Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN HARDINESS

DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLRI


BAGIAN OPERASIONAL DI POLRESTA
YOGYAKARTA

Andy Arciana Dodik. S. S & Kamsih Astuti


Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Abstract
This research aimed to find out the correlation between hardiness personality and job
stress in policeman of operational department in Polresta Yogyakarta. The hypothesis
posed was there are negative correlation between hardiness personality and job stress in
policeman of operational department in Polresta Yogyakarta. This researsch sampled 60
orang policemen for operational department polresta yogyakarta. The data obtained by
hardiness personality scale and job stress scale were analyzed by Product Moment
correlation technique from Karl Pearson. The coefficient correlation (r) of -0.632 (p) <
0,01 showed that there are negative correlation between hardiness personality and job
stress in policeman of operational department in Polresta Yogyakarta. The hardiness
personality contributes to job stress of 40%. Thus there are another 60% contributed by
another factors that could trigger job stress in policeman.
Keywords: Hardiness personality, work stress, policeman

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian hardiness
dengan stres kerja pada anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta.
Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kepribadian hardiness
dengan stres kerja pada anggota Polri di lingkungan Polresta Yogyakarta. Sampel
penelitian adalah 60 orang anggota Polri Bagian Operasional Polresta Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan Skala Kepribadian Hardiness dan Skala
Stres Kerja sedangkan metode yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari
Pearson. Hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar (-0,632) dengan
taraf signifikansi (p) < 0,01. Hal itu menunjukkan, ada hubungan negatif antara
kepribadian hardiness dengan stres kerja pada anggota Polri di Polresta Yogyakarta.
Peran kepribadian hardiness terhadap penurunan stres kerja sebesar 40%. Dengan
demikian masih terdapat 60 % faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi munculnya
stres kerja pada anggota Polri.
Kata kunci: kepribadian hardiness, stres kerja, anggota Polri.

INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012 37


Andy Arciana Dodik. S.S & Kamsih Astuti

Pendahuluan Polri adalah penegakan hukum, memberikan


pengayoman, perlindungan, dan pelayanan
Pada masa sekarang ini peran dan fungsi
kepada masyarakat, serta memelihara ke-
Kepolisian Negara Republik Indonesia
amanan dan ketertiban masyarakat. Begitu
(POLRI) sangatlah penting. Kehadiran Polri
banyaknya tugas dan wewenang anggota
dirasakan sangatlah penting dalam setiap
Polri, dalam pelaksanaan sehari-hari di
sendi-sendi kehidupan masyarakat untuk
lapangan terkadang banyak timbul masalah
selalu menciptakan rasa aman dan nyaman
dalam pekerjaan, seperti tidak terpenuhinya
dalam segala situasi. Polri sebagai aparatur
target operasi, adanya tekanan dari atasan,
negara hendaknya bisa memberikan pelaya-
kelelahan psikis dan fisik, waktu kerja yang
nan kepada masyarakat dengan prima dan
tidak menentu, dan lain sebagainya. Kondisi
cepat sehingga masyarakat benar-benar bisa
seperti ini berlangsung hampir tiap hari,
merasakan profesionalitasPolri dalam melak-
sehingga membuat anggota Polri menjadi
sanakan tugas sesuai dengan undang-undang
rentan terhadap stres kerja. Maslach (dalam
dan hukum yang berlaku. (www.polri.go.id,
Ray & Miller, 1994) menjelaskan bahwa
2010).
profesi yang berhubungan dengan pelayanan
Menurut UU Nomor 2 Tahun 2002 Polri masyarakatcenderung mempunyai stres kerja
ditetapkanperannya sebagai pemelihara Ke- yang tinggi. Profesi Polisi merupakan salah
amanan dan Ketertiban Masyarakat (Kam- satu profesi yang mempunyai stres kerja tinggi
tibmas), penegak hukum, serta pelindung, (Schuller & Jakson dkk, 1999).
pengayom dan pelayan masyarakat. Tugas
Stres kerja dapat diartikan sebagai stre-
dan peran yang diemban Polri tersebut
sor kerja yang menyebabkan reaksi individu
tidaklahringan terlihatdari semakin beragam-
berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan pe-
nya perilaku kriminal yang dilakukan oleh
rilaku (Selye dalam Beehr, dkk, 1992). Stre-
sebagian anggota masyarakat, semakin ber-
sor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan
variasinya modus kejahatan yang terjadi serta
yang dipersepsikan karyawan/pegawai seba-
semakin canggihnya teknologi informasi yang
gai suatu tuntutandan dapat menimbulkan
juga berperan dalam berkembangnya perilaku
stres kerja.
kriminal dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Beer dan Newman (dalam
Keberadaan aparat Kepolisian Negara
Luthans, 1998), stres kerja adalah suatu kon-
Republik Indonesia bertujuan untuk me-
disi yang muncul akibat interaksi antara
wujudkan keamanan dalam negeri yang me-
individu dengan pekerjaan mereka, dimana
liputi terpeliharanyakeamanan dan ketertiban
terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
perubahan-perubahan yang tidak jelas yang
terselenggaranyaperlindungan, pengayoman,
terjadi dalam perusahaan
dan pelayanan kepada masyarakat, serta
terbinanya ketenteramanmasyarakat dengan Luthans (Isnovijanti, 2002) mendefinisi-
menjunjung tinggi hak asasi manusia. (UU RI kan stres sebagai suatu tanggapan dalam
NO.2 TAHUN 2002) menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh
perbedaan individu dan proses psikologis, se-
Anggota Kepolisian Republik Indonesia
bagai konsekuensi dari tindakan lingkungan,
adalah pegawai negeri sipil yang dipersenjatai
situasi atau peristiwa yang terlalu banyak me-
dan diberikan tugas dan wewenang kepada-
ngadakan tuntutanpsikologis dan fisik sese-
nya sesuai dengan Undang-Undang. No 2
orang. Dengan demikian dapat disimpulkan
tahun 2002. Dalam pasal 13-14 dijelaskan
bahwa stres kerja timbul karena tuntutan
bahwa tugas dan wewenang sebagai anggota

