Anda di halaman 1dari 95

lr.

HEINZ FRICK
ILMU dan
ffi
UKUR ruAH
ALAT PENYIPAT DATAR
ALAT UKUR SUDUT
PENGUKUR JARAK DAN
TRIANGULASI SEDERHANA

@
:
PENER BIT KANISIUS
llmu dan Alat Ukur Tanah
028041
O Kanisius 1979
Kata pengantar
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI) llmu dan alat ukur tanah
Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Kotak Pos 11251Yk, Yogyakafta 55011
Telepon (0274) 5BB7B3, 565996; Fax (0274)
Buku ini berasal dari dua buku berbahasa Jerman bernama 'Nivellieren'dan
Website: www.kanisiusmedia.com
'Der Theodotit und seine Anwendung'Buku-buku tsb. karya Tn. O. Tnut-
E-mail : off ice @ kanisiusmedia.com
mann dan diterbitkan oleh perusahaan Wild Heerbrugg Ltd, Precision Engi-
neering, Optics and Electronics, CH-9435 Heerbrugg, Swis.
Cetakan ke- 20 19 18
Buku ini bukan dimaksud sebagai ilmu ukur tanah secara keilmuan dan ber-
teknologi tinggi, melainkan sebagai buku dasar, bantuan pada penggunaan
alat ukur tanah pada praktek. Buku ini memberikan keterangan mengenai
teknik dan penggunaan alat ukur tanah. Sebagai buku lanjutan diusulkan
misalnya 'llmu ukur tanah'oleh Prof . lr. Jacub Rais, M.Sc'
Buku ini disediakan dalam rangka kerja sama dengan perusahaan Wild
Heerbrugg Ltd., Ch-9435 Heerbrugg, Switzerland.
dan diterjemahkan oleh:
lr. Heinz Frick, ITKS - lnstitutTeknologiKatolik
Jalan Pandanaran 100, Semarang

Penerbit

Kata Pengantar (edisi kedua)

Buku 'alat ukur tanah' edisi pertama dalam waktu yang sangat singkat habis
terjual. Atas dasar kritik dan usul dari para pemakai, buku tersebut di perba-
harui dan diberijudul baru: llmu dan alat ukur tanah.
Saran dan kritik atas isi dan bentuk buku ini, baik dikirimkan kepada Pener-
lSBN 979-413-230-6 bit Yayasan Kanisius Yogyakarta, maupun kepada penterjemah: lr. Heinz
Frick, P.G. Box 113, (X91 Ruggell, Principality of Liechtenstein, Eropa, se-
lalu kami harapkan dan akan kami terima dengan senang hati'
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis it'ti dalitrn bentLrk cl:ttt rir:ttqar.t Ruggell, September 1 984
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis d;rri pelnerbit.
lr. Heinz Frick

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarla


Kata sambutan lsibuku

Kamimenyambutdenganhangatditerbitkannyabukuinigunamelettgkapi
Ma'
khazanah lndonesia dalam bidang llmu ukur Tanah. sangat terasa oleh 1. Pengukuran dengan alat penyipat datar
lndonesia
hasiswa dan pengaiar betapa kurangnya bacaan dalam bahasa 1.1. Pengetahuandasar I
mengenaibidangitmuinisehinggasetiapusahauntukmenulisbuku,apa. 1.2. Alat penyipat datar 't0
kahiu terjemahan atau karya tulisan sendiri, patut mendapat penghargaan. 1.2.1. Bagian-bagian alat penyipat datar Ketelitian, Kepeka-
lr.
Dengan diterbitkannya buku ini, kami mengucapkan terima kasih kepada an nivotabung, Teropong, Pembesaran bayangan ..... 12
yang telah dapat membanu mahasiswa dalam studi di mana tl- .2.2. Data-data tentang alat penyipat datar Wild 18
Heinz Frick 1

mu lhkur Tanah meniadi mata kuliah yang dipetaiarinya. Buku ini kiranya iu' 1.3. Memeriksa dan mengatur alat penyipat datar 20
gasangatbermanfaatbagisetiapsurveYorYangsetiapharinyabekerjade- 1.4. Teknik penyipatan datar 23
ngan theodolit dan alat ukur sipat datar' 1.5. Menyipat datar memanjang 26
1.5.1. Menyipat datar memanjang keliling 31
Semoga buku ini mencapai sasaran yang'diharapkan' 1.5.2. Menyipat datar memanjang dengan menghubungkan
pada titik tertentu 31
Jakarta, 18 J anuari 1979
1.5.3. Profil memanjang dan profil melintang 37
Prof. lr. Jacub Rais, M.Sc- 1.5.4. Ketentuan kelengkungan dengan alat penyipat datar N
Guru Eesar Geodesi lTB. 1.6. Menyipat datar pada bidang 41
1.6.1. Pengukuran situasi . 43
1.6.2. Sistem kisi (grid) .. 4
1.6.3. Tachimetri pada penyipatan datar. . 45
1.6.4. Penentuan garis kontur di lapangan 49
1.6.5. Penentuan kemiringan/kelandaian . . 49
1.6.6. Menyipat datar dengan bantuan permukaan air . 51

2. Pengukuran dengan alat ukur sudut


2.1. Pengetahuan dasar u
2.1.1. Jaringan segitiga (triangulasi) 55
2.1.2. Rangkaian segi banyak (poligon) 58
2.2. Macam-macam alat ukur sudut Wild 58
2.21. f eodolit Universil Wild T2 60
2.2.2. TeodolitWildT3 . . 63
2.2.3. Teodolit repetisi dan teodolit tachimetri 63
2.2.4. Teodolit kompas Wild T0 65
2.2.5. TeodolitWild T05 . 66
2.2.6. Data-data tentang alat ukur sudut . 66
a) Nivo tabung koinsidensi, b) Bayangan teroporx,,
c) Medan pandangan, d) pembesaran, e) Data-dara 2.8. Penggunaan alat-alat ukur sudut pada praktek 115
tentang alat ukur sudut Wild 2.8.1. Jaringan triangulasi sederhana 115
2.2.7. Silat-sifat penting pada teodolit. a) Jaringan dasar, bl Jaringan segitiga, c) Pemilihan
.
70 alat ukur sudut, d) Peninjauan jaringan segitiga,
a) Pengaturan sumbu_sumbu, b) pemeriksaan
dan ca.
ra mengatur sumbu el Perhitungan jaringan segitiga, f) Daftar koordinat-
2.2.8. Pemilihan teodolit yang cocok koordinat
73 2.8.2. Pengukuran tinggi trigonometris 133
2.3. Perhitungan kesalahan .

74 a) Kelengkungan bumi, b) Refraksi, c) Pelaksanaan


2.3. 1. Jenis-jenis kesalahan
74 pengukuran tinggi
2.3.2. Kesalahan rata-rata . .
76 2.8.3. Jaringan poligon
2.3.3. Kesalahan rata-rata kuadratis 138
76 a) Pengukuran sudut-sudut, b) Sisi-sisi poligon,
77 c) Penentuan koordinat-koordinat, d) Pengikatan ke-
2.3.5. Perambatan kesalahan
78 pada titik-titik yang tidak dapat dicapai, e) pengukuran
a) pada suatu penjumlahan, b) pada suatu perkalian,
) Dengan kombinasi perambatan kesalahan poligon dengan pemusatan paksa
2.4. Sistem koordinat 2.8.4. Pengukuran poligon kompas .. 153
80 a) Rumus-rumus pada perambatan kesalahan, b) Poli-
2.4.1. Ketentuan empat kuadran
81 gon dengan cara melompat tiap satu titik sudut
2.4.2. Penentuan koordinat dari sudut_arah t dan jarak
d 83
2.4.3. Penentuan sudut_arah t dan jarak d dari koordinat 2.8.5. Pengukuran guna pembuatan peta 158
2.4.4. Contoh-contoh
. . ... u a) Pengukuran koordinat siku-siku. b) Metode koordl
.
87 nat polar, c) Pendaftaran tanah, d) Peta topografi,
2.5. Pengukuran sudut-sudut
89 e) Pembuatan peta
2.5. 1. Metode mengukur sudut cara repetisi
89 2.9. Pemeliharaan alat-alat ukur tanah
2.5'2'Metodemengukursudutcarareiterasi 172
90
2.5.3. Metode dengan pengukur jurusan .
92 3. Lampiran
2.5.4.Metodedenganmengukursektor-sektor.
95 3.1 . Daftar istilah penting 173
95 3.2. Hasil produksi perusahaan Wild Heerbrugg LTD, Swis (dalam
2.6.1.Penggunaanrambuyangvertikal
96 bahasa lnggeris) 178
a) Asas Reichenbach, b) Alat ukur sudut dengan
re_
duksi otomatis
2.6.2. Penggunaan rambu yang horisontal
100
a) Baji optis Richard, b) Tachimeter dengan reduksi
otomatis
2.6.3. Penggunaan rambu_dasar yang horisontal.
104
a) pengukuran jarak tunggal, bl pengukuran jarak
ter_
bagi, c) pengukuran jarak dengan rambu_dasar
ban-
tuan
2.7. Pengukuran jarak secara elektronis
109
2.7.1. WildDisomatDt4
109
2.7.2. Sistem Wild Tachimat etektronis iC f
112
1. Pengukuran dengan alat
penyipat datar

1.1. Pengetahuan dasar

Menyipat datar adalah menentukan/mengukur beda tinggi antara dua


titik atau lebih. Ketelitian penentuan ukuran tergantung pada alat-alat yang
digunakan serta pada ketelitian pengukuran dan yang dapat dilaksanakan.
Biasanya kayu sipat merupakan alat pertolongan yang paling sederhana pa-
da penentuan beda tinggi beberapa titik tertentu. Kayu sipat biasanya se-
buah papan yang lurus dan sekitar 3.00 m panjangnya, kita pegang horison-
tal dengan bantuan sebuah nivo tabung. Kemudian dengan sebuah rambu
ukur, beda tinggi antara dua titik tertentu A dan B dapat kita tentukan
sepertiterlihat pada gambar 1 berikut.

rambu ukur
nivo tabung kayu sipat

Cara ini umumnya dapat dilakukan untuk menentukan dan menggambar


profil memanjang dan profil melintang. Bilamana panjang profil yang kita
inginkan lebih panjang dari kayu sipat, maka pengukuran kita lakukan bebe-
rapa kali seperti terlihat pada gambar2 berikut.
Gambar 2

Pada penentuan beda thggi dua titik yang jauh, pengukuran


dengan kayu Gambar 3
sipat menjadi sukar dan kurang teriti. J ikarau kita
mencari beda tinggi antara
titik I dan c (Gambar 2), peraksanaannya dapat
kita rakukan
bar itu dengan hasil
-0.g0 _ .1.1S _ l.SO + 1.00 + 0.40 menurut =
gam-
_ 2.05 m.
Tetapi kayu sipat dipakai lima kali dan di-horisontalkan
dengan nivo tabung
juga lima kali. Kita dapat juga memasang
sebuah kayu sipatl"r,g.n nivo ta_ 1 lingkaran horisontal berskala
bung pada titik I dan. menyiprt ,"prnJ"r,g sisi kayu 2 skala pada ilngkaran horisontal
sipat dan membaca
rambu ukur yang didirikan pada titik c. sasaran 3 okulerteropong
itu rebih mudah kita capai
dengan alat bidik sederhana atau dengan cerah pejera 4 alat bidik dengan celah pe;-'^
'rvru
dan pejera seperti pa- 5 cermin nivo
10
da sebuah bedir. Arat ini dapat dipasang pada
suaiu ,tatit t["ii tiga) atau di_ 6 sekrup penyetel fokus
pegang tangan saja. pada alat bidik yang
dipegang tangan kita harus mem- 7 sekrup penggerak horisontal
perhatikan sasaran dan nivo sekaligus.
8 sekrup ungkit
Akan tetapi alat bidik ini masih kurang teriti karena 9 sekrup pendalar
kita membaca rambu
ukur langsung (tanpa teropong). Jaraknya agak terbatas. 10 obyektif teropong
1 1 nivo tabung

12 nivo kotak
1.2. Alat penyipat datar 13 kepala kaki tiga

Jikarau kita ingin menentukan beda tinggi pada jarak jauh Gambar 4
dengan teriti,
garis bidik harus kita tentukan dengan
suati arat bidik yang terititanpa ada
paralaks dan untuk membaca mistar ,1lat-alat penyipat datar yang sederhana ilihat garnbar 3 dan 4 di atas) terdiri
diperrukan sebuah t"rlpong. Atas da-
sar dua ketentuan ini dikonstruksikan semua
alat penyipat daiar.
" ,Jari sebuah teropong dengan garis bidiknya (garis vizier) dapat dibuat hori-
',tlrtal dengan sebuah nivo tabung (11). Untuk mencari sasaran sembarang
.,:<eliling alat perryipat datar, maka teropong dan rriveau tabung dapat di-
;rLrt-ap p6616 sumbu pertama yang dapat diatur pada tiga sekrup pendatar (g).
ri{rr}gan sekrup penyetel fokus (6} bayan.r;an rambu ukur dapat disetel ta-
; ,rr]. Dengan sekrup penggerak horisor.rtal (7) bayangan dapat disetel tajam.
10
11
cermin yang dapat diputar ke atas (5) memungkinkan kita mengawasi nivo 1 kaca pembesar
tabung dari okuler teropong (3). Dalam keadaan tertutup cermin itu melin- 2 tutup pada nivo tabung
dungi nivo tabung. 3 sekrup ungkit
Makin lama alat penyipat datar mengalami perkembangan. 4 sekrup pendatar
suatu perlengkapan menentukan garis bidik horisontal secara automatis
oleh pengaruh gaya-berat. jikalau garis bidik disetel dahulu kira-kira dengan
ketelitian + bebelapa menit busur. menggantikan nivo tabung.
1.2.1. Bagian-bagian alat penyipat datar
Ketelitian suatu alat penyipat datar dengan nivo tabung, tergantung
dari kepekaan nivo tabung dan pembesaran teropong.
Kepekaan nivo tabung (lihat juga bab i.2.2. Data-data tentang alat penyi-
pat datar wild) ditentukan oleh jari-jari kelengkungan tabung nivo. Gambar Gambar 8
5 memperlihatkan dua nivo tabung dengan jari-jari kelengkrrngan yang ber-
beda. Pada kemiringan ., yang sama, gerembung pada nivo tabung A ber-
gerak lebih jauh daripada gelembung nivo tabung g, karena jari-jari busur Gambar 6 memperlihatkan gelembung pada suatu nivo tabung dengan ska-
pada nivo tabung,4 menjadi lebih besar, Ka'ena itu perubahan gelembung la terbuka yang telah di-horisontal-kan. Gambar 7 memperlihatkan gelem-
dapat diawasi lebih mudah. Pada bab 'l .2.2. (Data-data tentang alat penyi- bung pada suatu prisma koinsideisi wild. Dengan menggunakan prisma
pat datar wild) kepekaan nivo tabung ditentukan demikian rupa, sehingga dapat kita perhatikan bagian gelembung kiri atas a dan kanan atas b sekali-
ukuran sudut itu menentukan suatu pergeseran gelembung sebesa r 2 mm. gus. Nivo tabung men.iadi horisontal, jikalau dua ujung itu seimbang (meng-
Ketelitian pada suatu gelembung pada nivo tabung bisa menjadi'll5 dari koinsidensi-kan). Pengawasan dapat dilakukan dengan bantuan suatu kaca
nilai itu, yaitu 0,4 mm. Akan tetapi dengan menggunakan suatu nivo ta- pembesar (1), lihat gambar 8 di atas, yang sebelah kiri dari okuler teropong.
bung koinsidensi ketelitian itu menjadi "l/40, yaitu 0,05 mm. sebaliknya Penggunaan prisma koinsidensi ini memungkinkan pemasangan suatu tu-
suatu nivo tabung biasa dapat kita pusatkan lebih cepat dan lebih mudah, tup pada nivo tabung (2) sehingg nivo tabung itu dilindungi terhadap sinar
karena nivo tabung itu kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh luar se- matahari, dan selanjutnya meningkatkan ketelitian pada putaran vertikal
perti sinar matahari, perubahan suhu dsb. teropong. Jikalau pada suatu alat penyipat datar biasa nivo tabung dapat
disetel dengan tiga sekrup pen datar (4), pada prisma koinsidensi diperlukan

r
,,1 ," tambahan sebuah sekrup ungkit (3) yang tidak mengubah sumbu pertama.
l-
lt Teropong. Gambar 9 memperlihatkan skematis penampang memanjang
suatu teropong sederhana.

Gambar 6

2
34

Gambar 5
{ -f;s-
Gambar 9
Gambar 7

12 13
Sinar cahaya yang masuk pada
obyektif (1) membentuk bayang an
diafragma (3) suatu bayangan antaru/
terbarik dari rambu ukur yang
Bavansan rambu ini diperbisa, diperhatikan.
o6;;i;;, ior. o, situ juga ada pemasans-
;:.ff::iS;'j,,]l:,.*'n
digores p"ou perat
"'ui' kaca,'fi;;ii#"t pada

,/T\.
ffi
\_/
Gambar l0 'l pegas,pegas yang bersilang
(pita gantungan)

okuler teropong (4) harus diputar 2 garis bidik


sampai benang-sirang dapat dirihat 3 prisma atas
dan tajam' penyeteran ini tidak tepat 4 bingkai pemasangan
,ru^ JiIo"[ ragi untuk inata yang sama.
tik potong pada benang-sirang n.'uniuJiiirit Ti_ 5 bandul dengan prisma
pusat pada objektif dan garis
dik teropong' Agar jarit pao-a o"r'*g-;r;rlg bi_ 6 per
dua benang dapat diukur, ada tambahan 7 tombol sebagai kontrol fungsi
horisontal yang dinamati'n-n"n"rg
ditentukan demikian, se1l1ssa stadia, dengan jarak yang 8 piston peredam
,krr;;;.;;
ranya dikarikan dengan 100idarah;rr"L
rambu ukur yang ditihat dianta_ 9 silinder peredam
Gambar 12

bu ukur' Karena jarak itu uiasanya'Loii.. "ntrr" arat penyipat datar dan ram_
kapi dengan suatu lensa..koreksi (a
t""ir dari 100 m, teropong direng_ Pada alat penyipat datar automatis Wild bagian teropong tidak lagi menjadi
"rp;; bayangan
tajam juga. Jarak terkecil, ,"rgunrrrgild;alat selalu dapat disetel
penyipat datar, adalah an_
begitu sederhana karena berisi juga perlengkapan penyetel garis bidik hori-
sontal secara automatis. Perlengkapan itu terdiri dari sebuah bandul dengan
2'20 m (rihat luga aio't-'i.2.. oaia-oata
";;;;; ][t p"nvi-
prisma (5) yang digantungkan pada rumah-rumah alat penyipat datar de-
l:','.:,?fr,fiT
ngan pegas-pegas yang bersilang (1), antara lensa koreksi dan kaca be-
nang-silang. Pegas-pegas yang bersilang terdiri dari baja khusus sehingga
perubahan bentuk oleh perubahan suhu selalu menjadi sejajar.
Simpangan bandul terbatas goyangan sebesar + 15', cukup luas jikalau
alat penyipat datar distel dengan niveau kotak. Goyangan bandul diredam
dengan udara oleh piston (8) dan silinder (9). Alat penyipat datar mempu-

{----Mpr*r nyai suatu tombol sebagai kontrol fungsi (7). Sebelum membaca pada
rambu ukur kita menekan pada tombol yang menggoyangkan bandul de-
ngan satu per (6) dan kita dapat memperhatikan bagaimana garis bidik da-
pat distel kembali sebagai garis yang horisontal. Dengan melakukan ini kita
Gambar 1l
Karena bayangan pada teropong dengan cepat dapat memeriksa apakah alat penyipat datar masih betul hori-
biasa terbarik, maka daram penggunaan
kita harus membiasakan.diri sed]kit. sontal. Jikalau tidak horisontal kita harus rnenyetel kembali alat penyipat
ai"" iug, digunakan rambu ukur
ngan angka-angka terbarik, sehingga de_ datar dengan bantuan nivo kotak. Jikalau teropong sudah hosirontal benar,
paoa Layangan terbarik
itu dapat dibaca tegak..Dengan angka-angka maka garis bidik dari rambu ukur melalui semua bagian-bagian optik jatuh
;;d;k
menurut gambar 11 di atas kekuranganitu rrn
prisma uarit paJa-teropong
pada titik potong benang-silang. Pada teropong yang miring, dan bagian-
pat datar wird mempunyai perrengr.lp." dapat diatasi. s"rra al"t penyi_
bagian optik tetap di tempat semula, berkas sinar dari rambu ukur tidak lagi
(5) pada gambar
prira barik itu. Lihat prisma barik
11 di atas. kena titik potong benang-silang, melainkan suatu titik yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Sebagai koreksi perbedaan ini, maka prisma (5) mengalami
14
15
suatu kemiringan yang lebih besar daripada kemiringan teropong dan berju-
rusan berlawanan. Nilai kemiringan itu tergantung dari titik berat bandul Akan tetapi garis-tengah bayangan pada teropong .4 menjadi hanya
yang ditentukan demikian rupa, sehingga berkas sinar selalu mengenai titik separuh dari garis-tengah bayangan pada teroponE 8, jikalau garis-tengah
potong benang-silang. Atas dasar ketentuan ini boleh kita katakan: suatu objektifnya sama (lihat juga bab 1.2.2. ayat6). Supaya penerangan bayang-
berkas sinar yang jatuh di pusat objektif dalam arah yang horisontal akan te- an pada teropong dengan pembesaran bayangan yang kuat masih cukup,
tap kena titik potong benang-silang jikalau kemiringan teropong tidak lebih biasanya diperlukan juga garis-tengah objektif yang lebih besar (lihat bab
daripada + 15'. 1.2.2.t.
Pada penyipatan datar kita hanya perlu menyetel sumbu pertama sejajar an-
ting dengan nivo kotak. Segera dapat dimulai dengan pengukuran yang ter-
diri dari empat bagian, yaitu:
1. teropong di-arah-kan ke rambu ukur dengan alat bidik (vizier)
m
2. bayangan teropong distel tajam
3. dengan sekrup penggerak horisontal dipasang rambu ukur ke
tengah-tengah bayangan Gambar 14
4. rambu ukur pada benang-silang dibaca Pembacaan 152,652m
Pembesaran bayangan teropong flihat juga bab 1.2.2. Data-data tentang
alat penyipat datar Wild) menentukan ketelitian pembacaan pada rambu
Pada penyipat datar yang sangat teliti perkiraan dalam milimeter tidak lagi
ukur. Karena rambu ukur pada penyipat datar biasanya dengan pembagian
memenuhi. Alat penyipat datar yang teliti sekali dilengkapi dengan suatu
sentimeter saja. Bagian-bagian yang lebih kecil harus diperkirakan.
kaca-datar-plan-paralel yang dapat diputar ke muka objektif dan yang
menggeser garis bidik sejajar sampai dengan satu sentimeter. Dengan per-
lengkapan ini kita dapat mengukur jarak antara dua benang stadia pada be-
nang-silang dan garis sentimeter yang terdekat pada rambu ukur. Pergeser-
an garis bidik dapat dilakukan dengan memutar sekrup mikrometer yang
rnemutar suatu kaca beiskala yang memungkinkan pembacaan milimeter
serta persepuluhan milimeter dan perkiraan perseratusan milimeter (lihat
gambar 14).

- 3/5
- 376
z= ln
Gambar 13
- 378
Jikalau pada gambar 13 teropong 4 membesarkan bayangan rambu ukur 379
dua kali teropong I maka nilai milimeter dapat diperkirakan juga dua kali -
lebih teliti, lni berartijuga, bahwa jarak rambu ukur pada teropong,4 dapat
ditentukan sampai dua kali lebih jauh. Maka ketelitian masih lebih baik/
sama seperti pada teropong 8.
Pembacaan 315" 17' 1360") Pembacaan 377.53s (4O0s) Gambar 15

16
17
w r, !, .rr
= 9q ie
Sd r
+ -.6r
ie
fo or
-x \,
a=
g39$$$F3i$ssf,$
e
5&
oo s
O. E"&ggHit-3EHE-=38
0,
='A .H
Eg* s ii;3i+E =gEIEFE E
&E 6
f :, f
6-s q
r+J
o? Gl ggfliiiEiigiif
F.S g
56i g
Pdu
5f I
6(0 ='
=s
dor- B gigirgfgggi$g
for+
o'
^.UA
=l
^9
E.f U

:E ,riiEsigiisri
9A
=
=qo'-
;=i
oJ O_
OO
ao)
EE
oo)
J+
.< o_
i. T.

Data-data \ alat penyipat NAO NA1 NA2 N05 N1 N2 N3


\datar tipe NAK O NAK 1 NAK 2 NK 05 NK1 NK2
pembesaran teropong
bayangan tegak E 20 24 32/q 19 23 30 y-qt @
bayangan terbalik U E E E E E E _E
garis-tengah obyektif nya ( mm) 30 38 45 25 30 q 52
konstant stadia 100 100 100 100 100 100 roo @
jarak bidik terpendek (m) 0.9 1.0 1.6 0.8 0.7 1.6 0.4
Kepekaan nivo tabung per 2 mm 60" 60" 30" 1A"
ketelitian menyetel gelembung 0.8" 0.5" 0.3" 10" 1.5" 0.8" 0.2"
medan pandangan dalam m/100 m 3.8 3.2 2.4 4.0 3.6 2.8 1.8
kesalahan normal pada menyipat o.l @ 20
datar 1 km pulang-pergi t2.5 O r.s O o.a @ ts.o O 2.5 r.o @ 0.2
barat sendiri alat penyipat datar 1.8 2.1t2.2 2.4/2.9 1.8 1.7 I 1.8 2.2/2.8 5.1
Buku petunjuk G2 106 d G2107 d G2 108 d G2 150 d G2151 d G2 103 d G2 155 d
alat penyipat datar G1142e Gl 14il e G1 108o G1 150 e Gl 18te Gl 131 e. Gl 1t15 e

O kesalahan pada jarak bidik 30 m : + 1 mm


@ menurut mister dan cara menyipat yang digunakan
@ dengan mikrometer berkaca-datar-plan-paralel
@ tergantung pada jarak bidik
(Foto-foto alat penyipat datar Wild dapat dilihat pada bab 3.2. Hasil produk-
si perusahaan Wild Heerbrugg Ltd. Switzerland)
(o
1.3. Memeriksa dan mengatur atat penyipat
datar Karena itu semua baut dan mur (lihat gambar 16 dan 17) harus dikeraskan
Tiap-tiap alat penyipat datar disertai suatu
buku petunjuk juga demikian rupa, sehingga kaki yang dibuat dari kayu menjadi kaku pada sam-
ilihat
bab 1.2.2. Data-data tentang alat penyipat
datar Wild). batai .rrc p"nggr_ bungan kepala maupun sepatunya. Baut (1) menentukan sambungan kaki
naan memberi petunjuk mengenai persiapan,
pemeriksaan dan pemelihara_ dengan kepala dan baut (2) memungkinkan penyetelan kekerasan pengge-
an alat penyipat datar tOrsebut. Atas dasar rak engsel antara kaki tiga dan kepalanya'
instruksi-instruksi daftar cara jikalau kesa-
penggunaan itu daram rangka buku
ini, cukup karau kita memperhatikan Pada alat penyipat datar kita lakukan 'pengaturan nivo' hanya
prinsip-prinsip pengaturan alat penyipat lahan yang terjadi begitu besar, sehingga mengganggu bayangan' Kesalah-
datar (pengatur nivo).
an yang kecil dapat diabaikan atas dasar peraturan yang masuk akal.

L-L
.-:--=---:: --lj_ ---
,l
- th
--]r '
r

V Gambar 18

Pada dasarnya hanya satu syarat yang harus kita perhatikan untuk me-
nyipat tetap, yaitu garis bidik harus horisontal kalau nivo tabung disetel
horisontal/sejajar. Jikalau syarat ini tidak dipenuhi, nilai yang klta baca pa-
Gambar 17 da mistar menjadi salah sebesar 8 seperti terlihat pada gambar 18 di atas.
Pada alat penyipat datar tanpa sekrup ungkit sebaiknya kita pasang garis
jalan
arah nivo t-t tegak lurus pada sumbu pertama V-V, karena tidak ada
lain untuk meng-horisontal-kan alat penyipat datar ini, dan gelembung pada
tiap-tiap putaran teropong berubah tempatnya'
6'i> teo'

Gambar l6

Gambar 19

statif (kaki tiga) dibuat dari kayu yang


kering dan dicat kuning dihubung-
kan dengan alat-arat sambungan besi.
karena oreh pengaruh ikrim dan suhu Guna meneliti syarat tsb. di atas kita meng-horisontal-kan alat penyipat da-
sambungan-sambungan tsb. mungkin
sedikit ronggar. waraupun mungkin tar dengan nivo kotak dan mengarahkan teropong melalui (dengan) salah
alat penyipat datar daram keada* o.it
buruk jikalau statif itu goyah.
, hasir atau nilai sipatan menjadi satu sekrup pendatar. Dengan bantuan sekrup pendatar ini kita menyetel
nivo tabung seperti terlihat pada gambar 19 o. Jikalau kita sekarang me-
20
21
mutar teropong 180o, maka pergeseran gelembung pada nivo tabung men- aq-ai = a5-aiz
(harus diperhatikan tanda + ' -)
jadidua kali kesalahan e, seperti terlihat pada gambar 19 @. u"o = Li-'i; * ii per-
Pembetulan kesalahan ini kita lakukan demikian rupa, sehingga satu e pada lebihbesar dari nitai a'o' kita ulangi
sekrup penyetel, lihat gambar 19 @, dan satu e pada sekrup ungkit seperti Jikalau selisih pemb acaan a'abanyak meng-
nilaia' a menjadi sama kita harus
cobaan menyipat t"ruf liugi' 'Jikalau kon-
terlihat pada gambar 19 @. Penelitian ini kita ulangi lagisampaigelembung percobaan menyipat sekali lagi sebagai
nivo tabung selalu berada pada tengah-tengah tempatnya. atur garis bidik dan t"ngi"ngi
autom:t 1 dan
lloi'nn",r, saris bidik' Pada alat penvipat datar. Il l'-*A de-
sampai dapat kita baca nilai aa
NA 2, kita menggerakkan benang-silang puau
arat penyipat datar dengan
ngan memutr, ,"rrup'ior"k.i JiItr.g.i. me-
menggeser benang-silang' melainkan
sekrup ungkit (helling) kita tidak gelembung pada
iitai.aa' Pergeseran
ngoreksi nivo sampai'i"pti i"'u'ca
dengan s^krup ungkit'
n:ro a"Oung dapat kita tiadakan

Gambar 20

Percobaan menyipat
Untuk menguji garis bidik di lapangan yang datar kita pilih suatu jarak se- Gambar 21
panjang 45 m sampai60 m, A-D yang kita bagi tiga (3d) menurut gambar 20
di atas. Pada titik-titik antarnya B dan C didirikan sebuah rambu ukur. Pem- pada alat penyipat
Pemeriksaan dan pengaturan
meniadi lebih sederhana
bacaan rambu ukur masing-masing dilakukan dari titik,4 dan titik D. dapat
(Wild N2)' Teropong bersama nivo tanggung
Dengan teropong yang di-horisontal-kan dari titik A kita membpca ai pada datar dengan nivo balii
begitu memungkinkan pembacaan
rambu.ukur I dan a2 pada rambu ukur C. Kemudian kita membaca dari titik diputar sekitar garis Oidik"dan dengan sebelah
be;diri, ,"kuli d"ng.n nivo tabung
D a!3pada rambu ukur C dan ai pada rambu ukur B. Jikalau garis bidik ho- rambu ukur dua k"ti d;;;;;titi[ (ll)' Nilai rata-rata dari
sebelah kanan
risontal betul, maka pembacaan rambu ukur harus: kiri(t) dan sekalidenga;;i'" tabung yang horisontal' Nilai ini dapat kita
dua pembacaan ini t"'ti"Oi
garis Uidik
dq-dt = ?3-dZ pada nivo tabung dapat
setel dengan sekrup J"''g"t"'"n gelembung
seperti dapat dilihat pada gambar20 di atas. Jikalau garis bidik tidak hori-
';;iti
kita tiadaian dengan sekrup ungkit'
sontal tetapi miring dengan sudut d. Kita mengambil suatu garis sejajar ai
- a[pada titik ai demikian rupa, sehingga kita mendapatkan titik potong a4
I
pada rambu ukur yang menjadi pembacaan sebenarnya pada rambu ukur 1.4. Teknik PenYiPatan datar
tiga
I dua titik dapat dilakukan dengan
dari titik O. Pembacaan ini dapat kita tentukan menurut gambar 20 seperti Penentuan selisih tinggi antara lapangan'
datar tergantung pada keadaan
berikut: cara penempatan alat p"nii-p"t
23
22
r
R

I
Gambar 22
Pada cara pertama kita menempatkan
arat penyipat datar di atas sarah satu
titik, misalnya di atas titik g seperti terrihat pada Gambar 24
gamba r 22 dan mengukur
tinggi garis bidik J, yaitu jarak dari titik B sampai
titik tengah teropong.
Pembacaan rambu ukur, yang didirikan pada
titik ,4 menjadi misalnya g.
Maka berbedaan tingginya titik 4 dan titik g Pada cara ke-tiga menurut gambar 24 di atas, tidak mungkin kita menem-
menjadi h : R_J.
patkan alat penyipat datar pada/di atas titik ,A alau B, maupun di antara-
nya. Kita harus menempatkan alat penyipat datar di sebelah kanan titik 8.
Pembacaan rambu..ukur dilakukan pada titik A (R) dan pada titik B (V),
maka selisih tingginya titik 4 dan titik I menjadi .iuga h = R -V'
Dari tiga cara menyipat datar, cara dengan alat penyipat datar yang diletak-
kan antara dua titik (cara ke-dua) yang memberi hasil yang paling teliti, ka-
rena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengaturan dapat saling
T
R l\--- T
v
I
memperkecil. Apa lagi jikalau jarak antara alat penyipat datar ke kedua titik
dibuat sama, kesalahan pada garis bidik yang tidak horisontal (garis sumbu
I \ Z-Z tidak sejajar pada L-L, lihat gambar 18), pada pembacaan rambu ukur
-*rr-'f timbul sebelah-menyebelah dengan nilai yang sama. Dengan demikian per-
bedaan antara pembacaan mistar belakang dan rambu ukur muka (R-V)
A
Gambar 23
menjadi berbedaan tingginya dua titik yang sebenarnya.
Pada cara ke-dua lihat gambar23 kita Cara ini juga dapat dinamakan 'menyipat datar dari tengah-tengah' dan da-
menempatkan arat penyipat datar an- pat dilakukan sebagai pengetahuan dasar pada menyipat datar meman-
tara kedua titik sebaiknya demikian rupa,
sehingga jarak dari alat penyipat jang. Bila kita ingin mengetahui tinggi titik-titik yang diletakkan di sekitar
datar ke kedua rambu ukur masing_masing
hampir sama, tanpa memper- titik yang ditempati oleh alat penyipat datar kita menyipat datar pada bi-
hatikan apakah alat penyipat d"tuidil"t"klan
pada garis lurus antara dua dang.
titik itu. Kemudian pada titik 4 kita membaca (pembacaan
nilai R belakang) Atas dasar pengetahuan dasar mengenai teknik menyipat datar dan alat-
dan tanpa mengubah pendirian arat penyipat
datar, kita baca nirai t/ (pem- alat penyipat datar akan dibicarakan cara menyipat datar memanjang dan
bacaan muka) pada mistar yang didirikan'pada
titik B. Maka serisih tinggi_ menyipat datar pada bidang.
nya titik,4 dan titik g menjadi h
= R_V.

