Salah satu keterampilan dasar matematika yang perlu dikuasai oleh siswa adalah
keterampilan berhitung. Bahkan sebelum dikenal dengan istilah matematika pelajaran ini
biasa disebut dengan pelajaran berhitung. Pada kelas rendah, pembelajaran matematika
ini sangat penting dikuasai sebagai bekal penguasaan materi selanjutnya di kelas tinggi.
Selama ini pelajaran berhitung dalam perkalian masih dianggap sebagai pelajaran
menakutkan dan sebagainya. Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar
matematika. Sikap ini mengakibatkan anak tidak menguasai konsep perkalian dan
kemampuan berhitung siswa menjadi rendah. akibat lebih lanjut mereka semakin tidak suka
terhadap matematika, sehingga hasil belajar matematika siswa akan semakin rendah.
Observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2015 guru
kelas III SD Negeri Labbakkang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, bahwa kemampuan
berhitung siswa rendah, metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, pemberian
tugas, dan hafalan. Selain itu penggunaan kelompok belajar pun masih kurang, hal ini
berdampak pada kurangnya minat siswa dalam pelajaran matematika khususnya perkalian.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti juga mengamati aktivitas siswa.
Dalam proses pembelajaran tersebut terlihat bahwa minat siswa dalam belajar berhitung
sangat kurang utamanya pada perkalian. Pada saat diberikan soal perkalian oleh guru, masih
banyak siswa yang salah hitung. Ini menunnjukkan bahwa tingkat ketelitian siswa dalam
menghitung masih kurang. Peneliti juga sempat memberikan tes awal untuk mengetahui
penguasaan konsep menghitung perkalian siswa dan hasilnya beberapa orang siswa
menuliskan jawaban yang salah sehingga dari 22 siswa kelas III SD Negeri Labbakkang
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang mendapat nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 70 hanya 8 siswa, sedangkan 14 siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal yang telah ditentukan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat penguasaan kemampuan
Degeng (Nurmasari, 2011) mengatakan bahwa daya tarik suatu mata pelajaran
ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran (pembelajaran) itu sendiri, dan kedua
oleh cara mengajar guru. Karena itu guru harus berusaha menjadikan pelajaran yang
sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang
tadinya tak berarti menjadi bermakna. Hal itu dilakukan dengan menggunakan metode dan
Cara mengajar guru dan cara siswa menerima pelajaran bisa mempengaruhi mutu
Pandangan ini dapat diubah dengan menggunakan berbagai variasi mengajar dalam
proses pembelajaran. Salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya kemampuan berhitung
dalam perkalian siswa adalah dengan menggunakan metode jarimatika. Jarimatika merupakan
salah satu metode berhitung yang memanfaatkan jari tangan sebagai media berhitungnya.
Jarimatika sebagai media berhitung mempunyai beberapa kelebihan, yaitu siswa dapat
melakukan perkalian dengan cepat dan langkah yang sederhana karena hanya dengan
Wulandani (2013:15) mengatakan bahwa alasan metode ini disebut jarimatika karena
kita akan memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat bantu untuk proses berhitung Kali-Bagi-
Tambah-Kurang atau disingkat dengan Kabataku. Metode ini juga tidak hanya dapat
diterapkan oleh guru di kelas, tetapi juga sangat cocok diterapkan oleh orang tua siswa di
rumah dalam membantu anaknya belajar. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan dapat
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Penerapan Metode
Matematika Siswa Kelas III SD Negeri Labbakkang kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Jarimatika pada dasarnya berasal dari dua kata yaitu jari dan aritmatika. Jari merupakan
suatu bagian tubuh yang berada pada tangan dan kaki. Sedangkan aritmatika disebut ilmu
hitung (Negoro dan Harahap, 2003:12). Dengan demikian jarimatika adalah suatu metode
Metode ini dapat menjembatani antara dunia siswa yang konkret dengan matematika
yang bersifat abstrak. Melalui metode ini, siswa dibimbing untuk belajar dengan cara yang
lebih menyenangkan. Siswa juga dapat mengotak atik benda konkretberupa jari-jari
tangannya sendiri, sehingga praktis dan tidak memberatkan memori otak. Jarimatika
merupakan sebuah solusi dari masalah perhitungan dasar anak SD. Dengan metode ini siswa
Dalam jarimatika, tangan kanan diibaratkan tangan satuan dan tangan kiri sebagai
tangan puluhan. Metode itu terus dikembangkan hingga mencapai angka ratusan dan ribuan,
anak perlu dibimbing unntuk memahami konsep dasar tentang perkalian terlebih dahulu.
menggunakan kelompok dasar yaitu bilangan 6-10 adalah sebagai berikut; 1) Sebelum
mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan;
2) Setelah itu, siswa mengenali konsep perkalian; 3) Siswa sebelumnya diajak bergembira,
bisa dengan bernyanyi; 4) Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika.
Pengenalannya dengan praktek secara langsung yaitu siswa diminta mengangkat jari-jarinya
ke atas kemudian mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan dalam jarimatika;
S2) dimana K1.2 = Basis penambahan dan perkalian, P1 = Nilai puluhan (jari tangan kiri yang
terbuka), P2 = Nilai puluhan (jari tangan yang terbuka), S1 = Nilai satuan (jari tangan kiri
yang tertutup), dan S2 = Nilai satuan (jari tangan kanan yang tertutup); 6) Guru dan siswa
dengan baik penggunaan metode jarimatika; 7) Ajak siswa terus bergembira, jangan
Dalam operasi perkalian, fungsi jari sebagai perwakilan bilangan diawali dari jari
kelingking hingga ibu jari secara berurutan. Jari tangan kiri dan kanan yang mewakili notasi
bilangan tidak berbeda satu sama lain. Namun jari tangan kiri harus mewakili notasi bilangan
kecil ketimbang notasi bilangan pada jari tangan kanan. Hal tersebut mesti diperhatikan
secara saksama agar tidak keliru menafsirkan notasi bilangan dalam operasi perkalian.
Berbagai notasi bilangan yang diwakili oleh setiap jari dalam jarimatika adalah sebagai
berikut:
2. Jari manis 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42, 47, 52
3. Jari tengah 8, 13, 18, 23, 28, 33, 38, 43, 48, 53
4. Jari telunjuk 9, 14, 19, 24, 29, 34, 39, 44, 49, 54
5. Jempol 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55
Perkalian dasar yang akan diterapkan pada siswa kelas III adalah perkalian yang
berbasis yang sama, misalkan perkalian kelompok 1 (6-10), kelompok 2 (11-15), dan
seterusnya.
Rumus dasar yang digunakan yang digunakan dalam kombinasi bilangan tersebut
1 + 2 (1 + 2 ) + (1 2 )
bilangan.
Catatan:
Contoh:
1. 9 x 8 = .
Jawab:
Petunjuk :
P1 + P2 = 40 +30 = 70
P2 = 3 puluhan
P1 = 4 puluhan
S2 = 2 satuan
S1 = 1 satuan
S1 + S2 = 1 x 2 = 2
Gambar 2.1 formasi jari 9 x 8
= (40 + 30) + (1 x 2)
= 70 + 2
= 72
Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan alur
kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada tiap-tiap siklus.
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah
guru kelas III dan siswa kelas III SD Negeri Labbakkang yang aktif dan terdaftar pada
semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan berlangsung selama dua siklus.
Pelaksanaan tindakan siklus I, materi yang disajikan adalah perkalian bilangan. Sedangkan