38 INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012


Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Stres Kerja pada Anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta

lingkungan dan tanggapan setiap individu anggota Polri rentan mengalami stres kerja.
dalam menghadapinya dapat berbeda. Stres kerja pada anggota Polri dapat
Stres kerja muncul sebagai suatu bentuk dilihat dari indikator atau gejala gejala stres
ketidakharmonisan antara individu dengan kerja seperti yang diungkapkan Beehr &
lingkungan kerjanya (Nuzulia, 2005). Newman (dalam Rice, 1999) yang meliputi
Kreitner & Kinicki (2001) mengatakan, stres gejala psikologis, gejala fisiologis, dan gajala
kerja merupakan suatu interaksi antara perilaku. Gejala psikologis antara lain: (1)
kondisi kerja dengan sifat-sifatpekerja yang kecemasan, ketegangan, kebingungan dan
mengubah fungsi fisik maupun psikis yang mudah tersinggung; (2) perasaan frustrasi,
normal. rasa marah, dan dendam (kebencian); (3)
Pengertian tersebut,menunjukkan bahwa sensitif dan hyperreactivity; (4) memendam
stres kerja adalah suatu tuntutanpekerjaan perasaan, penarikan diri, dan depresi; (5)
yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan komunikasi yang tidak efektif; (6) perasaan
pekerja. Hal tersebut rentan dialami oleh terkucil dan terasing; (7) kebosanan dan
Anggota Polri bagian operasional yang dalam ketidakpuasan kerja; (8) kelelahan mental,
pelaksanaan tugas di lapangan sering sekali penurunan fungsi intelektualdan kehilangan
mendapatkan kendala-kendala dan konsentrasi; (9) kehilangan spontanitasdan
hambatan-hambatanbaik internal maupun kreativitas; dan (10) menurunnya rasa
eksternal. Hambatan-hambatantersebut di- percaya diri,
antaranya adalah deadline kerja yang men- Adapun gejala fisiologis dari stres kerja
desak. Sebagai contoh dalam pelaksanaan diantaranya(1) meningkatnyadenyut jantung,
fungsi reserse penanganan tindak perkara tekanan darah dan kecenderungan mengalami
sesuai dengan undang undang dan KUHP penyakit kardiovaskular; (2) meningkatnya
dilaksanakan selama 3 bulan untuk men- sekresi dari hormon stres, yaitu adrenalin dan
dapatkan P21 (berkas dinyatakan lengkap) noradrenalin, (2) gangguan gastrointestinal,
dari kejaksaan. Dalam prosesnya penyidik misalnya gangguan lambung; (3) meningkat-
harus menyelesaikan BeritaAcara Pemerik- nya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;
saan (BAP), menghadapi kendala dari saksi (4) kelelahan secara fisik dan kemungkinan
maupun tersangka misalnya keterangan mengalami sindrom kelelahan yang kronis
saksi maupun tersangka yang sering berubah (chronic fatigue syndrome); (5) gangguan
ubah atau perilaku yang tidak kooperatif pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi
dengan penyidik, selain itu harus dilakukan yang ada; (6) gangguan pada kulit; (7) sakit
gelar perkara dan revisi-revisi apabila men- kepala, sakit pada punggung bagian bawah,
dapatkan P19 (berkas dikembalikan karena ketegangan otot;(8) gangguan tidur; dan (10)
ada hal yang belum lengkap) dari kejaksaan. rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko
Selain pada fungsi reserse, stres kerja juga tinggi kemungkinan terkena kanker,
ditemukan pada fungsi lalu lintas terutama Gejala perilaku diantaranya adalah: (1)
bagian penegakan dan pengaturan (Gaktur) menunda, menghindari pekerjaan, dan absen
yang tugasnya melaksanakan pengaturan di dari pekerjaan; (2) menurunnya prestasi
jalan raya. Dalam situasicuaca panas maupun (performance) dan produktivitas; (3) me-
hujan, Polisi dituntutuntuk dapat melaksana- ningkatnya penggunaan minuman keras dan
kan penegakan UU Lalu Lintas No. 22 Tahun obat-obatan; (4) perilaku sabotase dalam
2009 dengan melakukan penilangan, pekerjaan; (5) perilaku makan yang tidak
penegakan, dan diskresi terhadap pelanggar- normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
an lalu lintas. Kondisi demikian membuat mengarah ke obesitas; (6) perilaku makan

INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012 39


Andy Arciana Dodik. S.S & Kamsih Astuti

yang tidak normal (kekurangan) sebagai baik dari lingkungan keluarga, lingkungan
bentuk penarikan diri dan kehilangan berat kerja, cita-cita maupun ambisi. Faktor
badan secara tiba-tiba, kemungkinan ber- kepribadian yang diduga dapat berperan
kombinasi dengan tanda-tandadepresi; (7) dalam menghadapi stres adalah kepribadian
meningkatnya kecenderungan berperilaku tahan banting (hardiness). Menurut Kobasa
beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak (1982) kepribadian hardiness adalah tipe
hati-hatidan berjudi; (8) meningkatnya agre- kepribadian yang mempunyai kecenderungan
sivitas, vandalisme, dan kriminalitas; (9) untuk mempersepsikan atau memandang
menurunnya kualitas hubungan interpersonal peristiwa-peristiwa hidup yang potensial
dengan keluarga dan teman; (10) kecenderu- mendatangkan tekanan sebagai sesuatu yang
ngan untuk melakukan bunuh diri. tidak terlalu mengancam.
Terlihat adanya indikator stres kerja Menurut Cotton(dalam Sudirman 2007),
pada anggota Polri Polresta Yogyakarta ber- kepribadian Hardiness adalah komitmen
dasarkan Beehr & Newman (dalam Rice, yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat
1999) berupa gejala perilaku diantaranya menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap
menunda, menghindari pekerjaan, dan absen lingkungan pada dan menetralkan situasi
dari pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari data situasi yang menekan. Orang yang hardiness
Bidang Provost Polresta Yogyakarta pada memiliki keberanian berkonfrontasi terhadap
tahun 2009 diketahui angka absensi dan perubahan atau perbedaan dan menarik
mangkir anggota Polri Polresta Yogyakarta hikmah dari keadaan tersebut(Foster & Dion,
mengalami peningkatan 9 %, dari semula dalam Permana 2008).
tahun 2008 yang hanya 18 % menjadi 27 %, Schultz & Schultz (1998) mengatakan,
untuk kasus anggota yang disersi pada tahun bahwa salah satu strategipenyesuaian yang
2008 2010 terdapat4 orang anggota yang dimiliki individu dengan kepribadian tahan
dipecat. Dari hasil sidang disiplin diperoleh banting (hardiness) adalah dengan meng-
keterangan bahwa rata rata anggota Polri gunakan sumber-sumber sosial di sekitarnya.
yang absen dan mangkir di Polresta Yogya- Salah satu lingkungan yang dapat dikatakan
kata tersebutmengeluhkan beban kerja yang sebagai lingkungan sosial adalah lingkungan
berat dan tekanan pekerjaan yang tinggi se- kerja. Dalam lingkungan kerja, seseorang
hingga mereka memilih menghindari pekerjaan akan berinteraksi dengan individu-individu
dan absen dari pekerjaan di kantor. Hal yang berlainan dalam lingkup pekerjaan.
tersebutmengindikasikan bahwa tingkatstres Kepribadian tahan banting (hardiness)
kerja di Poltabes Yogyakarta mengalami dibutuhkan untuk membuat keputusan yang
peningkatan yang cukup signifikan dan berat dan dalam situasi yang menekan,
apabila dibiarkan akan menyebabkan kinerja terlebih sebagai seorang Anggota Polri yang
yang buruk. dituntutuntuk selalu tanggap terhadap segala
Stres kerja, menurut Robbins (2001) gejala gejala perubahan social yang dimung-
disebabkan tiga sumber utama yaitu: faktor kinkan akan menyebabkan terjadinya gangu-
lingkungan, faktororganisasi, faktorindividual an kamtibmas dan juga dengan berbagai
(kepribadian). Hasil penelitian National beban kerja yang tinggi.
Institute For Occupational Safety And Menurut Kobasa (1982) kepribadian
Health (Muchtar, 2004) menyatakan bahwa tahan banting (hardiness) dinilai dapat
penyebab stres dapat berasal dari dalam diri mengontrol individu dalam mengatasi stres
individu yaitu usia, kondisi fisik, dan faktor yang sedang dialami di lingkungan kerja agar
kepribadian, maupun faktor dari luar individu dapat tetapsurvive. Individu yang hardiness

40 INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012


Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Stres Kerja pada Anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta

akan memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat dengan terbentuknya penilaian dan respon
mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang positif dalam menghadapi sumber stres, Polisi
terjadi atas dirinya sehingga dapat merespon yang memiliki kepribadian hardiness (kontrol,
secara tepatsuatu peristiwa yang dialami dan komitmen, dan tantangan)akan memberikan
meminimalisir dampak stress kerja yang ditim- penilaian positif atas situasi kerja yang penuh
bulkan, melibatkan diri dalam aktivitasyang stess sehingga cenderung memberikan respon
sedang dihadapi, dan cenderung memandang yang positif. Polisi akan menjadi optimis bah-
suatu perubahan yang terjadi sebagai kesem- wa situasi tersebut dianggap sebagai tanta-
patan untuk mengembangkan diri, bukan ngan yang berarti dapat diubah sehingga akan
sebagai ancaman terhadap rasa amannya mampu menghadapi dan menggelolanya. Hal
sehingga akan mampu meminimalisir stres ini sesuai dengan Astuti(1999) yang menyata-
kerja yang ditimbulkan. kan bahwa kepribadian hardiness akan me-
Tipe kepribadian hardiness memberikan ngarahkan individu pada transformational
konstelasi kepribadian yang menguntungkan coping yang akan mengubah situasi penuh
bagi seseorang untuk mengatasi tekanan- stess menjadi bentuk bentuk yang tidak me-
tekanan hidupnya sehingga tahan banting. ngandung stres, sehingga menunjukkan kete-
Dengan kata lain orang-orang dengan tipe gangan dalam taraf yang rendah. Rendahnya
kepribadian ini tidak mudah lari pada penye- ketegangan tersebutmengurangi gejala stres
suaian diri yang maladaptif (Astuti, 1994). kerja.
Control, commitment, dan challenge akan Hal di atas sejalan dengan penelitian
memelihara kesehatan seseorang walaupun Kobasa dan Maddi (dalam Astuti,1999) yang
berhadapan dengan kejadian-kejadian yang membuktikan bahwa ada hubungan antara
menimbulkan stres. Semakin tinggi tingkat kepribadian hardiness dengan tanda tanda
kepribadian hardiness maka akan semakin psikologis. Individu yang tidak memiliki
besar kemungkinan seseorang menilai situasi kepribadian ini (non hardiness) menunjukkan
yang menekan bukan sebagai suatu ancaman tanda tanda tingginya tegangan psikis,
melainkan sebagai tantangan yang berarti sedangkan individu dengan kepribadian
akan menghambat munculnya stres kerja hardiness umumnya menunjukkan tanda
pada diri individu (Maddi & Kobasa, 1984). tanda rendahnya ketegangan psikis seperti
Menurut Hadjam (2004), kepribadian kecemasan, depresi, serta kecurigaan.
tahan banting (hardiness) mengurangi penga- Sebaliknya Polisi dengan kepribadian non-
ruh kejadian-kejadian hidup yang mencekam hardiness akan memberikan penilaian kognitif
dengan meningkatkan penggunaan strategi secara negatifterhadapsituasiyang penuh stres
penyesuaian, antara lain dengan mengguna- sehingga cenderung memunculkan respon yang
kan sumber-sumber sosial yang ada di lingku- negatif. Individu akan pesimis karena situasi
ngannya untuk dijadikan tameng, motivasi, yang membuat stres dipandang sebagai hal
dan dukungan dalam menghadapi masalah yang mengancam dan tidak dapat diubah,
ketegangan yang dihadapinya dan memberi- sehingga reaksi yang muncul adalah
kan kesuksesan. Saat menghadapi kondisi menghindarkan diri dari situasiyang mengan-
yang menekan, individu yang tahan banting cam tersebut.Sependapat dengan hal tersebut
juga akan mengalami stres atau tekanan, Kobasa dan Gentry (1984) menyatakan bah-
namun tipe kepribadian ini dapat menyikapi wa individu dengan kepribadian hardiness
secara positif keadaan tidak menyenangkan yang rendah akan cenderung melakukan re-
tadi agar dapat menimbulkan kenyamanan gresif koping yaitu berusaha untuk menyang-
melalui cara-cara yang sehat. Berkaitan kal, menghindari, lepas dari situasipenuh stres.

INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012 41


Andy Arciana Dodik. S.S & Kamsih Astuti

McCraine (Schaufely & Buunk, 1996) bentuk bentuk yang tidak mengandung
menyatakan bahwa karakteristikkepribadian stres, sehingga menunjukkan ketegangan da-
yang diasosiasikan dengan stres adalah lam taraf yang rendah. Rendahnya kete-
kurangnya ketangguhan (lack of hardiness) gangan tersebutmengurangi gejala stres kerja.
hal tersebut dapat dikatakan bahwa Polisi yang memiliki kepribadian hardiness
kepribadian hardiness yang rendah pada yang tinggi cenderung mampu menciptakan
seseorang akan berkaitan dengan tingginya perubahan sehingga terhindar dari stres kerja.
stres, sebaliknya kepribadian hardiness yang Dengan demikian hipotesis dalam pene-
tinggi akan berhubungan dengan rendahnya litian ini adalah: ada hubungan negatif antara
kadar stres seseorang. Menurut peneliti kepribadian hardiness dengan stres kerja,
kepribadian hardiness merupakan salah satu semakin tinggi hardiness maka semakin
faktor yang efektif bagi Polisi untuk rendah stres kerja.
menghadapi kejadian kejadian yang penuh
tekanan dalam hidupnya.
Metode
Terkait dengan hal tersebut menurut
Maddi dan Kobasa (dalam Putri, 2008) fungsi 1. Variabel Penelitian
kepribadian hardiness yang dapat digunakan Variabel yang digunakan dalam penelitian
dalam menghadapi kejadian penuh stress. ini adalah Variabel terikat Stres Kerja dan
Perubahan menyelesaikan masalah (trans- Variabel bebas Kepribadian Hardiness. Stres
formation coping), merupakan mekanisme kerja diartikan sebagai suatu kondisi yang
koping yang efektif untuk menghadapi stres. muncul akibatinteraksiantaraindividu dengan
Dalam cara ini individu mencoba untuk pekerjaan mereka, dimana terdapatketidak-
berfikir dan bertindak mengurangi stres. sesuaian karakteristik dan perubahan-
Individu mempunyai sikap yang optimis dan perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam
secara aktif berinteraksi dengan kejadian organisasi. Pengukuran stres kerja dalam
yang penuh stres itu sehingga kejadian penelitianini menggunakan Skala Stres Kerja
tersebut menjadi berkurang kadar stresnya. yang disusun berdasarkan teori dari Beehr
Sikap optimis akan menurunkan ketegangan dan Newman (dalam Rice, 1999), dimana di
dengan cara menetralkan kejadian-kejadian dalamnya terdapat gejala-gejala stres kerja
tersebut,dengan tindakan yang tegas individu seperti: gejala psikologis, gejala fisiologis dan
benar-benar mengubah situasi di sekeliling gejala perilaku. Semakin tinggi skor Skala
sehingga lamanya kejadian yang menimbulkan Stres Kerja maka semakin tinggi stres kerja
stres tersebut menjadi singkat, dengan cara yang dialami dan sebaliknya, semakin rendah
ini intensitas dan lamanya ketegangan di- skor Skala Stress Kerja, maka semakin
kurangi dengan cara mengubah stresor ke- rendah pula stres kerjanya.
dalam bentuk-bentukyang tidakmengandung
Kepribadian hardiness adalah tipe
stres. Dengan menggunakan mekanisme
kepribadian yang mempunyai kecenderungan
transformation coping maka individu akan
untuk mempersepsikan atau memandang
mangalami penururnan stres artinya individu
peristiwa-peristiwa hidup yang potensial
tidak akan menunjukan aspek aspek atau
mendatangkan tekanan sebagai sesuatu yang
gejala gejala stress.
tidak terlalu mengancam. Pengukuran
Astuti (1999) yang menyatakan bahwa Kepribadian Hardiness dalam penelitian ini
kepribadian hardiness akan mengarahkan dengan menggunakan Skala Kepribadian
individu pada transformational coping yang Hardiness yang disusun berdasarkan teori
akan mengubah situasi penuh stess menjadi