24
25
1.5. Menyipat datar memanjang
Jikalau jarak antara dua titik r dan 5 yang harus ditentukan
serisih ting-
ginya, menjadi demikian besar, sehingga iambu
ukui tidak oapai oitinat oe_
ngan terang dan pembacaan menjadi kurang Rambu ukur Rambu ukur
teriti, atau jikalau keadaan ra_
pangan menjadi sedemikian rupa, sehingga -garis Titik Pembacaan
bidik tidak kena rambu belakang B muka V
ukur karena jatuh di atas atau di bawah ,"rin,
ukur maka terpaksa jarak an_
tara titik / dan titik 5 itu. dibagi atas jarak-jarak yang 1 R1 2.435
rebih
kecir, sehingga 0.397
pengukuran dapat dirakukan dengan 2 v2
muoai dan bai[. Jarak bidik biasanya
dipirih antara 50-60 m. Untuk menentukan 2 R2 1.152
beda tinggi antara dua titik / dan
5 yang jaraknya besar, maka cara 3 v3 2.78
menyipr, iur", menjadi:
2.153
3 R3
4 v4 0.251
4 R, 2.246
5 v4 0.205
+ 7.986 -3.61'l
-3.611
+4.375m
Jikalau kita hanya mencari selisih tinggi antara titik / dan titik 5, maka da-
patlah jumlah semua pembacaan rambu ukur muka dikurangi jumlah semua
pembacaan rambu ukur belakang. Pada contoh 1 ini selisih tinggi antara
titik / dan titik 5 menjadi + 4.375 m, atau secara umum:
Gambar 25 h = lRc+ Rr+ 8g... + Fn)-(V, + V2+ V3... + Vnl
Penentuan Rt, Rzdan V1 dan V2dsb. pada contoh ini dan pada contoh ber-
ikut hanya kita pilih untuk memudahkan pengertian pada tabel-tabel.
satu rambu ukur kita dirikan pada titik / dan kita pirih
nyipat datarJl demikian rupa, sehingga garis
tempat untuk arat pe_ Jikalau kita perlu juga menentukan tinggititik-titik antara 2,3 dan4, maka
bidik masih kena rambu ukur antara dua titik yang berturut-turut kita tentukan beda tingginya dengan ru-
pada titik /. Rambu ukur kedua
didirikin ii titik 2 yang dipirih mus ,?- V. Walaupun pada tabel ia harus menulis tiap-tiap titik dua kali, satu
rupa, sehingga garis bidik kena rambu
ukur "t " titit zoari;arlt demikian
pada
penyipat datar dengan kedua rambu
ukur masing_masing
-"nt"r, ,t.t pembacaan rambu ukur muka dan satu kali pembacaan rambu ukur bela-
kang, kita dapat menghindarkannya dengan menulis pembacaan rambu
ukur berakang"rrr."
Sekarang kita rakukan pembacaan rambu
dan pembacaan ukur muka dan pembacaan rambu ukur belakang pada satu garis seperti ter-
rambu ukur muka menurut gambar 23.
seterah pembacaan dirakukan dan lihat pada tabel 1b berikut. Selalu kita hanya memperhatikan titik-titik tem-
ditulis pada buku ukur, arat penyipat datar dipindanun te titik pat kita mendirikan rambu ukur dan bukan titik meletakkan alat penyipat
Rambu ukur pada titik 2 .maka
kita putar hati-haii ke aran arat penyipat
J2.
datar pada datar.
titik J2' Kita baca rambu ukur berakan g R2, pindahkan
an ke titik 3, sehingga kita dapat ,-"r-Or"u
rambu ukur kemudi_ Perbedaan tinggi titik / dan titik 2 misalnya kita dapatkan dari hasil pe-
Pekerjaan ini kita urangi sampai dengan pembacaan
rambu ukur muka V2 dsb. ngurangan Rt-Vz. Nilai ini sebaiknya ditulis pada garis antara titik / dan
rambu ,t u,. ,um rzo titik2,-dan biasanya juga kita gunakan satu baris untuk hasil pengurangan
p'ada titik 5.
Pembacaan-pembacaan R1.s/d Ra dan yang positif (+ ) dan satu baris untuk yang negatif (-) yang memudahkan
v1 s/d vo kita catat sebagai taber pekerjaan/ perhitungan selanjutnya.
pada buku ukur seperti berikut: I

26
27
Tabel 'lb
Jikalau kita tidak mengetahuitinggi dua titik yang berjauhan jaraknya. maka
kita menyipat datar bolak-balik. Hasil pengurangan jumlah I dan jumlah V
Titik
Pembacaan rambu ukur R-V sebetulnya harus menjadi nol. Tetapi pada prakteknya akan selalu terjadi
belakang R muka V + perbedaan kecil. Kesalahan akhir ini terdiri dari kesalahan yang sistematis
1 Rt 2. 435 dan kesalahan yang kebetulan, kesalahan-kesalahan yang tidak dapat di-
2.038 hindarkan.
2 R2 1.152 v2 0.397 Kesalahan yang sistematis menjadi kesalahan yang merambat, misalnya
r.606 oleh statif alat penyipat datar yang makin lama makin lebih masuk dalam ta-
3 R3 2.153 v3 2.758 nah yang lemak atau oleh penurunan rambu ukur pada waktu memindah-
1.902 kan alat penyipat datar. Pengalaman menunjukkan, bahwa kesalahan yang
4 2.246
R4 v4 0.251 sistematis dapat diperkecil dengan meletakkan statif alat penyipat datar
2.O41 sestabil dan kuat mungkin dan pada titik-titik sembarang, tempat mendiri-
5 v5 0.205 kan rambu ukur kita pilih titik-titik tertentu dari batu dsb. atau dengan ban-
tRt l7.s86l tvt Js.orr | +5.e81 l_r.ooo tuan landasan rambu ukur seperti dilihat pada gambar 26 di atas. Penting
juga ialah kelancaran dalam melakukan penyipat datar. Jikalau kita mem-
tRl -tvl =+4.37S1R-Vj = +4.31s
buang waktu dengan memeriksa dan membaca rambu ukur beberapa kali
Hasil pengurangan antara jumrah semua pembacaan dengan harapan memperbaiki hasil pembacaan, maka kemungkinan timbul
rambu ukur berakang
[8] dan jumlah semua pembacaan rambu ukur muka kesalahan yang sistematis justru makin lama makin besar. Untuk meng-
tinggi titik / dan titik 5. Hasil yang sama harus kita
[t4 menjadi beda hemat waktu kita juga boleh menggunakan dua rambu ukur untuk pem-
dapat sebagai jumlah
baris [8- t4. Maka rumus l?t-lr1:tR-v] bacaan rambu ukur belakang dan pembacaan rambu ukur muka.
seraru kita rakukan slbagai pe_
meriksaan tabeltsb. Kesalahan acak (kebetulan) timbul baik dengan tanda (+ ) maupun (-).
Cara menyipat datar ini sering dilakukan pada jarak yang jauh. Biasanya kesalahan acak saling menghapuskan dan menjadi kecil sekali.
Pada peristiwa ini kita harus merakukan kontror yang-mantap. Kesalahan acak timbul misalnya oleh nivo tabung yang tidak disetel cukup
ini Kontror teliti dsb.
tidak hanya menemukan kekeriruan daram pembacaan
merainkan juga Nilai kesalahan yang diperbolehkan ditentukan oleh jenis dan guna tugas
membuktikan ketelitian penguku ran_pengukuran
kita. penyipatan datar dan ketelitian yang diharapkan. Akan tetapi ketelitian
yang diharapkan menentukan juga tipe alat penyipat datar yang harus di-
gunakan (lihat juga bab 1 .2.2. Data-data tentang alat penyipat datar Wild).
Kesalahan yang timbul biasanya kita bagi atas semua titik-titik yang diper-
hatikan pada penyipatan datar.
Jikalau kita memperhatikan kembalicontoh yang tadi(lihat gambar25) kita
mendapatkan beda tinggi antara titik /. dan titik 5 sebesar + 4.375 m. Jika-
lau kita sekarang menyipat datar kembalidarititik5 ke titik / maka kita men-
dapatkan beda tinggi yang berlainan, misalnya +4.363 m, maka kesalahan
yang timbul menjadi 12 mm. Hasil rata-rata beda tinggi titik / dan titik 5
menjadi + 4.369 m dan nilai ini kita tentukan sebagai beda tinggi yang se-
benarnya.
Perhitungan penyipatan datar selalu dilakukan pada buku ukur dalam or-
sinal untuk menghindari kesalahan pada waktu menyalin. Karena itu buku
ukur harus cukup besar supaya di kantor dapat kita tambah baris-baris per-
Gambar 26
hitungan seperti terlihat pada tabel 2 berikut:
28
29
Contoh 2 gi titik / dengan 345.150 m. Pada cara ini kita tidak mempunyai suatu kon-
Tabel 2a
trol dalam perhitungan (lihat tabel 2b hal. 30).
diisidi lapangan diisi di kantor
Tabel 2b
pembacaan beda tinggi tinggi tinggi beda tinggi
titik sementara sebenarnya titik tinggi
pergr pulang rata2
R V +
1 345.1 50
1 2.435 345.150 345.150
+ 2.038 + 2.036
2.038 -2.034
o) 2 1.152 2 347.186
0.397 347.188 347.186
o + 1.605 1.606
o_ 1.606 - 1.606 -
(, 3 2.153 3 345.580
o- 2.758 345.582 345.580
'= + 1.902 - 1.897 + 1.900
1.902
o 4 2.246 0.251
4 u7.80
o- 347.84 347.80 +2.041 -2.037 + 2.039
2.M1
5
5 349.519
0.205 349.525 349.519
7.986 I g.or r 5.981 I r.OOO
tRl-tvl: +4.375 tR-Vl: +4.375
5 0.358
1.5.1. Menyipat datar memanjang keliling
349.513
o)
2.037 Biasanya untuk suatu penyipatan datar yang menentukan perbedaan
sfc 4 0.416 2.395 347.476 tinggi dua titik dengan jarak yang jauh tidak kita pilih jalan yang sama untuk
o. penyipatan pergi dan penyipatan pulang sehingga kita mendapat tinggi be-
1.N7
o 3 2.556 2.3'.t3 berapa titik lagi dan penyipatan datar ini berbentuk segi banyak. Suatu segi
o. 345.579
c 1.605 banyak ini dapat kita letakkan misalnya sekeliling suatu lapangan, gedung
q)
o- 2 0.555 0.951 2.034 347.1U dsb. yang akan kita sipat lagi dengan teliti pada pekerjaan lanjutan.
1 2.589 345.150
3.885 I A.ZqA r.60s I 5.968 1.5.2. Menyipat datar memanjang dengan menghubungkan pa-
tRl-tvt:-4.363 tR-vt: -4.363 da titik tertentu
Pada banyak negara sudah digunakan suatu jaringan titik-titik dengan
Pada contoh 2 ini tinggi titik-titik dihitung penyipatan pulang-pergi masing- tinggi tertentu. Jikalau mungkin selalu kita pilih salah satu titik itu sebagai
masing dimulai pada tinggitertentu 345.150 m pada titik /. perhitungan pi- titik permulaan dan/atau titik penutup penyipatan datar memanjang.
da penyipatan pulang dilakukan dari bawah ke atas. pembagian perbedaan Di lndonesia kita kenal jaringan sipat datar teliti dari jawatan topografi AD
12 mm antara penyipatan pergi dan penyipatan pulang dapat kita lakukan seperti dilihat pada tabel 2c berikut. Tugu triangulasi dari jawatan topografi
dengan menentukan hasil rata-rata pada pembacaan masing-masing agar AD tersebut juga mempunyai nilai tinggi, tetapi nilai ini sangat kasar dan
berbedaan tinggi seluruhnya selalu menjadi 4.369 m seperti dilihat pada tidak boleh dipakai untuk hitungan sipat datar.
tabel3 berikut.
Memang ada juga kemungkinan dengan menentukan hasil rata-rata perbe-
daan tinggi pada contoh 2 pada titik masing-masing berdasarkan pada ting-

30 31
pembacaan beda tingl
tinggi
titik R z *-T-:
R4 0.753 454.721
A
1
R4-Vr
I 1.isl 4s3.717 Contoh 3
1 Rr 0.232
453.71 7 Tabel 3a
V t-2. 2.321
451.396
Tabel 2c a za 2.553
6 Za-Yz 0.083
2.63, 451.313
2
l.- oDm__.i
o
451.313
2 Rr 1.247
-zr 0.094
451.407
a za 1.152
z^-Zt 0.615
0.537 452.022
b Z6
Za-2. 0.3'16
452.338
c zc 0.221
Zs-Yt 0.937
1.1 58 451./101
3
h,' I

fn
1
451.401
3 Rr 2.15,
10 R:-Vr 2,441
3l* ll 1 $1, 453.842

2
453.842
1 Rr 2.',|61
1ft]I
-t r.otl
4 Rr-Vr 1.1'18
451.990
t

l.- o.zr
^ i
isI czoy
5

a
R:

zs
I
0.5tr/

1.754
Rr-Zo
Z6-Yc
454.990

453.767

1s2.732
Tugu primer dan Tugu tersier Tugu Tugu tersier 0 2;189
0
tuqu sekunder diJawa kwarter di luarJawa 6 Rr 0.15/
452.732
Ro-Za
.--.-> a za 2.684
Zu-za ouu'
l,*, 450.198

-I 450.859
b 26 2.023
zr-V,
450.017

Pada contoh 3 berikut pada penyipatan datar memanjang disisipkan titik-


7 2.861 to*'
450.01 7
7 Rz 0.233
titik dan pembacaan rambu ukur ditulis pada jalur Z. Keterangan mengenai Ru
-Vs
2.300
t47 -71'l
jalannya perhitungan dapat dilihat sesudah tabel3a dan 3b berikut. Pada ta- B Vs 2.$l
+8.063 +5.275-12.279 -1.001
bel3a kita melihat dan dapat mengikuti pada seluruh perhitungan penyipat- -15.056
+ 8.063 + 5.275

an datar ini. Pada tabel 3b kita melihat contoh yang sama tetapi lebih se- Harga PenYiPatan datat = - 6.993 -@
derhana, seDerti pada praktek kita catat hasil penyipatan datar pada buku Harga s'ebenarnYa -- - 7.004
Kesalahan Yg. timbul
: 1--ll mm
ukur.

32 33
pembacaan beda tinggi Keterangan pada contoh 3: Berlawanan dengan contoh-contoh sebelum-
titik
R z +
tinggi Catatan
nya, kita pada contoh 3 ini mengoreksi pembacaan rambu ukur masing-ma-
Tabel 3b A 0.753
sing menurut kesalahan yang timbul dengan mencoret angka-angka yang
454.721
7 1.004 akan mengubah dan mencatat angka-angka yang baru di atasnya. per-
1 0.232 1.759 153.117 tugu kwarler bedaan tinggi titik.4 dan titik B menjadi -7.004 m. Jumlah R menjadi 8.036
1a
2.321 di sudut rumah
m dan jumlah V : 15.056 m dengan hasil pengurangan -6.993 m' Dari
pembacaan rambu ukur kita mendapatkan suatu perbedaan tinggi titik 4
2.553 4s'1.396
6 6 0.083
2 1.24/ 2.635i 4s1.313 batu di pinggir dengan titik I sebesar 11 mm. Karena pada perhitungan perbedaan tinggi
2a 1,152
0.094 ialan titik 1, 2,3 dsb. kita dapati oleh R, -Vt, Rz-V2dsb- kita harus mengoreksi
kesalahan yang timbul sebesar 11 mm itu sedemikian rupa, sehingga nilai
451.407
0.615
2b 0.537 452.022 pembacaan rambu ukur R meniadi lebih kecil dan pembacaan rambu ukur y
0.316 menjadi lebih besar. Pada contoh ini kita melakui 16 pembacaan rambu ukur
2c 0.221
1 0.937
452.338
yang menentukan suatu korreksi sebesar 0.7 mm pada tiap-tiap pembacaan
2.75/ 'l .158 451.401 sudut rumah rambu ukur. Pada penyipatan datar biasa kita tidak menghitung dengan se-
2 10 2,441 persepuluhan mm, maka kita membatasi diri dengan mengoreksi hanya 1'l
2.162
pembacaan rambu ukur dengan 1 mm masing-masing. Nilai pembacaan
4 0.309- 453.842 tiang batasan
1 4 1.148
5 0.53/ 1.01/ 454.990 sudut rumah rambu ukur yang asli tidak boleh kita hapuskan. Hanya dicoret dan angka
1.223 yang baru kita catat di atas angka yang dicoret.
5a 1.754 453J67
Kita lihat pada contoh ini, kita meratakan kesalahan yang timbul tanpa
memperhatikan pembacaan mistar pada titik-titik di antara (2. Memangbe-
0 1.03s
6 0j5/ 2.789 452.732 sudut rumah
2.534 nar, titik-titik ini tidak mempunyai pengaruh atas kesalahan yang timbul ka-
rena tidak dihubungkan dalam poligon, melainkan ditambahkan seperti ekor
6a 2.684 4s0.1 98

pada salah satu titik poligon saja. Kesalahan yang mungkin timbul pada pe-
0.661
6b 2.023 450,859
5 0.842 nentuan tinggi titik-titik di antara (Z tidak dapat diperiksa atau dikoreksi.
7 0.233 2.86r 450.01 7 tanda pada Karena itu sebaiknya orang yang belum menguasai penyipatan datar, me-
3 2.300 batu gunung
B 2.532 447.711
nyipat titik-titik di antara E)dua kali sebagai pemeriksaan.
Yang mudah dan yang mungkin dilakukan ialah penempatan perhitungan
semua titik di antara Z) demikian rupa, sehingga perhitungan menjadi tan-
+8.063 5.056 + 5.275-12.279
-1
+ 8.063 +_1?5
Harga penyipatan datar --6.993 pa kesalahan. Sesudah kesalahan yang timbul kita ratakan atas pembacaan
-7.004
Harga sebenarnya = - 7.004 rambu ukur R dan V, dapat kita tentukan perbedaan tinggi antara dua titik
Kesalahan yg. timbul .+ 11 mm masing-masing. Hasil pengurangan antara perbedaan tinggi yang positif
dan yang negatif sekarang harus menjadi sama dengan perbedaan tinggi
titik ,4 dan titik 8. Kemudia tinggi titik masing-masing dapat ditentukan
dengan menjumlahkan atau mengurangi perbedaan tinggi titik-titik itu. Pa-
da titik terakhir I kita harus mendapatkan nilai yang sudah kita ketahui. Se-
mua titik yang kita pakai pada penyipatan datar, kita tentukan pada situasi,
lihat gambar 27 di atas, dan keterangan mengenai titik-titik itu kita isi se-
bagai catatan pada buku ukur seperti terlihat pada tabel 3b'

Gambar 27

34 35
1.5.3. Profil memanjang dan profil melintang
cDo Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, .ialan
CJ
CG
>c raya. saluran air, pipa air minum, riool dsb. Dengan jarak dan perbedaan
iEo
-G
oc
tinggi titik-titik di atas permukaan bumi, didapatlah irisan regak lapangan
a.g yang dinamakan profil memanjang pada sumbu proyek. Bersama dengan
!
6
profil melintang dan peta situasi kita dapatkan dasar-dasar pada perencana-
(\l
g an proyek tersebut di atas.
:p oo
E
o
Penyipatan datar pada profil memanjang dapat dilakukan menurut contoh 3
OF (9 tadi. Karena biasanya timbul juga banyak titik di antaranya /Z/ kita harus
;s
'its
menggunakan satu perhitungan yang lebih sederhana (lihat tabel 4).
UO Pada gambar 28 titik permulaan 1 dengan tinggi 351 .27 m kita tambah pem-
c>
bacaan mistar belakang (B = 0.65 m) dan mendapatkan tinggi garis bidik
lH).finggi garis bidik iniberarti, semua garis bidik dengan arah sembarang
berada pada tinggi 351.92 m selama titik tempat alat penyipat datar tidak di-
ubah. Jikalau kita pada titik masing-masing mengurangi nilai pembacaan
rambu ukur dari tinggi garis bidik kita dapatkan langsung tinggi titik masing-
masing yang sebenarnya. Cara ini akan kita lakukan pada tempat letak alat
penyipat datar masing-masing. Hanya tinggi titik-titik di antara (Z) baru kita
tentukan sesudah kesalahan yang timbul dibagi menurut contoh 3 tadi. De-
ngan cara perpendekan titik-titik di antara (Z) tidak dapat diperiksa pada
pembacaan maupun perhitungan. Sebaiknya kita menyipat datar profil ini
dua kali.

{o I
'a
(D
G .g

36
37
Contoh 4
Tabel 4 Titik-titik prof il pada garis sumbu proyek atau pada garis segi barryak proyek
dinyatakan di lapangan dengan pancang-pancang dari kayu yang bidang
pembacaan
titik tinggi atasnya sama dengan bidang tanah dan pancang kedua ditanam dl dekat-
tinggi
R z garis bidik catatan nya dan diberi nomor, dengan pancang mana dapat diketerrrukan kembali
1 0.65 pancang-pancang prof il seperti dilihat pada gambar 29 di atas.
351.27 351.92
a titik permulaan
0.43 351.49
b 1.22 350.70
c 1.37 350.55
d 1.85 350.07
2 1.93 349.99 tinggiyangasal--- -- ,
1.7ni
2 1.45
349.99 351.44 sisi lerengan direncanakan
a 2.2A 349.21 tepi kali
b 2.19 349.25 tepi kali galian -t'7*o7# xlo.7m=r3ni
c 1.47 sisi lerengan
349.97
d 1.31 0a+Q4 ni x rOJm
350.13 timbunan = =65ni
3 0.31 351.13
3 2.21
351.13 353.37
a 2.15 351.22 galian
b 1.30 352.07
4 1.11 352.26

4 2.23 352.26 354.4S


a Gambar 30

Di atas telah dikatakan, bahwa banyaknya tanah yang digali sedapat mung-
kin dibuat sama dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menim-
buni. Untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk digali maupun untuk
menimbuni, profil memanjang belum cukup. Maka diperlukan lagi profil me-
lintang yang harus dibuat tegaklurus pada garis sumbu proyek dan pada
tempat-tempat yang penting. Pada profil melintang masing-masing kita
menggambar misalnya jalan yang direncanakan seperti dilihat pada gambar
30 di atas.
Pada contoh 4 tadi misalnya kita dapat mengambil perbedaan tinggi antara
tinggi yang asal dan tinggi garis sumbu jalan yang direncanakan pada profil
memanjang. Misalnya perbedaan tinggi ini menjadi pada titik /a -0.30 m
dan pada titik /b +0.20 m dan atas dasar titik-titik tertentu ini dapat kita
Gambar 29 menggambar jalan yang direncanakan (lihat gambar 30).
Untuk menghitung banyakn,,'a tanah, baik untuk digali maupun untuk me-
nimbuni, kita menentuk:n luasnya pada dua titik profil melintang yang ber-
turut-turut, mengambil nilai rata-rata yang akan dikalikan dengan panjang-
nya (jarak dua titik tsb.).
38
39
1.5.4. Ketentuan kelengkungan dengan alat penyipat 625 :
datar dan kemudian s : 25 - +
12.56 m
rfOZS tgOO

,'= ?i9:3'14m
s- : 3't4 : 0.79 m
4'
Kita lihat, bahwa penentuan kelengkungan, dengan suatu alat penyipat da-
tar dengan lingkaran horisontal berskala menguntungkan sekall.

1.6. Menyipat datar Pada bidang

T
E r Gambar 31

Bagi penentuan garis sumbu untuk profil memanjang pada proyek


trase tsb. sering dibutuhkan penentuan kerengkungan.'unlul
penentuan
kelengkungan sebenarnya ada beberapa kemungkinin.
Karena pada prak-
tek biasa suatu sistim perkiraan sudah memenuhi kebuttihan.
,sistim maka daram
rangka buku ini hanya kita perhatikan seperempatan,.
Menurut gambar3l diatas titik r
menjadi titik potong garis singgu ngA*T
dan 8- T yang harus dihubungkan dengan suatu lengkungan
ti;"gkaran de-
ngan jari-jari r tertentu. Dengan bantuan alat penyipat
oatir kita-mengukur
pertama sudut a. Kemudian jarak t antara titik-titik
A-T dan B_T dapat
kita hitung dengan rumus berikut:
Gambar 32

t= r.COt dan E:l-


y2

; tfr2+t2
Jikalau sisi,4 - 8 (garis hubung) kita bagi dua kita dapatkan Jikalau kita ingin mengetahui keadaan tinggi rendahnya suatu daerah
titik Mdan dari dapat kita menyipat sebanyak mungkin titik-antara sekeliling alat penyipat
titik itu kita ukur tegak rurus tinggi busur s dan mendapat
titik c. Kemudian datar.
kita bagi dua sisi A- c dan dari titik itu kita ukur tegak lurus
tinggi busurs, Sebagai keterangan dapat dilihat gambar 33 berikut. Pada nivo tabung yang
' s/4 dan crapatkan titik D. Kemudian dapat kita membagi iJa tagi sisi
A D rla^ dari ritik itu kita ukur tegak lurus tinggi busurs,, : l, Zq OrO. horisontal garis bidik pada waktu teropong diputar pada sumbu pertama
membentuk suatu bidang yang horisontal pada tinggi garis bidik. Tinggi ga-
contoh: Jikarau r = 25.00 m dan a : s9o40' dapat kita tentukan: ris bidik kita dapatkan dengan menjumlahkan tinggi titik P dengan tinggi
I 29,,50',cot{ alat penyipat datarJ. Jikalau kita kemudian mengurangi hasil ini dengan mi-
? '--- 2 =1.744 salnya pembacaan rambu ukur V2, maka hasil pengurangannya menjadi
rlirrr I 25 . 1.744 : 43.6 m tinggititik2 dsb.
40 41
Titik-titik dengan tinggi diatas bidang tinggi garis bidik tidak dapat diukur.
Garis potong bidang tinggigaris bidik atau suatu bidang horisontal lain de-
ngan lapangan yang miring kita namakan garis-garis kontur.
Garis kontur berarti garis yang menggabungkan titik-titik yang tingginya
sama. Garis-garis kontur menjadi penting pada topografi karena memung-
kinkan menggambar peta yang memperlihatkan bentuk dsb. pada suatu la-
pangan. Biasanya garis-garis kontur digambar/ditentukan pada suatu jarak
antaranya yang tertentu. Jarak sejajar anting antara dua garis kontur dina-
makan Equidistance (bahasa lnggeris) sepertijuga dapat dilihat pada gam-
bar 32 di atas.
suatu peta dengan garis-garis kontur memungkinkan penentuan tinggi
tiap-tiap titik sembarang. Pemilihan jarak garis-garis kontur tergantung dari
skala peta dan kemiringan lapangan, biasanya antara 0.50 m s/d 5'00 m'
Pada gambar 33 dapat kita lihat, bahwa titik terendah pada lapangan yang
masih dapat diukur menjadi tertentu oleh panjangnya rambu ukur agar ma-
sih dapat dibaca pada teropong alat penyipat datar.
Kita juga melihat, bahwa yang penting bukan hanya tingginya suatu titik,
melainkan juga letakan titik itu. Untuk penentuan letak suatu titik maka
dapat kita lakukan tiga cara berikut.

1.6.1. Pengukuran situasi

Jr 49

:,8 Pc

)i" {.
1;ls
Gambar 34
l{1k
43
Pada daerah yang digambar
pada gambar 34 di
garis-garis kontur. su,paya atas harus digambar
oapat oiuaya.igl"n ,"nrrng pancang dari kayu. Pada penentuan garis-garis kisi (grid) sebaiknya kira
erah itu. Maka ditaku\an penentu""i,n"'ir,l tinggi rendahnya da-
J Jr,danJ3. Dari penentuan
menggunakan suatu double pentafon prisma (prisma sudut) seperti terlihat
itu kita dapat metetakt<an l,
menurut bab 1.S.1. Menyipat ,;;;;;;;ar
atat pada gambar 35 di atas. Tentu saja sistim ini memudahkan juga penentuan
dan yans dapat dihubunskan
O"tr, .n",ilnlang pro, poligon. pembacaan kali, jalan dsb.
rambu ukur dan catatan-catatan
pada irt, ,1u,. dapat
rut contoh 4 pada Orl.,,._U:r: protiimemaijJng kita rakukan menu_ -1
Atas dasar penentuan tingginya O"n profit metintang.
titik-titi[ teitentu pada contoh
menggambar garis-garis.konrur ini oapat t<ita
dung;; ;;;rkukan interporasi
trk'tertentu masing-masing.
dengan tingginya 5,1 menjadi
rvlisainy:-;".ri'r","." titikJ2dan
SO.OO',,, ;"ri"Og1" tinggi
1.30
anrara dua ti_

m
titik batasan -t'l l--'
titikJ2 dan saris konturnyaz+.s,il,iro.34.oo/L maka jarak
ill:f 30 x 0.70 = 18.00

1.6.2. Sistim kisi(grid)

\i-/
--l\-{
skala jarak 1 :1000

o 6 I I 6 I I g Gambar36.

Oleh penyipatan datar pada bidang dengan sistim kisi (grid) dapat juga kita
menggambar profil masing-masing dari lapangan yang diperhatikan seperti
terlihat pada gambar 36 di atas.

1.6.3. Tachimetri pada penyipatan datar


Alat penyipat datar dengan lingkaran berskala dan dengan dua benang
stadia pada benang-silang yang memungkinkan pengukuran jarak dapat
Gambar 35 kita gunakan untuk menentukan titik-titik sembarang pada lapangan tanpa
,::i:1i:: sedikir bansunan situasi atau kisi karena titik-titik menjadi tertentu dengan jarak dan jurusan.
il,r,i;:lJ::,rfl:liiil
menggunakan sistirn kisi (grid).
fvf"nrrutii^vvr^rt
peta dengan qaris-oaric kn.+,,, i,^^- ,.:^ ..,19i
uorrqutrdn saja
rendahrrya
sala klta
kita dapat
dapar
clan penggunaan
Pembacaan suatu sudut sudah diterangkan pada gambar 15 dan menjadi
begitu mudah, sehingga tidak perlu keterangan lagi. Akan tetapi perlu di-
ffiTTff i:'';:::'J::::*i::!,;:l!";:::l?Ji"xi:i#3:j,*
ifl ying biasan* ai"r"irr." -jdnaKatl
ringan siku-siku, krla tentukan suatu
dl laparrllan clengan pancang_
ia^ perdalam penentuan jarak dengan rambu ukur, sehingga penentuan jarak
menjadi cukup teliti.

45
pen-
pada pengukuran idrak meniadi
Penyetelan ke-tajaman benang-silang pada
paralaks karena kita membaca
ting sekali agar pembacuu" tiO't te'1aai
Benang stadia dua titik Pada rambu ukur' titik
pada alat penyipat datar memungkinkan
atas Lingkaran horisontal berskala ba-
kita dapatkan suatu segi
masing-masing dihubungkan antaranya'.agar me-
analitis atau secara grafis' Begitulah
nyak yang dapat ditentufun '"""u pada sistim t<isi (grid)
lagi seperti
nyipat datar pada Olau^g tiOuL terbatas yang timbul atau menambah
Benang-silang menghindari gangguan
merainkan kita dapat
horisontal
titik-titik yang kita rasa penting'

Benang stadia
bawah

Gambar 37
H=0.419m D=82,3m

Pada gambar 10 kita lihat suatu benang-silang, dengan perlengkapan dua


benang stadia demikian rupa, sehingga ukuran pada rambu ukur yang di-
lihat antara benang stadia atas dan benang stadia bawah dikalikan dengan
100 menjadijarak antara alat penyipat datar dan rambu ukur. Sebaiknya kita
lakukan pembacaan rambu ukur untuk penentuan tinggi, sudut dan penen-
tuan jarak demikian rupa, sehingga pembacaan dapat dilakukan seperti ber-
ikut ( lihat juga gambar 37 di atas):
1. Benang-silang yang vertikal dipasang pada pertengahan rambu ukur
-
Baca sudut pada lingkaran horiqontal berskala.
2. Menyetel nivo tabung horisontai\epat
- Baca tingginya 4,, titik tsb.
3. Menurun atau menaikkan teropong demikian rupa, sehingga benang
stadia bawah jatuh pada suatu garis desimeter pada rambu
ukur jarak D pada benang stadia atas.
- Baca
Contoh (lihat gambar3T diatas): Sudut horisontal menjadi315017' (seperti
terlihat pada gambar 151. Tingginya H dapat kita baca pada benang-silang Jq Gambar 38
-
yang horisontal = 0.419 m dan jarak (kita menyetel teropong, sehingga be-
nang stadia bawah jatuh pada garis 30 cm pada rambu ukur) men-
jadi32.30 m karena pembacaan rambu ukur menjadi 62.3 cm 30 cm =
x .l00 - penyipatan datar pada bidang de-
32.2cm = 32.3 m. Pada gambar 38 di atas kita lihat sebagian Pada contoh 5 ini'
Tentu saja boleh kita membaca rambu ukur pada benang stadia tanpa me- ngan titiknya yang sebagian men.iadi 'uu" '"gibanyak' ukur seperti ber-
nyetel/ mengubah ke- horisontal-an pada teropong dengan perhitu ngan 58. 0 pada titikJ2 kita catat p-emuacaan rambu
utui pada buku
cm - 25.7 cm = 32,3 cm x 100 = 32.30 m. ikut:
t 46
47

I
Tabel 5
1.6.4. Penentuan garis kontur di lapangan
Pada salah satu lapangan dengan kemiringan/kelandaian yang kurang
5% sebaiknya kita mencari titik-titik sembarang pada garis-garis
<lari sekitar
o, kontur dari pada titik-titik tertentu yang akan di-interpolir.
216.70 000
216.19 217.52 titik pembacaan
216.33 15240 252
0.72 6.80 39 11
0.40 '1.12
66 20
0,52 7.00 95 51
1.89 5.63 220 52
2,72 4.80 235 33
2.18 5.34 254 10
2,97 4.55 279 06
2.27 5.25 287 12 sudut rumah
2,01 5,51 300 13 sudut rumah
1.77 5.75 329 20

\ zsr
---s' 31

250.5
contoh 5: Tingginya titikJ2 sudah kita dapatkan dari penyipatan datar pa-
da titikJl'
Tingginya garis bidik pada J2kita catat pada barisZ antara dua
kurung, dan hasilnya kita perlukan untuk memeriksa penyipatan datar ini.
Pada tabel5 kita juga lihat, bahwa sebaiknya kita membaca dahulu Gambar 39
rambu
ukur pada titikJl danJ3 seberum mengukur titik-titik rainnya. penyeresaian
penyipatan datar sebaiknya kita lakukan seperti berikut:
'l .
Contoh (lihat gambar 39 di atas): Tingginya titik J2 menjadi251 .30 m, ting-
Mengarahkan teropong ke titikJ, dan menentukan jaraknya. ginya garis bidik 1.37 m, maka bidang garis bidik 252.67 m. Pada garis-garis
2. Meng-horisontal-kan nivo tabung dan membaca tingginya pada rambu kontur 251 .00 kita selalu harus membaca 1.67 m. Atas dasar ketentuan ini
ukur. tinggallah kita mencari dengan rambu ukur titik masing-masing dan meng-
3, Menyetel lingkaran horisontal berskala pada 0000, ukur jarak dan sudutnya. Kemudian semua titik pada garis kontur 251 .50
4. Mengarahkan teropong ke titik J3 dan membaca sidut pada lingkaran harus mempunyai pembacaan 1 .17 m dsb.
horisontal berskala.
5. Menentukan jarakJ3
6. Meng-horisontal-kan nivo tabung dan membaca tingginya pada rambu 1.6.5. Penentuan kemiringan/kelandaian
ukur.
Proyak jalan, anjir/kalidsb. sering harus ditentukan pada lapangan de-
7. Menentukan dan menyipat datar titik-titik lainnya.
ngan kemiringan yang tertentu.
N 49
1.6.6. Menyipat datar dengan bantuan permukaan air
26t Pada muara sungai yang bercabang-cabang pada daerah rawa-rawa
riengan banyak air atau pada pantai laut atau danau dapat kita menyipat da-
27/ tar dengan bantuan Permukaan air.
Kita akan memperhatikan contoh-contoh berikut:

\ \ \,\ \

_-\
--_v_\yl
jg --
_\!-*
\ ,
-\t//
\t//
\*:
\u-l

\o Gambar 4o
Gambar 41

contoh (lihat gambar 40 di atas): pada suatu proyek jalan, garis sumbu ja- Pada suatu muara sungai yang bercabang-cabang (lihat gambar4l di atas)
lan harus ditentukan dengan kemiringan 7o/o dan dengan jarak antara titik adalah suatu proyek yang merencanakan misalnya suatu pelabuhan. Kare-
masing-masing 10.0 m. na lapangan ini menjadi hampir datar dan biasanya pada suatu muara su-
Perbedaan tinggi antara dua titik atas dasar penentuan ini menjadi 0.70 m. ngai yang bercabang-cabang timbul tumbuhan-tumbuhan yang padat seka-
Dari titikJl, sudah ditentukan titik27. Kita sekarang meletakkan alat penyi- li, sebaiknya kita menentukan profil-profil yang sejajar dengan jarak antara
pat datar pada titik J, dan membaca rambu ukur pada titik 27 misalnya 0.20 100 s/d500 m (lihat ldan ll). Suatu pedoman atau segi banyak diukur de-
m. Dengan jarak 10.00 m dari titik2T itu kita sekarang mencarititik berikut ngan rambu-ukur dasar lnvar menentukan jarak dan araknya profil. Karena
yang 0.70 m lebih rendah, sampai dengan titik 3/ dari titik mana kita me- pada suatu muara sungai yang bercabang-cabang arus menjadi kecil sekali,
letakkan alat penyipat datar ke titikJ3, makatitik2T, 3l dans4 dapat diukur maka boleh ditentukan'horisontal'. Permukaan air ini biasanya hanya ber-
masing-masing dua kali. ubah oleh pasang-surut atau oleh air hujan yang hebat. Akan tetapi jikalau
Dengan pembicaraan tentang teknik'penyipatan datar, baik pada menyipat kita memperhatikan perubahan ini pada suatu pengukur air misalnya di titik
datar memanjang maupun menyipat datar pada bidang, dapat kita fahami A yang menentukan tingginya permukaan air misalnya tiap-tiap jam, dapat
dasar-dasar pada penyipatan datar atau penentuan perbedaan tinggi antara kita tentukan tingginya permukaan air sebagai dasar pada seluruh penyipat-
titik-titik tertentu. an datar ini. Kita mulai misalnya penyipatan datar ini pada cabang sungai a
Akhirnya kita akan memperhatikan suatu kemungkinan penyipatan datar (lihat gambar 41) dan mencatat tidak hanya tingginya melainkan juga
yang di lndonesia juga berulang kali digunakan, yaitu: waktunya. Pada akhirnya profil ini tembus pada cabang sungaib yang juga

50 51
kita catat tingginya dan waktunya. Bersama
catatan pada penguk ur air A
dapat kita tentukan tingginya yung ,"U.n"rnyu. Penentuan tingginya permukaan air harus dilakukan pada waktu tanpa
angin dan ombak besar. Pada pantai dengan pasir dapat kita menggali lo-
bang dengan permukaan air yang tenang walaupun laut atau danau berom-
bak. Permukaan air harus kita ukur cukup lama, sehingga perubahan tinggi-
nya antara dua titik dapat diseimbangkan. Dengan melakukan cara ini pada
penyipatan datar dekat pantai atau pada muara sungai yang bercabang-
cabang kita akan menghemat waktu dan dapat menambah ketelitian ter-
utama pada penyipatan datar memanjang yang panjang.

-)u
\l r/

I
t

Gambar 42

Kemungkinan kedua pada penyipatan


datar yang menghubungkan dua titik
pada pantai raut atau danau.
Jikalau kita mengetahui tinggi pengukur
(lihat gamba r 42) kita air4
dapat mendrrrrkri ,"nyipatan darar
air' atas permukaan
Jikarau kita menentukan tinggi parrri"un
air pada titik g pada waktu
tertentu' dengan begitu kita menJapat
suatu kontror aar* p"rlvipatan da-
tar karena titik permuraan dan titik
akhirnya sudah kita ketahui'tingginya.
Kemungkinan juga kita dapat menentukan
iingginya pada titik-titik tambah-
penyipatan datar memanjang dan tit*-titit'ruruarang faoa p"n-
i;.rn,rru
52
53
yang sebenarnya, maka dengan bantuan nilai sudut vertikal dapat kita ten-
trrkan ukuran horisontal O-Pt' dan perbedaan tingginya Pt-Pt', yang
2. Pengukuran dengan alat ukur sudut rrrenjadi sama dengan beda tinggi O dan P1 dsb. Pada pqnggunaan sistim
koordinat dan penggambaran, peta-peta kita hanya boleh memakai proyek-
r;ihorisontal ini saja.
Ketelitian pembacaan sudut tergantung antara lain dari garis-tengah ling-
karan horisontal berskala dan garis-tengah lingkaran vertikal berskala yang
2.1. Pengetahuan dasar rnen.iadi perlengkapan teodolit. Akan tetapi garis-tengah lingkaran berskala
rnenentukan juga ukuran dan beratnya alat penyipat ruang karena perleng-
kapan lainnya seperti pelat statif, teropong dsb. juga harus sesuai dengan
lingkaran berskala itu.
Tuntutan atas ketelitian pengukuran sudut berbeda sekali, jikalau kita per-
hatikan semua kemungkinan pada pengukuran sudut' Karena itu alat-alat
ukur sudut berbeda juga. Supaya kita dapat menilai tuntutan itu dengan
baik, dan sekaligus menambah pengertian pengukuran sudut, maka bab 2
ini menerangkan dasar-dasarnya.
Pada daerah yang luas (wilayah, pulau) kita memerlukan sebagai dasar sua-
tu jaringan dengan titik-titik tertentu dengan membuat kerangka utama, mL
salnya dengan triangulasi yang akan memungkinkan suatu penentuan topo-
grafis yangteliti sekali. Dasarnya menjadi triangulasi dan dengan membuat
kerangka cabang misalnya dengan poligon.

2.1.1. Jaringan segi-tiga (triangulasi)


Prinsip triangulasi meniadi sederhana sekali. Jikalau pada suatu segiti-
Gambar 43
ga diketahui panjangnya sebuah sisi dan dua sudut, dapat kita tentukan se-
Dengan alat ukur sudut (teodolit) kita dapat mua nilai-nilai lainnya. Jikalau dapat kita mengukur sebuah sisi dan tiga su-
mengukur sudut-arah ke
dua titik atau rebih dan sudut curaman terhadap dut maka kita mendapatkan suatu kontrol, karena jumlah tiga sudut selalu
bidang yang horisontar pa-
da titik pembacaan. Akan terdapat pada tiap-tiap harus menjadi 180o.
titik suatu sudut horison-
tal dan suatu sudut vertikal.
Pada gambar 43 titik o menjadi titik pembacaan.
Dari titik itu kka membidik
titik Pr, P2dan P3. Garis sumbu kedua dengan
teropong teodolit berada pa-
da bidang yang horisontaryang meraruititii
o. Kemudian dapat kita meng-
ukur sudut-arahnya antara titik dan titik p2 sebesar o.,*rdunantara titik
4
P2dan titik P3 sebesar a2-3. sebagai sudut
vertikar kita tentukan kecuraman
antara garis bidik dan bidang yang horisontar.
Karena garis-garis bidik ke
titik Pl dan titik p2 diretakkan seberah atas bidang yang
horisontar, maka
sudut vertikal B, dan B2menjadi positif. Garis
bidik [e titifr, beraJa di sebe_
lah bawah bidang yang horisontar, maka sudut
vertikar B3 menjadi negatif.
O-Pi , O-pr' dan O_p3, menjadi proyeksi horisontat"darlirrrt
o- Pz dan o- P3yang sebenarnya. Jikarau kita mengetahui ukuranO_pr,jarak Gambar zl4

v 55
Jikalau kita menentukan suatu basis,4 g yang relatif pendek tetapi diukur Akhirnya kita mempunyai 1 s/d 3 titik/tugu per km2, jikalau penentuan tugu
-
dBngan teliti sekali, dan kemudian menentukan sudut-sudut ke titik c dan pada daerah yang diperhatikan sudah dipenuhi sampai dengan tugu kwar-
titik D, maka dapat kita menghitung ukuran jarak c- D dan tempat dua titik ter.
itu pada suatu sistim koordinat, seperti terlihat pada gambar 44 di atas. De-
ngan cara yang sama dapat kita menentukan titik E dan titik F dengan Peta lkhtisar dan pekeriaan
mengambil garis C-D sebagai basis. triangulasi di Sumatra
sistim pembesaran basis ini kita lakukan terus-menerus sampai kita menda-
o 20 4O bO 80
pat sisi-sisi segitiga yang seimbang dengan triangulasi primer. Kemudian ^@\fr

daerah (wilayah, pulau) yang diperhatikan, dibentangi oleh suatu jaringan


segitiga dengan panjang sisi masing-masing antara 30 km dan 100 km se-
perti terlihat pada gambar 45 berikut. Dengan meletakkan beberapa SEL"AI MAL4I(A
tugu/
stasiun astronomi yang'terbagi tepat di daerah yang diperhatikan, da at
kita menentukan peletakan jaringan segitiga ini secara astronomis maupun 454HA!
P64
secara geografis.
Pada jaringan triangulasi di pulau Jawa terdapat tiga buah basis y. i.
basis di Simplak dekat Bogor untuk Jawa Barat,
basis Logantung dekat Demak untuk Jawa Tengah dan
basis Tangsil dekat Bondowoso untuk Jawa Timur.
Basis simplak diukur dari 12 Juti hingga 1 Nopember tg73 di bawah pimpin-
an prof. oudemans sendiri. Dalam 1'14 hari kerja diukurjarak 3g15 m pulang NAB BEA|I(ALIS
pergi, sehingga rata-rata satu hari diukur jarak 70 m. panjang basis
ada
3887,710 m. Untuk membayangkan ketelitian ukuran basis ini dapat dite-
rangkan bahwa kesalahan rata-rata ukuran 5asis ini ada 2,33 mm atau
'l:1'700'000 dari panjang basis.
Basis Longantung letaknya di daerah yang clatar dan diukur dari 16 Juli s/d
24 September 1874, di bawah pimpinan rr. woldringh. Ukuran ini dilakukan \\it \P49,
dengan menggunakan pengaraman di Simprak. Basis yang rurus ini pan- 53

jangnya 4175 m dan diukur purang per. r daram 71 hari, dengan pukur
rata
134 m tiap-tiap hari. Kesalahan rata-rata ukuran basis ini ada0,464 mm atau Gambar 45
1 :9'000'000 dari panjangnya basis.

Basis Tangsil yang panjangnya 3040 m diukur di bawah pimpinan lr. Scaters
dari20 Agustus sld27 oktcber 1877. seluruh basis diukur pulang pergida- Dengan menggunakan Wild-Distomat D! 50 dapat kita mengukur jarak se-
lam 61 hari kerja dengan pukul rata ,166 m tiap-tiap hari. Kesalahan rata-rata cara elektro-optis s/d 150 km jauhnya dengan ketelitian 10 cm dan bukan
ukuran basis ini ada 0,609 mm atau 1:5,000,000 dari panjang basis. sudut-sudut. Cara ini dinamakan trilaterasi.
Untuk triangulasi sumatra Barat dibuat basis dekat padang. Basis ini hanya Pada prakteknya sering juga kita menggunakan dua metode ini bersama-
sama.
diukur dengan rantai pada tahun 1883, karena tidak ada alat ukur basis.
Pada pengukuran tinggi trigonometris kita juga memperhatikan beda
Triangulasi Sumatra Timur memakai basis di Sampun.
tinggi antara dua titik, karena pada triangulasi atau jaringan segitiga dalam
bidang kita hanya menentukan jarak horisontal antara dua titik tertentu.
Kemudian dengan menggunakan segitiga yang lebih kecil kita mendapat- Penggunaan pengukuran tinggi trigonometris akan kita perhatikan lebih da-
kan titik/tugu sekunder dan selanjutnya tugu tertier dan tugu kwarter. lam pada bab2.8.2. buku ini.

56 57
2.1.2. Rangkaian segi banyak (poligon)
A

rrrir.
''\. ai I
Gambar 46
_

Walaupun pada suatu lapangan sudah ada triangulasi sampai dengan


tugu kwarter, tetapi kerapatan titik-titik tertentu belum memungkinkan
penggambaran peta berdetail. Kita harus melakukan suatu penyipatan da- Di--
lam ruang yang lebih rapat. Prinsip yang digunakan bukan lagi triangulasi,
melainkan suatu rangkaian segi banyak. Kita menghubungkan dua titik/
le
tugu triangulasi dengan suatu deretan titik dengan menentukan iarak dan
t>-'
sudut masing-masing seperti terlihat pada gambar z16 di atas. Karena titik
pertama dan titik terakhir menjadi tugu triangulasi mEka perhitungan rang-
kaian segi banyak dapat dikontrol.
E<$'r--
Dengan alat-alat pengukur jarak yang modern penentuan jarak menjadi sa-
ma pentingnya dengan penentuan sudut. Sesudah kita sekarang menentu-
lingkaran vertikal
kan dan mengontrol dasar-dasar penyipatan kita mulai dengan penentuan
berskala
detail-detail untuk menggambar peta. Hal ini dapat dilakukan dengan ma-
cam-macam metode yang akan dibicarakan. Pada banyak negara triangu-
lasi dapat diganti dengan bantuan alat pengukur iarak secara elektronis
yang dilengkapi dengan fotogrametri-udara. kaki penyangga

nivo alhidade
bantalan peluru
2.2. Macam-macam alat ukur sudut Wild lingkaran horisontal
berskala
Atas dasar apa yang sudah dibicarakan sampai saat ini dapat kita fa- sumbu pertama tabung sumbu
hami bahwa penyusunan alat teodolit harus ada dua macamnya sesuai de- (silindris) pelat dasar berkaki tiga
ngan penggunaannya. Triangulasi membutuhkan alat ukur sudut dengan tiga sekrup pendatar
korrrungkinan pembacaan sudut seteliti mungkin. Alat ukur sudut ini dina-
rrrrrkurr teodolit reiterasi atau teodolit setik/sekon. Pada poligon dan pe-
Gambar 47
nyrl)lrllu) detail ketelitian pembacaan sudut 1/10' memenuhi kebutuhan
iikrrlrru rrrlu konrungkinan mengukur jarak secara optis. Pada dua-duanya ke-
trilflrfln lor{lo,llung pada tiga faktor: alat ukur sudut, cara pengukuran/pe-
nytf ,.rtnn rfuur r:uro rnengatasi kesalahan-kesalahan. Sebelum kita berlatih
rlorrgrrn r:orrtoh r:orrtoh pengukuran sudut dsb. kita harus memperhatikan
pnnqntttlt ;totr1;tttttlt ilu.
59
l{l
Suatu alat ukur sudut terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bagian bawah
yang tidak dapat bergerak dengan pelat dasar berkaki tiga, bagian atas yang
bisa bergerak dan teropong. Pelat dasar berkaki tiga dipasang di atas statif Pegangan
dan dihorisontalkan dengan bantuan nivo kotak. Pada teodolit yang seder-
hana dan agak tua pada pelat dasar ini juga dipasangkan lingkaran hori-
sontal berskala seperti terlihat pada gambar 47 di atas. Pada alat ukur sudut pengatur mikrometer
yang lebih modern lingkaran horisontal berskala dapat distel juga. pada Alat pembidik

bagian atas (alhidate) yang dapat berputar pada garis sumbu pertama (verti-
kal) dipasangkan kaki penyangga dengan sumbu kedua (horisontal) yang klem penyetel gelang penyetel
dilengkapi dengan teropong (garis bidik) dan lingkaran vertikal berskala. tinggi
Alhidade juga mempunyai alat pembaca lingkaran horisontal berskala. Bagi-
an bawah dapat dihorisontalkan kira-kira saja dengan nivo kotak akan tetapi okuler teropong mikroskop pembacaan
kemudian ditelitikan dengan nivo alhidade. Dengan bantuan sebuah anting
(lot) dapat kita letakkan alat ukur sudut pada titik/tugu dasar. pembacaan lingkaran
sekrup penyetel
Lingkaran vertikal berskala dapat kita horisontalkan dengan nivo indeks
atau secara automatis dengan sebuah kompensator. Dengan memutar tero-
nivo alhidade
pong pada sumbu pertama atau sumbu kedua kita dapat membidik tiap-
tiap arah tertentu dalam ruang dan dengan klem dan sekrup pada suatu titik
sembarang dalam ruang.
Pada teodolit repetisi lingkaran horisontal berskala dapat diputar pada
sumbu pertama. Karena itu sumbu pertama harus dibuat demikian rupa, se-
hingga menjadi suatu sumbu rangkap. Dapat juga kita pilih pembacaan ling- pelat dasar berkaki
karan horisontal berskala misalnya sehingga pada waktu menyipat titik ,4 tiga yang dapat
pembacaan menjadi Oo dsb. Dengan keterangan mengenai penyusunan dibuka
nivo kotak
alat ukur sudut yang singkat ini kita akan memperhatikan lebih teliti teodo-
lit-teodolit yang lebih modern. Teodolit modern didasarkan pada pengalam- anting optis.
an, bahwa teodolit kuno menjadi berat, pembacaan lingkaran horisontal
dan vertikal makan waktu dan memenatkan terutama pbda pekerjaan tri-
angulasi pada lapangan yang sulit dengan teodolit reiterasi. Heinrich Wild Gambar zl8
yang mengalami kesulitan ini sendiri pada pekerjaannya di lapangan, meng-
atur kesulitan ini dengan jiwa penelitinya yang genial: ia membangun teG
dolit universilWild T2 pada tahun 1924.
pembacaan untuk menghindari kesaldhan exsentrisitas lingkaran' Dengan
pembangunan teodolit modern semacam ini baru timbul kemungkinan me-
2.2.1. T eodolit universil Wild T2
masang bagian-bagian yang peka ke dalarn alat ukur sudut dan konstruksi
Pada pembuatan alat ukur sudut ini pertama kali digunakan lingkaran-ling- itu memungkinkan bentuk teodolit yang kompak dan stabil. Kemungkinan
karan dari kaca dan sistim pembacaan secara optis. Sistim pembacaan ini pembidikan dan pembacaan kedua lingkaran berskala dari satu titik tegak
menghubungkan dua lingkaran tsb. pada satu bayangan yang dapat dibaca berarti tidak hanya menghemat waktu, melainkan juga ketelitian pembaca-
sokaligus pada mikroskop yang berada di samping okuler teropong, dan an yang lebih tinggi.
yang dinamakan mikroskop koinsidensi. Pembacaan yang disatukan dalam Pembacaan koinsidensi pada teodolit Universil Wnd T2 dapat dilakukan
satu okuler menjadi pembacaan rata-rata yang dahulu didapatkan dari dua seperti berikut:

60 61
rht rrrr dilengkapi dengan indeks tingginya yang automatis, maka pembaca-
ilr Irrr;karan vertikal berskala dapat dibaca langsung.

2l 2. Teodolit Wild T3

VqZ I9Z

ls I 74
94o 12'44" 105,9224g
Gambar 49: Pembacaan koinsidensi lingkaran horisontal dan lingkaran vertikal berskala pada
teodolit universil Wild T12
Dalam bidang pandangan mikroskop pembacaan timbul pada segiempat
atas lingkaran kiri dan kanan berskala. skala-skalanya timbul seperti dibagi
oleh garis halus (lihat gambar4g). Jarak antara dua garis skala itu berarti llr!ttlbaCaan , pembacaan Gdmbar 50
2O' (2011 . Suatu putaran teropong mengakibatkan suatu gerakan berlawan- I r l.lz :, T3 V:,'
. t ,,16.
an pada kedua bayangan lingkaran. Kalau kita ambil sebagai dasar pemadu- , 820 24',

an koinsidensi pada gambar49 dan kita putar teropong, maka garis sebelah . 1 ', 59,6', 0'00,5"
, r 27'59.6" i 82o 2{'o.os'
atas dan garis sebelah bawah bergerak berlawanan. Kita akan mendapatkan
Ieodolit Wild f 3 juga dilengkapi dengan pembacaan koinsidensi. Ha-
sesudah suatu putaran sebesar'10' (10c) suatu pemaduan koinsidensi (per-
rry,r lrrrak antara dua garis pada skala-skalanya berarti 4' sehingga pada
temuan pada 'tengah-tengah jalan'), sehingga kita dapatkan tiap-tiap 10,
lr,r1r srsp 2' timbul satu koinsidensi. Karena skala mikrometer dibagi 1200
(10.) suatu koinsidensi. Teodolit ini sekarang dilengkapi dengan sebuah
rrrrrl , berarti ketelitiannya 0.1".
r
mikrometer optis yang berskala 1" (1cc) pada jangkanan 10' (10.), yang
[''rrl,r contoh gambar 50 sebelah atas kita baca, mulai dari kiri, 73o. Sampai
menggeser dua lingkaran tsb. di atas secara optis sampai terjadi pemaduan
,rrrq1l" .r 2530 yang terbalik sebelah atas dan yang selisihnya 180o, dapat kita
koinsidensi. Nilai pergeseran optis ini sampai koinsidensi pada ,tengah-
tengah jalan' dapat kita baca di mikroskop pada skala mikrometer sebagai
rrrlrrq tl-ritUrg 13 jarak bernilai 2' maka hasil yang kita dapat ialah 73026' . Pa-
rl,r',l.,rla mikrometer sebelah bawah kita baca 1'59,6" maka pembacaan se-
nilai rata-rata kedua pergeseran lingkaran (atas dan bawah). pada bayangan
Irrrrrlrrrya berarti 73027'59,6". Pembacaan lingkaran vertikal berskala dapat
tengah kita sekarang dapat membaca derajatnya (o) sedang pada V-indeks
krt,r l.rkukan dengan cara yang sama, sesudah nivo indeks disetel.
nilai puluhan menit. Pada contoh ini misalnya 90o10'. pada skala mikro-
meter pada bayangan sebelah bawah dapat kita baca menit dan detik/ 2.1 :1. Teodolit repetasi dan teodolit tachimetri
sekon, misalnya 2'M" 1224cc1. Akhirnya pembacaan seluruhnya menjadi
l'ada teodolit repetisi dan teodolit tachinretri mikroskop pembacaan ju-
padd contoh ini 94o 12' M" fia5,9224g1 .
r;,r,lrpssongkan di samping okuler teropong. Pembacaan hanya dilakukan
Pembacaan pada lingkaran horisontal berskala dan pada lingkaran vertikal
gr,r,l,r :;dtu bagian lingkaran berskala karena pengaruh exsentrisitas lingkaran
berskala menjadi sama. Sesuai dengan pengaturan tombol pemilihan pem-
p,r,l,r jarak bidik yang pendek pada penyipatan detail amat kecil, dan jika
bacaan lingkaran berskala dapat kita baca dalam mikroskop: lingkaran hori-
1r.ril dapst diabaikan dengan mengukur sudut pada dua posisi teropong.
sontal (Hz) yang kuning dan lingkaran vertikal (V) yang putih. Tentu saja
K,'r,'lrtian pembacaan dengan + 0,1' biasanya cukup pada teodolit repetisi
pemaduan koinsidensi harus dicari pada dua-duanya. Karena alat ukur su-
,rtr,' r()odolit tachimetri.
62
63
Mikroskop skala l',rtla bidang pandangan mikroskop pembacaan terlihat juga di sini lingkar-
,tt Hz dan lingkaran V bersama-sama seperti terlihat pada gambar 52 kiri.
l)cngan putaran tombol mikrometer pada kaki penyangga kanan kita meng-
,;r:ser dua garis tipis sehingga mengapit satu garis derajad dari lingkaran
lrr:rskala. Pergeseran dapat dibaca sebelah kanan pada contoh ini misalnya
96 95 lrrrqkaran horisontal berskala Hz : 327"59,6'. Pembacaan lingkaran ver-
3 i93:::i::::e trkal berskala dapat disetel dengan tombol mikrometer. Kemudian dengan
, ,rra pembacaan ini kita dapatkan pada teodolit mikrometer Wild T1 de-
r rtyan indeks automatis.

2.2.4. Teodolit kompas Wild T0 (lihat gambar 114)

PembacaanTl6: V = 96"06,5'
Hz = 235"56,5'

Gambar 51

Pada bidang pandangan mikroskop pembacaan pada mikroskop skala da-


pat kita lihar sekaligus lingkaran horisontal berskala (Hz) sebelah bawah
t8
dan lingkaran vertikal /V/ sebelah atas seperti terlihat pada gambar 51 kiri.
Pada kedua lingkaran setiap derajat terbagi. Bagian yang akan dibaca pada l
mikroskop diproyeksikan pada suatu pelat kaca 1,6ng dibagi atas 60' (100.)
demikian rupa, sehingga pada contoh ini dapat dibaca pada Hz 2350 (pada Gambars| ar"12 : +6"rt8,
lingkaran horisontal berskala) 56,6' (pada pelat kaca berskala). Skala-teo- Pembacaan lingkaran horisontal Pembacaan lingkaran vertikal
dolit Wild T l6 dengan indeks automatis dan teodolit diagram-tachimeter -----5F-----------g
Wild RDS dilengkapi dengan mikroskop-skala. Untuk penyipatan dengan ketelitian yang tinggi di hutan atau pada ek-
spedisi-ekspedisi kita menggunakan teodolit kompas Wild T0. Alat ukur
Mikrometer optis sudut ini dilengkapi dengan lingkaran horisontal berskala yang berputar be-
bas dan jarum magnit yang selalu menunjuk ke utara (kutub utara magne-
tis). Karena lingkaran ini bersifat exsentris dan adanya paralaks, maka di sini
juga diadakan pembacaan koinsidensi seperti dibicarakan pada teodolit uni-
versil Wild T2, lihat juga gambar 53 di atas. Derajat-derajat kita baca dari ba-
wah kiri ke atas kanan dan menit-menit pada indeks teromol mikrometer,
pada contoh ini 54036' . Pembacaan lingkaran vertikal dilakukan sesudah
nivo indeks disetel pada kedua bagian lingkaran yang dicerminkan diametral
tanpa koinsidensi. Derajat-derajat dan puluhan menit dapat dibaca, menit-
menit diperkirakan.

pembacaan T1: Hz : 327059'36'

Gambar 52

64 65
2.2.5. Teodolit Wild T05 1.2.1. (Bagian-bagian alat penyipat datar). Pembacaan lingkaran vertikal
lraru dapat dilakukan sesudah gelembung di-koinsidensi-kan den-gan ban-
tuan tombol pengatur nivo. Untuk membedakan dengan sekrup-sekrrrp lain
yang berkelar-kelar sekrup ungkit tabung dibuat bergerigi.
b) Bayangan teropong

o,
c
0) o c
o o o-
c
G
o o9
tro
o)
c =
v o
oo
o 0)
o
-o
-o
o
.q
1ro a.

Hz =
V
3560 42, -. 1)
= 118'18'
Gembar 3f
Gambar 55

Pada teropong astronomi teodolit kompas Wild T0 dan teodolit Wild T3 ba-
yangan objek pada diafragma terbalik seperti terlihat pada gambar 55 di
atas. Bayangan objek kita perhatikan melalui okuler teropong, yang ber-
Untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan dsb. dengan keteliti- tindak sebagai kaca pembesar. Hampir semua teodolit Wild dilengkapi de-
an menit kita dapat menggunakan teodolit Wild T05 yang sangat ekono- ngan suatu sistim prisma yang memungkinkan tercapainya bayangan objek
mis. Skala pada lingkaran horisontal dan lingkaran vertikal berskala dibuat yang tegak (teropong bumi).
'10' (10.) dan dapat diperkirakan pada'l' (1.). Teodolit ini dilengkapi de-
ngan penerangan lingkaran-lingkaran dengan batu baterei yang akan hidup
selama 30 sekon jikalau ditekan tombolnya. Perlengkapan tersebut me-
mungkinkan juga penggunaan alat ukur sudut ini di dalam gedung-gedung
yang agak gelap. Sebagai tambahan perlengkapan dapat juga dipasang su-
atu rivo tabung khusus yang memungkinkan penggunaan teodolit ini seba-
gai alat penyipat datar.

2.2.6. Data-data tentang alat ukur sudut


Lihat juga data-data tentang alat ukur sudut Wild pada bab 2.2.8. ber-
ikut.

a)
'--=-=---.---.....
Nivo tabung koinsidensi
Nivo indeks pada teodolit Wild T3 dan teodolit diagram-tachimeter Wild
RDS adalah nivo tabung koinsidensi, seperti sudah diterangkan pada bab Gambar 56

66 67
o, -J
@ j-
-{
_o
{
N

:@E
L]
o
l
o
o
s

EggEfl

i$i$i$g$;i$E$g$EE$

iF$3iggf,flfl6E[iiiF
e) Data-data tentang alat ukur sudut Wild

alat ukur
Data-data \ T05 TO T1 Tr0 12 T2
, \ sudut ttpe

1 pembesaran bayangan teropong 't9' n, 30, 30, 30" 24


30,.
bayangan tegak E 40,
bayangan terbalik U E U E E E U

2 garis-tengah obyektifnya (mm) 25 30 42 42 N 60


3 medan pandangan dalam m/10O m 3S) 35 27 27 29 28

4 .iarak bidik terpendek (m) 0.80 1.00 1.70 70 2.20 3.6


5 konstant stadia r00 s0/100, 100 00 100

6 pembagian skala terkecil 3600 2', 20" 6" 1" 0.2"


400s 10c 1c O.2" 1cc lcc
dapat diperkirakan s/d 3600 0.5'=3-
o" 3" 0.1' 6
0.1"
tl00s 1c 1c 0.l c 0.1 . 0.5."
7 kepekaan nivo alhidade per2 mm 60" 8', 30" 30" 20"
kepekaan nivo indeks per 2 mm 60" ) ) 12-.1
8 Ketelitian pada indeks yang auto-
matis + 10" tl +1 i 0.3" +o.4"
9 Beratsendiri alat ukursudut 3.0 2.7 5.8 5.3 6.0 11 .2
Beratnya kotak 2.2 2.6 2.8 2.8 2.2 3.7
Buku petunjuk Gl 269 G1 270 Gl 236 G1 241 G1 246 G1 219
alat ukur sudut G22U Gl 235 G2261 G2243 G22M G2207

.) dengan indeks automatis .*) pembacaan koinsidensi


lFoto-foto alat ukur sudut Wild dapat dilihat pada bab 3.2. Hasil produksi
o)
(.o perusahaanWild Heerbrugg Ltd. Switzerland)
2.2.7. Sitat-sifat penting pada teodolit Kesalahan garis bidik terhadap sumbu kedua ZZ I HH: {lihat gambar
s9 + 60):
Walaupun kita menggunakan alat ukur sudut yang istimewa serta ja-
ringan triangulasi halus sekali dan tepat, ketelitiannya masih tergantung dari
pembacaan masing-masing. lni berarti. bahwa ada pengaruh keterbatasan
mata manusia, pengaruh iklim, suhu, angin dan sinar matahari yang dialami
setiap penyipatan. Maka tiap-tiap teodolit mengakibatkan kesalahan-kesa-
lahan kecil. Supaya kesalahan-kesalahan dapat diatasi dan sebanyak mung-
kin disingkirkan, kita harus memperhatikan beberapa syardt.

a) Pengaturan sumbu-sumbu Gambar 60


Supaya suatu pengukuran sudut dapat dilaku-
kan dengan tepat sistim sumbu-sumbu pada sebelah kiri) dan
suatu teodolit harus memenuhi syarat-syarat Teropong dibidikkan pada suatu sasaran (lingkaran vertikal
putar teropong (demikian
berikut: baca lingkaran horisontal berskala. Kemudian kita
,rp".""hinggalingkaranvertikalberadasebelahkanan)dankitabidiksasar-
1. LL I VV Sumbu nivo alhidade siku pada
an yang sama. Pembacaan lingkaran horisontal berskala
dikurangi dengan
-H sumbu pertama ketelitian yang diten-
180o harus sama dengan pembacaan pertama dalam
2. ZZ L HH Garis bidik siku pada sumbu kedua tukanpadadata-dataatat.penyipatruang'Kesalahanyangtimbuldalamni-
3. HH l- W Sumbu kedua siku pada sumbu laidetikataumenitmenjadiduakalikesalahangarisbidikterhadapSumbu
-( pertama
kedua.
4. Sumbu nivo indeks harus sejajar dengan Pengaruh kesalahan ini tidak mempengaruhi
pembacaan dan penentuan su-
garis bidik yang disetel horisontal
dut-suduthorisontal,makakitahanyamengaturka|aukesalahaninibesar.
atau indeks yang automatis harus pembacaan dengan
Pengaturan kita lakukan dengan menyetel mikroskop
penggerak horisontal
bekerja. sepa-ruh nilai kesalahun p"r6r""an dengan sekrup
penggerak horisontal (di-koinsl
V Gambar 59 atau dengan sekrup mikrometer dan sekrup
densi-kan). Benang-silang vertikal dengan begitu bergerak ke samping
dua atau tiga sekrup dekat
Pada umumnya alat ukur sudut yang modern stabil sekali dan bekerja tepat seperti terlihat pada gambir @ di atas. Dengan
petunjuk'
walaupu n dipakai bertahu n-tahu n. Tetapi sesuda h dipindah-pindahka n de- okuler kita hal ini dapat disetel menurut buku
ngan kasar, karena benturan dsb. sebaiknya alat ukur sudut itu diperiksa.
Jikalau perbedaan/kesalahan besar maka syarat-syarat 'l , 2 atau 4 masing- Kesalahan pada indeks lingkaran vertikal:
masing dapat dikoreksi. Syarat ke-3 hanya dapat dilakukan pada perusaha-
an yang membuat alat penyipat ruang itu. dan kalau kesalahan timbul di situ
biasanya teodolit itu memerlukan suatu revisi.

bl Pemeriksaan dan cara mengatur sumbu


Kesalahan sumbu nivo alhidade terhadap sumbu pertama LL -L VV:
Pemeriksaan dan cara mengatur dapat kita lakukan seperti telah dibicarakan
Gambar 61
pada bab 1.3. (Persiapan pekerjaan) dengan gambar 18 dan gambar 19. Se-
pada nivo indeks harus
bagai nivo tabung pada alat penyipat datar kita perhatikan nivo alhidade pa- Sebelum pembacaan lingkaran vertikal gelembung
yang mempunyai indeks ver-
da alat ukur sudut. di tengah-tengah dengan-kekecualian teodolit
71
70
tikal automatis. Pada garis bidik yang horisontal kemudian sudut vertikal
(zenit) seharusnya 90000' 00". .lr sasaran beberapa kali. Selain dari segi ekonomi keterbatasan juga timbul
rl,rri matd manusia, alat ukur sudut, iklim dan suhu. Ketelitian penyipatan
Kita dapat membuktikan ketentuan ini sebagai berikut: bidik suatu sasaran
tr,ilrya secara terbatas dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah pem-
tertentu dengan benang-silang horisontal dan baca lingkaran vertikal (pada
lrrrlikan suatu sasaran. Jikalau kiia membidik suatu sasaran n-kali dengan
teodolit wnd r0, T3 dan 8DS harus diperhatikan gelembung nivo indeks
kr:salahan rn. kesalahan rata-rata M bukan m/ n melainkan M = m/tf n.
lebih dahulu). sekarang kita putar teropong dan bidik sasaran yang sama.
Jumlah pembacaan pertama dan pembacaan kedua seharusnya 3600. Jika-
lau tidak, harga perbedaan dua kali kesalahan indeks flihat gamber 61 di
atas). l.o
0.9
Contoh:
0.8
Pembacaan pada peletakan teropong B (biasa) 86"42',15"
Pembacaan pada peletakan teropong LB (luar biasa) 273014',30" t't.1

Jumlah 359056',45" 0.6

Jumlah seharusnya 360000'00" 0.5

Harga perbedaan o.4


Kesalahanindeks(%) 0.3
Kemudian kita harus mengoreksi tiap-tiap pembacaan sebesar + 1,37,, o.z
(Pengaturan kesalahan indeks menurut buku petunjuk teodolit masing-ma-
0.1
sing). Dengan kekecualian kesalahan pemasangan/peletakan alat ukur su-
dut semua kesalahan pemasangan/peletakan alat ukur sudut semua kesa-
lahan sumbu-sumbu dan indeks dapat diatasi dengan pembacaan dua kali
(dengan teropong terputar) dan dengan menghitung nilai rata-rata, asal
nivo alhidade benar-benar horisontal. Terutama pada pengukuran sudut
yang curam.
Gambar 62
Kesalahan pembidikan
Kita dapat membidik teliti hanya jikalau tidak ada paralaks antara sasaran Jikalau kita memperhatikan parabol pada gambar 62 di atas maka kita lihat,
dan benang-silang. Ketentuan ini harus diperiksa sebelum tiap-tiap pem- bahwa ketelitian hampir tidak dapat ditingkatkan lagi sesudah 5 atau 6 kali
bacaan. Harus diperhatikan khusus bahwa iklim dan atmosfir mempersulit pembacaan.
tugas ini. Jikalau sebuah sasaran tidak mungkin kita bidik sekaligus dengan
tepat, sasaran itu kita bidik beberapa kali dan diambil nilai rata-ra'ta.
Kesalahan pada skala lingkaran 2.2.8. Pemilihan teodolit yang cocok
Pada penentuan sudut-sudut yang harus teliti sekali sasaran juga kita bidik
beberapa kali. Karena titik-titik pembacaan lingkaran terbagi rata pada se- Dalam praktek kita mencoba mencapai ketelitian yang diperlukan de-
luruh lingkaran, maka kesalahan pada skala lingkaran yang sifatnya kecil ngan waktu dan pekerjaan yang sesedikit mungkin. Syarat ini dapat kita pe-
sekali akan terkompensasi. Hal yang sama terjadi pada pembacaan skala nrhi d"ng"n pemilihan alat ukur sudut yang cocok dan pengaturan penyi-
mikrometer. cara-cara pengaturan tergantung dari teodolit dan akan dite- patan ydng praktis. Data-data alat ukur sudut yang akan digunakan harus
rangkan pada bab-bab yang akan datang. seimbang dengan tugasnya. Tugas-tugas yang akan dilakukan dengan alat
Seperti telah ditentukan pengaruh kesalahan masing-masing saling diper- ukur sudut sudah harus diperhatikan pada waktu membeli alat itu'
kecil dengan pengaturan penyipatan yang baik dan dengan membidik sasar- Pada prinsipnya teodolit-teodolit dapat dibagi atas tiga golongan seperti da-
pat dilihat pada tabel berikut;
72 73
(.irra-cara mengatasi kesalahan-kesalahan kita hanya mencantumkan ke-
ketelitian yang menjadisebanyak
Golongan tipe ',;rlahan acak.
dapat diperkirakan 1 cm atas
Kosalahan sistimatik timbul sepihak, bertanda atau positif atau negatif.
T05 Kcsalahan sistimatik diakibatkan oleh penyipatan yang ceroboh (misalnya:
TO
1 kira-kira 30 m
r;rrnbu ukur yang tidak diluruskan atau pengukuran jarak dengan pita ukur
T1 yang tidak teliti) atau oleh pengaruh suasana pada garis bidik dan oleh alat
il T16 o 300 m ukur sudut yang tidak dengan teliti disetel.
RDS Kesalahan sistimatik dapat diatasi dengan penentuan pengaruhnya secara
T2 ,rrralitis, bekerja teliti dan dengan alat ukur sudut yang disetel dengan teliti
ilt
1" 2km
T3 0.2" IUga.
10 km

Perbedaan ketelitian antara tiga golongan ini menjadi besar. Golongan I se- Contoh:
baiknya digunakan pada pekerjaan-pekerjaan penyipatan yang sederhana
dengan keterangan, bahwa tipe T0 dilengkapi dengan kompas. Golongan ll '.4
terdiri dari teodolit tachimetri dan teodolit poligon. Jarak bidik biasanya
sampai dengan 150 m. Alat penyipat ruang ini cocok pada pekerjaan penyi-
patan detail pada lapangan terbatas, dan pada triangulasi dengan T3 pada
triangulasi primer sampai 60 km dan T2 yang ringan itu pada pekerjaan
triangulasi sekunder dan tersier.

2.3. Perhitungan kesalahan


Semua penyipatan, pengukuran atau pemeriksaan yang kita lakukan
selalu mengandung ketidak-pastian atau kesalahan. Memang pada prinsip-
nya tidak mungkin kita menentukan suatu jarak atau sudut dengan tepat. Gambar Gl

Kita hanya dapat menentukan harga perkiraan. Dengan perhitungan kesa- l0 {.8 -05 -o4 -02 0 r02 +o4 +06 +08 +10
lahan, maka dapat diperkirakan besarnya kesalahan pada ukuran. Tambah-
an pula terdapat informasi penting tentang kualitas ukuran. Kesalahan-ke- Sebagai keterangan pengaruhnya kesalahan-kesalahan di atas, perhatikan
salahan yang timbul dapat dibagi atas tiga kelompok berikut.
contoh berikut (lihat juga gambar63 diatas):
2.3.1. Jenis-jenis kesalahan Seorang penembak membidik dengan bedilnya ke sasaran ,4. Sesudah ia
menembak beberapa kali diperiksanya hasil tembakannya. Ternyata berki-
Kesalahan kasar timbul oleh kekeliruan yang berat, dan selalu dapat sar di bawah I kecuali yang mengenai titik a, b dan c yang jelas merupakan
dihindarkan dengan penyipatan yang teliti dan tepat. Karena semua penyi- kesalahan kasar, karena tidak dibidik dengan teliti. Hasil tembakan yang
patan pada umumnya dilakukan dua kali, kesalahan kasar mudah ditiada- lain terletak sekitar suatu titik pemusatan, sebagian sebelah kiri dan sebagi-
kan. an sebelah kanan, sebagian sebelah bawah dan sebagian sebelah atas. lni
Kesalahan acak (kebetulan) ialah ke-tidak-telitian yang selalu timbul pada merupakan kesalahan acak. Karena titik pemusatan ini terletak pada B
penyipatan, oleh perubahan suasana dan lapangan dan oleh perbedaan ke- dan bukan pada sasaran A yang seharusnya, maka terjadi kesalahan sisti-
cil pada pembuatan alat ukur sudut yang tidak dapat diatasi. Kesalahan matik sebesar s. Kesalahan ini mungkin ada pada penembak atau karena
acak (kebetulan) mempengaruhi hasil penyipatan secara tidak tentu dan ada angin dari samping atau alat pembidik pada bedil bengkok dsb. Kesa-
timbul baik dengan tanda positif maupun dengan tanda negatif. pada lahan sistimatik ini hanya dapat diperbaikijikalau kita mengetahui sebabnya.

74 75
Hal ini berlaku pula pada kesalahan dalam menyipat. Sifat-sifat kesalahan .lumlah semua perbaikan vadalah nol. Dari residu-residu ini dapat kita ten-
kebetulan dapat dilihat pada garis kesalahan pada gambar63 diatas. Jika- tukan kesalahan rata-rata kuadratis m menurut rumus berikut:
lau dibandingkan dengan sasaran pengenaan pada 'sasaran'8, dapat kita
lv2l
mengambil kesimpulan berikut: m-
1. Banyaknya kesalahan yang positif dan yang negatif kira-kira sama, ma- n-1
ka jumlahnya menjadi nol, rlengann- l sebagai jumlah pengamatan yang lebih, karena dengan satu
2. Banyaknya kesalahan kecil lebih besar daripada kesalahan besar. t)engamatan saja kita masih belum dapat menentukan kesalahan rata-rata.
3. Kesalahan besar (4 e, f dan 9) agak jarang. Kesalahan rata-rata kuadratis M dari rata-rata aritmetis x1 diper-
oleh dari n pengamatan menjadi:
2,3.2. Kesalahan rata-rata
Sebagai penilaian terhadap si penembak kita menentukan jarak-jarak
M:-g-:
Vn -
dari titik berat (sasaran) dan menentukan kesalahan rata-rata t, yang men- Contoh: Pengamatan suatu sudut a sebanyak lima kali menghasilkan har-
jadijumlah jarak Ilvl] bagi banyaknya lubang tembakan bagai berikut: ga- harga lberikut:
llvll y2
t= a1 165035',18" +2.6" 6.76
n
- d2 22 -1.4 1.96
2.3.3. Kesalahan rata-rata kuadratis (salah monengah) a3 20 + 0.6 0.36
a4 26 -5.4 29.16
Pada penentuan kesalahan rata-rata pengaruh kesalahan yang besar
a5 17 + 3.6 12.96
masih kurang diperhatikan. Maka kita menentukan kesalahan rata-rata
kuadratis m sebagai jumlah kuadrat kesalahan masing-masing. Cara ini Jumlah 103" lvl=0.0 lvzl = 51.29
kadang-kadang juga dinamakan least squares method atau salah mene- Rata-rata adalah: 103:5=20.6"; x:165035'20.6"
ngah. Jikalau kita misalnya telah mengukur n-kali suatu sudut a seteliti
Kesalahan rata-rata m pada pengamatan masing-masing adalah:
mungkin dengan alat penyipat ruang yang sama, maka sudut a rata-rata da-
pat kita tentukan sebagai harga rata-rata:
= +tfi28: +3.6"
x-
1 -f a2* a3l ... * an) : [a]
-: Kesalahan rata-rata kuadratis M dari harga rata-rata lima pengamatan men-
-la1
iadi:
Dapat dianggap sebagai harga sudut yang paling mungkin. Harga rata-rata M=1*9=*1.6"
x diperlakukan sebagai harga 'benar' dan harga q1, az, an sebagai harga v5
'pengamatan'. Harga'benar' dikurangi harga'pengamatan' menghasilkan J ikalau salah satu pengamatan harus dikoreksi dengan y yang sangat besar
'koreksi', yaitu harga residu y. Dengan harga ini harga'pengamatan'lrarus kita hanya boleh mengabaikannya, jikalau v lebih besar daripada 3 kali m.
dikoreksi agar diperoleh harga rata-rata ('benar').
2.3.4. Kesalahan perkiraan
H errdak rrya diperhatikan atu ran yang berikut:
Kesalahan perkiraan P kita hitung dengan bantuan kesalahan rata-rata
Hargt'benat' -: Harga'pengamatan' = koreksi m menurut rumus berikut:
Hirrl;rr'llonar' Harga'pengamatan' + koreksi 2
Hrtrl;rr'1lon1;amatan'
- Harga'benar' = kesalahan P:0,6745m=im
Hrul;ir'1ronr;arnatan' = Harga'benar' + kesalahan
r"""t"r,"nperkiraan i,urunp digunakan pada ilmu astronomi dan pada
X rrl I Vl at;lu Vt = X
- 41. karangan-karangan dari Amerika.

16 77
2.3.5. Perambatan kesalahan Kirrena faktor a tidak terisi, maka kesalahan m adalah suatu kesalahan sisti-
rrrrttik.
Bila suatu besaran harus dihitung dari sejumlah hasil pengamatan, ma-
ka biasanya juga ingin diketahui berapa besar pengaruh kesalahan pada ma- Contoh: Suatu pita ukur dengan panjangnya 20 m memiliki suatu kesalahan
sing-masing pengamatan terhadap hasil akhir. Artinya bagaimana kesalah- + 0,15 mm. Carilah
(ke-tidak-telitian) rata-rata kesalahan pada jarak 100 m.
an-kesalahan itu menjalar. M= *5.0. 15mm= +0.75mm.
al Pada suatu penjumlahan (:) Dengan kombinasi perambatan kesalahan oleh penjumlahan dan
Kita menentukan suatu harga x dengan menjumlahkan atau mengurangkan oleh pengalian
dua nilai penyipatan l, dan l2dengan kesalahan rata-rata kwadratis m pada I l'ada suatu kombinasi perambatan kesalahan oleh penjumlahan dan oleh
grengalian dapat kita tentukan:
dan m2pada 12. Kesalahan rata-rata kwadratis dari x adalah:
M,--t\/fr+4 M*: *
rlan jikalau semua harga m dan faktor a sama:
Pada umumnya kesalahan rata-rata kuadratis suatu harga
M, = t malfn.
x: + l, + l, + 13:...1. jikalau 1mr. t m2, * m3...* ffin. t-lasil ini harga rata-rata aritmetis pada kesalahan rata-rata kuadratis.
adalah kesalahan /, dan kemudian Contoh: Suatu sudut a disipat limakali dengan kesalahan rata-rata kua-
M^:*@. m = + 3,6". Harga rata-rata aritmetis adalah:
rlratis sebesar

Jikalau semua harga I disipat dengan ketelitian yang sama, maka kesalahan
x= 115(at* a2* a3 I aaI a5l

rata-rata kuadratis juga sama, maka = 1l5ar * 115a2 + 1/5q3 * .1 /5aa I ',ll5a5
dengan ketentuan, bahwa tiap-tiap sudut a terkena kesalahan rata-rata kua-
M^ : mi,In. dratis m : 3,6". Kesalahan rata-rata kuadratis dari harga rata-rata aritmetis
Contoh 1: Tiga sudut berikut disipat beberapa kali dengan hasil berikut: kemudian adalah:
ar:35014' 51" dengan m1 : t 5" Mr=t
qz: 450"19'27" dengan mz: t 9" : + 3.6 .1lS\[S: + 1.6"
ot: 145 20" dengan mz: + 7"
x : 93019'38"
M,: * vt@T@TV: +12.4".

Contoh 2: Dua sudut suatu segitiga disipat dengan kesalahan rata-rata kua-
dratisyangsama m : + 7,5"
q: 49025'32'
ll : 65"45'.22"
a + A:115010'54'.
Sudut ke-tiga }/ : 180o-115(,10'54" : Mo49'06" dengan kesalahan rata-
rata kuadratis:
Mr: t 7.5V2: +'10.6".
b) Pada suatu perkalian
Suatu nilai penyipaian / dengan kesalahan rata-rata kuadratis m harus dika-
likan dengan a, maka x : a.l. Kesalahan rata-rata kuadratis Mradalah:
Mr: * a'm

78 79
2.4. Sistim koordinat n ntara kedua sistim koordinat tersebut terdapat hubungan sebagai bbrikut:

--"
tan -tz:
t,"
X, - Xr AXrz
Yz - Yr AYrz
AXrz - d12. sin 112. AYt2 : dtz.cos t12

a Xt2 , : AX,,
cl.^ '' : AYTZ
sin tt2 cos tt2
dlr: (LY rr)2 - (4x12)2
2.4.1. K etentuan empat kuadran
+

q_l lr
Gambar 64

Pada penyipatan di lapangan kita mengukur sudut dan jarak. Dengan


dua nilai ini dapat kita menghitung koordinat-koordinat pada titik-titik yang
disipat. Biasanya kita menggunakan sistim koordinat yang datar dan
siku-siku. Kita dapat menentukan suatu titik sembarang dengan jaraknya
dari dua sumbu koordinat seperti terlihat pada gambar 64 di atas.
Garis sumbu yang horisontal (ordinat) kita tentukan dengan huruf x atau f
(Timur = sumbu timur) dan garis sumbu yang vertikal (absis) kita tentukan
dengan huruf y atau U (Utara = sumbu utara). Koordinat-koordinat salah
satu titik kita catat dengan nilai x atau f yang pertama dan nilai y alau l)
yang kedua; mula-mula selalu ke kanan dan kemudian ke atas.
Penempatan relatif dua titik tertentu dapat kita catat sebagai perbedaan
koordinatnya, misalnya Lyt z : (Y2
- Yi dpn Axl z = (Xz - X1) atau oleh
jaraknya d12 dengan sudut-arahnya f12 (sudut dalam arah putaran jarum jam
dari sumbu utara). Ketentuan ini juga dinamakan koordinat polar.
Pada sudut-arah rkita bedakan antara sudut-arah tpdari P1 ke P2dan su-
dut-arah berlawanan t21 dari P2ke Pl seperti terlihat pada gambar 64 di atas.
,l r80'

Gambar 65
l-,
Hubungan antara sudut-arah dan sudut-arah berlawanan menjadi:
Karena sudut-arah t bisa menempatkan diri dalam lingkaran antara Oo
lzt:trz+1800 dan 3600, sumbu koordinat akan membagi lingkaran atas empat kuadran
maka perbedaan antara sudut-arah berlawanan dan sudut-arah menjadi yang ditentukan dengan I s/d. lV seperti terlihat pada gambar 65 di atas.
1800.
Kuadran lV: 2700-3600 Kuadranl: 0o- 90o
Kuadran lll: 1800-2700 Kuadran ll: 90- 1800
Fungsi geometris sin, cos, tan dan cot (= 1/tan) sudut yang sama besar
pada ke-empat kuadran dapat dibedakan menurut tandanya (+,-) dan
80
81
oleh co-fungsi pada kuadran il dan kuadran rV sebagai pengganti fungsi pa- Diketahui: koordinat P1 dengan x 1000.00 m; : y = 1000,00 m dan sudut-
da kuadran I dan kuadran il, seperti diterangkan paoa gamoar 65
di atas arah dari Prke P, tn :
65031' 20" :
dengansudut-arah fr : trr 90o :'t,t Diukur: : 152,53 m, dzz: 152,53 m,du:
- -1ggo =
tw-27-0". sisidl2 152,53 m,
IV :
dcr 150,93 m dan sudut-sudut:
sin t,u : - cos (trv
- 2700) sint' : 1 P2 : Att: 235002'50"
cos trv : + sin (ttv - 2700!. COStl: 1 P3 :\zq:305041'30"
srn t11, : sin (1,,, : + cos (t,1 - P4 :lJy=233052'10"
- - 1800) sin t,, 90o)
Dicari:
cos tlt : - cos (tlt
- 1800) coS t1| : - sin (t,, - 99.)
Koordinat-koordinat titik P2, P3dan Pa.
ilt Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan kalku lator elektronik:
il
AX AY
sin cos 2.4.2. Penentuan koordinat dari sudut-arah t dan jarak d
Catatan: kuadran I di kanan atas,
maka fungsi ++
kuadran ll di kanan bawah, maka co_fungsi I
a) DariP,kePr: trz:65"31'2O" 1= Kuadranl+ +) :65,5222
kuadran lll di kiri bawah. maka fungsi :
drz 152'53 m
kuadran lV di kiri atas, maka co-fungsi + Xr: 'l 000.000 m
Co-f ungsi ditentukan oleh tanda ( + ,
- yang berbeda.
) AX12 =* drz. sin t', : 152,53.0,9101 (sin t,2) AX : + 138.821 m
Jikalau kita dapat memilih letak titik 0 sistim koordinat di lapangan. lihat x2 1 138.821 m
gambar 64, maka titik o itu ditentukan sedemikian rupa, sehingg"
iup"ng"n Y1 1 000.000 m
yang akan dipetakan terletak seluruhnya pada kuadran l.
Dengan begitu semua koordinat menjadi positif. AY12 =* drz . cos t12 : 152,53 .0,4143 (cos t12) AY : + 63.199 m

contoh: Perhitungan koordinat-koordinat kita lakukan pada suatu Yz= I 063.199 m


segi-
empat dengan sisi-sisinya atau sirdut-arah berada dalam keempat kuadran
menurut gambar 66 berikut: b) Dari P2 ke P3: tzt : 245"31'20" (sudut-arah berlawanan dari t12)
+ sudut lln : 235o02'50" (diukur)
tzt: 120"34'1A" l: kuadran ll + - dan co-fungsi)
= 120,56940
dzs : 152'53 m
AX23 =* dzs . sin tr, : Xz= 1138'821 m
t d23.cos (trr-90o): + 152,53.0,8610 (sin t23) AX: + 131.330m
Xa: 1270.151 m
AY23 = - dzs.cos t23 :
-d2.sin (123-90o) = - 152,53.0,5086 (cos t23) Yz= 1 063.199 m
AY:- 17.574 m
985.625 m

Gambar 66

82 83
c) Dari P, ke Po: : 300o34' 10" (sudut-arah berlawanan dari Xz-Xt : 9?1 = 2.1e66s6 *t12:
tsz AX
+ sudut []zq : 305o41',30" {diukur)
t23)
tan t12 =
Yz-Yr AY
= 1??
63.199
Gs.szz2o

hq: 246015'40" (: kuadran ll


- - l=246,26110
&- tt2I,= AX _ 138.821
dsc : 152'53 m dr2 = = 152.53 m
sin t, t2 0.910122
AXsq = ds+. sin t34 : Xs :
- (t3a-180"): 1270.151 m
-deo. sin
-152,53.0,9154
(sin t3a) AX : - 139.624 m = Y.i, =
COS t12
AY
cos tl2
-
63'199
0.414341
= 152.53 m
X+: 1130.527 m
AY34 : - dso . coS t34 =
-d:0. cos (t3a-180"): - 152,53 .0,4026 (cos_tro) y3 985.625 m b) Darip2ke p3: X3 = 1 270.151 m Y3 = (dik"trhri)
AY 61.404 m = 138.821 m -Yz = _, 333.?33.
-Xz -1
Yq :
924.221m AX= + 131.330m AY:- 7-1.574m
d) Dari Po ke P1: 66015'40" (sudut-arah berlawanan dari t3a) (+ : kuadran ll dan
+ sudut 233052'10" (diukur) co-fungsi dgn + 90o)
: (: AY :131330 :
tqr 300o07'50" kuadran lV
- + dan co-fungsi) tan t23 :
Y,- Y, 77,574 :
0.590680 - t23 30.56940
:300,13060 i-.,_ X; = Ax + 90.00000
dar: 150.93 m
tzs : 120'5694o
AX41 = * d+r . sin t41 :, X,-X,
+ d41 . cos (t41-2700) :
AX 131.330 : 152.53 m
- - 150,93 . 0,5020 (sin to,)Xo 1 130.527 m d23 =
sin t23 r"r %
=#
0.861014
AX 130.537 m
- L-J,: AY : 77.574 : '152.53 m
Xr: 999.990 m
cos t23 cos t23 oso8582
AY4j : * dqr . cos t41 =
* d+r . sin (ta,-2700): + 150,93.0,5020(cos Y4 924.221 m
Pa: X+ : 1 130.527 m Yc : ??122!m (diketahui)
t41)
AY + 75.763 m c) DariP3 ke
Yr : 999'984 m -X, = -1270.151m -Y3 =_985.62bm.
AX = - 139.624m AY =- 61'zlo4m
(- - - kuadran lll dgn
Koordinat terakhir F1 dan try'1 harus sama dengan koordinat titik pl 1800) +
pada permulaan. X,-X,
tant3a: : AX 139.624
2.2738ffi*134= 66.26110
2.4.3. Penentuan sudut-arah t dan jarak d dari koordinat
ff AY 61.404 + 180.00000
tta,: 246.2611"
sebagai kebalikan dari 2.4.2. Penentuan koordinat dari sudut-arah - = Xa-X3- AX 139.624
= o-gts3gg = 152,53 m
dan jarak d. 'el ;in t3a t*
"in
a) DariP, ke P2: Xz : 'l '138.821 m Yz: 063.199m AY : o.+o2sog
61.404 :
-x, : -r ooo.ooo, -v, :
1 , _.,
(dik"tuh'i) =L.J3: 152,53 m
-iooo ooo. cOS t3a CoS t34
AX= * 138.821 m Ay= + 63.199m
(+ + : kuadranll)

u 85
d) Dari Pa ke P1: Xr : 1 000.000 m Yr= 1000.000 m (diketahui) 2.4.4. Contoh-contoh
-Xa : -l 130'527 m -Ya = - 924.221m Perhatikan gambar 67 berikut sebagai dasar contoh-contoh
perhitung-
AX= -130.527m AY: + 75.779m an: +y
(- + : kuadran lV dan
co-fungsi dgn. + 270o)

0.5803e4 *t4r : 30.1306"


: AY
rant41
*-*": AX
*19::
130.537 + 270.00000
tqr : 300.'1306"
, -Xt-X4- AX 130.537
------.-
u41 -
stn I41 - sin tal 0.8611883
= 150,93 m

: L-l!+ = AY
cos
= o##zs: r5o,e3 m
cos t41 t41

Setiap orang yang belum menguasai ilmu ukur tanah harus memahami de-
ngan baik dahulu hubungan-hubungan antara koordinat-koordinat, sudut-
arah dan iarak. Kemudian harus diketahui ketentuan tanda (+, -) pada'
koordinat-koordinat dan fungsi sudut pada ke-empat kuadran.
Hubungan-hubungan ini dan ketentuan tanda ( +, -) merupakan pengeta- --AA2-t +X
huan dasar pada perhitungan triangulasi dsb.
Gambar 67

Titik P3 (3) yang koordinat-koordinatnya diketahui harus dicari di lapangan


(2) sudah kita ketahuidan
dan diberi pancang darikayu. Titik Pr (1) dan P2
kita
titik-titik itu sudah diberi pancang dari kayu di lapangan' Kemudian
jarak ddengan bantuan koordinat-
menghitung sudut-arah t (sudut a) dan
Kita mengukur
koordinat dan di lapangan dengan teodolit dan band ukur'
dari titik P1 dan kemudian dari titik P2 sebagai kontrol'
Diketahui: Xr : -361.15 m Yr = 198'20 m Dicari:at' dtg dana2' d23

X2 = -180'31 m Y2 = 81'15 m
X:: - 80.51 m Ye=232'43m
Penyelesaian:
a) 6udutyang dicariterdapatdari pengurangan sudut - sudutarah:
dj = 112- t13 atou az: lzs - lzt
f,1 +180'84 (+
torr rl2 - {z-
+^h+ - - = kananbawah,
Yz - Yr -117.05 kuadran , dan co-fungsi dgn +
900)

87
86
r:) Nilai penyipatan akhirnya ialah:
:
t.ht.,:
'-"',2 AY
AX- ::oGA,)q-,r- t--
117'05
tBO# 0.&72572-
3l'ff!3: t)engukuran dari P;a1: 39052'03" dan dn 282.72 m

melihat pada co-fungsi


l, ,rrr.rr. grengukuran dari P2:a2 = 90o29'59" dan dzt = 181 .23 m

+ '180.00000
sudutarah berlawanan tzt :+ 180o
t.rz = 302.9733o 2.5. Pengukuran sudut-sudut
rq,, (r3 - {E-
tant.,: f,l : +280'64 + Supaya kita mendapatkan nilai penyipatan sudut seteliti mungkin, kita
Y3 _ Y1
- 34.n JJ;,kanan atas' pergunakan beberapa metode mengukur sudut, sesuai dengan alat ukur su-
dut yang digunakan dan dengan ketelitian yang diperlukan.
tan t13 : #- :'#N: 8'1s8656 * tr3 : 83'o45eo
2.5.1. Metode mengukur sudut cara repetisi
' tn: 122.91330
-trs : - 83'0459o
ar : 39'8674o

{g- f,' : . ,l51.29 +:


tant23:
Ys-Yz + 9?P (+ ' kananataskuadranr)

tantz: :0.65e704 * t23:33.4r30o


#: ##
tzs: 33'41300 Gambar 68

- :
tzr
-302'9133o
d2: 90'49970
Pada metode mengukur sudut cara repetisi kita gunakan teodolit-teo-
dolit dengan sumbu rangkap (misalnya teodolit Wild n) dan dengan klem
b) Penentuan jarak d: lingkaran (misalnya teodolit Wild n6 atau RDS). Sudut a yang hendak kita
.
drs : x"-x.
=- =
--+--
Ya-Yr ukur, diukur pada lingkaran berskala n-kali tanpa mencatat pembacaan an-
StO t13 cos t13 taranya seperti terlihat pada gainbar 68 di atas. Kita membidik sasaran kiri
.ax
ots: -----:--- -- = 2go.u : 282.72 m (kontrol)
P,, terdapat terdapat a1. Kita lepaskan klem penyetel putaran dan bidik sa-
saran kanan P2dan pancangkan klem tadi. Jikalau perlu, kita sekarang baca
Sll'l t13 0.992643
al sebagai kontrol sudut o. Sekarang kita lepaskan Klem lingkaran, putar te
.AY
drs: u.23 : ropong dalam jurusan jarum jam, bidik sasaran kiri Pl.sekali lagi dan mati-
282.72 m
cos tl3 0.121074
kan klem lingkaran sesudah kita melepaskan klem penyetel putaran kita
A
ua. -
Xs-Xz Ys-Yz membidik sasaran kanan P2 (repetisi ke-2) dan seterusnya. Metode ini kita
-
StO t2r cos t23 lakukan n-kali dan akhirnya pada sasaran kanan P2 kita membaca lingkaran
,AX 99.80 a2. Dengan melakukan peletakan teropong LB, lihat gambar6l , kita meng-
uaa -
srn t23
: 181.23 m ulangi semua sekali lagi dengan urutan terbalik dimulai pada sasaran kanan
0.550670
P2. Sudut a dapat dihitung sebagai o :laz a): n. Karena nilai derajat
-
.AY 151.20 sudah kita ketahui dari pembacaan kontrol kita dapat mengetahui apakah
uD-
cos
= 0.834723
= 181.23 m (kontrol)
I23 sebelum dibagi n kita harus menjumlahkan (a2 a1) dengan 3600, 7200
-
88 89
dsb. Jikalau sudut a harus direpetisi n' kali kita mengubah pembacaan per- ,rkan tetapi pembacaan lingkaran dilakukan sesudah tiap-tiap pembidikan.
tama sebanyak 180": n' . Kalau kita membidik misalnya sasaran kiri P1 untuk ke-duakali, kita setel
Dengan menggunakan metode mengukur sudut cara repetisi.kita dapat me- lrrrgkaran berskala sedemikian rupa, sehingga nilai pada sasaran kanan P2
ningkatkan ketelitian sebuah alat ukur sudut sebanyak limakali. Keuntung- rrrenjadi permulaan pembacaan sudut untuk ke-duakalinya.
an metode ini terutama terletak pada pengukuran sudut paralaksis. Metode reiterasi maupun repetisi mengurangi pengaruh kesalahan pada
Contoh: Afat ukur sudut yang digunakan: skala-teodolit Wild 716 dengan .;kala lingkaran.
metode repetisi. Contoh: Alat ukur sudut yang digunakan: teodolit Wild T3 dengan metode
Alat penyipat ruang: f/6 - 69383 r eiterasi:
Tempat peletakan alat ukur sudut: Menara X
Tanggal: 16-6j61; sedikit berkabut; yang membaca: Kzl

Peletakan teropong rata-rata sudut yang


Peletakan Pembacaan rata-rata B + [B sudut 4-kali sudut tunggal
Sasaran o, o, o, Sasa ran B,LB B+LB sebenarnya
teropong
o'" lo'"
1 B 0 30.7 30.6 174 49.1 133 42.3
't7519.6 1 0 00 12.0 00 11.6
2 B 19.7 + 360
12.1 11.7
2 LB 19.9
0 00 24.1 00 23.3 o023.7
1 LB 30.5
2 1334222.2 4221.8
1 B 4517.9 17.7 174 49.3 13342.3 22.1 21.5
2 B 22006.8 07.0 + 360 13342'M.3 4243.3 4243.8 1334220.1
2 LB 07.2
1 1334224.5 4224.5
1 LB 17.4
25.O 24.2
1 B 9027.1 27.0 174 49.4 13342.4 1334249.5 4248.7 4249.1
2 B 265 16.1 16.4 + 360 2 267 2434.0 2433.6
2 LB 16.6 34.4 34.2
1 LB 27.0 267 2508.4 2507.8 25 08.1 155 42 19.0
1 B 13s 26.9 26.8 174 49.2 13342.3 1 267 2435.4 2434.7
2 B 31016.0 16.0 + 360 35.2 34.8
2 LB 16.1 267 2510.6 25 09.5 2510.0
"l LB 26.7 2 41 06 45.5 06 45.0
45.5 45.4
S udut 1 _2 rcta_ rata
41 07 31.0 07 30.4 07 30.7 1334220.7
il3:li,,t,l,r,, * r,
= 1 410844.8 06 43.3
2.5.2. Metode mengukur sudut cara reiterasi M.8 43.1
Tujuan metode mengukur sudut cara reiterasi sebenarnya sama de- 4107 29.6 07 26.4 07 28.0
ngan tujuan metode mengukur sudut cara repetisi. Metode dengan peng- 2 17448il.4 48il.1
ukuran tunggal biasanya dilakukan pada teodolit dengan sumbu tunggal 9.5 53.3
dan dengan lingkaran yang dapat disetel (misalnya teodolit Wild T2 dan 174 49 48.9 49 47 .4 49M.2 1334220.2
Wild T3). Kita juga menyipat sudut a antara P1 dan P2 sebanyak n- kali, Sudut 1 -2 rata-rata: 133042' 20,0" + 0,4"

90 91
Alat ukursudut: T3
- oontoh: Alat ukur sudut yang digunakan: teodolit universil Wnd T2 dengan
Tempat peletakan alat '84;U
ukur sudut: Menara X rr:tode dengan mengukur jurusan.
r r

Tanggal: 7-6-61; hujan rintik-rintik; yang membaca: Kzl Alirt ukur sudut : T2 ..... -
I crnpat meletakkan alat ukur sudut: Titik 6 (lihat gambar 92)
2.5.3. Metode dengan mengukur jurugan lirnggal: ; :yangmembaca:

I itik Peletakan teropong rata- rata rata-rata yang


,itsaran B LB tunggal direduksikan
o, il o, il o,

7 00006 180 00 09 00008 00000 0 +1 1

3 21 4629 201 4623 21 2631 21 4623 2 -1 1

1 63 17 21 243 17 26 63 17 24 63 17 16 0 +1 1

5 1002401 2802405 100 24 03 100 23 55 -2 -1 1

Gambar 69
11 142 10 53 322 10 48 142 10 50 142 10 42 -2 -1 1

-6 -1 5
7 45 00 08 2250013 4500 10 00000 0 -1 1

3 66 46 26 2464635 66 26 30 21 4620 +1 0 0
Metode dengan mengukur jurusan biasanya digunakan pada triangula- 'l 108 17 28 288 17 23 108 1t 25 63 17 15 +1 0 0
si kwarter. Pada titik 6 di gambar 92 kita bidik misalnya 5 arah (4 sudut). Pa- 5 1452400 3252400 1452400 100 23 50 +3 +2 4
da metode dengan mengukur jurusan kita baca lingkaran berskala berturut-
turut pada garis bidik sasaran masing-masing. Sudut masing-masing kemu-
11 187 10 55 7 1046 187 10 50 142 10 40 0
-1 !
+5 0 6
dian kita dapatkan di antara dua garis bidik. Kita lakukan metode dengan 270 00 10 90 00 08 00000 0 +l
7 90 00 07 1

mengukur jurusan seperti berikut: kita memilih suatu sasaran sebagai titik 214622
3 111 4633 291 4628 111 4630 -1 0 0
permulaan (misalnya titik Z menurut gambar 69 di atas. Dengan meletak- 0 0
1 153 17 24 333 17 26 153 17 25 63 17 17 -'l
kan teropong pada kehudukan B (lihat gambar 61) kita membidik semua 10 23 s8 190 24 00 1002352 +1 +2 4
5 190 24 03
sasaran berturut-turut dalam arah jarum jam, dan kita catat tiap-tiap nilai
pada lingkaran berskala. Sesudah kita mencatat sasaran terakhir (lll kita
11 232 10 48 52 10 51 232 10 50 142 10 42 -2 -1 1

putar letak teropong ke kedudukan LB dan mulai dengan pembacaan pada -3 -2 6

titik //
kembali ke titik 7-. Penyipatan ini menjadi suatu seri. Menurut ke- 7 135 00 10 315 00 22 135 00 16 00000 0 -1 1

3 156 46 38 336 46 34 1s6 46 36 214620 +1 0 0


telitian yang diinginkan seri ini diulangi n-kali dengan mengubah nilai ling-
1 19817 29 18 17 36 198 17 32 63 17 16 0 -1 1
karan berskala pada tiap-tiap permulaan sebesar 180o: n. J ikalau banyaknya
sasaran lebih dariS atau 6, sebaiknya kita bagi atas seri-seri dengan hanya 4 5 23524 11 552407 2352409 100 23 53 0
-1 1

11 2771051 97 10 54 2771053 1421037 +3 +2 4


atau 5 sasaran per seri. Jikalau kita lakukan beberapa seri dari satu titik ke-
dudukan alat ukur sudut sebaiknya pada seri masing-masing sebagai titik/ ++ l-tl z
sasaran permulaan dipilih sasaran yang sama. lwl = 24
Contoh: Alat ukur sudut yang digunakan: teodolit universil Wnd T2 dengan
metode dengan mengukur jurusan.
Alat ukur sudut: T2 - .-...
Tempat meletakkan alat ukur sudut: Titik 6 (lihat gambar g2)
Tanggal: : yang membaca:
92 93
Titik rata- rata
2.5.4. Metode dengan mengukur sektor-sektor
sasaran seluruhnya

Keterangan:
7 00000
3 21 4621 rata-rata tunggal
B +-!.B
= pembacaan
1 63 17 16 2
5 100 23 53 rata-rata yang direduksikan rata-rata
11 142 10 40 tunggal dikurangi rata-rata tunggal sasaran
pertama: 3-7 , 1-7, 5-7 dan 11-7.
rata-rata seluruhnya rata-rata aritmetis
dari semua 4 seri.
Dalam hal pengamatan terhadap s jurusan dalam n seri maka salah me-
nengah untuk satu pengamatan adalah:
Gambar 70

m + \lut----1wl-
- (n-1)(s-1)
dan kemudian kesalahan rata-rata kuadratis oleh n seri pada jurusan sasaran Metode dengan mengukur sektor-sektor umumnya kita lakukan pada
yang sudah di-rata-rata-kan kita hitung seperti berikut; jaringan-jaringan triangulasi. Pada suatu titik kedudukan alat penyipat

M:-9:*rt---I*l-
Vn - v n(n_1)(s_1)
ruang kita cari 3 sampai 4 titik tertentu yang terbagi sekeliling titik pertama
itu. Dengan menggunakan metode reiterasi kita mengukur sudut masing-
masing la, P, yl pada gambar 70 di atas. Jumlah semua sudut (a + B+ y) ha-
Pada perhitungan kesalahan v kita tentukan pertama t/ dari tiap-tiap seri
rus 3600. Kesalahan yang tirnbul dapat dibagi atas sudut-sudut kecil, misal-
dengan v' : rara-rata seluruh dikurangi dengan rata-rata seri. Karena sa-
nya g, h, i, k dan / pada gambar 70 di atas, dengan melakukan metode
saran pertama lv'o: o) juga tidak mungkin teliti betul kita mengoreksinya
mengukur jurusan. Jumlah sudut lg+ h+ 4 dan (/+ k) harus menjadiy dsb.
dengan perbaikan serinya yang negatif. Pada seri pertama dapat kita ten-
tu ka n:

vo:-;':-lv'l -A :+1.2=+1
a
Dengan nilai ini kita koreksi semua v' . sebagai kontrol kita perhatikan, bah- 2.6. Pengukuran jarak secara optis
wa jumlah [v] : 0. Dari nilai v kita dapat menghitung vz : lwl. Kemudian
Pada pengukuran jarak secara optis dapat kita tentukan suatu jarak
pada contoh ini dapat kita tentukan:
atas dasar sudut paralaktis dan suatu rambu dasar. Kita membaginya atas
E
m=+tl---:!\[2:+1.4" dua cara. Cara pertama menggunakan sudut paralaktis tertentu dan kita
-Y3.4 membaca nilai pada mistar-dasar pada sasaran. Cara kedua menggunakan
dan selanjutnya, suatu rambu-dasar dengan panjang tertentu dan kita mengukur sudut paral-
tis. Rambu dasar bisa diletakkan secara horisontal atau vertikal. Pengukuran
M:^P-=t1'!::+0.7,,
- Y 4.3.4 ttq
jarak secara optis pada saat ini sudah agak jarang digunakan karena adanya
cara elektronis (misalnya Wild Distomat Dl 35 atau Wild Dl 10 Distomat).
sebagai kesalai'ran rata-rata kuadratis dari 4 seri pada jurusan sasaran yang
sudah di-rata-rata-kan.

94 95
2.6.1. Penggunaan rambu yang vertikal lrkalau kita kemudian membidik dengan teropong condong sebesar B ke su-
a) Asas Reichenbach ,rtu rambu ukur yang sejajar anting kita harus memperhatikan gambar 72 di
,rtas. Rambu ukur sekarang tidak lagi diletakkan siku-siku pada garis bidik,
rnelainkan dengan kemiringan B. Pembacaan rambu ukur I selanjutnya
lrarus kita proyeksi-kan siku-siku pada garis bidik. Kita dapatkan pembaca-
,,rr rambu ukur yang direduksikan l-" sebagai L' : L . cos B. Atas dasar
r umLrs ini dapat kita tentukan jarak miring menurut rumus berikut:

D' : L' . 100 : 100. L. cosB. (3)


l;rrak horisontal yang dicari kemudian menjadi proyeksi jarak miring D' oleh
',rrdut p dan dapat ditentukan seperti berikut:
B D: D'.cos0:100. L.co*B. l4l
Itcda tinggi selanjutnya menjadi:

@
potongan A-B
Ah:D'.sin/l
Atau berdasarkan pada rumus (3) tadi:
AH = 100 L. sinp. cosB
(5)

(6)
Ilr:da tinggiantara titik,4 dan titik I (AH) kemudian kita tentukan sebagai:
Gambar 7l AH :'+ 1 + Ah- z : Ah + (1
- z).
Asas Reichenbach didasarkan atas sudut paralaktis a yang ditentukan. Su- rlengan i tingginya alat uku r sudut dan z tingginya sasaran. U ntuk perhitu ng-
dut ini ditentukan oleh dua benang stadia menurut Reichenbach yang di- ,rrr ini (reduksi untuk menentukan jarak horisontal dan penentuan beda ting-
ets pada pelat kaca dengan benang-silang, seperti terlihat pada gambar 7'l tli) dapat kita gunakan tabel tachimetri atau mistar hitung tachimetri yang
di atas. Benang stadia atas dan bawah memotong sebagian rambu ukur se- rnenentukan D dan Ah atas dasar sudutB dan pembacaan rambu ukurL.
panjang l. Jikalau garis bidik horisontal menurut gambar 71 kita dapat me-
nentukan syarat berikut:

:
;. cot; L.1/2cot;.
-Ld=
D
Jarak p antara ke-dua benang stadia kemudian dipilih sedemikian rupa, se-
hingga bagian rumus 1/2 cot a/2 menjadi 100 dan rumus ('l) di atas dapat
d isederha nakan sebagai:

Gambar 73

-r---
I

i lachimetri pada pengukuran sudut kita lakukan berbeda dengan tachimetri


-1-# pirda penyipatan datar (lihat bab 1.6.3.) seperti berikut:
I

L-:________D
HaA I Mengukur tingginya alat ukur sudut di atas titik4 (i : m)
Gambar 72 '.) Benang-silang yang vertikal dipasang pada pertengahan1.46
rambu ukur.

96 97
3. Menurunkan atau menaikkan teropong demikian rupa, sehingga benang lachimetri pada pengukuran sudut dilakukan di lapangan menurut peratur-
stadia bawah jatuh pada satu garis desimeter pada rambu ukur (pada ;rn tsb. di atas membutuhkan sesudahnya banyak pekerjaan perhitungan di
gambarT3 di atas 1,40 m). kantor untuk menentukan jarak dan beda tinggi yang sebenarnya. Hal ini
4. Membaca rambu ukur pada benang stadia atas (pada contoh ini 'l ,631 rnenghambat kelancaran pekerjaan dan merupakan suatu sumber kesalah-
m) dan menentukan hasil pengurangan f dalam cm (pada contoh ini an. Sebaiknya jarak antara dua benang stadia tidak menjadi jarak tetap,
23.1 cm). rnelainkan berbeda menurut kecuraman teropong sedemikian rupa, sehing-
5. Membidik dengan benang-silang yang horisontal tinggi alat ukur sudut t;a pembacaan rambu ukur langsung meniadijarak dan beda tinggi yang se-
pada rambu ukur (i : 1,46 m) dan sesudah diatur nivo indeks sudut B benarnya seperti ditentukan pada rumus (4) dan rumus (6).
terbaca. Diagram-tachimeter Wild RDS dilengkapi dengan suatu sistim prisma se-
Jikalau garis bidik menjadi curam sekali kita harus memperhatikan dengan lringga bayangan rambu ukur pada objektif diproyeksikan pada suatu ling-
khusus, bahwa rambu ukur didirikan sejajar anting betul-betul. karan kaca dengan diagrarn yang digores dan yang ditempatkan pada kaki

b) Alat ukur sudut dengan reduksi automatis t)enyangga kanan. Dengan penambahan prisma dan kaca pembesar kita
akan melihat pada okuler suatu bayangan rambu ukur yang berdiri, dan di-
agram yang diproyeksikan menentukan suatu garis dasar yang juga menjadi
akan melihat pada okuler suatu bayangan rambu ukur yang berdiri, dan di-
agram yang !iproyeksikan menentukan suatu garis dasar yang juga menjadi
1
benang stadia bawah seperti terlihat pada gambar 74 di atas. Garis dasar ini
kita setel, sehingga jatuh pada suatu garis desimeter atau titik 0 pada suatu
Arah sinar cahaya pada rambu tachimeter yang khusus (lihat gambar 76 berikut). Pada benang sta-
diagram-tachimeter Wild 8DS
dia atas kita membaca rambu ukur. Nilainya dikalikan dengan 100 (cm = m)
menentukan jarak D yang sebenarnya (horisontal)' Kemudian lihat suatu
garis penentu tingginya diantara garis dasar dan benang stadia atas. Kon-
stante pengali pada garis penentu tingginya mengubah menurut kecuraman
menjadi 10, 20,50 atau pada p > 24,5100 maka pada lereng yang landai
ketefitian menjadi lebih besar. Untuk mempermudah perhitungan ini garis
penentu tingginya diberi faktor langsung dengan tanda ( + , - ) sebesar 0,1;
0,2;112 dan 1 (cm = m). Pada sudut perbatasan dalam bayangan kita da-
patkan dua garis penentu tingginya dan pada umumnya kita menggunakan
yang lebih atas.

Gambar 76
GambarT4 GambarT5

98 99
{ !

Untuk menyederhanakan perhitungan di lapangan sebaiknya kita meng- i licperti sudah diketahui, suatu baji optis memantulkan suatu berkas-sinar
gunakan suatu rambu tachimeter dengan kakinya yang dapat disetel me- rrrgnurut sudut tertentu. Kita membentuk baji optis demikian rupa, sehing-
nurut tingginya alat ukur sudut i. Misalnya pada suatu tingginya alat ukur rlir sudut pemantulan d mengakibatkan suatu pergeseran ke samping se-
suduti : 1,46 m. Kaki rambu tachimeter ditarik sebanyak 46 cm agar kita lrt:sar b yang menjadi satu perseratusan (1 /100) dari j.arak D seperti terlihat
dapat membaca beda tinggi sebenarnya secara langsung seperti dilihat pa- pada gambarTT di atas.
da gambar 76 di atas.
Di samping lingkaran horisontal berskala diagram-tachimeter wild RDS ma- tand: *: #, o = 34',22.6"
sih dilengkapi dengan lingkaran vertikal agar beda tinggi dapat juga ditentu-
kan secara trigonometris jikalau jarak pembidik terlalu jau h.
Ketelitian pengukuran jarak dengan benang stadia menurut Reichenbach
atau dengan diagram-tachimeter menjadi sekitar 1:1000 yang cukup bagi Gambar 78
pekerjaan topografi-tachimetri. Ketelitian ini bulian dibatasi oleh alat ukur
sudut, melainkan oleh suasana. Karena sinar-cahaya yang jatuh pada garis Jikalau baji optis itu menyelubungisebagian saja dariobjektif, misalnya se-
dasar berada lebih dekat peda bumi daripada sinar-cahaya yang jatuh pada paruh, maka berkas sinar pada bagian yang tidak diselubungi tidak dipantul-
garis penentu jarak atas akan dipantulkan lebih banyak oleh perubahan cua- kan. Jikalau kita sekarang membidik suatu rambu ukur horisontal yang siku
ca dekat permukaan bumi. walaupun mistar dibaca dengan teliti hasil jarak pada garis bidik kita memperoleh pada objektif dua bayangan yang tercam-
yang diukur selalu menjadi lebih pendek daripada jarak yang sebenarnya pur. Pada bayangan ini suatu bayangan tergeser ke samping 1:100 dari jarak
(kesalahan sistimatik). rambu yang horisontal - alat ukur sudut terhadap bayangan biasa. Per-
Atas dasar kcnstante pengalian yang kecil penentuan beda tinggi biasanya geseran ini dapat kita baca pada rambu seperti terlihat pada gambar 78 di
lebih teliti daripada penentuan jarak yang mengalami pengaruh ref raksi (me- atas. Pembacaan ini tidak terganggu berbeda dengan benang stadia menu-
lengkungnya sinar-cahaya) permukaan bumi (differensialrefraksi). rut Reichenbach yang terganggu oleh paralaks pada benang- silang yang
mungkin masih ada. Juga pengaruh refraksi-vertikal ditiadakan, jikalau kita
2.6.2. Penggunaan rambu yang horisontal memperhatikan refraksi-vertikal ditiadakan, jikalau kita memperhatikan re-
f raksi-samping pada garis bidik yang sejajar dengan dinding
yang dekat dsb.
Untuk menghindarkan ke-tidak-samaan keadaan suasana pada dua
sinar-cahaya atas dan bawah. s6baiknya kita menggunakan rambu yang
horisontal. Pada prakteknya dapat kita lakukan pengukuran jarak ini menu-
rut dua cara, yaitu: penggunaan baji optis Richard (sudut paralaktis yang
tetap) atau dengan menggunakan rambu yang horisontal dengan ukuran
tertentu pada sasaran.
a) Bajioptis Richard

)'

Gambar 80

100 101
ry
mengganggu pembacaan rambu. maka rambu ukur hanya berskala pada
bagiin bawah saja. Garis nol dan nonius pada bagian atas dengan sisa-sisa
lainnya dicat hitam untuk menghindarkari gangguan pembacaan seperti ter-
lihat pada gambar 81 di atas. Dengan mengganti mal pembacaan seperti
terlihat pada gambar78, rambu ukur ini menggunakan nonius s/d jarak 100
m dan suatu konstante penambahan + 50 pada jarak-jarak antara 60 s/d
150 m. Lihat gambar 81 . Dengan garis nolnya. maka pada rambu hanya ter-
baca meterannya. Desimeter dan sentimeter didapat dengan suatu mikro-
meter kaca-datar-plan-paralel seperti terlihat pada gambar 83 di atas. De-
ngan memutar kaca-datar-plan-paralel di muka baji optis, bayangan yang
dipantulkan dapat digeser terhadap bayangan langsung sebanyak satu desi-
meter jarak horisontal. Dengan memutar mikrometer kita dapat meng-ko-
insidensi-kan suatu garis dari skala nonius dengan suatu garis dari skala
Gambar 8l mistar seperti diterapkan pada gambar82 di atas. Garis nonius menentukan
desimeter dan pada skala mikrometer dapat dibaca sentimeter'
Prinsip pengukuran jarak ini dahulu digunakan pada baji optis Wild DM 1
Pada gambar 82 di atas dapat diperhatikan contoh berikut:
sebagaisuatu pelengkapan pada teodolitWild T 1, T 16 dan T2 dan yang
Meter (pada garis nol) 61.00 m
pada saat inisudah tidak lagi diproduksi. Kokot betina baji optis digeser dan
Desimeter (pada garis skala nonius) 0,50 m
diikatkan pada objektif teropong seperti dilihat pada gambar 79 dan 80 di mikrometer) i49ll
Sentimeter (pada skala
atas. Pada bagian okuler teropong itu dipasang suatu pqngimbang. Rambu
ukur horisontal dipasang pada suatu steling yang tingginya dapat disetel totaljarak 61,58 m

betul-betul pada tinggi alat ukur sudut seperti terlihat pada'gambar 81 di Jarak ini sebenarnya menentukan jarak dari baji optis ke rambu ukur. Kon-
atas. Steling itu dapat didirikan sejajar anting dengan bantuan suatu nivo stante penambahan sebagaijarak dari baji optis ke sumbu pertama alat ukur
katak. Rambu yang horisontal kemudian disetel siku-siku pada garis bidik sudut sudah diperhatikan oleh suatu pergeseran nonius terhadap skala ram-
dengan menggunakan sebuah vizier (diopter). bu. Pada pengukuran curam dengan sudutB kita dapatkan jarak D' yang di-
kalikan dengan cosB menghasilkan jarak horisontal D dan beda tinggi Ah'
dikalikan sinp menghasilkan beda tinggi Ah yang sebenarnya'
Gambar 82
b) Tachimeter dengan reduksi automatis

Pembacaan jarak horisontal: 12,46 m


ffi
(pada rambu : 12,00 m; pada nonius0,40 m; pada mikrometer0,06 m)
1 nonius (
Gambar 83

Sebelum mengukur jarak, baji optis diatur horisontal demikian rupa, sehing-
ga suatu putaran kecil pada objektif menggeser dua bayangan rambu hori-
Pembacaan jarak horisontal: 75,96 m
ffi
sontal pada suatu garis lurus. Supaya dua bayangan yang tercampur tidak (pada rambu : 4,00 m; pada nonius71,80 m; pada mikrometer0,16 m)

102 103
f
rEol
lw
Pembacaan beda tinggi: 15,28 m
-
(pada rambu merah84,00 m; pada nonius0,60 m; pada mikrometer0,12 m
:84,12 m- 100,00m -
- 15,28m)
Gambar 84

Karena operasi perkalian pada penentuan jarak dengan baji optis makan ba-
nyak waktu dan merupakan sumber kesalahan-kesalahan maka ditemukan
Tachimeter dengan reduksi automatis Wild RDH (Reduktions-Distanz-
Hbhenmesser). Reduksi jarak yang miring pada alat ukur sudut ini berlaku
automatis dengan suatu sudut pantula. Makin curam teropong makin kecil
sudut ini karena dua baji berputar dengan perbandingan cos/3. Pada prinsip-
Gambat 85
nya pembacaan dilakukan seperti pada baji optis Wild DM t hanya rambu
dan skalanya berbeda. Pembagian skala terkecil 2 cm. Ada dua nonius, Metode ini menggunakan suatu rambu-dasar Wild GBl2m dengan pan-
yaitu 0-2 pada jarak sampai dengan 70 m dan 70-72 pada jarak yang lebih
iang 2,00 m dan dengan ketelitian + 1110 mm dan tanda segitiga seperti
daripada 70 m. Berlawanan dengan baji optis Wild DM '1, pada tachimeter' terlihat pada gambar 85 di atas. Karena perubahan suhu sebesar 20o C
dengan reduksi automatis Wild RDH bayangan tidak menjadi tercampur, mengubah jarak hanya sebesar 20 trr, maka dengan kata lain panjang rambu-
melainkan dibagi dua pada suatu garis halus, dengan bagian atas bayangan
dasar tetap. Rambu-dasar dipasangkan di atas statif biasa seperti diguna-
langsung dan bagian bawah bayangan yang dipantulkan dari nonius, seper-
kan untuk teodolit Wild T'1A, T 16, T 2 dsb. di-horisontalkan dengan ban-
titerlihat pada gambar34 diatas.
tuan sebuah vizier disetel siku-siku pada garis bidik.
Pada pembacaan beda tinggi kita perhatikan angka-angka yang merah pada
rambu ukur. Jikalau beda tinggi lebih besar daripada 70 m akan kita guna-
kan nonius ke-tiga yang berangka merah 30-32. Tachimeter dengan reduksi
automatis RDH dilengkapi dengan lingkaran horisontal berskala dan lingkar-
an vertikal dengan pembacaan skala seperti skala-teocolit Wild T 16.
Saat ini tachimeter dengan reduksi automatis Wnd RDH sudah tidak lagi di-
produksi karena ada alat pengukur jarak elektroiis seperti distomat Wild Dl
4 dan Wild Dl4L.

2.6.3.'Penggunaan rambu-dasar yang horisontal


Metode-metode yang dibicarakan sampai sekarang dengan benang
stadia menurut Reichenbach atau baji optis dengan sudut paralaks yang ter- ,

tentu, dua-duanya memotong suatu bagian rambu yang diperhatikan. Akan


Gambar 86
tetapi kita juga bisa memperhatikan suatu rambu-dasar yang horisontal de-
ngan panjang tertentu dan mencari/menentukan sudut antara ke-dua Dengan teodolit kemudian kita mengukur sudut paralaks horisontal a anta-
ujungnya. I
ra tanda dan B dengan iarak b :2,A0 m dengan tinggi terhadap titik pele-
a) Pengukuranjaraktunggal takan alat ukur sudut 0 sembarang seperti terlihat pada gambar 86 di atas'

105
104
Oleh nilai suduta yang horisontal [tu dapat kita tentukan tanpa reduksi atau Kita perlu mencari banyaknya bagian d dari suatu jarak D jikalau kesalahan
tanpa mengukur beda tinggi jarak horisontal D menurut rumus berikut: rata-rata kuadratis M sudah ditetapkan. Perhitungan ini berdasarkan atas
kesalahan pengukuran sudutma : 1" kemudian dengan d : D/n kita da-
b cotA
D: 22 patkan:
d2
: M: " -rfn: D2
2p" '' " 2r" 'rfns
dan dengan b 2,00 m:

D:cota dan atas dasar rumus ini kebanyakan bagian n sebagai:


2
Ketelitian penguliuran jarak ini tergantung pada ketelitian pengukuran su-
l, +

dut pada teodolit yang digunakan. Kesalahan rata-rata kuadratis pada suatu ":tAt
| 4p"2 M2'

jarak dengan suatu kesalahan sudutrn : 1" ialah: jikalau selanjutnya M menjadi + D/10+ (1:10'000) kita dapatkan kebanyak-
an bagian n sebagai:
-^: D' : D'
" 2r" 2.206265 = 400 000 1

n = 8.4 (D?-) 5
Atas dasar ketentuan ini kita dapat menggunakan tabel berikut:
D 50 75 100 150 200 300 400 500 dan jikalau selanjutnya Mmenjadi + Dl2. 104(1:20'000) kita dapatkan ke-
rnp banyakan bagian n sebagai:
6 14 24 55 97 218 388 606 mm
1
Kita lihat atas dasar tabel di atas, bahwa teodolit dengan ketelitian 1" pada
n = 13.3 (D?.[ 5
suatu jarak sampai dengan 100 m biasanya memenuhi syarat ketelitian. Pa-
da penentuan jarak yang lebih jauh kita harus melakukan metode-metode Kebanyakan bagian n yang diperlukan untuk mengukur suatu jarak D dari
yang lain seperti misalnya pengukuran jarak terbagi atau pengukuran jarak 100 m s/d 1000 m dengah kesalahan rata-rata kuadratis M dari 10 mm s/d
dengan rambu-dasar bantuan, lihat juga gambar 87 dan 88 berikut. 100 mm dapat dipelajaripada tabelberikul:

b) Pengukuran jarak terbagi


I
D

Y "/ Y Y /
,/ ,f ,/1./ <t-,/

F_d_l ' ,/.


,/.f-/
/-/_ .qzT-4-Y
Y
Gambar 87
/ '2 ffi
Pada metode pengukuran jarak terbagi kita membagijarak yang terlalu
panjang D atas n bagian dengan jarak d yang masih dapat diukur dengan
metode pengukuran jarak tunggal seperti terlihat pada gambar 87 di atas. >l
t
EI
EI
2 100,?
./z: z4
,/r'
-/ '4
Kesalahan rata-rata kuadratis M pada n bagian d yang menjadijumlah jarak Dm 200 300 100 500 600 700 800 900 1000
-
D dapat kita tentukan menurut rumus berikut:
D : jarak seluruhnya dalam meter (m)
M= rno. v": fi, .v" M
n
: kesalahan jarak dalam milimeter (mm)
= banyaknya bagian jarak pada kesalahan sudut 1" masing-masing
106 ::
! 107
i
!
I
I
c) Pengukuran jarak dengan rarnbu-dasar bantuan

50

.lrl
il
D,.

Pada metode dengan pengukuran jarak dengan rambu-dasar bantuan kita 2.7. Pengukuran jarak secara elektronis
menentukan pada salah-satu ujung dari jarak D suatu jarak d seperti dilihat
pada gambar 88 di atas. Seperti telah kita pelajari pada bab 2.6. ini pengukuran jarak secara op-
Pada titik I kita letakkan rambu-dasar dengan panjang b : 2,0 m. Sudut d tis atau mekanis, terutama pada jarak jauh sangat terbatas. Kemajuan pada
kita pilih =90o dan sudut a = y. Ketentuan ini menguntungkan pengukuran pembuatan alat-alat elektronis membantu perkembangan alat mengukur
jarak elektronis. Alat-alat pengukur jarak secara elektronis pada jarak maksi-
d dan D. Dengan sudut paralaks a kita menentukan jarak d dan dengan su-
dut d dan y dapat kita menentukan jarak D menurut rumus berikut: mal2 km sedang digunakan sekitar 10 tahun.
Perkembangan ini juga mempengaruhi alat-alat ukur sudut dan menyeder-
D=d sin(180-d-yl _ A sin(d + y)
hanakan pengukuran sudut dengan pembuatan tachimeter elektronis yang
srny slny mengukur automatis dan dapat juga menyimpan data-data secara auto-
Jikalau d : 90o kita tentukan: matis.
d
D= tany d 2.7.1. Wild Distomat Dl4
= srn/ (karena y menjadi kecil)
Kalau kemudian a = y kita tentukan:
d D D= d2
bd= ' b
dan karenab = 2,00 m:
d2
D=
z
Jikalau pada penentuan sudut-sudut tsb. di atas kesalahan pada a dan y
menjadi + 'l " dan q= y dan d : 90o maka kesalahan rata-rata kuadratisMe
kemudian dapat ditentukan menurut rumus berikut:
i, D\fd- D/d
.vrn
" =
p 200000
-
Ukuran jarak semua ditentukan dalam meter (m) nilai-nilai dapat dipelajari
pada tabelberikut:
Gambar 89

108 109
E

Wild Distomat Dl 4 sebagai perlengkapan yang dipasangkan di atas tero- 1000 pengukuran. Sinar yang pulang pergi di antara bagian pengukuran dan
pong teodolit wild T 1, T 16 atau T2 sasaran boleh diganggu misalnya oleh mobil-mobil yang lewat, tanpa rneru-
gikan ketelitian hasil pengukuran jarak, hanya waktu pengukuran diperpan-
Alat pengukur jarak secara elektronis, Wild Distomat Dl 4 menjadi hasil ker- jang karena hasil baru kita terima sesudah 1000 pengukuran selesai dilaku-
ja sama antara perusahaan Wild Heerbrugg Ltd. Swis dan perusahaan Ser-
kan.
cel di Nantas, Perancis, sebagai penggantiWild Distomat Dl 35 dan Dl 10.
Oleh kerja sama inisedang dibuat dan dijual lebih dari 10'000 Wild Distomat Bagian pengukuran ini dilengkapi dengan satu mini-komputer dengan pro-
Dl 10 dan Dl 3. Alat pengukur jarak secara elektronis digunakan terutama gram tertentu, karena tugasnya tetap reduksi jarak miring atas jarak hori-
untuk pengukuran jaringan triangulasi, mengukur jarak-jarak pada macam- sontal. Nilai sudut vertikal harus ditentukan oleh ahli penyipat yang melaku-
macam proyek pembangunan, dan mengontrol macam-macam ukuran' kan penyipatan. lni berarti pada waktu bagian pengukuran mengukur jarak
Alat pengukur jarak secara elektronis Wild Distomat Dl 4 ditemukan dan di- miring, kita mengukur sudut vertikal pada lingkaran vertikal berskala dan
jual sejak 1980 dan memenuhi hampir semua keinginan yang diharapkan pa- nilainya diberikan kepada komputer pada papan tombol jari.
da suatu alat pengukur jarak pada penyipatan. Perlengkapan Wild Distomat Sesudah kemudian saklar A ditekan maka dalam waktu beberapa detik di-
Dl4 terdiri dari: statif, bagian pengukuran, alat ukur sudut, sasaran dan aki. dapat jarak horisontal, dan jikalau perlu Al beda tinggi. Minikomputer ini
Sasaran yang terdiri dari pemancar dan pesawat penerima yang dipasang- juga memungkinkan perhatian misalnya faktor-faktor koreksi skala, meng-
kan di atas teropong suatu teodolit Wild T 1, Wild T 16 atau T 2. Suatu hitung jarak dari meter ke kaki inggeris atau menentukan selisih koordinat-
pengimbang menghindari gaya-gaya yang tidak diinginkan karena titik berat koordinat yang siku-siku.
tetap berada pada sumbu kedua. Pemasangan ini memungkinkan penyipat- Seperti telah dikatakan alat pengukur jarak elektronis Wild Distomat Dl 4 di-
an arah dan jarak sekali gus. Bagian pengukuran yang dihubungkan dengan buat terutama untuk pekerjaan kadaster dan insinyur. Jarak-jarak pada pe-
sasaran dengan satu kabel dipasangkan di antara statif dan teodolit, pada kerjaan ini biasanya kurang dari500 m dan jarang sekali lebih panjang dari-
suatu sumbu tersendiri. Karena disambung dengan teodolit, maka kabel pada 1000 m. Karena itu Wild Distomat paling cocok pada suatu jarak yang
tidak mengganggu. lsian bagian pengukuran ialah: meter getaran frekwensi 1000 m, berhubung garis-tengah objektif dan ukuran prisma reflektor (50 x
dan alat menghitung reduksi. 100 mm), yang memungkiiikan hasil yang teliti pada jarak 1000 m walaupun
Alat pengukur jarak elektronis, Wild Distomat Dl 4 menggunakan ge- suasana hanya sedang. Jikalau kita menginginkan mengukur jarak yang le-
lombang merah infra (GeAs-diode) yang tidak dapat dilihat. Frekwensi yang bih jauh atau pada suasana yang agak jelek, maka harus ditambah banyak-
digunakan ialah 7,5 MHz dan zE7 MHz. Karena gelombang ini melewati nya prisma reflektor. IVlisalnya dengan sebelas prisma reflektor rl.apat kita
jarak yang diukur pulang-pergi hampir dengan kecepatan cahaya, kesatuan ukur suatu jarak 2000 m.
dapat ditentukan 30 m (setengah gelombang pada pengukuran teliti) dan Ketelitian suatu jarak yang diukur dengan Wild Distomat Dl 4 5 mm + 5
2000 m (pada pengukuran yang kasar). Objektif pemancar memusatkan ge- mm/km. Kesalahan rata-rata ini tidak tergantung dari jarak dan bisa terjadi
lgmbang-gelombang pada suatu sudut sebesar 4' (: 12 cml1O0 m). Seba- pada jarak yang jauh maupun pendek. Ketidaktelitian yang lain pada Wild
glpn dari gelombang-gelombang yang diterima oleh suatu prisma reflektor Distomat Dl 4 tidak ada, walaupun kita harus memperhatikan bahwa ke-
akqn dikembalikan ke objektif pesawat penerima dan difokuskan atas suatu cepatan pada gelombang merah infra tergantung dari suhu dan tekanan
fotodiode. Pada meter getaran frekwensi diukur perbedaan getaran fre- udara. Pengaruh ini dapat kita tiadakan dengan ketentuan suatu faktor ko-
kwensi antara gelombang yang dipancarkan dan gelombang yang ditang- reksi skala pada pengukuran jarak. Biasanya ketelitian kurang tergantung
kap oleh refleksi sasaran. Perbedaan ini menentukan jarak antara Distomat dari bagian pengukuran jarak, daripada dari bagian teodolit. Jikalau kita
dan sasaran. menggunakan teodolit Wild T 1 atau T 16 maka ketelitian beda tinggi
Program pengukuran pada alat pengukur jarak elektronis, Wild Distomat Dl kurang lebih 1 cm pada 300 m jarak. Dengan keterangan, bahwa koreksi
4, menentukan jarak miring sesudah sasaran dibidik dan saklar 'DIST' di- oleh bulatan permukaan bumi pada jarak 300 m sudah menjadi 1 cm.
tekan, secara automatis dalam waktu 10 detik seteliti 6 angka, misalnya Pada gambar 90 berikut kita dapat memperhatikan tugas-tugas yang dapat
257,341 m. Program ini bekerja teliti sekali karena telah ditera. Jarak yang diterima alat pengukur jarak elektronis Wild Distomat Dl 4, yaitu:
ditentukan pada program pengukuran jarak merupakan hasil rata-rata dari a) mengukur jarak miring, b) menentukan jarak horisontal, d) menentukan

110 111
beda tinggi, d) menentukan selisih koordinat Ax dan Ay, a) mengukur be-
berapa jurusan.

Casette reader sebagai alat penghubung


di antara Tachimat TC 1 dan komputer

Tachimat TC 1 di atas kaki tiga


Gambar 90 a-e

Gambar 91
d)

Bagian-bagian dan data-data yang penting pada sistim Wild Tachimat TC 1

2.7.2. Sistim Wild Tachimat elektronis TC 1 ialah:


Seperti alat pengukur jarak secara elektronis Wild Distomat Di 4, Wild Teropong : Teropong koaksial yang memungkinkan penentuan jarak dan
Tachimat elektronis TC 1 ialah hasil kerja sama antara perusahaan Wild pengukuran sudut sekali gus. Pembesaran 25 x dengan zoom pada jarak
Heerbrugg Ltd. Swis dan perusahaan Sercel di Nantes. Perancis dan di- yang pendek, dan karena itu jarak terpendek yang masih dapat dibaca
temukan Juni 1977. Penggunaan Wild Tachimat elektronis TC 1 ialah pada 2.00 m.
kadaster, perbaikan dan pemeriksaan kadaster, profil memanjang dan profil
melintang, beserta detail pada macam-macam proyek pembangunan. Da- Alat pengukur jarak : Alat pengukur jarak bekerja automatis dengan keteli-
sarnya Wild Tachimat elektronis TC 1 ialah suatu teodolit-tachimeter tian + 5 mm/km. Jarak maksimal adalah 2 km. Pengukuran jarak dapat di-
dengan reduksi automatis yang bekerja elektronis. Kita dapat mengukur su- lakukan horisontal atau miring, dalam meter atau kaki.
dut, jarak horisontal atau miring, koordinat-koordinat dan beda tinggi. Ka- Pengukuran sudut : Sebagai tambahan perlengkapan komputer yang
rena nilai-nilai yang diukur dapat langsung dicetak pada sebuah pita kaset, membaca dan memperlihatkan sudut horisontal dan sudut vertikal dengan
maka dapat dihemat waktu dan ketelitian bertambah dengan menghindari menggunakan lingkaran 360o atau 400s. Dapat dibaca lingkaran berskala
kesalahan yang kasar oleh catatan pada buku ukur yang keliru. dalam arah jarum jam atau berlawanan. Ex-sentrisitas lingkaran ditiadakan

112
113
dengan pemasangan sensor yang berlawanan. Ketelitian pada lingkaran ho- ca kaset juga membuat kaset duplikat jikalau kita perlu mengirimkan suatu
risontal berskala ialah + 2" dan pada.lingkaran vertikal berskala + 3"' kaset ke tempat lain.

Bandul : Sebuah bandul beserta sensor bekerja sebagai nivo indeks yang
automatis pada lingkaran vertikal berskala. Jikalau perlu bisa juga melewati
2.8. Penggunaan alat-alat ukur sudut
sistim automatis ini dan membaca lingkaran vertikal berskala menurut sum- pada praktek
bu mekanis pada alat. Dalam praktek kita sering cukup melakukan perataan kesalahan secara
Pengolahan data-data : Sebuah mikro-pengolah data-data mengawas sederhana (tidak memakai metode kuadrat terkecil). Perencanaan jaringan
pembacaan jarak dan sudut-sudut. Diperhatikan faktor koreksi pada penen- triangulasi di lapangan yang baik untuk menjauhkan kesalahan pengukuran
tuan jarak dan jarak horisontal, beda tinggi, tinggi di atas permukaan laut yang besar. Jaringan triangulasi itu juga dapat digunakan sebagai kontrol
dan koordinat-koordinat dihitung. Koreksian oleh'pembulatan permukaan pada pengukuran detail pada lapangan tersebut.
bumi dan oleh ref raksi diperhatikan secara automatis.
2.8.1. Jaringan triangulasi sederhana
Display (pembacaan): Pada dua ujung alat berada dua LED-display dengan
Pada suatu lapangan tanpa tugu triangulasi yang pasti, kita sendiri ha-
delapan angka masing-masing. Pada rekaman pada kaset selalu dapat ter-
rus membangun triangulasi yang sederhana. Kita memilih suatu bagian pa-
baca nomor kelompok dan angka masing-masing.
da pertengahan lapangan yang datar dan bebas pohon untuk menentukan
Papan tombol jari : Karena ada papan tombol jari pada kedua ujung alat suatu basis4-8 (lihat juga bab 2.1.1. Jaringan segi-tiga). Panjangnya basis
masing-masing, maka kita dapat bekerja dengan kedudukan teropong B itu dipilih sebaiknya 114 sld1l10 dari panjang sisisegitiga yang akan dipilih
dan LB tanpa halangan. Papan tombol jari digunakan untuk menyampaikan pada triangulasi. Pada jaringan triangulasi yang besar dan terutama panjang
data-data dasar seperti salah satu tinggi di atas permukaan laut, atau koor- sekali sebaiknya kita pilih dua basis pada ujung masing-masing sebagai kon-
dinat-koordlnat suatu titik tertentu dsb. atau untuk kode informasi pertama trol dan untuk meningkatkan ketelitian.
jikalau direkam pada kaset. Suatu bunyi memberitahukan agar informasi/
input dapat diterima.
a) Jaringan dasar

Perlengkapan rekaman : Alat perlengkapan rekaman dapat dipasang di


atas alatWild Tachimat TC 1 dengan kaitan berper. Alat ini dibuat tahan air,
hujan dan debu. Sesudah dipasangkan alat ini menjadi sebagian yang ber-
hubungan erat dengan Tachimat.
Rekaman kaset: Dengan menekan saklar rekaman, suatu kelompok data
akan direkam dalam waktu dua detik. Pembacaan lingkaran, jarak, beda
tinggi, nomor kelompok dan nomor titik masing-masing direkam secara
automatis. Penentuan nomor titik/tugu dapat ditentukan sendiri atau ber-
deretan secara automatis. Semua data yang direkam diperiksa automatis.
Kaset-kaset : Kita dapat merekam pada pita kaset magnetis, suatu sistim
pengumpul dan penyimpan data yang paling ekonomis. sekitar 1800 kelom-
pok data dapat disimpan dalam satu kaset. Rekaman kaset maupun kaset
itu sendiri dapat dipergunakan pada suhu -20o C s/d + 50o C.
Alat pembaca kaset: Kaset-kaset dapat dibaca dengan suatu alat khusus
dengan TTY dan R52321V24, perlengkapan yang memungkinkan penyam-
paian data-data langsung ke teletipe. video-terminal, lewat tilpon dengan Gambar 92
modem atau langsung ke desk-top atau komputer yang besar. Alat pemba-
115
114
Misalnya kita menerima tugas menyipat suatu lapangan yang belum dikenai d : 552.50m H :700m R =6370300m:
suatu triangulasi. Kita harus akan membangun suatu jaringan tugu dengan :
iarak masing-masing sekitar 2,0 km'seperti terlihat
pada gambar 92 di atas. D = 552.50 (1 -
6;1 00q0)
552.50 - 0.06 = 552.44 m

Luasnya lapangan yang dibayangkan kira-kira 35 kmz.


Ketelitian basis ini yang diukur dengan pita ukur dari baja hanya dapat di-
Pertama kita pilih basis4-8 dengan panjang sekitar 550 m di pertengahan
capai di lapangan yang datar. Jikalau ketentuan ini tidak dapat dipenuhi se-
lapangan. Basis itu diukur dengan pita ukur 50 m panjang. Ketelitian pita
baiknya digunakan rambu-dasar yang horisontal dan sebuah teodolit de-
ukur itu akan menjadi m1 : + 5 mm (kesalahan rata-rata kuadratis). Ka- ngan ketelitian + 1". Ketelitian pada penentuan panjang basis menjadi
(ke-
rena kita harus akan mengukur 11 kali50 m, maka kesalahan pada basis
sama, tetapi kita tidak lagi tergantung dari lapangan yang datar.
salahan sistematik) menjadi: Pada lapangan yang sama sekali tidak memungkinkan penentuan basis
M1 : n.fl'tr : 11 .5 : + 55 mm. yang agak pendek, terpaksa kita langsung menentukan panjang suatu sisi
pada jaringan segi-tiga. Cara ini baru mungkin dengan penggunaan alat
Kesalahan acak (kebetulanlm2 tergantung dari gaya tarik pada pita ukur,
pengukur jarak elektro-optis Wild Distomat Dl 4 atau Dl 4L.
suhu dan ketelitian pada seriap bagian pengukuran, ditentukan sebesar + 5
mm pada tiap-tiap Pengukuran: Juga dengan alat pengukur jarak gelombang-mikro Wild Distomat Dl 60 da-
pat ditentukan sisi pada jaringan segitiga yang panjang dengan ketelitian
Mu: m"r/n: 5\f11 : + 17 mm. yang cukup untuk tujuan geodesi.
Atas dasar ketentuan ini kesalahan keseluruhan pada basis menjadi:
b) Jaringan segitiga .* i
M: + \/M?+w- + + 58 mm.

yang berarti kira-kira 1:10' 000 panjang basis.


Panjang basis menentukan skala penyipatan. Jikalau basis terlalu panjang,
maka luasnya bagian lapangan menjadi terlalu besar dan jikalau panjang ba-
sis terlalu pendek, maka luasnya bagian lapangan meniadi terlalu kecil.

d /3 + I8o'

Gambar 94

Gambar 93
Bentuk pada jaringan segitiga tergantung dari keadaan lapangan yang se-
lalu perlu diawasi. Titik-titik yang kira-kira cocok sebagai tugu langsung kita
Biasanya kita me-reduksikan panjang basis pada permukaan laut seperti ter- tentukan letaknya dengan pedoman tangan. Jikalau kita mis4lnya sudah
lihat pada gambarg3 sebelah kiri. Jikalau misalnya telah diukur basis pada mengetahui letak titik/tugu 1 dan 2 pada gambar 94 di atas, dengan kom-
H : 7O0,OO m diatas permukaan laut dengan panjang 552.49 m, maka ba- pas sudut a dan B kita tentukan titik/tugu 5. Titik ini dapat digambar de-
sis yang direduksikan D, dengan memperhatikan jari-jari bumi R = ngan cara pemotongan ke belakang.
6' 370'300 m, dapat ditentukan sebagai berikut: Yang harus diperhatikan dengan khusus. yaitu perambuannya. Rambu-
rambu itu harus berdiri sejajar anting tepat di atas tugu dan diperkuat de-
D: d-.R
R+H
: d(l - H
R+H'
_l
ngan tiga topang seperti terlihat pada gambar 95 di atas.

117
116
F

c) Pemilihan alat ukur sudut Soal 4: Menghitung sudut-arah dan koordinat-koordinat dengan bantuan
Jilalau pekerjaan persiapan selesai baru dapat kita mulai dengan pengukur- poligon yang sederhana.
an sudut-sudut. Pemilihan alat ukur sudut tergantung dari ketelitian yang Penyelesaian soal-soal pada contoh menurut gambar 92 dilakukan dengan
diharapkan, dari jarak-jarak titik poligon dan dari panjangnya basis. Tidak kalkulator elektronik. Perlu diperhatikan agar ketelitian perhitungan mem-
ada gunanya misalnya menentukan sudut-sudut dengan ketelitian 1/10" butuhkan paling sedikit 6 angka sesudah koma, walaupun yang dicetak 4
jikalau panjangnya basis hanya diukur dengan pita ukur dengan kesalahan angka saja.
+ 57 mm seperti pada contoh di muka. Pengaruh kesalahan panjang basis
"
hanya pada skala tetapi kesalahan penentuan sudut mempengaruhi
triangu lasi.
Pada prinsipnya boleh dikatakan di sini, bahwa sebaiknya suatu pengukur-
an sudut dibuat lebih telitidaripada yang sebenarnya diperlukan. Jikalau ke-
mudian hari diperlukan angka-angka yang lebih teliti penyipatan tsb. sudah
diadakan dan yang perlu hanya perhitungan kembali lebih teliti, misalnya
pada suatu sistim koordinat yang baru dsb.
Pada jaringan triangulasi yang sederhana biasanya digunakan teodolit Wild
T 2 atau Wild T 16. Lihat jug a bab2.2.8. (Pemilihan teodolit yang cocok).
d)- Peninjauan jaringan segitiga
Peninjauan geografis pada triangulasi primer dan sekunder pada wilayah
yang luas dilakukan atas dasar bayangan bintang-bintang. Jaringan segitiga i,-
yang sederhana biasanya didasarkan atas tugu yang sudah diketahui tinjau- {'

annya. Peninjauan selanjutnya dilakukan dengan pedoman atau dengan ry,


matahari, jikalau perlu diketahui garis meridian. wild Prisma-matahari ry
(penemuan Prof , Roelofs) memungkinkan penentuan pusat matahari'
Suatu perlengkapan pada teodolitWild T 1, Wild T 16 atau Wild T2 ialah
kompas-giroWild GAK 1 yang bisa menentukan garis meridian (utara geo-
grafis) pada waktuyang singkat (hanya 20 menit) dengan ketelitian + 20" '
Alat kompas-giro Wild GAK 1 ini dapat dilakukan di mana-mana saja antara
75o utara dan 75o selatan dari katulistiwa.
e) Perhitungan jaringan segitiga (lihat gambar92)
Titik U pada sistim koordinat diletakkan pada titik A dan jurusan )A - B ter'
hadap jurusan utara bersudut 102002' 56" (sudut-arah). Panjangnya basis
dari permukaan laut menjadi 552.44 m. Sudut-sudut segi-tiga masing-
masing diambil dari buku ukur. Dengan nilai-nilai ini kita sudah mengetahui
semua data untuk menentukan titik masing-masing. Perhitungan dilakukan
seperti berikut:
Soal 1: Memperbaiki semua sudut pada segi-tiga masing-masing, maka
jumlahnya selalu menjadi 180o.
Soal 2: Meniadakan segitiga I dan ll pada basis dan dengan bantuan garis
sisil-2 membentuk segitiga lll.
Soal 3: Meniadakan segitiga-segitiga induk.

118 119
Soal 1: Semua sudut pada segitiga masing-masing jumlahnya selalu 180o. Segitiga lV (gambar98)
Atas dasar daftar pada bab 2.5.3. (Metode dengan mengukur jurusan) dan Y = 730116 -3 7301 13

$ambar92 dapat kita tentukan segitiga masing-masing seperti berikut: IJ = 551123 -2 55 11 21


q : 514129 -3 51 47 26

180 00 08 180 00 00
-8
Soal 2: Meniadakan segitiga I dan ll pada basis dan dengan penghitungan
sisi 1-2 yang membentuk segitiga lll. Penyelesaiannya berdasarkan atas
rumus sinus:
a b c
---:- ---:- , dan kemudian
stna sin0 slny
.b: a. sin8 donc= a . siny
.
slna slna

Maka, jikalau kita mengetahui sisi a dan sudut a, IJ, y suatu segitiga, sisi-sisi
lainnya dapat ditentukan. Untuk perhitungan sebaiknya kita gambar segi-
tiga itu dengan memperhatikan syarat berikut:
a = sisi yang s.rdah diketahui, di hadapan sudut a
I b : sisi yang dicari, di hadapan sudut B
Gambar 96 Gambar 97 c = sisi yang dicari, di hadapan sudut y.
Segitiga l(gambar96)
Segitiga I (gambar 96). Basis A-B yang diukur 552.50 m
diukur koreksi dibetulkan reduksi dasar permukaan laut 0.06 m
or o,

a: 73 08 56
64 11 55
+2
+2
73 08 58
64 11 57
Basis A-B yang direduksikan
Nilai-nilai sudut yang diketahui:
a
q
552.M m
42039'05" : 42.65140 * sina =
0.677536
q= 4239 04 +1 423905
lJ = 73008'58" = 73J4940 * sinP
179 59 55 +5 180 00 00 0.9570il
Segitiga ll (gambar 96) 64"11'57" : 64.1992" - siny
y= 46 59 44 +1 46 59 45 0.900313
lt= 100 21 58 +1 10021 59
b .L sinp
= slna Q - 1-
a
Srfl/
q= 323814 +2 32 38 16 sln4
179 59 56 +4 180 00 00
552'u 552'M 0.900313
a: 0.677536
0.9s7064 c- -
0.677536
Segitiga ll I ( gambar 97)

/{
46 59 45 0 46 59 45 b = 780.36 m c : 734.08 m
= 73 08 58 0 73 08 58
Segitiga ll(gambar96)
35 05 38 -3 35 05 35
'.= 2445 M -2 2445 42 552'M c: 552'M
180 00 05 180 00 00
b- =
0.539318
.0.983678 - 0.539318
.0.731301

121
120
llitungan poligon utama
b :1007.60 m c = 749.09 m
Segitiga lll ( gambar 98) sudut sudut-arah jarak sin t.d cos t. d koordinat
a:734.08m a 24045'42" : *
24.76170 sina 0.418845 ugu
a t d X
b:1007.60m ll 35"05'35" : -
35.0930o sinp 0.574905 AX
v 120o08'43" :-120.14530 - siny 0.ffi4754
il 0.00
o o, m 0.00
a
c = ---.- Sll"l/ c- b 1020256 552.M + 540.21 - 115.32
stna sinB
't00 21 59 + 540.21 115.32
734'08 .o.B64rs4 -slny l
c-
- 0.418845 ":-19q2'60-.0.8&754
0.574905
222455 749.09 + 285.64 + 692.49
143 49 00 + 825.91 + 577.17
c= 1515.60 m c : 1515.60 m 346 13 55 1696.74 403.81 + 1647.98

Soat 3: Meniadakan segitiga-segitiga induk dan membentuk segitiga lV se- -1


882628 + 422.10 +2225.14
perti ditentukan pada gambar 98 berikut:
2544023 2319.81 613.19
-2237.30 -
-2
3
r- .p
103 53
1782916 1242.31 + 32.78 -1241.87
-1815.22 +
1611.95

205 49 09 + 370.08
f
-1782.44
2041825 1318.73 - 542.82 -1201.U
14210 40 - 831.76
-2325.26
I
166 29 05 1944.04 + 454.33 -1890.22
*1
t
I

1 81 1631 - 1870.93
-2721.99
Gambar 98 67 45 36 1545.118 + 1430.50 + 584.94
't315327
-2 440.45
-2137.05
Segitiga lV (gambar98) 19 39 03 1492.47 + 501.90 + 1405.55
a : 1515.60 a : 51047' 26" : 51.7906o * sina : 0.785755 + 731.50
0: 55"11'21" :55.18920 * sinB : 0.821042
155 32 51 61.45 -
3551154 734.08 61.45 + 731.50
y: 73"01'13" :73.02030 - siny : 0.956408 A 28651 02 0.00 0.00
1515'oo 1515'60 1020256
5 : .0.821042 c : .0.956408
0.785755 0.785755 rlMo 00 00 +3245.42 + 5062,46
b : 15&3.66 m c: 1844.76 m -3245.38 -5062.M
selisih +4 +2
Dengan cara ini telah kita tentukan satu segitiga induk dari triangulasi ini.
Segitiga induk yang lain dapat ditentukan dengan cara yang sama. Jumlah sudut a harus 180" ln - 2l; [a] : 180o 110-21 -- 1440000'00".
Soal 4: Menghitung sudut-arah dan koordinat-koordinat atas dasar sudut- Jumlah semua Ax dan Ay seharusnya 0,00. Kesalahan kecil oleh pembulat-
arah 102002'56" yang telah kita tentukan pada arah A-8. Kita selaniutnya an angka-angka juga kita bagi menurut perbandingan.
menyipat poligon utama dari.4 ke B, 2,9, 8, 7, 6, 11, 5, 1 dan kembali ke 4. Karena hitungan poligon utama tadi belum mengenai semua titik maka kita
Perhitungan koordinat kita dapatkan pada perhitungan tabel berikut: menyipat poligon cabang dua kali lagi dari titik 7 ke titik 3 dan 2 dan kemudi-

122 123
I
an dari titik // ke titik 10, 4 dan 2 sehingga penyipatan ini mengenai semua Hitungan poligon cabang darititik 11 ke titik 2
titik/tugu menurut gambar 92.
sudut ;udut-arah jarak sin t.d cos t. d koordinat
Hitungan poligon cabang dari titik 7 ke titik 2 Tu
x
a t d AX AY
sudut ;udut-ara I jarak sin t.d cos t.d koordinat o m
Tugu
0 t d 6
X
AX =
AY 166 29 05
11 I 17 30 43 1870.93
o -2721.g9
m +2002.17 499.07
8
103 59 48 2063.43 -
-7 -1
1782916 10 I 08la00 + 131.17 -3221.07
7 86 55 28 + 370.08 3247 48 2119.27 + 1147.92 + 1781.45
-1182.M *4
8524M 711.78 + 769.31 + 61.73 -2 + 1279.05 1439.64
+2 4 1343227 -
453.12 + 2016.83
3 r80 04 06 + 431.81
347 20 15 2067.10 - *2
+ 1839.00 + 145.36
- 1013.1 1
-2
85 28 50 1844.73 2 178 53 40 + 825.9'l + 577.17
+2 346 13 55
2 80 45 05 + 825.9'l + 571.17 9
346 13 55
Itzs aa 50 17944fi seharus- + 2696.97 +3299.21 + 2696.84 + 3299. 1 6
9 Selisih 0 nya + 2696.84 + 3299.16
_13 *5
67 4,/39 167 4,/.39 ;eharus- + 2608.31 + 207.@ + 2608.35 + 207.09 Selisih
Selisih 0 1ya + 2608.35 + 207.09
ielisih +4 0 Sekarang kita mengetahui koordinat semua tugu pada jaringan segitiga (tri-
angulasi) yang diperhatikan. Jikalau kita kemudian ingin menambah bebe-
rapa titik lagi, maka dapat dilakukan dua cara berikut:
Cara 1: Penentuan titik secara pemotongan ke muka
Cara2: Penentuan titik secara pemotongan ke belakang

124 125
Cara 1: Penentuan titik secara pemotongan ke muka sudut-arah tr_,:
Titik-titik yang tidak memungkinkan diletakkannya sebuah teodolit seperti tl : 114o47',03"
menara gereja, cerobong asap yang tinggi dsb. dapat kita tentukan dengan
mengukur titik itu dari dua titik yang sudah diketahui. Karena pada segitiga
f, : fr:# : 0.777078(tan
37.950
tB ,)
p+y :
44o56'.51"
159043'5/."
ini kita tidak dapat mengukur sudut ke-tiga maka tidak ada kontrol perhi- 1800 0' 0"
tungan. Karena itu pada penentuan titik secara ke muka kita memilih 3 titik te-r 37051' 00" + 1800 d: 20o16'06"
yang sudah diketahui seperti terlihat pada gambar 99 berikut.
= 217051'00"
B sisi a:

,- Ax 478.82
^Ay 616.18
sin ts_1 0^613596 cos tB_ 1
0.789620
'-)-r--- a : 780.35

---;\;P Ila sisib: b : -3- sinB SlSl C: C: a


. Sll'l'Ir
slna slna

u= o.uu17
-799-?? .o.eo78e4
780.35
C: 0.u6417
:':--:-- .0.706459

u: ?91!Jg! c:1591.210m
Gambar 99
Segitiga @

x
Contoh: Penentuan titik 11a secara pemotongan ke muka (lihat gambar 99
1 + 61.45 - 731.50
dan gambar 92). 4 + 1279.A5 -1lB9.M
Yang diketahui: koordinat-koordinat titik 4 1 dan 4, sudut p dan y pada se-
gitiga Cdan sudut B1 dan 71 pada segitiga @. Ax + 1217.ffi Ay - 708.14 (kuadran ll)
Penyelesaian: sudut-arah t1 _*:
Dengan koordinat-koordinat kita tentukan sisi a dan a1 beserta sudut-arah.
A_y []t : 99053'30"
: 708.14
: 0.5816 (tan t1_4) 't'r : 37023' 10"
Segitiga O Ax 1217.ffi
Ax
:30.18170 at+yl : 137o16',40"
rumus: tan tB-t : Ai Av 1800 0' 0"
Ay sin t cos I tr -,r 30"10'54" + 90o Q1 = 42043'20"
X : 120010'U"
B + 5r';0.n
-115,32 sisi a1:
1 + 61.45 -731.50 Ax 1217.m Ay 708.14
Ax : -478.82 Ay : -616.18
(kuadran lll) ot=
sin t, _o =-0.86/1435
d1 -
cos t1_a 0.il2744
o1 - 1408.55 m

't26 127
sisi b dan sisi c1:
Cara2: Penentuan titik secara pemotongan ke belakang
a' 1408'55
b: a1-.5;n
0.,= ffi.0.985134 c1 : -;-.Srolt:
g37g444
.0.607183 Pada penentuan titik secara pemotongan ke belakang.ini kita letakkan alat
ukur sudut pada titik yang baru dan kita ukur sudut-sudut ketiga titik yang
sudah kita ketahui. Pada pemilihan titik-titik ini kita harus memperhatikan,
2045.28 cr : 1260.60 m agar tiga titik ini tidakrterletak pada satu lingkaran yang sama. Jikalau hal ini
b segitiga O2045.15 tidak kita ketahui dengan pasti, maka periksalah dengan kompas tangan. Ji-
b rata-rata 2045.22m kalau perlu kita memilih titik-titik yang lain, yang juga sudah kita ketahui
koordinatnya.
Penentuan koordinat-koordinat pada titi //a:
rumus: Ax : d sin t AY:dcost I Contoh: Penentuan titik 2a secara pe-
ts-t = 217051'00" tt-a :37051'00" tr
-+
120010'il" motongan ke belakang (lihat gambar
A = fi4o47'03" Y =-M"ffi'51" llt 99053',30" 100 dan gambar 92).
Yang diketahui: koordinat-koordinat
te-t't, = 103o03'57" tr-rlu :8247'51" 220"04',24"
titik2,9dan l1a.
-1800 0' 0"
t+--tt" : NoO4'24" Penyelesaian:
Dengan sudut y yang menjadi hasil pe-
Ax = c.sin tB-1 1" = 1591.40 . 0.97411 1 Ay : c.cos tB-1 1" = 1591 .rm . 0.226070 ngurangan sudut-arah t2_s dan t2_11"
kita tentukan kemudian sudut rp dan V
Ax + 1550.'19 Ay -359.77 yang menyederhanakan penyelesaian
Ax = b. sin t 1
- y=
1
2045.22 . 0.992109 ay : b cos t 1, 1 1" = 2045'22 . 0.125377 ini atas dua segitiga. Sudut p dan W
Ax +2029.08 Ay +256.42 kita dapat dari nilai (rp-Wl/2 yang kita
r, : 1260. 60 . 0.M3767 Ly = c
tentukan sebagai berikut:
Ax = c r.sin t+- r 1. cos t4_ 1 1u= 1 260. 60 . 0.765221
(p+v _ 3600-(a+0+y)
Ax + 811.53 Ay + 964.64
2
X Y Gambar 100

B + il0.27 115.32
Ax + 1550.19 Ay 359.77
a -Yt o*V l-m a b
+ 2090.M 475.09 2 2 1+m " sina sinB
1 + 61.45 731.m
Ax + 2029.A8 Ay+ 256.42 dan o : 1f1J1 -,' 1Jy
vurrY/-r2,r1r,'-r2,t2t y: 1?1J1 r?-Yr
+ 2090.53 475.08
4 + 1279.05 1439.64
Ax + 811.53 Ay+ 964.&1 Jarak antara titlk2, I dan lla ke titik 2akita tentukan menurut rumus sinus
+ 2090.58 475.00 sebagai berikut:
rata-rata 1 1a + 2090.52 m 475.06 m
X
Perbedaan antara tiga pasangan koordinat karena kesalahan pengukuran Diketahui:2 + 825.91 + 577.17 diukur: a : 65031'20" :65.5222
pada sudut yang lancip pada titik //a. Kesalahan rata-rata pada koordinat 9 + 422.10 + 2225.14 [] : 45"10', 50" : 45.1806"
rata-rata menjadi + 3 cm. 11a + 2090.52 475.06

128 129
Penentuan oleh koordinat-koordinat:
a : 1696.72 m tz g :346013'55"
pada titik 9:
Ax : da . sin te_2"
ts_2" = ts,z - p: 105010' 13"
Ay :
:105.17030
d. . cos te_2a
b : 1645.12 m t2-ttu : 129045'45" : 1496.99.0.965152 :1496.99
t2 r'ru - tz g: Y : 143o31'50" 0.261689
Dicari: rp dan rp Ax + 144,1.U Ay 391.74
-+2225.14
a+[]+y=2ilo14'c/0" Station 9 + 422.10 Station 9
360000'00" Station 2a + 1866.92 Station 2a + 1833.lm
1696.72 :
Selisihl: = 1864.28 rp + W: 105046'00"
t11.-2.: t2-11a + V + 1g0o : 3ilo28, 03,, : 354.46750
'3a
sln 0.910122 pada titik l la
elv: 52oS3,00- Ay: do. costlls_26
2 Ax = dn. sintl1"_2"
b 1M5.12 :2319.25 : 2319.25 - 0.096410 : 2319.25. 0.995342
Selisih2: - Ax 223.ffi Ay + 2308.45
sin B 0.709332 rp-v + 2090.52
8010'42 Station 11a
Station 2a + 1866.92
Station 1 1a
Station 2a
-+ 1833.39
475.06

61003',42
(y : 44o42',18"
A ao
U_
-LsinrP:
srna *.sinV
srn/,
m = 0.803 824 selisihl.sinp:6 selisih2. sinV: d
1-m:0.196176 18M.28. 0.875141 : 2319.25.0.703457 :
1 + m: 0.803824
: 1631.50 m d - 1631.50 m

.a:
d" .
slna
Sll'llr1 do = -!- siny2

/r : 1800-(a+ql :53024' 58" selisihl . siny, = fl" selisih2. siny, = 6o


/z: 1800
- ([) + W): 90o06'52'1864,28.0.8030 : 2319.25. 1.0000 =
db : 1496.99 m du = 2319.25 m
Perhitu ngan koordinat-koordinat;
pada titik 2: tz-2r: ts-z * y1 * 1800 = 39o38'53" : t9.6491o
XY
Ax: d.sint2_2. Ay: a.cost2-2a
: 1631.50.0.638071 : = 1631.50.0.769978
Ax + 1041.01 Ay + 1256.22
Station 2 + 825.91 Station 2 + 577.17
S tation 2a + 1866.92 Station 2a + 1833.39

130 131
Koordinat rata-rata titik 2a; 2.8.2. Pengukuran tinggi trigonometris
Ketiga koordinat rata-rata pada titik 2a tidak membuktikan, bahwa letak titik
B
itu kita ketahui betul-betul. Ketiga nilai atas dasar perhitungan di atas hanya
menentukan, bahwa tidak terjadi kesalahan hitung. Kita tidak mempunyai
ukuran sebagai kontrol. Kesalahan-kesalahan kecil pada perhitungan di atas
berdasarkan atas pembulatan nilai masing-masing dan seharusnya akhirnya
menjadi nol. Jikalau kita ingin mengontrol perhitungan secara pemotongan
ke belakang, seharusnya kita mengambil titik ke-empat yang sudah diketa-
hui. Kemungkinan lain, yaitu perlengkapan teodolit digunakan dengan
kompas-giro Wild GAK 1, yang memungkinkan perubahan penentuan se-
cara pemotongan ke belakang pada penentuan seiara pemotongan ke mu- I

ka yang memudahkan dan mempercepat perhitungan.


t --
I
Gambar 101

f ) Daftar koordinat-koordinat (lihat gambar 92)


Dengan triangulasi kita dapatkan jarak-jarak horisontal antara titik-titik
x tertentu. Jikalau kita kemudian mengukur sudut-tinggi kita dapat menentu-
A 0 0 kan beda tinggi menurut rumus berikut:
B + 540.27 115.32 Ah = D tanf
2 + 825.91 + 577.17 seperti juga terlihat pada gambar 101 di atas. Rumus ini menjadi benar se-
9 + 422.10 + ?nr5.14 lama jarak terbatas pada beberapa ratus meter saja. Jikalau seperti biasa
+ terjadi pada triangulasi jarak menjadi lebih besar, pengaruh kelengkungan
8 - 1815.22 +
1611.95
bumi dan refraksi makin besar.
7 -1782.M 370.08
6 * 2325.X 831.76
11
- 1870.93 - n21.9
5 -.w.45 - 2137.05 3) Kelengkungan bumi
1 + 61.45 731.50
8 1815.22 + 1611.95
7 1782.4 + 370.08
3 1013.11 + 431.81
2 + 825.91 + 577.17
11 1870.93 - 2721.g9
10 + 131.17 - 19.e1
3221.07
4
2
+ 1279.05
+ 825.91
-+ 577.17
11a + 2090.52 -+ 1833.39
475.06
2a + 1866.92
D + 1940.64 585.rK)

Gambar 102

132 133
Jikalau kita mengukur sudut D pada titik,4 untuk penentuan tinggi titik I ni- Pada perhitungan tinggi harus diperhatikan, bahwa faktor koreksi oleh leng-
lai beda tinggi sebenarnya menjadi terlalu kecil karena kelengkungan bumi kung permukaan bumi dikurangi melengkungnya sinar cahaya selalu men-
seperti terlihat pada gambar 102 di atas. Akan tetapi kesalahan ini dapat di- jadi positif .
betulkan dengan perbandingan jari-jari bumi R dan jarak D yang sudah dike-
tahui. Pembetulan dapat dilakukan menurut rumus berikut: ruirai Pz pada jarak 0,1 km s/d 5 km
S
D'
Ah = D .tanl' + 2R
dapat diambil daritabel berikut:

b) Refraksi(melengkungnya sinar-cahaya)
Melengkungnya sinar cahaya mengakibatkan, bahwa garis bidik dari titik,4 , 1-k
2R
pz O 1-k
2R
pz o 1-k
2R
D, o 1-k
2R
D, o$!o'
ke titik I sebenarnya bukan merupakan garis lurus ,4-8 melainkan oleh re-
fraksi menjadi busur dari B ke A. Dengan kata lain, dari titik ,4 kita membidik km km km km km
jurusan B' yang melenceng dari garis lurus 4-B dengan sudut d seperti 0.1 0.00 1.0 0.07 2.0 0.28 3.0 0.63 4.0 1.12
terlihat pada gambar 103 di atas. Nilai sudut d ini 0.2 0.00 1.1 0.08 2.1 0.31 3.1 0.67 4.1 1.18
0.3 0.01 1.2 0.10 2.2 0.34 3.2 0.72 4.2 1.23
0.4 0.01 1.3 0.12 2.3 0.37 3.3 0.76 4.3 1.29
0.5 0.02 1.4 0.14 2.4 0.40 3.4 0.81 4.4 1.36
0.6 0.02 1.5 0.16 2.5 0.4 3.5 0.86 4.5 1.42
0.7 0.03 1 .6 0.18 2.6 0.47 3.6 0.91 4.6 1.8
0.8 0.04 1.7 0.20 2.7 0.51 3.7 0.96 4.7 1.55
0.9 0.06 1.8 0.23 2.8 0.55 3.8 1.01 4.8 1.61
1.0 0.07 1.9 0.25 2.9 0.59 3.9 1.06 4.9 1.68

c) Pelaksanaan pengukuran tinggi


Penentuan sudut-sudut vertikal baru kita lakukan sesudah sudut-sudut hori-
sontal untuk triangulasi selesai, karena pengukuran sudut-sudut horisontal
q Gambar 103 jangan sampai dihentikan setengah jalan. Suatu pengukuran yang dapat di-
1
laksanakan sekali gus selalu lebih tepat daripada dalam beberapa kali. Su-
Dkl R dengan koefisien ref raksi k 0.13. dut-sudut vertikal kita ukur pada tempat letak teropong B dan LB dan jika-
; =
lau mungkin pada waktu yang berbeda juga, misalnya pagi siang atau
Atas dasar ini dapat kita menggunakan rumus berikut yang memperhatikan -
siang sore untuk mengurangi ke-tidak-telitian pengaruh refraksi. Biasa-
-
kelengkungan bumi maupun melengkungnya sinar cahaya seperti berikut:
nya suatu titik selalu diukur dari dua segi.
afi: otanB + '.* o, Karena biasanya tinggi alat ukur sudut berbeda dengan tinggi rambu ukur
2R yang dibidik, pada perhitungarr harus juga dicatat tinggi masing-masing se-
Karena koefisien refraksi k bisa berbeda oleh perbedaan suasana, maka kita bagai contoh kita perhatikan titik/tugu 6sepertisudah digunakan pada bab
mengukur tinggi selalu dengan jarak sependek mungkin, dan jikalau mung- 2.5.3. (Metode dengan mengukur jurusan dan gambar 92.
kin diperiksa dari dua titik dengan tinggi yang sudah diketahui. Pada daerah Lingkaran vertikal pada alat ukur sudut Wild dari 0o s/d. 3600 dibagi-bagi
yang agak datar lengkung permukaan bumijuga membatasijarak penglihat- dengan nilai 0o pada zenit, Sudut vertikal pada kedudukan teropong B kita
an. Dengan jarak yang lebih jauh dari 7 km suatu rambu ukur dengan tinggi dapatkan dengan mengurangi pembacaan dengan 90o dan pada kedudukan
2 m sudah tidak dapat dilihat lagi, maka harus dibangun menara rambu- teropong LB dengan mengurangi pembacaan dengan 2700. Baris kanan pa-
rambu. da tabel berikut menentukan nilai rata-rata dua pembacaan itu. Pada baris

134 135
kontrol B +LB kita lihat, bahwa alat ukur sudut yang digunakan mempu- Perhitungan beda tinggi
nyai suatu kesalahan indeks sebesar kira-kira 6". Kejadian ini sering timbul
d6n karena akan hilang pada penentuan nilai rata-rata tidak mempengaruhi
pengukuran ini.

Sudut vertikal pada tugu 6 lz : 2,N m; i : 1,210 m)

kedudukan teropong kontrol rata-rata oleh


tugu B'LB
il
B+LB B dan LB
o' oril o, il
| "'"

7 PA 90 14 30 269 45',t7 359 59 47 0 1436


3 PB m0411 273 55 35 359 59 46 + 35542
1 PA 98 17 20 2614228 359 59 48 817 26 Gambar 104
5 PA 9201 08 267 5840 359 59 48 20114
11 PB 821225 277 47 24 359 59 49 + 74730
PA : papanatas: PB: papan bawah Jikalau kita perhatikan tinggi alat ukur sudut i dan tinggi rambu ukur z maka
dapat kita menggudakan rumus berikut:

AH:D.tanp++D2+1-z.
2R
Jikalau kita mengukur sudut vertikal antara titik 6 dan titik /, bolak-balik
maka kita mendapatkan contoh berikut:

C.^a.h
dari titik 6 ka 11: dari titik 11 ke 6:
IJ= +7"47'30" =7,7917" IJ =
-7oM'40" - 7,7444o
| : 1.4Om | : 1.25m
z= 2.00m z= 2.80m
D - 19214.04 m
D.tanB: D. tanB :
19M,04.0,136835 = 19M,M.0,135994 =
D. tanB + 266.01 m - 264.38 m
1.-k .D2 + 0.26m + 0.26 m
2R
+ 266.27 m
'0'60 m - 264.12m
l*z - - 1'55 m
AH + 265'67 m - 265.67 m
136 137
I
2.8.3. Jaringan poligon Jikalau timbul suatu kesalahan kecil akan kita bagi seragam atas semua su-
dut-sudut.
contoh 1:
diukur koreksi dibetulkan
aA u7"20.7', - 0.7 347020.o',
a1 231"31.2', - 0.8 231"30.4',
a2 153018.s', - 0.7 153017.8',
A 3 a3 137050.1', - 0.8 137049.3',

Gambar 105 ag 30003.2' - 0.7 30002.5'


: 900003.7'
5x180 = 900000.0'
Jikalau kita menghubungkan dua titik A dan I dengan beberapa garis koreksi :3.7' :5:0.7' + 0.2' sisa
lurus, kita dapatkan suatu rangkaian segi banyak atau poligon dengan titik-
Ada lagi poligon yang titik mula dan titik akhirnya berhimpitan, berbentuk
titik pengubah jurusan 1, 2 dan 3seperti terlihat pada gambar 105 di atas.
segi-banyak, disebut poligon terikat sempurna, lihat misalnya gambar 66.
Kalau kita mengetahui kedudukan titik,4 dan jurusan A-1 kita bisa menen-
tukan titik-titik pengubah jurusan dalam perbandingan dengan ,4 dan I de-
ngan mengukur jarak dn dt, d2 dan d3 dan dengan sudut a1, a2 dan a3. Contoh 2:
Penggunaan poligon ini menjadi poligon lepas (poligon bebas) karena per-
hitungannya tidak dapat dibuktikan. ?
Kalau kita mengetahui titik,4 dan I kita dapatkan suatu kontrol pada titik B.
Akan tetapi suatu kesalahan tidak dapat kita bagikan atas sisi-sisi dan \1a
sudut-sudut poligon tsb. Karena itu kita selalu mencoba meletakkan suatu
poligon demikian rupa, sehingga sudut-arah pada titik,4 dan titik I diketa-
hui. Maka poligon ini menjadisuatu poligon terikat.

g
- ----dry
Gambar 107

4 dan tiiik I dengan suatu


Pada suatu triangulasi kita menghubungkan titik
Gambar 106 poligon terikat, seperti terlihat pada gambar 107 di atas. Seperti
pada contoh 1 dapat kita tentukan:
Jikalau kita dapat melihat langsung dari titik ,4 ke titik I kita dapat me- tp-r -l- aa* d1+ a2+ a3* as - (5 x 180) : ta,o
mudahkan pekerjaan poligon terikat seperti terlihat pada gambar 106 di dengan fp-s sebagai sudut-arah P'A dan t6-1 sebagai sudut-arah 8-O,
atas. dengan nilainya yang sudah kita ketahui:
Sebagai bukti kita mendapatkan:
tP-A = 1ilo10'2'
a6]- a1* a2* a3* as (5 x 180) :0o00'00" te-o:
- 138o07'1'

138 139
I B
diukur koreksi
ei
1ilo10.2',
tp* a
dg 91025.3', - 0.7
15/.o1A.2',
91024.6', t ,F' ----o- -.v-- \
jI-2- v<l+
---c, --
-,D--
dt
a2
231031.2',
153018.5',
-
-
0.7
0.7
231 030.s',
153017.8',
\, n,''
ly4/ --- ----r- I /
dg 137050.1',
- 0.6 137049.5', ffi_ A
ag 269055.2', - 0..7 269054.5',
._-4/'\ is
t- -----o--_ -.-o--- ---o-_

- (5 x 180)
1038010.s',
= 900000.0'
1038007.1', \-l
\_l
'\-
>.-
I tl
138010.s', ?-
I
it
ta-o = 138"07'.1' -]- \ lt
koreksi

Jikalau timbul suatu kesalahan seperti pada contoh ini kita akan membagi-
nya seragam atas semua sudut.
,\ & .P--*
}\.
/ '..
,D --"- /r

\l
u-

&/
t<*.-
-F-- }i
t '--o-- -)(--,
tt .i )./.i
L ^\--o'' ,' l,o--**"
Ii -\ i. 7t
l'
-41t\ \\
t)
tb r K >dl
Y /--o---
I\,
<Y -- d
l---o

J
a
' Gambar 108

Penentuan suatu jaringan poligon dapat kita bagi atas politon utama dan
poligon cabang seperti terlihat pada gambar 108 di halaman berikut yang
merupakan pembesaran bagian pada gambar 92.

1q 141
q

Poligon utama: Pada contoh di atas poligon utama menghubungkan 2 tu-


titik sudut horisontal sudut vertikal
gu triangulasi. Pada gambar 108 di atas dapat kita lihat poligon utama seba- jarak 1

gaiberikut: AA - titik 1 sld9 - A2 atau AA - AB dsb. alat sasaran rembacaan rata-rata rembacaan rata-rata + fi-21
Poligon cabang: menghubungkan dua titik poligon utama atau satu tugu o o o o
m m
triangulasi dengan salah-satu titik poligon utama. Pada gambar 108 di atas 5 0 00.0
dapat kita lihat poligon cabang sebagai berikut: titik 6 - titik l0 s/d 14 - b 193 15.4 193 15.1 88.51 1.45
AB atau AA * A titik 3 - titik /2 dsb.
Yang harus dihindarkan: Silangan antara dua poligon tanpa titik perse-
10 2630.2 (90.30) 8215.3 + 7 44.7

kutuan pada silangan itu; DUa poligon yang sejajar dekat tanpa kadang- 6 0 00.0 88.51 9744.0 - 7M.C
kadarrg saling berhubungan dan sisi-sisi yang pendek sekali pada poligon (90.30)
yang jauh. 10 17623.3 17623.a 1.38
Titik-titik selalu kita pilih demikian rupa, sehingga dapat terlihat dengan te- 100.24
rang juga kaki rambu ukur yang akan didirikan dan agar kita dapat membi- 11 35247.0 (100.40) 8732.1 + 227.9
dik sebanyak mungkin titik-titik sekeliling kedudukan alat ukur sudut. Ter- 10 0 00.0 100.20 9227.2 - 227.2
utama kalau kita akan melakukan detail survey dengan metode koordinat (100.30)
polar kita harus menyelesaikan semua pekerjaan pendahuluan sebelum 11 26031.1 26031. 1.40
mulai mengukur. 129.37
a) Pengukuransudut-sudut 12 161 02.6 ( 132.10) 9816.5 - 816.5
Sudut-sudut poligon dapat diukur teliti dengan menggunakan metode 11 0 00.0 129.34 8143.1 + 816.9
menguku r sudut cara repetisi seperti telah diterangkan pada bab 2.5. 1 . (132.00)
Sebagai contoh pengisian buku ukur kita perhatikan poligon cabang dari 12 123 51.3 12350.7 1.43
titik 6 ke tugu triangulasi AB (lihat juga gambar 108). 81.70
Sudut-sudut diukur dengan teodolit Wild T 16, jarak-jarak diukur dengan 13 247 41.4 (88.20) 105 48.7 -15 48.7
pita ukur dan diperiksa secara optis (pada buku ukur nilai dalam kurung).
S ebagai keteranga n kita sela njutnya memperhatika n pekerjaa n pen guku ran
12 0 00.0 81.70 7450.1 + 1510.0 + 1.00
181.701
tsb. dengan teliti pada titik 6 sebagai contoh:
13 23259.8 233 00.1 1.35
Pada peletakan teropong B: Bidik titik 6, baca jarak (90,30 m); bidik tinggi
101 .13
alat ukur sudut i pada rambu ukur yang diletakkan pada titik 6, setel nivo in-
deks dan baca lingkaran vertikal (97044,0' l.
14 106 00.3 101.20) 8820.5 + 139.5 - 1.00
Setel lingkaran horisontal berskala pada 0000,0' , lepaskan klem penyetel 13 0 00.0 101 .10 9105.0 - 105.0
putaran, bidik titik 6 dan ikat klem tsb. Kemudian bidik titik 11 danbaca (101.30)
lingkaian horisontal berskala (17623,3'), lepaskan klem penyetel putaran, 14 15822.6 15822.8 1.37
baca jarak (100,40 m), bidik tinggi alat ukur sudut pada rambu ukur yang di- i 94.26
letakkan pada titik ll, setel nivo indeks dan baca lingkaran vertikal i AB 31645.7 (108.70) 6815.7 +21M.3
187032,1'). sekarang putar teropong sedemikian rupa, sehingga kita dapat- ] 14 0 00.0 94.29 111 43.9 -2't 43.9
kan: ! r08.60)
;
Peletakan teropong LB: Bidik titik 6, lepaskan klem penyetel putaran, bi- i
f
,
\B 28300.1 28300.3 1.41
dik titik 1l dan baca lingkaran horisontal berskala (352"47,0' ). Separuh dari t AA 206 00.5
tl
pembacaan ini ialah sudut pada perhitungan poligon berikut:

142 143
H

b) Sisi-sisipoligon Deret pembacaan:


Sisi-sisi poligon sebaiknya selalu diukur dua kali panjangnya. 1. Jarak pertamakali (88.49 m)
Misalnya kalau diukur dengan pita ukur ada baiknya, kita kontrol panjang- sasaran
2. lingkaran vertikal I 97"44'03"1 titik 6
nya secara optis dengan alat ukur sudut menurut bab 2.6. dan 2.7. lPeng- kedudukan 3. lingkaran horisontal ( 0002'43"1
ukuran jarak). Sudut vertikal biasanya dibaca hanya pada kedudukan tero-
teropong B 4. lingkaran horisontal (176026',05") I
pong B tetapi pada dua arah sisi poligon.
5. lingkaran vertikal
Jikalau suatu rintangan mengganggu pembidikan tinggi alat ukur sudut i ilifl?"
pada rambu ukur maka kita catat hasil pengurangan l-z (z : pembacaan
6. jarak pertamakali ',,21";::i'l
sebenarnya pada rambu ukur) dengan tandanya ( +, -) pada buku ukur' 7. jarak keduakali fi00.21 ml I

Dengan penggunaan teodolit universil Wild T 2


penyipatan akan kita lakukan sebagai berikut:
pada pengukuran poligon
kedudukan
8. lingkaran vertikal
9. lingkaran horisontal
:ir;T
Kita bidik titik yang sebelah kiri dan setel lingkaran horisontal berskala pada teropong LB 10. lingkaran horisontal (180"02'43"1
titik nol dengan skala mikrometer disetel pada titik nol dan lingkaran hor| ' "1l":31ffi;,1 sasaran
11. lingkaran vertikal (26215'55"1
titik 6
sontal berskala diputar sampai nilai 0o dan 180o ber-koinsidensi. Karena ini 12. jarak keduakali {88,52 m)
dalam praktek menjadi agak rumit maka sebaiknya kita memilih pembacaan Apakah kita mengukur jarak secara optis sebelum atau sesudah pengukur-
pertama sedikit lebih besar dari nol, seperti terlihat pada contoh berikut an sudut vertikal sebenarnya sama bobotnya. Yang penting ialah membaca
lOoO2'43'lr. Jarak-jarak diukur dengan baji optis Wild DM 1 dan sudut ver- kedua arah sudut horisontal dengan kedudukan teropong B dan LB berurut-
tikal diukur dengan kedudukan teropong B dan LB. an segera.
c) Penentuankoordinat-koordinat
Contoh: Teodolit universilWild T 2 pada titik /0 Pada penentuan atau perhitungan koordinat kita harus memperhatikan
pembetulan sudut-sudut, sudut-arah, selisih koordinat, penentuan tinggi-
nya dan pengawasan kesalahan kasar dan kesalahan sistematik.
titik sudut horisontal sudut vertikal Pembetulan sudut-sudut
I

iarak pembacaan + (l-z) Jumlah semua sudut termasuk sudut-arah sisi poligon pertama harus men-
alat sasaran B LB
B, LB
sudul
jadi sudut-arah sisi poligon terakhir. Karena pada tiap-tiap penyipatan selalu
o' il o, il
m or l o, il
m timbul kesalahan, ketentuan ini dalam praktek tidak mungkin kita dapatkan.
4403 Akan tetapi kita dapat menentukan suatu batas ketelitian yang tidak boleh
6 00243 1800243 88.49 97 MO3 -7
2621555 4405 dilewati. Biasanya syarat ketelitian kita tentukan menurut rumus berikut:
10 52 -7
1.45 1.5' . tf n,

+22153 dengan n sebagai banyaknya sudut poligon yang disipat. Suatu kesalahan
11 r76 26 05 356 26 01 100.25 87 3207
+227 56 akan dibagi seragam atas semua sudut-sudut.
27 27227 56
Sudut-arah
sudut 1762322 1762318
rata- rata 1762320 Sudut-arah kita tentukan dari jumlah suatu sudut yang diukur dengan su-
dut-arah sisi sebelumnya dikurangi 180o, misalnya:
tas-aa + aAA -1800 : tae-r
tan-r * at -1800 = 11 -2
ts-^2 * ap. -1800 : ttz-ac
(lihat juga contoh'l: Politon utama dariAA ke A2 yang berikut. Jumlah I
semua sudut a dan sudut-arah to4 as dikurangi 13 . 1800).
14 145
Selisih koordinat Contoh'l : Poligon utama dari LAke A2 (lihat juga gambar 108)
Jarak dikalikan dengan sin t dan cos t menghasilkan Au dan Ax pada sisi
sudut-
poligon masing-masing. Yang hartus kita perhatikan dengan khusus yaitu tugu sudut arah stst iin t ios t koordinat
tanda (+, -)pada
Ay dan Ax karena ketentuan kuadran masing-masing. c t d tAx rAv x

Jumlah semua Ay dan Ax termasuk koordinat y dan x dari titik mula se- m

harusnya koordinat titik terakhir. Suatu kesalahan kita bagi atas semua Ay AB
6
?8.203.0

dan Ax menurut perbandingan panjang sisi poligon masing-masing. Biasa- AA 3[]'212.3 0.m 0.m
60
nya syarat ketelitian kita tentukan menurut rumus berikut: 44 15.6 91 .1i ),69771t ),716180 + 63.59 + 65.2t
to:0.01 .i,fD 1
'168 5r.5 + 63.60 + 65.26
3 t
dengan D sebagai panjang poligon seluruhnya. 3307.4 r 18.0( ),54644i ),837496 + 64.51 + 98.8'
Kesalahan keseluruhan f, kita dapatkan dari kesalahan selisih koordinat f, .5
2 + 128.13 + 1O4.14
: Yseberarnya- Ysrhururnyadan f, = Xrrbrnurny"- Xreha,us,yudengan 208 28.3
5
54.63
D: {@ +Tfr. 61 35.9 114 .8: ),87963: ),475650 + 101.03
f
4
Pada contoh 1: Poligon utama dari LA ke A2 dan pada contoh 2a: Poligon 3 127 fi.O +m.18 +218.n
I -,

cabang dari titik 6 ke AB berikut dihitung selisih koordinat dengan kalku- 9 26.3 130. z ),1 6394t ),986463 + 21.X + 126.41
lator elektronis. 9.1
+ 250.56 +Y7.24
Catatan sudut-arah yang dicetak tebal dihitung atas dasar koordinat berku- 4 216 08.7
7
tub dan koordinat-koordinat yang dicetak tebal dari perhitungan-perhitung- 45 35.4 98. a ),7143il + 70.15 + 68. 7i
4
an lama. 5 20r.1 + 320. 73 + 415.96
8
r 13 36.8 117 21 ),91627( ),400562 + 107.46 - 46. 9(
7
6 1 l8 55.4 + 428.21 + 368.99
5
5232.5 't08.7! 1,79379( ),608184 + 86.!lii + 66. 1/
3
7 2(x) 40.0 + 514.56 + rl35.13
80
4.12.8 1/l8. lt 1,s079( ),135484 + 146.78 + 20.u,
10.1
8 127 09.8 + 661 .36 + 455.2'.1
9
x22.9 1 r3, 7l ).79062r ).871371 + 55.78 + 99.q
4.2
9 ?2843.9 + 717.15 + 554.29
6
7807.1 111 1 + 108.74 + 22.4
3.1
A2 269 r2.8 + 825.91 +577.17
167 20.2
A4
2o = 167 16.8 tdl = 1152.06 lAxl = &5.73 577.13 =
taYl
= gn.2
seharusnya seharusnya = 95.91 577.17
selisih = - 3.4
- 0.18 -0.04 = fv
kesalahan = 1.5' y'Il= 5' batas kesalahan = 0.01
t/ttd=Yc
fd = lScm

146 147
Contoh 2a: Poligon cabang dari tit .
6 ke AB (lihat juga gambar 109) Contoh 2b: Perhitungan beda tinggi dari titik 6 ke AB dengan mengguna-
tu- iudut- kan kalkulator elektronis (lihat iuga gambar 108)
iudu srsr Ax Ay koordinat
gu arah sin t cos t
t + tu- sudut beda tinggi
a d X
gu vertikal
l-z sisi tan [) beda tinggi tinggi
mistar hituno
m
5 B d + +
1 13 36.8 o m
5
6 708.15
6 193 15.1 + 428.21 + 368.90 4
12652.3
I
88.51 + 0.79 998
-0.60 002 53.1 1 + 7M.3 88.51 0.13 588 12.03 12.00
10 17623.5

7
123 16.'l 100.22 + 0.83 611
-0.54 856 .l 54.98
+ 499.02 + 315.88
10

11
+ 227.5 100.22 0.04 295 4.3(

1
720.19

724.49
4.30

4.4
1l 260 31.3 8 16.7
20847.8 t29.35 -0.40 349
4 + 5B,2.p. + 280.90 - 129.35 0.14 550 8.82 18.85
-0.91 498 52.1 1 18.35 12 705.68
1.0 0.28320 3
12 123fi.1 + 530.63 + 142.56 81 .70 t3.14 23.10
147 38.8 81.70 + 0.53 514 476 3 .72t 69.01 + 15 10.0 + 1.00 0.27 107
-0.84
5 13 682.55
13 233 00.1 + 574.35 + 73.55 +1395 - 1.00 0.02 896 I
2@ 39.3 r *o.35273
101 .1
-0.93 572 35.6 94.61 101.1 1 1.9C r.93
3.1 * 1050 0.01 891
14 15822.8 I
+ 538.69 21.M t4 684.46
17902.4 94.27 +0.01 676 985 1.581 9t.26 (
-0.99 1
6 +21 M.1 94.27 0.39 867 37.5{ 37.60
A8 283 00.3 +ilo.27 I 15.32 AB 722.O5
292.03.O
AA
+ 55.81
-41.96 + 1340 + 55.83 -41.95
Za = 28200.6 595.16 +'l'12.06 484,32 + 112.06 _N4.31 -41 .96 *41 .95
seharusnya = 28203.0 = 112.M
seharusnya 4'4.31 + 13.85 + 13.00 + 13.88
selisih = - 2.4 selisih = 0 +l seharusnya : + 13.90 selisih : -5 + 13.90 Drtt : -2
Perhitungan beda tinggi Kesalahan kasar
Dengan panjang sisi poligon dan sudut-sudut vertikal yang diukur dengan Kesalahan kasar bisa timbul juga pada seorang dengan pengalaman yang
kedudukan teropong B dan LB kita dapat menentukan beda tinggi menurut banyak. Kesalahan kasar timbul pada penentuan sudut-sudut maupun pe-
rumus berikut (lihat juga gambar 104): nentuan koordinat-koordinat. Yang penting ialah di mana atau bagaimana
AH:D.tan[]+l-z.. dapat kita dapat mengendahkannya dalam perhitungan-perhitungan. Suatu
dengan i sebagai tinggi alat ukur sudut dan z sebagai tinggi garis bidik pada kesalahan kasar pada sudut-sudut kita kendahkan dalam perhitungan de-
rambu ukur. Jumlah beda tinggi Ah seharusnya merupakan beda tinggi Ad ngan penentuan azimut sekali ke muka dan sekali ke belakang. Titik potong
titik mula dan titik akhirnya. Suatu kesalahan yang timbul kita bagi atas se- kedua arah ialah kesalahannya. Bisa juga terjadi kesalahan salin sudut-arah
mua beda tinggi Ah menurut perbandingan. pertama atau kesalahan penentuan koordinat pada titik mula.
Suatu kesalahan jarak yang kasar timbul pada kesalahan akhir f ,dan f ,pada
selisih koordinat Ay dan Ax. Pada sisi poligon dengan pertandingan f ,/f ,
kira-kira sama dengan perbandingan Ly/A,x. Tetapi memang harus dikata-
kan, bahwa ini tidak mungkin pada poligon yang hampir lurus karena per-
bandingan Ly/ Lx selalu sama.

18 1zN)
Suatu kesalahan kasar pada sisi poligon timbuljuga pada perhitungan beda X
tinggi, yang ada kemungkinan mengendahkannya. Suatu penyipatan di la- diketahui 11a + 2090.52 475.06 q: 46029.7',
pangan baru kita ulangi jikalau kita tahu betul, bahwa kesalahan kasar itu B + il0.27 475.06 lt: 41040.o',
tidak ada pada/dalam perhitungan. :
Ax - 1550.25 91050.3',
AY : + 359.74 d: 125003.5',
Kesalahan sistematik
a- 135.10 m
Karena kesalahan sistematik pada pengukuran sudut biasanya kecil sekali, dicari: koordinat titik D datititik lla
maka, pada perhitungan tidak timbul kesulitan. Akan tetapi pengukuran
Ax Ax Ay
larak sering mengalami kesalahan yang sistematis oleh pita ukur yang tan t11a_B d:
sedikit terlalu panjang atau pendek atau kurang tertarik; atau pada peng- Ay sin t cos t
ukuran secara optis konstante pengalian tidak betul-betul 100. Karena itu
kalau misalnya pada panjang poligon yang seluruhnya 1300 m satu kesalah-
-_J!a4
359,74
: _4,30e362 -1550,25- ,
"
359.74
,-d

-qg-74114 0,226056
an sebesar 37 cm dapat dibagi demikian rupa, sehingga dibetulkan tiap-tiap
100 m dengan 3 cm dsb. Pembetulan ini dapat dilakukan pada semua sisi
ttt"-e : 283"03'9' d : 1591.u14 d= 1591.44
poligon lainnya yang diukur dengan cara yang sama. Segitiga D-11a-C Segitiga B-11a-D
dl Penqikatan kepada titik-titik yang tidak dapat dicapai c : a
sln/ sinB: f sina
=-
slna
B : 5029.0'
: ,19.5']o
0.725314
'"
.o.see485 _ 186.17
1591.4
.0.818568 d = 125003.5'
B+d : 130033.2',
: 0.095758 E: 49026.8',
c :186.17 *B:5"28.2'
: :
trr"-o trra-B - e 233"37.1'
Ax : c . sin trl"_D Ay : c. costrru_o
: 186.17. -0.805083 : 186.17. -0.593162
Ax :_1rN).88 Ay:_110.43
11a.X = +2090.52 Y___:iZ5.S
D X : +1940.&1 Y : -585.4t)
Kontrol: c dan fe.11 . dihitung dari koordinat D dan 1|a; tp_" dari koordinat
Gambar 109 D dan 4 d dari hasil pengurangan sudut-arah; a dari c dan sudut
a.
XY XY
Pada penentuan titik secara pemotongan ke muka pada bab 2.8.1. (Jaring- D + 1940.64 585.49 B + il0.27 115.32
an triangulasi sederhana) kita telah menentukan titik yang tidak dapat dica-
pai l1a. Kita sekarang ingin meletakkan poligon dari titik I la ke AB seperti
11a + 2090.52 475.06 B-D- 1400.37 + 470.17

terlihat pada gambar 109 di atas. Atas dasar ketentuan, bahwa kita dapat
1la-D + 149.88 + 110.2t3
melihat dari titik D titik I la maupun AB kita dapat mengukur sudut d. D-11a D-B
slna
Kita juga dapat mengukur sudut B dany pada segitiga D
- lla - C. Ke- Ax : C. SiIl t11r-p a = c--:-
srny
mudian dapat kita menghitung sudut a dan mengukur sisi segitiga a.

150 151
+ .
186. 17 = - 149.88 Rambu ukur yang biasanya digunakan, diganti dengan dua tanda sasaran
Ax -0.805083
149.88 yang dibuat demikian rupa, sehingga dapat dipasang pada salah satu statif
tan t1 1 a-D
Ay=- - -1400.37 186.17 . 0,725314
seperti alat ukur sudut juga. Kita juga menggunakan tiga statif, tempat kita
- 110.43 470.17 0.9992+85
dapat memasang tanda Sasaran dan alat ukur sudut berganti-ganti, seperti
t 53037.o', 288033.s', terlihat pada gambar 110 dan gambar 111 di atas. Pelaksanaan penyipatan
Av tD-lla 53o37.0',
'10.43 sekarang dilakukan seperti'berikut: Sesudah pembacaan-pembacaan pada
- 1

suatu titik/tugu selesai kita mengangkat bagian atas teodolit dan mem-
cos t -0.593162-d - 125003.5', a = 135.10mbetul
bawanya ke titik/tugu berikut. Di situ kita mengangkat tanda sasaran dari
c :_l!qJZ to_e 288033.5'betul statifnya dan memasang teodolit, tanda sasaran kemudian diletakkan pada
8) Pengukuran poligon dengan pemusatan paksa statif teodolit lama. Dengan cara ini pemusatan statif masing-masing hanya
diperlakukan satu kali, sehingga mengurangi pengaruh kesalahan pemusat-
Contoh pada bab 2.8.3. Jaringan poligon, b) Sisi-sisi poligon, telah dilaku-
an alat ukur sudut maupun rambu ukur. Suatu kesalahan hanya terjadi kare-
kan pengukuran sudut dengan ketelitian 1". Jikalau kita bayangkan, bahwa
1 " pada suatu jarak yang 100 m berarti suatu putaran teropong sebesar 0,5
na titik/tugu yang salah dipusatkan. Sebaliknya dengan cara tanpa pe-
mm. maka dalam praktek pekerjaan poligon ketelitian 1" sebenarnya sudah musatan paksa berakibat penggeseran/pembelokan seluruh poligon'
terlalu teliti dan menambah dan mempersulit perhitungan saja. Sudah pada
peletakan alat ukur sudut di pusat suatu tugu, dan pada peletakan rambu di
sejajar anting di pusat titik masing-masing kesalahan yang kita perbuat dt-
menjadi jauh lebih besar. Maka kita tahu, bahwa terutama kesalahan-kesa- r3
lahan pada pemusatan mempengaruhi ketelitian pada penyipatan poligon,
khususnya pada sisi-sisi poligon yang pendek. Karena biasanya sisi-sisi poli-
gon yang pendek timbul pada penyipatan yang penting seperti penyipatan
--h' J <-it---l'.-:
lt\
kota, proyek jalan dsb. yang harus teliti sekali. Maka kita harus mengguna- \
kan pelengkapan vang khusus.
Gambar 112 4

Contoh: Misalkan sudut a2 pada gamba r 112 di atas salah karena mistar pa-
da titik 3 kurang dipusatkan. Besaran kesalahan menjadi e. Tanpa perleng-
kapan pemusatan paksa kita sekarang meletakkan alat ukur sudut pada titik
3 dan mengukur sudut 43, Karena ditambah pada arah 2 - 3' yang se-
benarnya salah, arah 3 - 4 iuga akan salah sebesar e dan menggeser titik 4
ke dsb. Pada perlengkapan dengan pemusatan paksa alat ukur sudut ju-
4'
ga diletakkan pada titik 3' yang sebenarnya salah tetapi kesalahan ini tidak
mempengaruhi titik 2 maupun titik 4. Perambatan kesalahan tidak terjadi.

2.8.4. Pengukuran Poligon komPas


Walaupun pengukuran poligon kompas biasanya tidak termasuk
pengetahuan 'Penggunaan alat-alat ukur tanah pada praktek' tetapi kita
memperhatikannya juga untuk menerangkan keuntungannya dibandingkan
Gambar 110 Gambar 111 dengan poligon yang biasa.

152 153
seperti pada alat penyipat datar automatis pembidikan horisontal dibantu Biasanya kompas menjadi tidak begitu teliti oleh ex-sentrisitas jarum dan
oleh gaya tarik ke bumi, maka jarum kompas tertarik ke kutub utara magne- pembacaan pada lingkaran dan kita tidak dapat mengharapkan suatu nilai
tis oleh magnetisme alam. yang lebih tepat daripada 6'
Jarum kompas yang berputar bebas
selalu menunjuk arah kutub utara
magnetis (UM) seperti terlihat pada
gambar 113 sebelah kiri. Dibandingkan
rrsA dengan jurusan kutub utara geografis
c
/USi menurut ilmu bumi maka timbul
suatu sudut sebesar d yang dinamakan
deklinasi. Deklinasi berhubungan de-
ngan jauhnya jarak ke kutub-magnetis,
maka perubahan pada pergerakan dari
barat ke timur dan sebaliknya di lndo-
r""d"\
a\
nesia hanya 0,7' untuk 10 km, dengan
tanda plus ke barat dan tanda minus ke
'8 I
-H c\ T timur. Deklinasi juga mengalami per-
.? ubahan harjan'Ad di 'lndonesia kira-
S*^ $J kira3' s/d 4' . Deklinasi rata-rata untuk
\tu.*n q lndonesia (Semarang) ialah +4030'. Gambar 114
Pada penggambaran poligon dengan Pada teodolit kompas Wild TO, lihat gambar 114 di atas kerugian-kerugian
S
kompas harus juga diperhatikan sistim ini ditiadakan. Di bawah lingkaran horisontal berskala dipasang sebuah
proyeksi peta oleh karena proyeksi me- magnit yang automatis rnemutar garls nol pada skala ke kutub utara mag-
ridian bisa berbeda dengan kutub utara netis. Pengaruh ex-sentrisitas lingkaran ditiadakan dengan pembacaan ko-
Gambar 'l
13 geografis oleh konvergensi meridian insidensi, yang dilakukan dengan putaran teromol mikrometer. Ketelitian-
c. nya + 1' (lihat juga gambar53).
Pada penggambaran suatu arah f sebenarnya harus diperhatikan pembetul- Dengan memakai teodolit kompas Wild TO dapat kita lakukan semua ke-
an sebagai berikut (lihat juga gambar 113): untungan dari pengukuran poligon dengan kompas tanpa mengalami ke-
n:AM+ct(d+Ad) kurangnya. Kemudian keuntungan ini kita perhatikan pada bab a) berikut.
Koreksi ini pada praktek dapat disederhanakan demikian rupa, sehing-
ga deklinasi dan konvergensi meridian pada suatu lapangan terbatas tidak a) Rumus-rumus pada perambatan kesalahan
berubah dan dapat dihitung jumlahnya sebagai suatu faktor tetap. Sering Keuntungan memakai kompas pada poligon ialah, bahwa tiap-tiap sisi po-
juga, misalnya pada suatu poligon dengan koordinat titik mula dan titik ligon diukur sudut-arahnya tersendiri, tidak tergantung peida sisi poligon se-
akhirnya sudah diketahui, kita sama sekali tidak perlu memperhatikan kon- belumnya. Oleh karena itu tidak terdapat pembawaan kesalahan dalam
vergensi meridian. sudut-arah pada tiap-tiap sisi poligon, seperti pada poligon dengan teodolit
Suatu sifat jarum kompas yang harus diperhatikan juga dan yang berbeda (lihat juga bab2.3.5. Perambatan kesalahan).
dari negara ke negara yaitu inklinasi, kemiringan jarum kompas dari bidang Pergeseran suatu sisi poligon pada poligon yang lepas menjadi poligon de-
horisontal. lnklinasi ini pada umumnya ditiadakan dengan bobot kecil yang noan teodolit komoas:
dipasang pada jarum demikian rupa, sehingga jarum kompas dapat diputar
"mD
q:- p
horisontal betul. Vn1

1il 155
Dan pada poligon dengan teodolit: Tercapailah tabel berikut:
panjang sisi ; panjang poligon terikat
e,: +JI-.p t/I 6000 7000 m
Dengan m dan m' berarti kesalahan rata-rata kuadratis pada satu arah, D = d- 20m 1.0 0.8 0.6 0.5 0.4
panjang poligon dan n atau n' = banyak titik-titik di antara titik mula dan d= 50m 1.7 1.2 1.0 0.8 0.7
titik akhirnya. d= 100 m 2.3 1.8 1.4 1.2 1.0
Atas dasar dua rumus ini kita boleh menentukan: Pada poligon dengan teo-
dolit sebaiknya kita memilih sisi poligon yang panjang, dan pada poligon de- Jelaslah, bahwa pada poligon terikat keuntungan poligon dengan teodolit
ngan teodolit kombas kita pilih banyak sisi poligon yang agak pendek. kompas hampir tidak ada, karena ketelitian yang sama pada poligon dengan
Perbandingan pergeseran pada poligon yang lepas q dan q' atas dasar dua teodolit q/q' = 1 timbul pada panjang poligon 3000 m dengan sisi20 m, ke-
rumus di atas kemudian menjadi: mudian pada panjang poligon 5000 m dengan sisi 50 m dan pada panjang
poligon7000 m dengan sisi100 m.
q:m /5 km
q' m' \ZF.F D,

I
d':100 m Pada gambar 115 di sebelah kiri kita
lihat perbandingan ini dengan A pada
Dalam membandingkan teodolit kompas Wild fO dan skala-teodolit Wild f poligon yang lepas dan I pada poligon
/6 maka dapat kita isi nilai-nilai berikut: 7
terikat dengan ketentuan, bahwa pan-
m : SO" (ketelitian pembacaan Wild fO) = kesalahan rata-rata 6 jang sisi pada poligon dengan teodolit
Kuadratis pada satu arah. selalu menjadi s' = 100 m.
5
m' = S" (ketelitian pembacaanWild T 16l = kesalahan rata-rata
kuadratis pada suatu sudut. 1

d : panjang rata-rata suatu sisi poligon dengan teodolit kompas. 3


d' = panjang rata-rata suatu sisi poligon dengan teodolit. 2
Gambar 115
Jikalau kita pada poligon yang lepas menentukan d' dengan jarak 100 m
I
maka perbandingan q/q' menjadi:
0
d"20 30 40 50 60 70 O 90 l00m
500 1000 1500 2000 3000 CI00 5000 m
Kejadian ini menunjukkan, bahwa teoclolat kompas Wild TO dengan keteliti-
d- 20m 1.4 0.7 0.5 0.4 0,3 0.2 0.1 an pembacaan hanya sepersepuluh dari skala-teodolit Wild T 16, masih
d - 50m 2.6 1.2 0,8 0.6 0.4 0.3 0.2 ungguljuga pada poligon yang panjang dengan sisi-sisinya yang pendek se-
d:100m 3.4 1.7 1.3 0.8 0.6 0.4 0,3 perti terjadi misalnya pada lembah yang sempit, pada hutan atau pada su-
ngai di hutan.
Kita lihat, bahwa ketelitian yang sama q/q' = 1 dengan teodolit kompas Perbandingan ini kemudian tidak boleh menjadi alasan berpendapat, bahwa
pada sisi poligon 20 m sudah timbul pada panjang poligon lepas 300 m, ke- poligon dengan teodolit kompas selalu cocok dalam_hal poligon panjang.
mudian pada sisi50 m panjang poligon seluruhnya 1250 m dan pada sisi 100 Karena pekerjaan dengan banyak sisi-sisi poligon yang pendek menjadi
m panjang seluruhnya 1800 m. lebih berat dibanding dengan beberapa sisi-sisi poligon yang panjang pada
Perbandingan pergeseran pada poligon terikat kita tentukan me- poligon dengan teodolit, Kemudian harus juga diperhatikan, bahwa kompas
nurut rumus berikut: dapat mengalami gangguan oleh medan magnetis, aliran listrik bertekanan
tinggidsb.
q _M VE Pengalaman juga memperlihatkan, bahwa penggeseran ke samping pada
q' \fn] . \rn' poligon dengan teodolit biasanya agak kecil. Maka dapat dihindari dengan

156 157
penggunaan poligon dengan pemusatan paksa atau penentuan azimut de- dapat mengikuti tiga cara, yaitu: Pengukuran koordinat siku-siku (peng-
ngan cara melompat tiap satu titik sudut (springstatien) seperti diterangkan ukuran ortogonal), pengukuran dengan koordinat polar dan fotogrametri-
pada bab berikut. udara.
b) Poligon dengan cara melompat tiap satu titik sudut (springstatien) a) Pengukuran koordinatsiku-siku(pengukuranortogonal)
Keuntungan pada cara ini adalah kecepatan pada pelaksanaan poligon de- Pada suatu garis pengukuran dengan titik mula dan titik akhir sudah kita ke-
ngan melompat tiap satu titik sudut, karena penggunaannya hampir seperti tahui, kita mengukur semua titik yang ingin kita ketahui siku-siku pada garis
pada poligon dengan teodolit. pengukuran. Kita akan mencatat nilai (abzis) pada garis pengukuran secara
terus-menerus dan jarak titik-titik yang dicari (ordinat) demikianlah kita akan
dapat menggambar peta (lihat juga gambar 118 berikut).
Prisma segilima ( Prisma pentagonal)

I ,116
6ambar 116
Gambar 117

Seperti terlihat pada gambar 116 di atas kita akan mengukur dari titik2su- Pada sistim pengukuran koordinat siku-siku pada umumnya kita meng-
dut-arah dan jarak ke titik / dan ke titik 3. Jikalau kita mengetahui titik / de- gunakan prisma segilima beserta tiangnya. Pada prisma ini dua sisi yang
ngan pasti kita sekarang dapat menggambar letak titik 2 dan titik 3, maka bersudut 45o dibuat seperti cermin. Jika sinar cahaya masuk, maka dibias-
kita meletakkan alat ukur sudut langsung pada titik 4. Dari titik 4 ini kita kan demikian rupa, sehingga arah masuk siku-siku pada arah keluar, seperti
mengukur sudut-arah dan jarak ke titik 3 dart ke titik 5. Karena kita meng- terlihat pada gambar 117 di atas.
ukur tiap-tiap sudut-arah berhubungan dengan kutub utara magnetis, maka Dengan prisma segilima itu kita membidik garis pengukuran dan menggeser
kesalahan pembacaan tidak akan terbawa dan pergeseran poligon ke sam- prisma segilima di atas garis pengukuran sampai bayangan titik yang dicari
ping tidak mungkin. Yang bisa terjadi hanya pergeseran sejajar. Cara ini berada juga pada bayangan garis pengukuran. Dengan tiangnya diberi tan-
juga menghemat waktu karena pekerjaan meletakkan alat ukur sudut hanya da di tanah dan dengan pita ukur dapat ditentukan abszis dan ordinatnya.
diadakan pada tiap titik kedua. Karena metode ini sangat teliti dan sederhana, maka selalu digunakan ter-
utama pada pendaftaran tanah. Cara ini juga dapat digunakan untuk mene-
2.8.5. Pengukuran guna pembuatan peta litikan jaringan poligon dsb. Untuk memudahkan pembidikan prisma segi-
Yang dibicarakan sampai sekarang dalam buku ini menjadi dasar-dasar lima pada garis pengukuran sebaiknya digunakan suatu prisma-kembar
pengukuran, yaitu sejumlah titik-titik atau tugu tertentu dengan koordinat- segilima (double-pentagon prisma). Susunannya terdiri atas dua prisma dan
nya dan tingginya. Tujuan pengukuran memang jaringan triangulasi dileng- satu kaca biasa, yang memungkinkan membidik dua ujung garis pengukur-
kapi dengan data-data sehingga kita dapat menggambar peta. Tindakan ini an beserta titik yang dicari sekaligus.

158 159
q

Penyelesaian:
Dengan menentukan absis dan ordinat pada garis pengukuran A - E kita
iuga dapat menentukan luas site (F) dengan mudah sebagai berikut: luas
site duakali (2F) menjadi:
2F:ahr+ b(hr+ hr) + c(he+ hd + dho+ ehu+ f(hu+ ho) + g(ho
._
e + h7) + hh7
ahz 35.60.23.01 819.16
b (h2 + hJ: (43. 15-35.60). (23.01 + 12.55) : 7.55.35.56 268.1l8
c (h3 + ha) = (50.63-43. 15). ( 12.55 + 18.60) = 7.8.31.15 233.00
dh+ (63.08-50.63).18.60 = 12.45.18.60 231.57
ehs 1.61 . 17.90 28.82
f (hs + h6) : QZ32-1.61 ).(17.90 + 39.87) = 20.71.57.77 1196.42
o (h6 + h7) = tu.4 22.32t (39.87
22.ilt 12.12.62.37 755.92

Gambar 'l 18
hhz (63,08
- 34.4t .22.W 28.M.22.fi il4/f
2F 4177.77
Pada gambar 118 di atas kita lihat suatu skets seperti biasanya dilakukan da-
F = 2088.88 mz
lam buku ukur. Di lapangan pada gambar itu diisi dengan semua ukuran se-
hingga menjadi dasar untuk peta atau pendaftaran tanah. Karena ketelitian Penentuan busur (lihat juga bab 1.5.4. Ketentuan kelengkungan dengan
prisma segilima sampai beberapa detik pada sudut 90o maka kesalahan pa- alat penyipat datar)
da jarak '100 m hanya beberapa milimeter. Karena ketelitian ini dapat dite-
rapkan hanya dengan prisma segilima beserta tiangnya, dengan beberapa
yalon dan pita ukur, maka cara ini menjadi paling sederhana.
Contoh: Jee.^C

Gambar 120
Gambar 119 I
Suatu busur yang menghubungkan dua garis yang siku dapat juga ditentu-
kan dengan prisma segilima, seperti terlihat pada gambar di atas pada suatu
Pada suatu site seperti terlihat pada gambar 119 di atas ditentukan ukuran- simpangan jalan. Kita tambahkan jari-jari busur 2 pada garis A-C
ukuran dan luasnya site (F). {dengan titik C sebagai titik pusat} dan terdapat titik Cr. Sekarang tiap-tiap

160 161
{
titik pada busur ini berada pada suatu segitiga dengan sudut 90o di atas ga- Penyelesaian:
ris A-Cy Dengan prisma segilima kemudian kita berjalan dari titik 4 ke titik Kita menentukan pertama paniang garis I3-4 dan 13-83 menurut rumus
I sambil selalu membidik titik A dan titik C,, maka dapat ditentukan titik a, b berikut:
c dsb.
T3-A: r.cott : 37. cot34o05.0' : 37 .1.478: 54.68 m
Jikalau titik-titik tsb. harus berderetan pada jarak yang sama, maka kita me-
nentukan panjang busur4-8 dan membaginya dengan n (banyaknya jarak) Kemudian titik 4 dan 83 dapat kita ukur di lapangan dan ditentukan titik-
seperti berikut: titik busur sembarang seperti telah diterangkan.
2.r.n bl Metode koordinat polar(lihat jugabab2.4.l
4.n Perkembangan pada pembuatan alat pengukur jarak optis mengakibatkan
Untuk penentuan titik masing-masing kita menentukan panjang kaki pada selanjutnya, bahwa sekarang hampir melulu digunakan metode koordinat
bagian masing-masing menurut rumus berikut: polar. Dibandingkan dengan pengukuran koordinat siku-siku keuntungan
metode koordinat polar ialah, bahwa banyak titik dapat diukur dari satu ke-
O : 2rsin* denganX : 90"/n dudukan alat ukur sudut dan metode ini juga dapat dilakukan pada lapang-
2
an yang curam. Terutama pada lapangan yang curam pengukuran jarak
Dengan penentuan titik pusat dapat juga kita mencari garis singgung r?1, dengan pita ukur hampir tidak mungkin lagi dan ketelitian berkurang.
Rz, Rs dsb. Misalnya garis singgung pada titik 82 kita dapatkan dengan pe-
nentuan suatu sudut 90o pada garis (jari-jari busur) 82-C dsb. Pada suatu c) Pendaftaran tanah (kadaster)
jari-jari busur kita dapat menentukan sembarang sudut garis singgung, atau Guna dan arti pendaftaran tanah membuat peta batas-batas tanah kepu-
jikalau kita mengetahui sudut garis singgung dapat menentukan jari-jari bu- nyaan masyarakat dan orang pribadi demikian rupa, sehingga para yang ter-
sur dan titik-titik pada busur dengan prisma segilima (lihat juga gambar 121 nak mempunyai tanah milik dapat dipercaya keamanan dan kepastian
berikut). hukumnya (hak-kadaster). Pendaftaran tanah dapat iuga digunakan Peme-
rintah untuk perhitungan pajak tanah milik (kadaster-pajak). Pendaftaran
Contoh:
tanah juga menjadi dasar pemetaan kota, perencanaan proyek apa pun, ke-
tentuan alam sekitarnya dengan sungai, danau, batas kultur dsb. Ketelitian
kadaster biasanya disesuaikan dengan harga dan nilai lapangan atau dae-
rahnya.

Gambar 121

Suatu sudut garis singgung 13 yang kita ketahui besarnya 68o10,0' . Ke-
mudian dengan suatu busur berjari-jari r = 37 m kita menghubungi garis
Gambar 122
T3-A dan garis 13-83 sepertiterlihat pada gambar 121 diatas.

162 163
fi
Dasar pembuatan suatu pendaftaran tanah ialah penyelesaian pertengkaran Contoh:
batas antara penghuni yang berhak atas tanah milik pada daerah yang di- Kita mengukur dahulu sudut poligon dan jarak pada poligon-poligon di se-
alami kadaster. Kemudian ditanam'tugu batu atau beton sebagai titik-titik kitarnya yang sudah diketahui. Kemudian dipilih suatu arah nol pada contoh
batas dan sebagai titik poligon. Pengukuran seperti telah ditentukan biasa- ini ke titik 51 dan kemudian ditentukan dalam arah jarum jam semua titik
nya dilakukan dengan metode koordinat polar dengan gambar pada buku yang dicari dengan sudut horisontal dan vertikal beserta iaraknya. Titik-titik
ukur seperti dapat dilihat pada gambar 122 di atas. Perhitungan dan peng- yang dekat pada lapangan yang datar kita ukur secara langsung dengan pita
ukuran pada titik 52 dapat dilihat pada tabel berikut. ukur.

Teodolit Wild T 16 dilengkapi dengan baji optis Wild DM 1 pada titik 52. Perbaikan
Tinggi titik 51 : 0.00 Suatu sistim peta terutama pendaftaran tanah hanya dapat dipercaya dan
dihargai jikalau selalu benar; Berarti tiap-tiap perubahan hak milik tanah
sudut horisontal sudut 1.43 jarak atau rumah langsung harus juga dicatat pada kadaster. Biasanya kita akan
titik menyipat hanya bagian yang berubah dari titik kedudukan alat ukur sudut/
B, LB rata- rata vertikal 1-z pembacaan direduksi
titik-titik yang sudah diketahui.
o, o. m m
51 000 84 53.0 54.13 53.91 d) Peta topografi
(+ 5 07.0) Guna dan arti peta topografi bukan hanya memperlihatkan letak detail-de-
{.18235.2t tail buatan (rumah dsb) dan alam (sungai, danau dsb) melainkan memper-
53 510.7 r82 35.3 9610.2 59.56 59.22 lihatkan juga bentuk dan keadaan daerah yang biasanya dapat kita lakukan
(- 610.2) dengan penentuan garis-garis kontur (lihat juga bab 1.6. Menyipat datar
pada bidang). Kita selanjutnya tidak memilih lagi titik-titik tertentu, melain-
(27450.41
kan titik-titik sembarang di lapangan yang dapat membantu tujuan kita,
172 189 40.2 881s.2 M.81 u.78
(+ 1 44.8) menggambar garis-garis konturnya. Seorang juru peta yang ahli bisa me-
nentukan beberapa titik yang penting, cukup untuk membayangkan dan
a tr 835 85 10 26.20 26.11 akan menggambar peta topografi suatu lapangan. Pada penyipatan untuk
(+ 4 50) peta topografi sebaiknya kita menggunakan sistim Reichenbach (lihat bab
b tr 2250 85 51 27.08 27.01 2.6. 1 . Penggunaan rambu yang vertikal, a) Asas Reichenbach) dengan alat-
+ 4 09) alat ukur sudut Wild sebagai berikut: diagram-tachimeter Wild RDS atau ta-
c tr 5245 88 15 23.11 23.10 chimeter dengan reduksi automatis Wild RDH.
(+ 1 45)
d n 87 40 89 10 16.50 't6.50
Contoh:
(+ 0 50) peta 123 di atas, peta topografis berskala 1:5000 dengan jarak garis-garis
tr '101 't0 (tape) 6.33
e kontur (Equidistance) 5 m. Pada titik letak alat ukur sudut 42 diperlihatkan
f tr 177 20 97 10 32.35 32.10 catatan-catatan pada buku ukur pada tabel di bawah, Dengan penggunaan
(- 7 101 tachimeter dengan reduksi automatis catatan menjadi sederhana sekali.
s tr 188 35 9622
'622t
31.4 31.25 Karena peta baru dapat digambar di kantor, maka pada buku ukur dibuat
(- skets seteliti mungkin dan dengan garis-garis kontur kira-kiraan'
h n 193 20 (tape) 4.91
i X 28 40 98 40 43.39 43.90
(- 8 40)
dsb.

165
1U
Gambar 124
v-l l,
-st1-.
,--\ /t:-)
-/,
t

v
rst,/
_pl
/1 I Dengan menggunakan alhidade dengan reduksi automatis Wild RK 1
---
.iltv rs I 8t8 (lihat gambar 124 di atas) sebagai perlengkapan suatu meja gambar yang
l8o'1
dapat digunakan di lapangan, kita dapat menggambar peta langsung dalam
skala tertentu. Kita tidak mencatat pengukuran pada buku ukur, melainkan
/-" ,'{t / langsung menggambar peta. Jarak-jarak langsung kita gambar dengan mis-
?
J
110
ro9 / . t7o tar sejajar pada peta menurut arah garis bidik teropong Wild RK 'l . Karena
-- _/

=r-4- /
-t6s \JJ
kita tidak perlu menggambar peta di kantor maka cara ini menghemat wak-
'..- tu dan secara langsung memperlihatkan kesalahan yang kasar, jikalau tim-
,/ .a,

.:l-.-,
745 r
\'\_--./
bul. Mungkin juga banyaknya titik-titik sembarang dapat diperkurang.
Peta topografi diperlukan pada banyak kesempatan, pada perencanaan ba-
ngunan maupun jalan-jalan dsb.

ffii\x \

il|14
t4.

Gambar 123
Atas dasar peta topografi dibuat proyek-proyek dasar yang memungkinkan
kemudian penyipatan dibatasi pada daerah-daerah yang penting saja. Mi-
salnya pada gambar 123 di atas direncanakan suatu jalan baru (lihat garis-
Diagram-tachimeterWild RDS pada titik 42. Tinggi titik putus) dari titik 7/ ke titik 43 dengan kecuraman yang sama pada seluruh
41 = 0.@ jalan. Beda tinggi pada dua titik ini 41 m dan dengan suatu kecuraman yang
7o/o kita memerlukan panjang jalan 600 m. Pada suatu jarak garis-garis kon-
sudut horisontal tur yang 5 m ini berartijarak jalan 70 m. Kita mulai pada titik 7l dan dengan
jangka mengukur selalu 70 m dari satu garis kontur ke garis kontur berikut.
793.10
00.0 197.80 e) Pembudtan peta
23225.2 199.10
- 17.30 775.80
Pada bab ini kita hanya memperhatikan pembuatan peta pada daerah yang
12005.2 145.20
-+ 10.25
7.35 ias.ts
luas tanpa pengukuran langsung di lapangan yang membantu pembuatan
803.35
23450 76.10 peta. Pekerjaan pembuatan peta seperti ini menjadi luas dan sangat menarik
247 10 76.30
- 2.60 790,50
walaupun juga kesulitannya besar. Biasanya kita menggunakan pada soal
277 22 semacam ini fotogrametri-udara yang bekerja cepat, tepat dan ekonomis.
32210
85.30
r00.50
- 7.60
8.20 784,90
Akan tetapi foto-foto itu hanya dapat digunakan jikalau pada tiap-tiap foto
- 785.50
ada titik/tugu tertentu sehingga skala dapat ditentukan.
Dalam prakteknya pada fotogrametri-udara kita mendapat suatu strip foto-
foto dengan beberapa titik/tugu triangulasi tertentu atau dengan tugu-tugu
dari dua jaringan triangulasi yang belum dihubungkan, tetapi dengan jarak
yang dapat ditentukan dengan poligon.
166
167
'l.F--'--hl
y''/'1---.' , 't

Gambar 126

Pada gambar 126 di atas kita lihat sebuah sungai dan hutan tanpa titik-titik
yang dapat menentukan dengan jelas. Karena sungai ini boleh dikatakan
datar, maka kita akan menyipat atas dasar permukaan air (lihat juga bab
1.6.6. Menyipat datar dengan bantuan permukaan air).
Gambar 125
Pada penyipatan sungai di hutan kita harus mengabaikan poligon biasa ka-
rena pembersihan tepi sungai dari tumbuh-tumbuhan yang amat lebat akan
Pada foto 125 di atas kita lihat sebuah fotogrametri-udara. Bingkai yang pu- mahal sekali. Sebaiknya kita hanya bekerja pada bagian sungai yang bebas.
tih menentukan suatu daerah yang ditutup oleh dua foto (dari kiri dan dari Karena sungai seperti ini sering beberapa ratus meter lebarnya, sebaiknya
kanan). Titik/tugu yang ditentukan pada gambar/foto itu akan kita sipat digunakan cara dengan rambu dasar yang horisontal (lihat bab 2.6.3.).
dan kita triangulasi-kan menurut metode-metode yang telah dibicarakan. Titik-titik poligon kita pilih berganti-ganti pada tepi sungai sebelah kiri dan
Tiap-tiap titik/tugu harus berada pada paling sedikit dua gambar sehingga sebelah kanan. Jikalau sungai menjadi terlalu lebar untuk cara ini sebaiknya
foto-foto akan dapat dihubungkan. Biasanya seorang ahli fotogrametri- kita lakukan pengukuran jarak dengan rambu dasar bantuan (lihat bab
udara membuat foto-foto dahulu dan akan menentukan tugu-tugu yang 2.6.3. Penggunaan rambu dasar yang horisontal, c) Pengukuran jarak de-
akan disipat kemudian, sehingga tugu-tugu terlihat dengan jelas pada foto- ngan rambu bantuan) untuk membangun suatu rangkaian atau jaringan tri-
f oto. angulasi seperti terlihat pada gambar 126 di atas.
Pada daerah hutan tanpa titik-titik yang nyata dan garis-garis yang jelas, Karena suatu foto seperti 126 tidak menentukan detail-detail, maka dapat
maka terpaksa sebelum dibuat fotogrametri-udara kita tanam beberapa tu- kita tentukan bagian sungai dan hutan. Pada sungai kecil kita mungkin juga
gu tertentu, yang akan dengan mudah dapat dilihat dari atas. hanya dapat melihat sedikit-sedikit, misalnya karena tertutup pepohonan.

168 169
r
walaupun demikian foto-foto dapat juga membantu karena peta ini biasa-
nya tidak perlu terlalu teliti. Maka walaupun detail-detail belum ditentukan, :emba caa n jarak sudut jarak beda tingg
tinggi titik
peta masih cocok untuk merencanakan jalan atau perkampungan yang baru
dsb. Jikalau kemudian kita akan membangun proyek tsb. maka perlulah di-
alat sasa ra r
kompas vertikal horisonta ;-T-r
o, m o, m
buat penyipatan yang lebih teliti lagi. Alat ukur sudut yang paling cocok
pada pekerjaan ini, yaitu misalnya teodolit kompas wild ro atau skala- teo- P20 2645 131.00 + 014 131.00 0 .il 123.74 P20
123.20 1
dolit Wild T 16 yang dilengkapi dengan kompas giro Wild GAK 1 dsb. yang 1

aka n digunaka n atas dasar f otogrametri- uda ra. 2 21430 s.30 - 703 53.70 6.60 116.60 2

3
2 4025 92.60 - 106 92.80 1.78 116.60
118.39
2
3
4 2ilOO 52.q -+ 1812
231 52.30 2.31 116.07 4
a 67 20 10.80 9.80 3.20 121.fi a
b 136 10 38.40 + 624 38.00 4.25 122.63 b
4 62 05 122.N - 316 122.N 6.97 116.07
123.03
4
5
5
6 173 10 40.90 + 514 40.70 3.73 126.77 6
6 349 30 u.20 + 006 54.30 0.09 126.77 6
7 126.68 7
B 14225 65.rm + 103 65.50 1.20 't27.8 d

Biasanya penyipatan dengan teodolit kompas digunakan hanya secara gra-


fis. J ikalau kita juga harus menentukan koordinat-koordinat maka kita harus
memperhatikan perubahan deklinasi sehari yang di lapangan dapat kita per-
Gambar 127 Gambar 128 hatikan dengan mencatat waktu pada tiap-tiap pembacaan.

Penyipatan dengan teodolit kompas akan kita sambung dengan bagian-ba-


gian sungai yang sudah dibuat petanya atas dasar foto-grametri-udara yang
diisi hitam pada gambar 127 diatas.
Contoh:
sebagai contoh buku ukur suatu penyipatan dengan teodolit kompas'pada
sungai dapat kita perhatikan gambar 12g di atas dan catatan-catatan buku
ukur berikut (lihat juga bab2.8.4. Pengukuran poligon kompas, b) potigon
dengan cara melompat tiap satu titik sudut).

170
171
2.9. Pemeliharaan alat-alat ukur tanah
Suatu alat ukur tanah hanya dapat selalu dipakai dan bekerja tepat jikalau
alat itu dipelihara dengan baik secermat mungkin. Pada tiap-tiap alat ukur
tanah Wild didapatkan juga satu buku petunjuk yang diharapkan dibaca de- 3. Lampiran
ngan teliti. Semua tindakan yang dianjurkan hendaknya dilaksanakan. Su-
atu buku petunjuk yang hanya disimpan baik-baik tidak ada gunanya.
Penyimpanan 3.1. Daftar istilah penting
Sebaiknya suatu alat ukur tanah Wild disimpan pada suatu ruang yang ke-
ring, bebas debu dan bebas perubahan suhu yang besar. Pada suasana
yang lembab sebaiknya alat ukur tanah Wild disimpan di luar kotaknya se- A
hingga udara bisa mengenai semua bagian dengan baik, maka bagian optis Alat penyipat datar, 11
tidak terkena jamur (fungus). Suatu alat ukur tanah yang jarang digunakan -, ketelitian 13
lebih membahayakan daripada suatu alat ukur tanah yang sering dipakai. otomatis 16
Transport -, data-data 20
Untuk transportasi alat ukur tanah Wild dilengkapi dengan kotak yang khu- ketentuan kelengkungan 38
sus dan cocok untuk satu alat saja. Sebaiknya alat dan kotak selalu tegak pemeliharaan 158
dan kalau diangkat dipakai pegangan di sebelah atas. Pada perjalanan yang Alat ukur sudut, 51, 55
berat pada jalan yang jelek dsb. sebaiknya seorang selalu memegang alat data-data 62, 64
reduksi otomatis 90
ukur tanah sehingga dapat dilindungi dari goncangan dan benturan. -, dengan
penggunaan pada praktek 106
Mengeluarkan dari kotak pemilihan 109
Sebaiknya sebelum mengeluarkan alat ukur tanah dari kotak kita memper- pemeliharaan 158
hatikan dengan teliti letaknya sehingga nantinya dapat mudah dimasukkan Alhidade dengan reduksi otomatis Wild RKI 1U
kembali ke dalam kotaknya. Alat-alat ukur sudut selalu harus diangkat dan
dipegang dengan dua tangan karena alat itu agak berat. Akan berbahaya B
sekali kalau alat penyipat dipegang pada satu tempat saja.
Bajioptis, Richard 93
Meletakkan alat ukur tanah pada kaki tiga
-, witd DMr 94
Alat-alat ukur tanah sesudah diambil dari kotak langsung kita letakkan pada perhitungan 126,
Beda tinggi, 136
statif (kaki tiga) dan memasangkannya. Jangan tinggalkan suatu alat ukur Benang-silanS '15, 44, 63
tanah di atas statif tanpa mengikatnya. Benang stadia 15, M, 89
Pemasukan kembali ke kotak
Sebelum kita melepaskan alat ukur tanah dari statif, kotak kita sediakan, se-
Busur, penentuan 149
hingga semua siap untuk menerima alat ukur tanah itu. Baru kita lepaskan
alat itu dari statif dan memasangnya pada pelat dasar kotak. Kotak lalu D
ditutup dan dapat dibawa kembali ke kantor.
Deklinasi 142
Diagram-tachirneterWild RDS 90, 91
Distomat Wild Dl 4 100

172 173
r
E
Kompas, pengukuran poligon 141 , 142
Equidistance 39, 41 Kompas-giro Wild GAKI 110
Konvergensimeridian 142
G Koordinat, yang siku-siku 13, 146
Garis bidik. pengaturan 24 polar 74, 150
Garis-gariskontur, 41, M, 89 penentuan dari sudut-arah t dan jarak d 76
penentuan 46 penentuan 133
jarak (lihat: equidistance) selisihan 134
-, Kuadrant, ketentuan 74
Gezichtsveld (lihat: medan pandangan)
Kutub utara, magnetis 142
J geograf is 142
Jaringan, triangulasi secara sederhana 106
L
dasar 107
poligon 127 Landasan rambu ukur 28, 29
Jaringan segitiga 52, 109 Least squares method (/rhat Kesalahan rata-rata kuadratis)
peninjauan 110 Lingkaran horisontal, berskala 12, 19, 56
perhitungan 111 pembacaankoinsidensi 58
Lingkaran vertikal, _ 56
K pembacaankoinsidensi 58
Kaca-datar-planparalel'18
Kadaster (li ha t: pendaftaran ta nah) M
Kaki tiga 21, 22 Medan pandangan 63
Kelengkungan bumi
124 Mengatur garis bidik 24
Kemiringanpenentuan 47
Kesalahan, akhir 29 Metode, mengukur sudut cara repetisi 81
sistematik 29, 69, 70, 138 mengukur sudut cara reiterasi 83
-, acak- 29, 69, 70 mengukurjurusan 85
-, yang diperbolehkan 29 mengukursektor-sektor 87
sumbu nivo alhidade terhadap sumbu pertama 65 Mikrometer optis 60
garis bidik terhadap sumbu pertama 65 Mikroskop'skala 60
pada indeks lingkaran vertikal_ 66
pembidikan 67
pada skala lingkaran 67
dan cara mengatasnya 69
lenis-jenis 69
kasar70,137 N
_70
rata-rata Nivo, ltihat juga: Alat penyipat datar)
kuadratis
rata-rata
- 70
oerkiraan 71 -, tabung, kepekaan 13
Ketelitian yang dapat diperkirakan 68 -, alhidade 56
-, tabung koinsidensi 62

174 175
P R

Pemeliharaan alat ukur tanah 158 Rambu ukur, yang horisontal, penggunaan 92
penggunaan 88
Pendaftaran tanah 150 -, yang vertikal,
yang horisontal, penggunaan 96
Penentuan titik secara pemotongan, ke muka 111 Rambu-dasar
ke belakang 120 Rambu-dasarWild GBL2m 97
Pengaturan nivo pada alat penyipat datar 22 Rangkaian segi banyak il
Pengikatan kepada titik-titik yang tidak dapat dicapai 138 Raster {/rhaf: Sistem kisi)
Pengukuran guna pembuatan peta 146 Refraksi 124
Pengukuran jarak, secara optis 88 Reichenbach, asas 88
Reiterasi llihat: metode mengukur sudut cara reiterasi)
-, secaraelektronis 100
Repetisi ltihat: metode mengukur sudut cara repetisi)
tunggal 96
terbagi 98 Richard, baji optis 93
dengan rambu -dasar bantuan 99
S
Seri (tihat: metode mengukur jurusan)
Pengukuran tinggi, trigonometris 123
pelaksanaan 125 Sistim, kisi 42
Penyipat datar, teknik 24 koordinat 73
memanjang 26
-,
Springstatien (tihat: poligon.dengan cara melompat tiap satu titik sudut)
memanjang keliling 31 Statif (lihat: kaki tiga)
memanjang dengan menghubungkan pada titik tertentu 31 Sudut-arah, 134
pada bidang 39 t dan jarak d, penentuan dari koordinat 77
dengan bantuan permukaan air 48
-,
Sudut-sudut, pengukuran 81, 131
Perambatan kesalahan 71, 143 pembetulan 133
Percobaan menyipat 23
-,
Peta topografi 152, 155 T
Poligon, U Tachimat yang elektronis 100, 104
utama 115, 129 Tachimeter dengan reduksi otomatis 95
cabang 116, 129 Tachimetri, pada penyipatan datar 43
lepas 127 teodolit 59
terikat sempurna 128 -,
-, Teodolit, llihat juga: alat ukur sudut)
terikat 128 universil Wild T2 57
-,
-, sisi-sisi 132 -, witd T3 59
pengukuran dengan pemusatan _ paksa '140
repetisi 59
pengukuran kompas 141 -, tachimetri 59
-,
-, dengan cara melompat tiap satu titik sudut 145 -, kompas Wild T0 61, 1rB
Prisma segilima (prisma pentagonal) 147 wild T05 61
Profil memanjang dan profil melintang 34 penting 65
-, sifat-sifat
pemilihan alat yang cocok 68
-,
Teropong, 15

176 1Tt
!F7

pembesaranbayangan 18, 63
-, Alat penyipat datar
-, bayangan 62
Triangulasi (lihat: jaringan segitiga)
Tugu primer, sekunder, tersier dan kwarter 31
NAO/NAKO
The Wild NAO Small Automatic Level, for sur-
3.2. Hasil produksi perusahaan Wild Heerbrugg veying and construction and especially for tough
work on building sites. Once the circular bubble
Ltd. Swis is centred the compensator brings the line of
sight horizontal. Compensator f unctioning

checked by pressing a button. Erect image Frict-


ion-braked rotation with horizontal drive 90 cm
minimum focussing for work in confined spaces.
The model NAKO has a circle that can be set to
any value. Highly visible red colour Brochure
G 1 142e

NA I/NAK 1

The Wild NA 1 Engineer's Automatic Level, for


engineering, construction, surverying. Once the
circular bubble is centred, the line of sight is
brought horizontal by a compensator, which is
checked by pressing a button Erect image. Short
minimum focussing. The instrument is turned by
hand and fine-pointed with the endless drive.
The model NAK t has a glass circle that can be
Geodetic instruments: Levels (builder's, engineer's and precise levels); set:to any value. Accessories: parallel plate
micrometer, objective pentaprism, auxiliary lens.
theodolites (for tacheometry, construction work, surveying and astronomi- BrochureGl 143e.
cal . observations); self-reducing tacheometer; self-reducing alidade (for
plane tabling); gyro attachment (for determination of true north); electronic
distance-measuring instruments; optical plummets; tripods, measuring
staffs, pentaprisms. NA 2/NAK 2
Photogrammetric instruments: Fully automatic aerial cameras, terrestrial
cameras, aquipment for photographic processing, stereoscopes, precision The Wild NA 2 Universal Automatic Level is a
precise instrument for surveying, engrneering
autographs, plotters for all scales, equipment for numerical photogram- and industry, yet one which also handles all
metry. routine tasks l: is supremely versatile. The com-
pensator has a high setting accuracy and the uni-
Microscopes for research and laboratories. que Wild press button control. Magnification is
Stereomicroscopes for medicine, botany, zoology, mineralogy, teaching 32x or 40x depending on choice of eyepiece
and the entire range of industrial uses. Focussing has coarse fine motion. Rotation is
friction-braked and the drive screw is endless
Other optical instruments for workshops, laboratories and special purposes. with a knob at each side. The model NAK 2 has
an internal glass circle with estimation to 1o (1s)
BrochureGl 108e.

178 179

I
Attaching the GPM 3 Parallel Plate Micrometer
converts the NA 2 (NAK 2) into a pracision level
for use with invar staffs tor first-order contr,ol,
N l/NK 1
deforr-nation measurements and optical tooling.
Depending on the model direct reading is to 0.1 The Witd N I Engineer's Level, a compact tilting
mm, 0 0001 ft. 0.01 in Estimation to wirhin these level with a high performance. Highly suitable for
line and area levelling in surveying and engineer-
arnoants. Other accessones include objective
pentapasm, auxillary lens. GLO 2 Laser Eye- ing. Erect-image telescope with 23 x magnificat-
piece, autocol. lmation eyepiece diagonal eye- ion and 70 cm shortest focussing distance. Co-
piece, eyepiece lamp, optional container for level incidence bubble sets the line of sight to + 1.15"
wlth micrometer attached. An arrow in the bubble image shows how to turn
the tilting screw. Faction-braked rotation with
drive screw. The Nk t has a metal circle for
measuring and setting out angles to 0.to (0.1s).
Red colour. Brochure G 1 154 e.

N 01/NK 01
The Wild N 01 Dumpy Lavel Builders and con-
tractors use it for area levelling, setting floors, N 2/NK 2
laying pipes. Gardners for landscaping. Farmers
for levelling fields and irrigation ditches. lt,s a The Wild N 2 (NK 2) Engineer's Level, an ac-
simple, rugged, inexpensive level. Centre the tu- curate instrument for surveying, engineering,
bular bubble with the three footscrews, then construction, lndustry Erect image 30 x magnifi-
read the staff through the 1gx erect-image te- catiori. Tilting screw below objective Arrow in
lescope. Friction-braked rotation with drive split bubble shows how to turn this screw. Frict-
screw. The NK 01 has a metal circle for measur- ion-braked rotation. Endless horizontal drive NK
ing and setting out angles to 0.1" {0.1s). Bright 2 with glass circle for angle measurement and
red colour. Brochure 153 e. setting ou: Accassories parallel plate micrometer
for precise measurements, auxiliary lenses, pen-
taprism. BrochureG 1 131e

N 05/NK 05
The Wild N 05 Tilting Level is robust and easy to
N3
use, a level for builders, contractors, site engi-
The Wild N 3 Precision Level, anr outstanding in-
neers and surveyors. Handles area and line level-
strument for first-order work, is ideal for geo-
ling. Erect image telescope focusses down to 80
detic control, deformation surveys, industrial as-
cm (2.6 ftl - ideal for confined spaces. Easy to
sembly. An arrow in the split bubble shows how
level up with tilting screw and open tubulat bub-
ble. Viewing mirror tolds down as protective to turn the tilting screw. The build-in parallel
plate micrometer gives direct reading to 0.1 mm.
cover. Friction braked rotation and fine motion
drive screw. The model NK 05 has a metal circle
0.0001 ft. or 0.001 inch A wedgeshaped hair
allows the invar staff graduation to be straddled
with estimation to 0.lo (0.1o). Bright red warn'-
42 x magnif ication. lnverted or erect image ac-
ing colour Brochure G I 150 e.
cording to eyepiece. Brochure N 145 e.

t
r

180 t
181
iI
I
I
Alat ukur sudut (teodolitl T1
The Wild T 1 Micrometer Theodolite is for low-
order triangulation, traversing, tacheometry,
T05 property surveys, mining, construction. The
automatac index makes vertical circle reading
{k;s easy. The liquid compensator has nothing to
The Wild T 05 Small Theodolite is an instrument
wear out and nothing to maintain. Circle reading
for construction, engtneering, subdivisions, iri-
is fully digital, the optical micrometer being num-
gation, forestry, geology, mining - l.e. for tasks
bered to 6" rc.2' ). Estimation to 3" (0.1o) is
for which a more expensive theodolite of highat
easy. Having two horizontal clamps and drives,
accuracy is not faquired.
the T 1 can be used for the repetition method
Direct reading to5' (5o), estimation to0.5' (1o). and f or carrying bearings. lt has an optical plum-
Circle illumination by means of bright red diodes met in the alidade and a detachable tribrach.
guarantees optimum lighting. The 19x erect There is a range of accessories. Brochure G
image telescope focusses down to 80 cm. Teles- 1 260 e.
cope level for line and area levelling is optional. A
gradient level for pipe-laying and drainage chan-
neis is also optional Brochure G 1 232 e.

T16
TO The Wild T 16 Scale Reading The odolite is for
low-order triangulation, tacheometry, traversing,
The Wild T 0 Compass Theodolite: compact, mining, property surveys, construction, setting
lightweight, easy to use. lt serves both as a com- out. The easily read scales with estimation to
pass theodolite for compass traversing and 0.1' (0.1o) allow rapid work. The horizontal cir-
determining magnetic bearings and as a conven- cle appears yellow, the verical white. The simple
tional theodolite for angular measurement. Dia- scale reading and the automatic vertical index
metrical reading of the horizontalcompass circle. make the T 16 a most useful theodolite. Optical
Both circles seen in the same microscope. Hz plummet in alidade. Detachable tribrach Carrying
readings with a micrometet to20" (1o). V read- handle. Many accessories.
ings are direct with accurate estimation to 1' The T 16 D has a horizontal circle with clockwise
(2o). Well arranged controls. Erect image teles- and anticlockwis'e numbering (3600 only), allow-
cope. Springloaded safety clamp protects the ing angles to be read or set out to the right and to
compass pivot. the left A 20" interval scale is also available
Accessories: telescope level, solar prism, black Brochure G I 242e.
eyepieie filter. The Wild T 0 is used for forest,
cadastral, agricultural, exploration, reconnaiss-
ance surveys etc. Brochure G I 270 e.

i
,|i

182 +
i
183
,,

i
I
"t

T2 Dl 4/Dl 4L
The Wild T 2 Universal Theodolite in addition to Wild Dl4 and Dl4L Distomats, the smallest EDM
its high accuracy, it is simple to handle and has units. Fit on T 1, T 16, T 2. Fully automatic.
many accessories. An inverter knob brings re- Slope distance measured and displayed. Track-
quired circle image into reading eyepiece. Hori- ing mode. lndicate standard deviation. Apply
zontal circle appears yellow, vertical white Co- atmospheric, sea level, scale factor corrections.
incidence setting for direct meaning of twc dia- Display in metres and feet. Accuracy 5 mm -t- 5
metrically-opposite circle positions. Reading is ppm.
digital apart from the single seconds. Automatic Optional keyboard for reductions. Angle input in
index for vertical circle. The all-steel T 2 is a real 360o or 400s. On entering V-angle, display hori-
"Universal" theodolite for triangulation, precise zontal distance and height difference corrected
traversing, astronomy, tacheometry, angineer- for curvature and refraction. Coordinate differ-
ing, cadastral survey, setting out mining, optical ences on entering Hz-angle. Optional Recording
tooling. Detachable tribrach with optical plum- Unit Wild GRE 2 available. Dl 4 standard model
mer. Carrying handle Brochure G 1 265 e. with 2 km range. Dl 4L long-range model for 5
km, 2.5 km to 1 prism.

T3 For traversing, trig. heighting, cadastral, setting


out, engineering, profiles, contouting. Brochure
G1 337e.
The Wild T 3 Precision Theodolite is farger and
evei more accurate than the T 2 theodolite. Direct
reading to 0.2" llcc) Desioned for first order tri-
angulation reals population for deformation sur
veys industrial installations and machine acord-
ing For industry the T 3 A autocolimation model
Dt 20
is used Steel construction for exceptional stabili-
ty. Various possibilities for f orced-centring, such Distance measurement with the Dl 20 is fully
as a ball centring device for pillar set-ups and a
automatic. Simply point to the reflector and
touch a key to measure. A microprocessor con-
remcvable base which takes the T 3. the T 2 and
T 2 tribrach accorssoties. Other accassories for trols the entire measurement, automatically. Fil-
ters attenuate the received signal. To ensure the
astronomy, deformation and industrial surveys.
accuracy of the displayed result, internal cali-
BrochureGl 219e.
bration measurements are carried out at the be-
ginning and end of the measuring program.
cr-410/cr-450 The use of an aged quartz crystal with electronic
compensation for temperature dependent drift
CITATION C1410 and Cl-450 from Precision ln- {TCXO) provides excellent freuency stability.
ternational, USA. Fit Wild T 05, T 1, T 16, T 2 The accuracy of the Dl20 is 5 mm + 1 ppm stan-
theodoliteg. Also fit theodolites of other manu- dard deviation throughout the temperature range
facturers. Mount directly on the theodolite teles- -20o C to + 50o C.
cope or in a yoke on the theodolite standards. Measures distances up to'14 km.
Control panel with large LCD display and inte- As the Dl 20 displays the standard deviation
grated keyboard. Range, repeat and tracking (sigma)o of a measurement, the user is informed
modes. V-angle input. Display of slope, horrzon- about the accuracy of the displayed distance.
tal distance, height difference. PPM and prism The sigma display is particularly useful when
constant entry via keyboard. Signal, battery and measuring long distances for precise control
functional checks. Scan mode. surveys.
Cl-410 has a range of about 2.2. km; C1450
about 3 km. Standard deviation 5 mm + 5 ppm.
CITATION Cl-410 and Cl-450 for all routine work.
BrochureGl 340e.

1U 185
i

,l
'!

TC 1/TC 1L
Wild Tachymat Electronic Reduction Tacheo-
meter. Fully automatic survey system for rapid
acquisition of a mass of data for engineering and
cadastral surveys and digital terrain models. Also
for setting out. Displays Hz and V angles, slope,
horizontal distance, difference in height, height
above daturn, coordinates. TC 1 standard model
with 2 km range. TC 1L long-range model for 5
km, 2.5 km to 1 prisfn. Accuracy + mm + 5
ppm. Tracking mode. Units: metres feet, 360",
400s. Optional recording attachment for recor-
ding distances and angles and other informations
on magnetic tape cassette. cassette reader
transfers data to computer system. Brochure G
1 333 e.

RDS
The Wild RDS Self-Reducing Tacheometer sim-
plities and speeds up tacheometric surveys. The
flat reduction curves allow the horizontal dis-
tance and difference in height to be read directly
f rom a vertical staff. Slide rules and tacheometric
tables are not necessary. lf the special GVLV
staff with extending leg is used, heighting and
contouring can be simplified still further, as the
staff zero mark is set to instrument height. The
RDS i! dual purpose , Self reducing tacheo-
meter plus theodolite. Based on the T '16, the
RDS is also a fully-fledged scale reading theodo,
lite for traversing, low-order triangulation, pro-
perty surveys, engineering and setting-out work.
It has an optical plummet and a detachable
tribrach. Brochure G 1 301 e.

186

Anda mungkin juga menyukai