Anda di halaman 1dari 5

I.

JUDUL
IDENTIFIKASI BORAKS DAN ASAM BORAT

II. PRINSIP
Dalam suasana asam , senyawa borat bereaksi dengan kurkumin membentuk
komleks kelat rosasianin berwarna merah yang diukur dengan spektrofotometer
UV/Vis pada panjang gelombang serapan maksimum.

III. TEORI SINGKAT

3.1 Pengertian Boraks


Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7).
berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam
borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam
borat (Khamid, 1993).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut :
jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air
mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air
bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah
menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000
C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat
merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot
molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak
berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).

3.2 Karakteristik Boraks


Boraks atau Natrium tetraborat memiliki berat molekul 381,37. Rumus molekul
Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya berupa hablur transparan tidak berwarna atau
serbuk hablur putih; tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein.
Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna
putih. Kelarutan boraks yaitu larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih dan
dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Ditjen POM, 1995).
Natrium tetraborat mengandung sejumlah Na2B4O7 yang setara dengan tidak
kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % Na2B4O7.10H2O. Larutan
boraks bersifat basa terhadap fenolftalein, mudah larut dalan air mendidih dan
dalam gliserin; tidak larut dalam etanol (Ditjen POM 1995).

3.3 Fungsi Boraks


Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya
dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan
juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada
boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang dikenal
sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot
hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan
pada bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan
Rahayu, 1994).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan
pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur
makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati,
2007).

III.4 Macam-macam Metode Uji Boraks

3.4.1 Uji Kualitatif


Beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan H2SO4 dan
metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan
H2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4
(P) dan metanol pada sampel yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan
nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1%
dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam
akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua
kehitaman (Balai Besar POM, 2007).
Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika
terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah
menjadi hijau biru terang (Cahyadi, 2006). Pencelupan kertas tumerik ke dalam
larutan asam dari sampel menghasilkan coklat merah intensif ketika kertas
mengering, yang berubah menjadi hijau kehitaman jika diberi larutan amonia;
reaksi dengan penambahan H2SO4 dan etanol pada sampel, akan menghasilkan
nyala hijau jika dibakar (Clarke, 2004).
Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades bebas
CO2 akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan penambahan phenolftalein
ke dalam larutan sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan warna merah
yang hilang dengan penambahan 5ml gliserol (British Pharmacopoeia, 1988).
Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah disentrifugasi
akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat
dan kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu
yang bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah
menjadi hijau tua kehitaman ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).

3.4.2 Uji Kuantitatif


Beberapa uji kuantitatif untuk boraks, yaitu: metode titrimetri; titrasi asam basa;
titrasi dengan penambahan manitol; dan metode spektrofotometri. Penetapan
kadar asam borat dalam pangan dengan metode titrimetri, yaitu dengan titrasi
menggunakan larutan standar NaOH dengan penambahan gliserol akan
menghasilkan warna merah muda yang mantap pada titik akhir titrasi (Helrich,
1990).
Penetapan kadar boraks dalam sampel berdasarkan titrasi asam basa dengan
menggunakan larutan standar HCl (USP, 1990). Penetapan Kadar boraks dalam
sampel dengan penambahan manitol dan indikator phenolftalein dititrasi
menggunakan larutan NaOH menghasilkan larutan merah muda pada titik akhir
titrasi (British Pharmacopoeia, 1988). Penetapan kadar boraks dengan
spektrofotometri, dengan mengukur serapan dari destilasi larutan sampel yang
diberi larutan kurkumin dan etanol menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum 542 nm (Zulharmita, 1995).

IV. ALAT,BAHAN, DAN PEREAKSI


Alat :
- Tanur atau oven
- Penangas air
- Cawan uap

Bahan : bakso
Perekasi :
- Natrium karbonat
- HCL 5 N
- Asam oksalat jenuh
- Ekstrak etanol kunyit : 1,5 2 g serbuk kurkumin ditambahkan 100 ml
etanol 80 % , kocok , saring
- NH4OH NAOH encer
- Kertas kurkumin (timbang 1,5-2 g serbuk kurkumin dimasukkan ke
dalam erlenmeyer , tambahkan 100 ml etanol 80 % , kocok selama 5
menit dan saring . Kertas whatman no.2 dicelupkan ke dalam filtrat
dan dibiarkan mengering selama 1 jam , disimpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung cahaya .

V. DATA PERCOBAAN
VI. CARA PENETAPAN
1. Reaksi nyala
Cara I :
sejumlah kecil sampel dimasukkan kedlaam cawan porselen , kemudian
ditambahkan 10 tetes asam sulfat dan 5 ml metanol kemudian dibakar . Bila
nyala api yang ditimbulkan berwana hijau maka dalam sampel mengandung
senyawa borat.

Cara II :
a. Timbang sampel sebanyak 10 g (apabila sampel basah setelah dipotong-
potong , dikeringkan di oven pada suhu 120o C selama 6 jam )
b. Masukkan tanur dan pijarkan pada suhu 800o C
Sisa pijar tambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat dan 5-6 tetes metanol
kemudian dibakar . Bila timbul nyala hijau menunjukkan adanya boraks.

2. Reaksi warna pada kertas kurkumin


Cara I :
a. Sebanyak 20 g sampel dibubuhi serbuk Na 2CO3 secukupnya, kemudian
diarangkan diatas nyala bunsen selanjutnya di abukan di tanur ,
dingingkan.
b. Abu ditambah air dan beberapa tetes HCl 5 N dan disaring
c. Filtrat ditambahkan 4 tetes asam oksalat jenuh dan 1 ml ekstrak etanol
kunyit
d. Larutan diuapkan diatas penangas air sampai kering
e. Bla berwarna merah maka positif mengandung boraks
f. Bila pada sisa pengendapan ditambahkan NH4OH NaOH encer, akan
terbentuk warna hijau kehitaman.

Cara II :
a. Sampel ditambahkan air sulling 50 ml dan dipanaskan sehingga diperoleh
cairan setengah padat atau berbentuk seperti bubur
b. Asamkan dengan penambahan HCl 5 N ( pH 5 N )
c. Kertas kurkumin dicelupkan ke dalam larutan sampel dan biarkan
mengering. Warna merah yang terbentuk menunjukkan adanya boraks
d. Selanjutnya kertas kurkumin tersebut dibasahi dengan larutan amonia
maka akan berubah warna menjadi biru kehitaman menunjukkan adanya
boraks.

VII. PERHITUNGAN
-

VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN DAN SARAN

X. DAFTAR PUSTAKA
Diktat Petunjuk Praktikum Analisis Makanan . 2015 . Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila . Jakarta

Apriyanto , A, dkk. 1999 . Petunjuk laboratorium Analisis Pangan, Bogor

Departemen kesehatan RI . Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : 1995

Official Method of Analysis of the Association of Official analytical Chemists,


AOAC Washington , 2005

Anda mungkin juga menyukai