Anda di halaman 1dari 34

RANCANGAN AKTUALISASI

NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)


PADA SEKSI STATISTIK PRODUKSI
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PADANG
PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh:
ARMALIA DESIYANTI
NIP : 19901210 201410 2 001

BADAN PUSAT STATISTIK


BEKERJASAMA DENGAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III ANGKATAN XCVI
JAKARTA, TAHUN 2015

i
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS

Nama : Armalia Desiyanti


NIP : 19901210 201410 2 001
Unit Kerja : Seksi Statistik Produksi
BPS Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat

Telah diuji di depan Tim Penguji


Pada Hari Jumat tanggal 19 Juni 2015

Penguji I, Penguji II,

xxxxxxxxx. xxxxxxxxxx.
NIP xxxxxxxxxx NIP xxxxxxxx

Mengetahui,
Kepala Bidang Diklat Prajabatan dan Kepemimpinan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Statistik

Hera Hendra Permana, MA


NIP 19600630 198302 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Rancangan Aktualisasi Nilai-
nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil pada Seksi Statistik Produksi BPS Kota
Padang.

Penulis memberikan apresiasi dan menucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heru Margono, M.Sc selaku Kepala Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) Badan Pusat Statistik.
2. Ibu Ir. Sri Sayekti, M.Sc selaku pembimbing (coach) yang bersedia
memberikan bimbingan dalam penulisan rancangan aktualisasi ini.
3. Ibu Istiqomah, S.ST selaku Kepala Seksi Statistik Produksi Kota Padang
sekaligus sebagai mentor atas bimbingan dalam penulisan rancangan
aktualisasi ini .
4. Bapak selaku penguji yang juga merupakan Kepala Bagian Tata Usaha
Pusdiklat Badan Pusat Statistik atas kritik dan saran yang membangun.
5. Orang tua dan adik-adik yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi.
6. Muhamad Kanzu Satrio atas semangat dan dukungan yang senantiasa
diberikan.
7. Teman-teman dan sahabat Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan XCV,
XCVI, dan XCVII atas suasana kekeluargaan, saran, kritik dan masukan ilmu.

Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, penulis sadar masih banyak
kekurangan dalam penulisan rancangan aktualisasi ini. Oleh karena itu dengan
terbuka, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan dari rancangan aktualisasi ini.

Jakarta, 16 Juni 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR. i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR.. iv

DAFTAR LAMPIRAN v

BAB I. PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Aktualisasi.. 2
C. Ruang Lingkup.. 2

BAB II. RANCANGAN AKTUALISASI.. 3


A. Deskripsi Organisasi. 3
B. Nilai-nilai Dasar Profesi PNS.. 6
C. Rencana Kegiatan 13

BAB III. RENCANA AKSI...... 18


A. Jadwal Aktualisasi 18
B. Kendala dan Rencana Antisipasi.. 19
C. Jadwal Konsultasi 20

DAFTAR PUSTAKA...... 21

ii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Rancangan Aktualisasi Kegiatan 18

Tabel 3.2. Jadwal Rencana Konsultasi.. 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BPS Kota Padang ........... 6

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan Aktualisasi. 22

Lampiran 2. Keterkaitan Nilai Dasar dengan Kegiatan. 28

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka merealisasikan program reformasi birokrasi, dilakukan
pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan, salah satunya adalah kualitas SDM Pegawai Negeri Sipil (PNS).
PNS memiliki peranan yang penting dalam menentukan pengelolaan sumber
daya pembangunan melalui pelayanan publik. Oleh karena itu, sebelum
memasuki dunia kerja Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diwajibkan untuk
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan untuk membentuk PNS
yang berkarakter kuat yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak
profesional dalam melayani masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan lembaga non-kementrian yang
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan
perundang-undangan. Jenis kegiatan statistik yang dimaksudkan dalam UU
No.16 Tahun 1997 Tentang Statistik terdiri dari statistik dasar, statistik sektoral,
dan statistik khusus. Untuk menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut, BPS
mempekerjakan kurang lebih 16.000 PNS di seluruh Indonesia yang disebar ke
kantor-kantor BPS di level pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Seksi Statistik Produksi merupakan salah satu satuan kerja di lingkup
kabupaten/kota. Sebagai CPNS yang sudah ditempatkan sebagai salah satu staf
di Seksi Statistik Produksi BPS Kota Padang, tugas dan fungsi sesuai dengan
KEPKA BPS Nomor 3 Tahun 2002 diantaranya adalah melakukan penyiapan
dokumen dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pengumpulan statistik
produksi yang mencakup kegiatan statistik pertanian, industri pertambangan,
energi, konstruksi serta kegiatan statistik produksi lainnya yang ditentukan;
melakukan penerimaan dan pemeriksaan dokumen hasil pengumpulan data
statistik produksi; melakukan pengolahan data statistik produksi sesuai dengan
sistem dan program yang ditetapkan, dan melakukan tugas lain yang diberikan
oleh atasan langsung. Output yang dihasilkan pada seksi ini adalah publikasi
dan hasil pengolahan data pertanian, industri, konstruksi, pertambangan serta
perkebunan.