42 INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012


Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Stres Kerja pada Anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta

dari Kobasa (1982), di dalamnya terdapat Skala Kepribadian Hardiness terdiri dari
ciri-ciri kepribadian hardiness seperti: komit- 32 aitem dengan koefisien daya beda aitem
men (commitment), kontrol (control) dan berkisar antara 0,270 s/d 0,668 dan koefisien
tantangan (chalenge). Semakin tinggi skor reliabilitas Alpha sebesar 0,903.
Skala kepribadian hardiness, maka semakin Metode statistikuntuk menguji hipotesis
tinggikepribadian hardiness yang dimiliki dan yang diajukan dalam penelitian ini meng-
sebaliknya, semakin rendah skor Skala gunakan teknik korelasi Product Moment
Kepribadian Hardiness, maka semakin dari Pearson (dalam Azwar, 2007).
rendah pula kepribadian hardinessnya.
Hasil dan Diskusi
2. Subjek
Subyek dalam penelitian ini adalah Ang- Hasil uji asumsi yang mendasari pengujian
gota Polri bagian operasional yang berdinas hipotesis menunjukkan bahwa baik asumsi
di Polresta Yogyakarta. Peneliti mengambil normalitas maupun linearitas keduanya ter-
subyek penelitian berjumlah 60 orang sesuai penuhi. Hasil uji normalitas variabel Stress
dengan batas minimal jumlah subyek dan juga Kerja menunjukkan nilai Kolmogorov Smir-
mempertimbangkan keadaan subyek yang nov (KS-Z) sebesar 0,20 dengan p > 0,05,
homogen dalam hal pelaksanaan tugas sehingga variable Stress Kerja mempunyai
terutama di bagian operasional, terdiri dari sebaran data normal.
20 orang satuan intelejen, 20 orang satuan Pada hasil perhitungan Linieritas , dike-
reserse, 10 orang satuan narkoba, 5 orang tahui F hitung 34,55 dengan p < 0,05 sehing-
satuan lalulintas, dan 5 orang satuan shabara. ga dapat disimpulkan adanya hubungan yang
linier antara Kepribadian Hardiness dengan
3. Metode Pengumpulan Data stress Kerja.
Pengumpulan data penelitian dilakukan Berdasarkan data-data yang diperoleh
dengan menggunakan skala stres kerja dan dari Skala Kepribadian Hardiness dan Skala
skala kepribadian Hardiness. Skala stres Stres Kerja dapat diketahui deskripsi data
kerja terdiri dari 32 aitem, koefisien daya beda hasil penelitian sebagaimana Tabel 1 berikut
aitem berkisar antara 0,279 0,610 dan ini:
koefisien reliabilitas alpa: 0,895.

Tabel 1
Deskripsi Data Kepribadian Hardiness dan Stres Kerja.
Data Hipotetik Data Empirik
Variabel N Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Kepribadian 60 32 128 80 16 81 118 95,31 6,48
hardiness
Stres Kerja 60 32 128 80 16 49 79 65,28 6,68

Berlandaskan deskripsi data hipotetik kategori, yaitu kategori tinggi, sedang dan
kemudian disusun kategorisasi skor yang rendah. Kategori untuk data kepribadian
diperoleh subjek yang dibedakan dalam 3 hardiness disajikan pada Tabel 2 berikut:

INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012 43


Andy Arciana Dodik. S.S & Kamsih Astuti

Tabel 2
Kategorisasi Data Kepribadian Hardiness.
No. Pedoman Skor Kategori N %
1. X ( + 1) X 96 Tinggi 34 56,67
2. ( - 1) X < ( + 1) 64 X < 96 Sedang 26 43,33
3. X < ( - 1) X < 64 Rendah 0 0

Berdasarkan tabel di atas terlihatbahwa Adapun untuk stres kerja pada subjek da-
subjek memiliki kepribadian hardiness dalam pat dikategorisasikan menjadi tiga kategori
kategori sedang dan tinggi. sebagaimana tersaji pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3
Kategorisasi Data Stres Kerja
No. Pedoman Skor Kategori N %
1. X ( + 1) X 96 Tinggi 0 0
2. ( - 1) X < ( + 1) 64 X < 96 Sedang 39 65
3. X < ( - 1) X < 64 Rendah 21 35

Dari data di atas terlihat bahwa subjek Pembahasan


menunjukkan stres kerja pada kategori
Hasil penelitian menunjukkan adanya
sedang dan rendah.
hubungan negatif dan sangat signifikan antara
Hasil uji hipotesis diperoleh koefisien kepribadian hardiness dengan stres kerja
korelasi (r) antara Kepribadian hardiness pada Anggota Polri. Hubungan negatif ter-
dengan stres kerja sebesar -0,632 dengan sebut menggambarkan, semakin tinggi
taraf signifikansi (p) < 0,01 berdasarkan kepribadian hardiness, maka semakin rendah
pedoman interpretasi terhadap koefisien stres kerja pada Anggota Polri. dan sebalik-
korelasi dikategorikan.Hal itu menunjukkan, nya, semakin rendah Kepribadian hardiness,
ada hubungan negatif yang sangat signifikan maka stres kerja pada Anggota Polri akan
antara kepribadian hardiness dengan stres semakin tinggi.
kerja pada anggota Polri di Polresta Yogya-
Salah satu pola kepribadian yang diangap
karta. Artinya, semakin tinggi kepribadian
dapat menjaga seseorang tetapsehat walapun
hardiness pada anggota Polri maka stres
mengalami kejadian kejadian hidup penuh
kerjanya cenderung semakin rendah, sebalik-
stres adalah hardiness (Smeet, 1994). Me-
nya, semakin rendah kepribadian hardiness
nurut Kobasa (1982) individu yang mem-
pada Polri, maka stres kerja yang dialami
punyai kepribadian tahan banting (hardiness)
cenderung semakin tinggi.
memiliki kontrol pribadi, komitmen dan siap
Peran kepribadian hardiness terhadap dalam menghadapi tantangan.Individu yang
penurunan stres kerja adalah sebesar 40 % berkepribadian hardiness mempunyai
yang ditunjukkan oleh nilai koefisien karakteristiktinggi pada tingkat keyakinan
determinasi (R2) senilai 0,40. Hal ini berarti, individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi
masih terdapat60 % faktor-faktorlain yang peristiwa-peristiwayang terjadi atas dirinya
dapat mempengaruhi munculnya stres kerja (control). Individu memiliki kecenderungan
pada anggota Polri di Polresta Yogyakarta. untuk melibatkan diri dalam aktivitasyang
sedang dihadapi (commitment). Individu

44 INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012


Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Stres Kerja pada Anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta

memiliki kecenderungan untuk memandang mencekam dan penuh stres dengan mening-
suatu perubahan yang terjadi sebagai ke- katkan penggunaan strategi penyesuaian,
sempatan untuk mengembangkan diri, bukan antara lain dengan menggunakan sumber-
sebagai ancaman terhadap rasa amannya sumber sosial yang ada di lingkungannya
(challenge). untuk dijadikan tameng, motivasi, dan duku-
Tiga aspek kepribadian ini memberikan ngan dalam menghadapi masalah ketegangan
konstelasi kepribadian menguntungkan bagi yang dihadapinya dan memberikan kesuk-
individu untuk mengatasi tekanan-tekanan sesan. Saat menghadapi kondisi yang mene-
hidupnya sehingga menjadi individu yang kan, individu yang tahan banting juga akan
tahan banting. Beberapa hasil penelitian mengalami stres atau tekanan, namun tipe
menyimpulkan bahwa individu yang ber- kepribadian ini dapat menyikapi secara positif
kepribadian hardiness memiliki penyesuaian keadaan tidak menyenangkan tadi agar dapat
diri yang lebih efektif terhadap peristiwa- menimbulkan kenyamanan melalui cara-cara
peristiwa yang menimbulkan stres sehingga yang sehat. Berkaitan dengan terbentuknya
dapat terhindar dari stres kerja. Penelitian penilaian dan respon positif dalam mengha-
yang dilakukan oleh Faridah (2004) mem- dapi sumber stres, Polisi yang memiliki ke-
buktikan bahwa terdapat hubungan negatif pribadian hardiness (kontrol, komitmen, dan
antara kepribadian hardiness dengan kecen- tantangan)akan memberikan penilaian positif
derungan somatisasi. Semakin tinggi tingkat atas situasi kerja yang penuh stres sehingga
kepribadian hardiness seseorang, semakin cenderung memberikan respon yang positif.
rendah kecenderungan somatisasinya.Kepri- Anggota Polri akan menjadi optimis bahwa
badian hardiness memiliki hubungan negatif situasi tersebut dianggap sebagai tantangan
dengan tingkat burnout pada guru taman yang berarti dapat diubah sehingga akan
kanak kanak (Khasana, 2008); dan burnout mampu menghadapi dan menggelolanya,
pada guru Sekolah Dasar (Widiastuti dan sehingga terhindar dari stres kerja.
Astuti,2006). Hal ini sesuai dengan Astuti(1999) yang
Tingkat kepribadian hardiness yang di- menyatakan bahwa kepribadian hardiness
miliki anggota Polri di Polresta Yogyakarta akan mengarahkan individu pada transfor-
tergolong tinggi sehingga mampu memini- mational coping yang akan mengubah situasi
malisir stres kerja yang ditimbulkan walapun penuh stres menjadi bentuk bentuk yang
masih dalam kategori sedang. Tinggi rendah- tidak mengandung stres, sehingga menunjuk-
nya stres kerja pada anggota Polri dipengaruhi kan ketegangan dalam taraf yang rendah.
oleh tingkat kepribadian hardiness yang Rendahnya ketegangan tersebutmengurangi
dimiliki anggotaPolri tersebut.Semakin tinggi gejala stres kerja.
tingkatkepribadian hardiness yang dimiliki Sejalan dengan penelitian Kobasa dan
maka akan semakin rendah stres kerja yang Maddi (dalam Astuti,1999) yang membukti-
dialami anggota Polri. kan bahwa ada hubungan antara tanda
Arsenult dan Dolan (dalam Astuti,1999) tanda psikologis dengan kepribadian hardi-
menyatakan daya tahan seseorang terhadap ness. Individu yang tidak memiliki kepriba-
stres tergantungpada karakteristikpersonal dian ini (non hardiness) menunjukan tanda
yaitu tipe kepribadian. tanda tingginya tegangan psikis, sedangkan
Menurut Hadjam (2004) kepribadian individu dengan kepribadian hardiness
tahan banting (hardiness) dapat mengurangi umumnya menunjukkan tanda tanda ren-
pengaruh kejadian-kejadian hidup yang dahnya keteganan psikis seperti kecemasan,
depresi, serta kecurigaan. Sebaliknya Polisi

INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012 45


Andy Arciana Dodik. S.S & Kamsih Astuti

atau anggota Polri dengan kepribadian non- dampak stres kerja dalam pelaksanaan tugas
hardiness akan memberikan penilaian kognitif sehari hari sehingga anggota Polri yang
secara negatif terhadap situasi yang penuh berkepribadian hardiness akan mampu
stres sehingga cenderung memunculkan melayani, mengayomi, dan melindungi
respon yang negatif. Individu akan pesimis masyarakat dengan sepenuh hati.
karena situasi yang membuat stres dipandang Sementara itu tingkat stres kerja yang
sebagai hal yang mengancam dan tidak dapat dialami oleh Anggota Polri di PolrestaYogya-
diubah, sehingga reaksi yang muncul adalah karta tergolong sedang, didukung dengan
menghindarkan diri dari situasiyang mengan- hasil kategorisasi stres kerjasebesar 65 %.
cam tersebut.Sependapat dengan hal tersebut Mengindikasikan bahwa Anggota Polri di
Gentry dan Kobasa (1984) menyatakan Polresta Yogyakarta masih mudah terkena
bahwa individu dengan kepribadian hardiness stres kerja walapun dalam penggelolaanya
yang rendah akan cenderung melakukan bisa ditekan dengan tipe kepribadian
regresif koping yaitu berusaha untuk me- hardiness yang dimiliki sampai dengan taraf
nyangkal, menghindari, lepas dari situasi sedang, hal tersebut dimungkinkan terjadi
penuh stres. karena di satu sisi Anggota Polri harus
Tingkat kepribadian hardiness yang menjalankan tugas dengan wewenang dan
dimiliki oleh Anggota Polri di Polresta tanggung jawab yang besar, kerja yang tidak
Yogyakartatergolong tinggi,didukung dengan menentu, menyelesaikan berkas berkas
hasil kategorisasi Kepribadian hardiness perkara pada waktunya (fungsi Reserse),
sebesar 56,67 %. Artinya, Anggota Polri di melakukan penyelidikan dalam waktu yang
Polresta Yogyakarta akan cenderung mem- relatif lama, belum lagi apabila mengadapi
berikan penilaian kognitif secara positif atas tersangka yang kurang kooperatif dan
situasikerja yang penuh stres sehingga cende- berbagai tekanan dari pimpinan, tetapidi sisi
rung memberikan respon positif. Astuti lain anggota Polri mempunyai kepentingan
(1999) menyatakan bahwa kepribadian keluarga yang butuh perhatian dan kasih
hardiness akan mengarahkan individu pada sayang yang kadang terampas oleh
transformational coping yang akan mengu- banyaknya aktifitaskantor. Dalam kategori
bah situasi penuh stess menjadi bentuk ben- tersebut di atas terbukti bahwa kepribadian
tuk yang tidak mengandung stres, sehingga hardiness tetap mengambil peranan paling
menunjukkan ketegangan dalam taraf yang besar dalam meminimalisir stres kerja yang
rendah, sehinngga dalam pelaksanaan tugas dialami karena sebagian besar anggota
sehari hari Anggota Polri yang memiliki memiliki kepribadian hardiness yang tinggi.
kepribadian akan mampu memberikan Berdasarkan kategorisasi skor terlihat
pelayanan yang prima dan optimal kepada bahwa, kepribadian hardiness berada pada
masyarakat dalam bentuk pengayoman, tingkatyang tinggi, memberikan kontribusi
pelayanan, dan perlindungan serta penegakan atau sumbangan efektif terhadap stres kerja
hukum (UU no. 22 th 2002). sebesar 40 %, sehingga sisa 60 % diantara-
Menurut Gazzaniga (Khasanah, 2008) nya kemungkinan disebabkan oleh faktor-
kepribadian hardiness adalah kepribadian faktor lain, seperti faktor lingkungan, faktor
yang membentuk seseorang lebih mampu organisasi yang terdiri dari role demands,
memelihara pikiran, mengontrol, dan meng- interpersonal demands, organizational
hilangkan dampak dari stres. Kemampuan Structure, organizatinal leadership
memelihara dan mengontrol pada Anggota (Robbins dalam Isnovijanti, 2002)
Polri akan mampu meminimalisir dampak

46 INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012


Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Stres Kerja pada Anggota Polri Bagian Operasional di Polresta Yogyakarta

Berlandaskan hasil pembahasan di atas, hadap metode analisis jabatan guna


penelitian ini membuktikan bahwa, tingkat penempatan serta mutasi personil pada
kepribadian hardiness yang dimiliki sese- bagian bagian di Polres/ Polda, agar
orang, sedikit banyak memberikan kontribusi anggota yang ditempatkanpada bagian
atau pengaruh bagi munculnya stres kerja itu bagian yang memiliki kerentanan sangat
sendiri. Hal tersebutmencerminkan, semakin tinggi terhadap stres kerja benar benar
tingginya kepribadian hardiness, maka akan ditempati oleh orang yang tepat guna
berimplikasi juga pada berkurangnya stres pelaksanaan tugas yang optimal.
kerja yang dialami. Dengan demikian hipo- 3. Bagi Para Peneliti Selanjutnya.
tesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubu- Disarankan untuk memperhatikan faktor-
ngan negativ antara kepribadian hardiness faktor lain penyebab strees kerja seperti
dengan stres kerjapada anggota Polri di Pol- faktor lingkungan, faktor organisasi yang
resta Yogyakarta dapat dinyatakan diterima. terdiri dari role demands, interpersonal
demands, Organizational Structure,
Saran
Organizatinal leadership (Robbins,
Berlandaskan hasil penelitian, pembaha- 2001).
san dan kesimpulan yang telah dijabarkan,
terdapat beberapa saran yang perlu penulis Disamping itu, peneliti selanjutnya dapat
ajukan, antara lain: memperluas subjek penelitian, tidak hanya
terbatas pada Anggota Polri di Polresta
1. Bagi para Anggota Polri di Polresta
Yogyakarta saja, tetapi bisa melakukannya
Yogyakarta.
pada subjek di Polresta / Polda lain, sehingga
Anggota Polri pada umumya diharapkan ruang lingkup dan generalisasi penelitian
dapat memiliki control yaitu karakteristik menjadi lebih luas.
tinggi pada tingkat keyakinan individu
bahwa individu dapat mempengaruhi DAFTAR PUSTAKA
peristiwa-peristiwayang terjadi, Comit-
Andriani, R. 2008. Hubungan antara kepri-
men yaitu memiliki kecenderungan untuk
badian tahan banting (hardiness)
melibatkan diri dalam aktivitas yang
dengan stress kerja pada karyawan.
sedang dihadapi, dan Challenge yaitu
Skripsi (Tidak Diterbitkan) Yogya-
memiliki kecenderungan untuk meman-
karta : Fakultas Psikologi dan Ilmu
dang suatu perubahan yang terjadi sebagai
Budaya UII.
kesempatan untuk mengembangkan diri,
bukan sebagai ancaman terhadap rasa Astuti, K. 1994. Hubungan antara tipe
amannya. Sehingga apabila ketiga hal kepribadian tangguh dengan soma-
tersebutdikembangkan dan ditanamkan tisasi pada ibu rumah tangga.
pada seluruh anggota Polri maka akan Skripsi (tidak diterbitkan). Yogya-
dapat meminimalisir stres kerja yang karta: Fakultas Psikologi UGM
terjadi dalam pelaksanaan tugas sehari Astuti, K. 1999. Somatisasi pada wanita
hari. ditinjau dari tipe kepribadian dan
2. Bagi Bagian Sumber Daya Manusia status kerja. Psikonomi.2,I, 40-46.
Polresta Yogyakarta dan Biro Sumber Azwar, S. 2007. Validitas dan reliabilitas.
Daya Manusia Polda D I Y. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dari hasil penelitian tersebuthendaknya Beehr, T. A. (1978). Psychologycal Stress
dapat dijadikan sebagai masukan ter- In The Workplace. London: Rotledge.

INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012 47


Andy Arciana Dodik. S.S & Kamsih Astuti

Davis, K. 1981. Human behavioral at Luthans, F. 2001. Perilaku Organisasi Edisi


work: organizational behavior. New Sepuluh. Yogyakarta : Andi Offset.
York: McGraw-Hill Book Company. Maddi, S. R & Kobasa, S. C. 1984. Per-
Davis, K. & Newstrom, J.W. 1989. Human sonality Theories, A Comparative
behavioral at work: Organizational Analysis. Illinois : Dow Jones-Irwin.
Behavior. Singapura: McGraw-Hill Maslach, C. 1982. Burnout: The Cost of
Book Company. Caring. New Jersey: Prentice-Hall,
Gentri, W.D & Kobasa, S.C. 1984. Social Inc.
and psychological resources media- Muchtar, R. 2004. Hubungan Antara
ting stress illness relationships in Resilience Dengan Stres Kerja Pada
human in: Gentri W.D, Handbook of Karyawan PT. Telkom Divre VI
behavioral medicine. New York. The Balikpapan. Skripsi (Tidak Diterbit-
Guillford Press. kan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Greenberg, J., & Baron, R. A. (1993). Universitas Indonesia.
Behavior In Organizations: Under- Nuzulia, S. 2005. Peran Self-Efficacy Dan
standing And Managing The Human StrategiCoping Terhadap Hubungan
Side Of Work. USA: Allyn & Bacon. Antara Stressor Kerja Dan Stres
Hadjam, N.R., Masrun., Martaniah, S.M Kerja. Psikologika, Nomor 19 tahun
2004. Peran kepribadian tahan X, 32-40.
banting pada gangguan somatisasi. Putri, S. 2008. Hubungan kepribadian
Anima, Indonesian Psychological hardiness dengan pola asuh per-
Journal. Vol. 19, No. 2, 122-135. misive ibu single parent. Skripsi
Isnovijanti, T. 2002. Pengaruh dukungan (tidak diterbitkan),Surakarta:Fakultas
sosial terhadap kepuasan kerja dan Psikologi UMS.
stress kerja studi kasus: di Polres Pati Rice, P. L. (1999). Stress and health (3rd
Polda Jateng. Tesis (Tidak diterbitkan) ed.). California: Brooks/Cole Publish-
Semarang : Fakultas Psikologi Undip ing Company.
Iswanto,Y. 2001. Analisis Hubungan Antara Smeet, B. 1994. Psikologi kesehatan. Ja-
Stres Kerja, Kepribadian, Dan Ki- karta: Gramedia Widasasmara
nerja Manajer. http://www.psi.ut.ac.id/ Indonesia.
jurnal/111yun.htm Widiastuti,D & Astuti,K. 2006. Hubungan
Kobasa, S. C. 1982. Hardiness and Health : antara kepribadian hardiness de-
A Prospective Study. Journal of ngan burnout pada guru sekolah
Personality and Social Psychology, dasar. INSIGHT Jurnal Ilmian
Vol. 42, No.1, 168-177. Psikologi, Vol .6 No.2 :142-153
Kreitner, R & Kinicki, A. 2001. Organi-
zational Behavior. 5th ed. New York:
Irwin McGraw-Hill.

48 INSIGHT Volume 10, Nomor 1, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai