aturan dan ketentuan dalam UUD memberi makna
kepada demokrasi kita sebagai demokrasi konstitusional. Berdemokrasi bukanlah sekedar
mengikuti kehendak yang terbanyak atau yang terkuat, tetapi harus memenuhi nilai Pancasila
dan ketentuan UUD.

Berikutnya adalah penegasan bahwa negara ini berdasar hukum (rule of law) agar semua pihak
termasuk kekuasaan, setara dihadapan dan tunduk kepada undang-undang. Sejalan dengan itu
ditegaskan pula bahwa kekuasaan kehakiman itu merdeka.
Selanjutnya ketentuan penghormatan pada HAM juga dimasukkan. Terlebih untuk negara amat
majemuk, dengan kelompok masyarakat besar dan kecil, UUD harus menjamin hak-hak dasar
manusia secara adil, sejalan dengan sila-sila Pancasila itu sendiri dan dengan hakekat
kebangsaan Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu dan setara.
Kehendak majoritas tidak boleh merugikan kepentingan dasar yang sedikit. Untuk itu, UUD
1945 menegaskan bahwa yang terutama bertanggung jawab untuk menegakkan HAM adalah
pemerintah.

Dalam kaitan itu maka proses pembuatan UU dalam UUD 1945 hasil amandemen menganut
paham demokrasi musyawarah (deliberative democracy), dimana DPR dan Presiden harus
bermusyawarah, tidak bisa voting. Bahkan selanjutnya, UU hasil bersama DPR dan Presiden itu
juga dapat diuji konstitusionalitasnya terhdapa UUD 1945 oleh Mahkamah Konstitusi. Artinya
sistem yang dibangun mengharuskan semua pihak, termasuk yang berkuasa, untuk taat kepada
UUD 1945. Sejalan dengan itu, prinsip rule of law berarti tidak boleh ada peraturan
perundangan, termasuk perdes dan perda, yang bertentangan dengan UUD.

Demi agar semuanya itu dapat terlaksana, maka dibangun pula mekanisme checks and balances.
Kekuasaan dibagikan setara untuk lembaga negara sehingga bisa saling mengimbangi. Tidak ada
lembaga yang bisa luput dari pengawasan lembaga lain. Dalam hubungan itu, MPR telah
diposisikan sebagai lembaga negara biasa dengan kewenangan tertentu dan terbatas pula.

Mekanisme dan instrumen untuk siklus pergantian kekuasaan juga ditetapkan oleh amandemen.
Pemilu dan pilpres langsung ditetapkan teratur setiap 5 tahun dan dilaksanakan oleh sebuah
badan yang independen.

Partai politik ditetapkan sebagai pelaku utama dalam mekanisme itu dan untuk mana UUD
menghendaki sistim kepartaian yang sederhana dan sesuai dengan sistim politik presidentil
disatu pihak dan kemajemukan bangsa Indonesia dilain pihak serta Pancasila sebagai dasar
negara dipihak yang lainnya.

Perlu juga dicatat bahwa semua pihak, selama proses amandemen UUD 1945 yang terbuka dan
demokratis telah menerima Pancasila sebagai dasar negara. Kalaupun ada yang memperjuangkan
dimasukkannya tujuh kata kedalam Pasal 29 UUD 1945, itu adalah dalam rangka menyalurkan
aspirasi kelompok masyarakat yang memiliki aspirasi demikian. Tetapi dalam permusyawaratan,
semua pihak akhirnya setuju tujuh kata itu tidak perlu dimasukkan.

Dengan demikian, sebenarnya proses amandemen UUD 1945 dari tahun 1999 2002 adalah
kelanjutan dari proses pembentukan UUD 1945 oleh BPUPK dan PPKI di tahun 1945 yang tidak
selesai dengan sempurna karena keterbatasan waktu karena keadaan darurat dan proses
Konstituante tahun 1956 1959 yang terhenti karena perdebatan tidak berhasil menyepakati
dasar negara Pancasila atau dasar negara Islam.

Selanjutnya

UUD 1945 setelah diamandemen mungkin saja mengalami kelemahan. Sebagai sebuah produk
politik, mungkin saja ada kelemahan karena adanya kompromi tertentu. Tetapi ia adalah hasil
permusyawaratan wakil-wakil rakyat yang dipilih dalam pemilu tahun 1999 yang kredibel dan
merupakan karya anak bangsa yang merdeka. Sesuai ketentuan UUD 1945 itu sendiri ada
caranya untuk memperbaikinya apabila diperlukan. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa inisiatif
amandemen UUD adalah ranah masyarakat dan partai politik. Apabila aspirasi itu telah
berproses sesuai ketentuan pasal 37 UUD 1945, barulah ia menjadi ranah MPR. Sebelumnya,
lembaga negara,seperti DPR, DPD, MA, Presiden termasuk MPR itu sendiri, berkewajiban
melaksanakan UUD 1945 sebagaimana adanya dan tidak boleh berinisiatif berupaya mengubah
UUD.

Namun, pekerjaan rumah kita yang segera adalah untuk melaksanakannya secara seharusnya.
Kelemahan suatu peraturan, termasuk UUD, selalu adalah dalam membuat aturan
pelaksanaannya, dalam hal ini khususnya Undang-Undang, dan dalam implementasinya.
Peraturan instrumental ini, dapat menimbulkan bias dalam penerapan UUD 1945, tetapi undang-
undang itu juga dapat menegakkan dan meluruskan maksud UUD 1945. Sekarang ada UU yang
berlaku yang berasal dari era sebelum amandemen yang isinya tidak sesuai dengan UUD 1945
setelah amandemen. Ada UU yang dibuat pada awal era reformasi, dengan semangat dan euforia
reformasi yang meluap-luap, yang kemudian tidak disesuaikan kembali manakala amandemen
UUD 1945 telah selesai, sehingga menimbulkan ekses.

Yang juga tidak kalah pentingnya adalah membangun relasi antara teks UUD 1945 dengan
praktek politik sehari-hari. Proses-proses politik menurut konstitusi harus ditaati dengan
konsisten. Jangan ada lagi yang melakukan kegiatan politik kenegaraan menyimpang dari
ketentuan konstitusi. Inilah kelemahan paling besar sistim politik kita. Semenjak pergerakan
kemerdekaan diawal abad ke-20, politik institusional kita tidak berkembang baik, sangat lemah.
Cenderung bersikap cari jalan pintas, gerakan massa dan anti partai.

Untuk itu, pembangunan sistim kepartaian juga perlu dilanjutkan, dengan tegas. Partai politik
harus disederhanakan, ditingkatkan kualitasnya, bersifat terbuka, dibersihkan dari oligarki,
manipulasi dan korupsi. Kepartaian yang sehat penting untuk membangun demokasi yang sehat.

Demokrasi konstitusional tanpa penegakan hukum adalah lumpuh. Oleh karena itu penegakan
hukum harus ditingkatkan. Rule of law itu adalah juga rule by law. Manakala hukum telah
dibentuk dalam proses demokratis dan substansi hukum itu telah memenuhi nilai-nilai keadilan,
maka hukum itu harus ditegakkan dengan tegas. Patung dewi hukum yang memegang pedang
dan kitab-hukum serta mata tertutup kain itu adalah lambang yang tepat bagi rule of law. Dalam
hubungan itu, penegakan hukum berlaku kepada para koruptor kelas kakap maupun kepada
pencuri biji cokelat. Hanya berat-ringan ganjaran hukumannya, sebagai pancaran rasa keadilan
dan teks kitab hukum, yang membedakan. Khusus untuk provokator dan pelaku anarki, baik
yang berhubungan dengan pilkada dan unjuk rasa, harus ditindak dengan tegas dan diberi
hukuman yang berat. Mereka itu sebenarnya adalah perusak dan anti demokrasi. Untuk itu,
aparat penegak hukum, termasuk Polri harus ditingkatkan kapasitasnya. Payung hukum perlu
dilengkapi. Kemampuan profesional dan jumlah anggota Polri perlu ditambah sesuai dengan
jumlah penduduk dan luas wilayah. Demikian pula kesejahteraannya perlu ditingkatkan.

---
Disampaikan pada "Seminar Kebangsaan Nasional" yang diselenggarakan LPMI (Lembaga
Pelayanan Mahasiswa Indonesia). Jakarta, 6 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai