Anda di halaman 1dari 4

Analisis Kritis dari Video Komunikasi Dokter-Pasien

Rangkuman video:
Video ini menceritakan tentang komunikasi antara dokter dan pasien. Dokter bertemu dengan
pasien yaitu seorang ibu hamil yang datang bersama dengan suaminya. Ibu hamil tersebut, sesuai
dengan saran dan anjuran dari dokter, hendak melakukan pemeriksaan dasar dan pemeriksaan
tambahan seperti hepatitis B dan HIV. Setelah dilakukan pemeriksaan (satu minggu kemudian),
ditemukan bahwa ibu hamil tersebut positif HIV. Setelah mendengar kabar dari dokter, ibu hamil
tersebut marah kepada suaminya di ruang praktik dokter dan mengatakan bahwa hasil HIV positif
disebabkan karena suaminya. Dokter mencoba menenangkan pasien dengan tidak memihak kepada
salah satu sisi dan mengatakan bahwa hasil HIV positif tersebut belum dapat dipastikan bagaimana cara
transmisinya dan lebih memfokuskan pasien untuk menangani HIV dan mencegah penularan ke janin.
Dokter juga menjelaskan kepada pasien bahwa penularan dari ibu ke janin bisa di cegah dengan cara
pemberian antivirus, memilih cara bersalin serrta metode pemberian susu ke bayi yang tepat.

Kelebihan dari video komunikasi dokter-pasien yang ditampilkan ialah


Kekurangan dari video komunikasi dokter-pasien ialah dokter langsung menawarkan
pemeriksaan tanpa menanyakan terlebih dahulu persepsi pasien mengenai pemeriksaan yang dilakukan.
Dokter harus menyanyakan kepada pasien terlebih dahulu persepsinya dan apa yang diketahuinya.
Dokter juga tidak menjelaskan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan dengan sejelas-
jelasnya. Di awal pertemuan, sebelum menawarkan pemeriksaan, dokter harus menjelaskan sejelas-
jelasnya mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan. Dokter juga tidak menyiapkan pasien mengenai
pemeriksaan yang dapat memberikan hasil positif atau negatifjika positif apa artinya dan apa yang
harus pasien lakukan, jika negatif apa artinya dan apa yang harus pasien lakukan. Dengan begitu, pasien
tidak akan kaget dan marah secara berlebihan ketika hasil pemeriksaan tidak sesuai harapan. Pasien
akan tahu bahwa masih ada harapan dan terdapat tata laksana yang dapat dilakukan untuk penyakit
yang dideritanya.

Teori Komunikasi Dokter-Pasien


Dalam komunikasi dokter-pasien, dibutuhkan aplikasi dari prinsip komunikasi dan konseling.1
Ketika menyampaikan berita buruk, terdapat protokol yang disingkat dengan akronim SPIKES yang
lazim dipakai. Selain SPIKES, terdapat protokol lain dalam menyampaikan berita buruk yaitu BREAKS
dan ABCDE. Di bawah ini, penulis akan menjelaskan mengenai SPIKES, BREAKS, dan ABCDE.
SPIKES adalah setting up the interview (mengatur wawancara), assessing the patients
perception (menilai persepsi pasien), obtaining the patients invitation (mendapatkan undangan
pasien), giving knowledge and information to the patient (memberi pengetahuan dan informasi kepada
pasien), addressing the patients emotions with empathic responses (memberi respons empatik
terhadap emosi pasien), dan strategy and summary (strategi ke depan dan rangkuman).1
Setting up the interview atau mengatur wawancara adalah menyiapkan latar wawancara dengan
sebaik-baiknya. Aturlah agar terdapat privacy dari latar wawancara, libatkan pasangan dari pasien agar
pasien tidak menerima kabar buruk sendirian, duduk, buatlah hubungan dengan pasien (seperti
mempertahankan kontak mata), mengatur waktu dan gangguan yang mungkin ada (seperti
memberitahu suster agar pasien selanjutnya dapat menunggu).1
Assessing the patients perception atau menilai persepsi pasien adalah menanyakan persepsi
pasien mengenai penyakit yang dideritanya, menanyakan apa yang sudah pasien ketahui, apakah
menurut pasien penyakitnya serius atau tidak. Dengan begitu, dokter dapat membenarkan informasi
yang salah dan dapat menyesuaikan cara memberitahu kabar buruk sesuai dengan apa yang pasien
pahami.1
Obtaining the patients invitation atau mendapatkan undangan pasien adalah menanyakan
kepada pasien seperti apa berita buruk itu ingin disampaikan.1
Giving knowledge and information to the patient atau memberi pengetahuan dan informasi
kepada pasien dimulai dengan memberi warning shot. Setelah itu, berikan fakta medis dengan
menyesuaikan tingkat pemahaman pasien, tidak menggunakan jargon medis, tidak terlalu blak-blakan,
dan berikan informasi dengan memotong-motong atau chunking agar pasien dapat mencernanya
secara baik. Jika prognosisnya buruk, jangan menggunakan frasa seperti tidak ada lagi yang bisa kami
lakukan untuk Anda.1
Addressing the patients emotions with empathic responses atau memberi respons empatik
terhadap emosi pasien mencakup empat langkah. Pertama, perhatikan emosi pasien. Kedua, identifikasi
emosi pasien dengan menanyakan apa yang dirasakannya. Ketiga, identifikasi alasan dari emosi pasien.
Keempat, setelah memberikan pasien waktu singkat untuk mengekspresikan perasaannya, refleksi
perasaan dari pasien tersebut.1
Yang terakhir adalah strategy and summary atau strategi ke depan dan rangkuman. Strategi
untuk masa depan penting karena pasien yang memiliki rencana untuk masa depan lebih sedikit merasa
tegang dan tidak yakin. Sebelum mendiskusikan rencana pengobatan, penting untuk menanyakan pasien
apakah pasien sudah siap untuk mendiskusikannya.1
Protokol lain untuk menyampaikan berita buruk adalah BREAKS, yaitu background (latar
belakang), rapport (membangun kedekatan dengan pasien), exploring (mengeksplorasi pengetahuan
pasien), announce (memberi tahu), kindling, dan summarize (merangkum).2
Rabow dan McPhee mengusulkan model lain yang disingkat dengan ABCDE: advance
preparation (persiapan dini), build a therapeutic environment/relationship (membangun hubungan
terapeutik), communicate well (berkomunikasi dengan baik), deal with patient and family reactions
(mengatasi reaksi pasien dan keluarga pasien), dan encourage and validate emotions (mendukung dan
menvalidasi emosi).3
Dalam mengambil keputusan tindakan medis, terdapat teknik komunikasi yang dapat diterapkan.
Teknik komunikasi ini adalah teknik konseling. Teknik konseling yang dapat diterapkan adalah BATHE
dan SOAP(S).47 Di bawah ini, penulis akan memaparkan mengenai BATHE dan SOAP(S).
BATHE adalah background, affect, troubles, handling, dan empathy. Background atau latar
belakang membicarakan mengenai dokter harus mengetahui latar belakang penyakit pasien terlebih
dahulu sebelum melakukan konseling medis. Affect atau afek berarti dokter memahami dan
merefleksikan afek pasien. Troubles berarti dokter menanyakan apa yang menjadi kesulitan untuk
pasien dalam menghadapi penyakitnya. Handling berarti dokter menanyakan bagaimana cara pasien
selama ini mengatasi kesulitannya dalam menghadapi penyakitnya. Empathy berarti dokter melakukan
semuanya dengan penuh empati.4,5
SOAP(S) adalah subjective, objective, assessment, dan plan, dengan jurnal tahun 2009
menambahkan S dari safety. SOAP(S) digunakan untuk mengumpulkan riwayat pasien dan
pemeriksaan fisik pasien. Subjektif berarti mengumpulkan data subjektif seperti melalui anamnesis.
Objektif berarti mengumpulkan data objektif melalui pemeriksaan lab dan penunjang. Assessment atau
penilaian merupakan penegakan diagnosis penyakit pasien. Plan atau rencana adalah merencanakan
tindakan dan tata laksana selanjutnya untuk pasien, sementara safety atau keamanan adalah
memperhatikan aspek keamanan pasien dalam segala situasi.6,7

Daftar Referensi
1. Baile W, Buckman R, Lenzi R, Glober G, Beale E, Kudelka A. SPIKES--a six-step protocol for
delivering bad news: application to the patient with cancer. The Oncologist. 2000;5:3012311.
2. Narayanan V, Bista B, Koshy C. BREAKS protocol for breaking bad news. Indian J Palliat Care.
2010;16(2):615.
3. Monden K, Gentry L, Cox T. Delivering bad news to patients. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2016
Jan;29(1):1012.
4. Searight H. Realistic approaches to counseling in the office setting. Am Fam Physician. 2009
Feb;79(4):27784.
5. Lieberman J, Stuart M. The BATHE method: incorporating counseling and psychotherapy into the
everyday management of patients. Prim Care Companion J Clin Psychiatry. 1999 Apr;1(2):358.
6. Rhoads J, Petersen S. Advanced health assessment and diagnostic reasoning. Jones & Bartlett
Learning; 2016.
7. Weiss P, Lara-Torre E, Murchison A, Spotswood L. Expanding the SOAP note to SOAPS (With S for
Safety): a new era in real-time safety education. 2009 Dec;1(2):3168.

Anda mungkin juga menyukai