1
Pegawai BPS sebagai PNS yang profesional dituntut untuk memiliki nilai
dasar sebagai seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan
profesinya. Nilai-nilai dasar profesi PNS menurut Lembaga Administrasi Negara
(LAN) yang mempunyai kewenangan melakukan pengkajian, pendidikan dan
pelatihan ASN adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi (ANEKA). Masing-masing nilai dasar tersebut memiliki
indikator-indikator yang sangat penting untuk diimplementasikan dalam kegiatan
di unit kerja BPS.
Pembelajaran mengenai nilai-nilai dasar ANEKA telah didapatkan pada
tahap internalisasi nilai-nilai dasar profesi PNS pada saat Prajabatan Golongan
III di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BPS di Lenteng Agung, Jakarta
Selatan. Namun, keberhasilan tahap internalisasi tidak hanya diukur dari
pemahaman kelima nilai dasar tersebut, tetapi juga perlu diukur melalui
implementasi dalam tahap aktualisasi di unit kerja masing-masing. Di kemudian
hari, implementasi kelima nilai dasar tersebut dalam pekerjaan sehari-hari
diharapkan mampu mewujudkan visi BPS sebagai pelopor data statistik
terpercaya untuk semua.

B. Tujuan Aktualisasi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan tujuan yang
ingin dicapai dari kegiatan aktualisasi ini antara lain:
1. Mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi PNS ke dalam kegiatan-
kegiatan PNS.
2. Menganalisis dampak akibat dari tidak terimplementasikan nilai-nilai
dasar profesi PNS.

C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup atau batasan dalam pelaksanaan aktualisasi ini
adalah :
1. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu kegiatan-kegiatan sebagaimana
terdapat pada rancangan aktualisasi yang telah dibuat.
2. Waktu aktualisasi yaitu antara tanggal 22 Juni sampai dengan 2 Juli 2015.
3. Tempat dilaksanakannya aktualisasi adalah Badan Pusat Statistik Kota
Padang, Provinsi Sumatera Barat pada Seksi Statistik Produksi.

2
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Organisasi
Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya,
BPS merupakan Biro Pusat Statistik yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai pengganti kedua
undang-undang tersebut, ditetapkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997
tentang Statistik. Berdasarkan Undang-Undang ini yang ditindaklanjuti dengan
peraturan perundangan di bawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik
diganti menjadi Badang Pusat Statistik.
Dengan berlakunya UU Nomor 16 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 51 tahun 1999 maka BPS selaku lembaga pemerintah memiliki
kewenangan untuk melakukan kegiatan statistik. Kewenangan tersebut
mencakup penyelenggaraan kegiatan sensus dan survei untuk menghasilkan
data dan informasi statistik bagi pemerintah, pihak swasta, serta masyarakat
umum.
Sebagai sebuah organisasi maka BPS memiliki visi dan misi yang menjadi
landasan nilai dan tujuan utama. Visi dan misi BPS terdapat pada Peraturan
Kepala Badan Pusat Statistik (Perka BPS) Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Tahun 2015-2019. Adapun visi BPS
yaitu Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua. Sementara untuk
mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan misi, yaitu : (1) menyediakan data
statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang terintegrasi, berstandar
nasional dan internasional; (2) memperkuat Sistem Statistik Nasional yang
berkesinambungan melalui pembinaan dan koordinasi di bidang statistik; (3)
membangun insan statistik yang profesional, berintegritas, dan amanah untuk
kemajuan perstatistikan.
Untuk menunjang kegiatan statistik nasional, maka BPS mendelegasikan
penyelenggaraan statistik ke tingkat daerah melalui kantor BPS Provinsi dan
BPS Kabupaten/Kota dimana akan terbagi ke dalam beberapa bidang (BPS
Provinsi) dan seksi (BPS Kabupaten/Kota). Dasar hukum mengenai uraian tugas

3
tersebut terdapat pada Keputusan Kepala BPS (Kepka BPS) nomor 3 tahun
2002.
Proses aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS dilakukan di unit kerja pada
perwakilan BPS di daerah. Sesuai dengan ruang lingkup, maka aktualisasi akan
di lakukan di BPS Kota Padang. Adapun sub unit kerja sebagai tempat
aktualisasi yaitu Seksi Statistik Produksi BPS Kota Padang. Berdasarkan
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (Kepka BPS) Nomor 003 Tahun 2002
pasal 43, uraian tugas Seksi Statistik Produksi meliputi :
a. Menyusun program kerja tahunan Seksi Statistik Produksi;
b. Melakukan penyiapan dokumen dan bahan yang di perlukan untuk
kegiatan pengumpulan statistik produksi yang mencakup kegiatan
statistik pertanian, industri pertambangan, energi, konstruksi, serta
kegiatan statistik produuksi lainnya yang di tentukan;
c. Mengikuti program pelatihan yang di selenggarakan dalam rangka kegiatan
statistik produksi;
d. Membantu Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam menyiapkan program
pelatihan petugas lapangan;
e. Melakukan pembagian dokumen dan peralatan yang di perlukan untuk
pelaksanaan lapangan kegiatan statistik produksi;
f. Melakukan pembinaan, pengamatan lanjut, dan pengawasan lapangan
terhadap pelaksanaan kegiatan statistik produksi;
g. Melakukan penerimaan dan pemeriksaan dokumen hasil pengumpulan
data statistik produksi;
h. Melakukan pengolahan data statistik produksi sesuai dengan sistem
dan program yang di tetapkan, bekerja sama dengan satuan organisasi
terkait;
i. Melakukan penyiapan dokumen dan/atau hasil pengolahan statistik
produksi yang akan dikirim ke BPS dan/atau BPS Provinsi sesuai dengan
jadwal yang di tetapkan;
j. Melakukan evaluasi hasil kegiatan statistik produksi sebagai bahan
masukan untuk penyempurnaan selanjutnya;

4
k. Membantu Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
pembinaan petugas lapangan dalam rangka pengumpulan data statistik
produksi di Kabupaten/Kota dan di Kecamatan;
l. Membantu Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam koordinasi dan kerja sama
pelaksanaan kegiatan statistik produksi baik dengan Pemerintah Daerah
maupun instansi lain;
m. Melakukan penyiapan naskah publikasi statistik produksi dan
menyampaikan ke satuan organisasi terkait untuk pelaksanaan pencetakan
dan penyebarannya;
n. Membantu Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan
penyusunan publikasi statistik produksi dalam bentuk buku publikasi;
o. Membantu Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan
dan pengembangan statistik produksi;
p. Membantu Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
pengendalian pelaksanaan kegiatan statistik produksi;
q. Membantu Kepala BPS Kabupaten/Kota dalam koordinasi lapangan dengan
pihak kecamatan, koordinator kecamatan, dan instansi terkait dalam
pelaksanan kegiatan statistik produksi;
r. Melakukan penyiapan bahan laporan akuntabilitas Seksi
Statistik Produksi;
s. Melakukan penghimpunan tata cara dan hasil kegiatan yang di lakukan di
lingkungan seksi statistik produksi;
t. Menyusun laporan kegiatan seksi statistik produksi secara berkala dan
sewaktu-waktu; dan
u. Melakukan tugas lain yang di berikan oleh atasan langsung.

Struktur Organisasi
Dalam menjalankan visi dan misi yang ada, BPS membutuhkan struktur
organisasi yang jelas. BPS Kota Padang memiliki 1 subbagian tata usaha dan 5
Seksi, antara lain: (1) seksi statistik sosial; (2) seksi statistik produksi; (3) seksi
statistik distribusi; (4) seksi neraca wilayah dan analisis statistik (Nerwilis), dan
(5) seksi integrasi pengolahan dan diseminasi statistik (IPDS). Gambar 2.1. di
bawah ini menunjukan struktur organisasi BPS Kota Padang.

5
Kepala BPS
Kota Padang

Sub Bagian Tata


Usaha

Seksi Statistik Seksi Statistik Seksi Statistik


Seksi Nerwilis Seksi IPDS
Sosial Produksi Distribusi

Tenaga
Staf Seksi Fungsional/
Stat. Produksi
KSK

Gambar 2.1 Struktur Organisasi BPS Kota Padang

B. Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS

Sebagai sebuah profesi, setiap PNS harus memiliki dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai dasar. Mentalitas PNS harus dibangun berdasarkan nilai-nilai
dasar profesi PNS. Nilai-nilai dasar tersebut dibutuhkan untuk mewujudkan
pribadi setiap PNS yang memiliki kualifikasi baik, berkompeten dan amanah
dalam mengemban mandat rakyat. Adapun nilai-nilai dasar tersebut meliputi:
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas di sini merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya (Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia, 2014). Dengan adanya akuntabilitas
maka suatu organisasi akan terkontrol secara demokratis, tidak terjadi
penyalahgunaan kekuasaan, dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
suatu kinerja. Akuntabilitas menjadi penting karena memiliki tiga fungsi utama,
yaitu :
Untuk menyediakan kontrol demokratis;
Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);

6
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Indikator-indikator dari nilai dasar akuntabilitas adalah sebagai berikut:


a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah bilamana
pimpinan memainkan peranan. Pimpinan mempromosikan lingkungan
yang akuntabel, dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada
orang lain seperti berkomitmen tinggi dalam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen
pula.
b. Integritas
Integritas merupakan keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh
sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran. Integritas mewajibkan untuk menjunjung
tinggi norma-norma dan hukum yang berlaku. Oleh karena itu integritas
juga diartikan sebagai suatu keadaan yang selaras antara pikiran
dengan apa yang dikerjakan. Dengan adanya integritas, institusi dapat
memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan atau
stakeholders.
c. Tanggung jawab (Responsibilitas)
Tanggung jawab atau responsibilitas merupakan suatu indikator
akuntabilitas, dimana baik institusi maupun perseorangan diberikan
suatu kewajiban bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap keputusan
atau kebijakan telah dibuat.
d. Kejelasan
Kejelasan merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian, esensi dari kejelasan yaitu
pengetahuan akan suatu kewenangan, peran, dan tanggung jawab,
misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan individu maupun organisasi.

7
e. Konsistensi
Dalam menjalankan suatu kegiatan, diperlukan keselarasan antara
perencanaan dan penerapan untuk menjamin keadaan yang stabil.
Setiap kebijakan, prosedur, sumber daya yang diterapkan akan
memiliki konsekuensi terhadap lingkungan yang ingin dicapai.
Diperlukan komitmen dan kredibilitas setiap individu agar tercipta
lingkungan kerja yang akuntabel.
f. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Sumber daya negara merupakan segala bentuk fasilitas penunjang
yang digunakan untuk kepentingan organisasi/pekerjaan. Untuk
kelancaran aktivitas pekerjaan, hampir semua instansi pemerintah
dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas ini disebut sebagai
fasilitas publik yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi
dalam melayani publik. Setiap PNS dalam menggunakan fasilitas
publik yang merupakan sumber daya milik negara ini harus
memastikan bahwa penggunaannya diatur sesuai dengan prosedur
yang berlaku, dilakukan secara bertanggung jawab dan efisien serta
pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggung jawab.
g. Transparansi dan akses informasi
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah. Tujuan dari transparansi adalah
mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerja sama antara
kelompok internal dan eksternal, memberikan perlindungan terhadap
pengaruh yang tidak seharusnya, meningkatkan akuntabilitas dalam
mengambil keputusan dan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan
kepada pimpinan secara keseluruhan. Sementara itu keterbukaan
informasi memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi
yang bersandar pada beberapa prinsip, diantaranya adalah :
Maximum Acces Limited Exception (MALE)
Permintaan tidak perlu disertai alasan
Mekanisme yang sederhana, murah dan cepat
Informasi harus utuh dan benar
Informasi proaktif

8
Perlindungan pejabat yang beritikad baik
h. Laporan
Laporan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang sebagai bentuk akuntabilitas dalam menjalankan
suatu program dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai.
Laporan ini perlu disampaikan secara benar, lengkap dan mudah
dipahami melalui dokumentasi menyeluruh.
Laporan (laporan kinerja) merupakan perwujudan dari akuntabilitas.
Pemberian laporan diharapkan atau disyaratkan mampu menjelaskan
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu atau lembaga serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.

2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti luas merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara dan sekaligus menghormati bangsa
lain (LAN-RI, 2014). Secara politis nasionalisme memiliki makna sebuah
manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita atau tujuan dan
pendorong bagi suatu bangsa untuk melawan penjajahan, meraih kemerdekaan,
dan membangun dirinya sendiri, masyarakat, serta negara. rasa nasionalisme
memunculkan kebanggaan atas apa yang kita miliki, dari negara kita. Namun,
kebanggaan tersebut tidaklah berlebihan sehingga menimbulkan nasionalisme
yang berlebihan (chauvinism).
Untuk membangun nasionalisme, maka pegawai ASN harus mampu
memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai pada pancasila, semangat
nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan
tugasnya. Aktualisasi sila demi sila dalam pancasila menjadi kunci pokok untuk
menumbuhkan nilai dasar nasionalisme.
Indikator-indikator yang mencerminkan nasionalisme dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Takwa
Takwa adalah sikap seseorang terhadap Tuhannya. Takwa diartikan
sebagai suatu kesadaran yang mampu menjalankan perintah Tuhan
Yang Maha Esa dan menjauhi segala larangan-Nya. Ciri-ciri seseorang
9
yang mengimplementasikan indikator takwa adalah senantiasa
mengucapkan doa setiap memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan,
bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan Tuhan, mengerjakan setiap
perintah agama dan menjauhi larangan-Nya, menyesal setiap
melakukan kesalahan.
b. Cinta tanah air
Cinta tanah air berarti memiliki rasa kecintaan yang kuat dan tulus
terhadap bangsa serta seluruh tumpah darah Indonesia. PNS yang cinta
tanah air berarti PNS yang mampu menjaga kehormatan bangsa,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sehingga terwujud kehidupan
masyarakat yang rukun dan damai.
c. Demokratis
Demokratis merupakan suatu keadaan dimana setiap individu memiliki
kebebasan dan hak untuk mengungkapkan pendapatnya. Dalam
keadaan yang demokratis, setiap individu juga mampu menghormati
pendapat orang lain, dan menghargai perbedaan pendapat dengan
orang lain serta adanya sikap toleransi dalam bermusyawarah/diskusi.
d. Orientasi pada Keunggulan
Orientasi pada keunggulan merupakan sikap seseorang yang ditandai
dengan kegemaran akan membaca dan menulis, senantiasa belajar
dengan sungguh-sungguh, serta selalu mengerjakan suatu pekerjaan
dengan sebaik mungkin.
e. Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan
memberikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain, kelompok kerja,
atau lingkungan meskipun menimbulkan kehilangan bagi diri sendiri dan
bahkan mengakibatkan penderitaan. Hakikat dari rela berkorban yaitu
perwujudan rasa kemanusiaan yang saling membantu.
f. Kerja keras.
Kerja keras berarti pantang menyerah, gigih, dan selalu mencurahkan
segala daya serta upaya yang optimal dalam melakukan sesuatu untuk
mendapatkan pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya.

10
3. Etika Publik
Konsep etika sering dihubungkan dengan moral. Ricocur (1990) dalam
LAN-RI (2014) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama
dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil. Dengan demikian, etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/norma yang menentukan baik atau buruk, benar atau salah
prilaku, tindakan dan keputusan Di dalam UU nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) Pasal 4 disebutkan mengenai nilai-nilai dasar
menyangkut etika publik, antara lain:
a. Memegang teguh ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memilliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tangggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesataraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
Secara umum dari sejumlah nilai-nilai dasar yang ada pada etika publik
yang begitu banyak, dapat dibentuk beberapa indikator yang lebih spesifik pada
nilai-nilai dasar profesi etika publik, yaitu:

11
a. Profesional
Mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian atau kompetensi yang
dimiliki. Dalam hal ini dapat berarti bahwa pekerjaan yang dilakukan selalu
sesuai dengan tanggung jawab. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan
kemampuan kita, maka sebaiknya ditanyakan atau didiskusikan kepada
orang yang lebih tahu. Seringkali dalam pekerjaan seseorang dituntut untuk
mampu menyelesaikan semua meskipun ada hal-hal yang tidak dikuasai.
Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan wujud dari
profesionalitas seseorang.
b. Teliti
Teliti adalah mengerjakan sesuatu dengan penuh kehati-hatian sehingga
akan meminimalisasi kesalahan. Ketelitian dalam mengerjakan segala hal
mutlak diperlukan. Dengan adanya ketelitian, maka pekerjaan yang
dilakukan akan memberikan hasil yang optimal, lebih baik dan bermanfaat
bagi pengguna data.
c. Cermat
Cermat berarti melakukan pekerjaan dengan mampu melihat apa yang
seharusnya dilakukan sehingga pekerjaan dapat terselesaikan serta
terhindar dari suatu kesalahan. Seorang PNS dituntut untuk bertindak
cermat yaitu mampu memandang potensi permasalahan kerja yang
berkaitan dengan pelayanan publik serta menemukan pemecahan yang
sesuai.
d. Akurat
Akurat adalah mengerjakan sesuatu dengan tepat dan benar sehingga hasil
pekerjaan sesuai dengan keinginan atau tujuan awal. Keakuratan ini sangat
penting dalam pekerjaan karena menyangkut masalah ketepatan suatu
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
e. Sopan santun
Sopan santun merupakan sikap perilaku yang berbudi pekerti baik dan
menjunjung tinggi tata krama dari setiap tingkah lakunya itu. Dalam
memberikan pelayanan publik yang prima, seorang PNS harus memiliki
sopan santun sehingga akan dihargai dan disenangi oleh masyarakat.
f. Komunikasi

12
Komunikasi yang baik merupakan sikap yang menerima dan menghargai
adanya komunikasi dan konsultasi yang efektif. Adanya kesinambungan
dalam komunikasi dipandang sangat penting dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan.
g. Taat Prosedur (Hukum)
Untuk membangun profesionalisme seorang ASN dan menuju birokrasi yang
bersih dan berwibawa, selain diperlukan pendekatan hukum juga dibutuhkan
pendekatan etis yang dituangkan dalam suatu kode etik yang dilegalkan
dalam suatu legislasi dari pihak berwenang. Artinya, tindakan seorang ASN
harus taat hukum sekaligus bertindak patut atau pantas karena pejabat
publik dituntut untuk menegakkan kewibawaan pemerintah/birokrasi.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu berasal dari dua kata, yaitu komitmen dan mutu. Komitmen
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perjanjian (keterikatan)
untuk melakukan sesuatu.
Goetsch dan Davis (2006) dalam LAN-RI (2014) mendefinisikan mutu
sebagai suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, jasa, manusia,
proses, lingkungan yang sesuai bahkan melebihi harapan konsumen atau
pengguna. Secara umum, mutu merupakan ukuran baik atau buruk yang
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/jasa.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Oleh karena itu
setiap insan ASN harus mampu menjadi pelayan publik yang handal dan
profesional, menjadi pendengar yang baik atas berbagai keluhan dan
pengaduan masyarakat, sekaligus mampu menindaklanjutinya dengan memberi
solusi yang tepat.
Terdapat beberapa indikator nilai dasar komitmen mutu. Indikator-indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Efektivitas
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010) mendefinisikan efektivitas
organisasi sebagai sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan atau berhasil mencapai apapun yang dikerjakannya. Secara
umum, efektivitas adalah kondisi dimana tercapainya target atau tujuan dari

13
suatu kegiatan atau pekerjaan yang telah direncanakan secara efektif baik
dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga dapat memberi kepuasan.
b. Efisiensi
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010) mendefinisikan efisiensi
sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi. Efisiensi suatu organisasi ditentukan oleh seberapa banyak
bahan baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan
jumlah output tertentu. Secara umum, efisiensi dapat diartikan sebagai
penggunaan sumber daya yang tepat dalam melakukan suatu kegiatan
atau pekerjaan tanpa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan biaya.
c. Berorientasi pada Mutu
Orientasi mutu berhubungan dengan bagaimana dalam proses maupun
hasil dari suatu pekerjaan senantiasa untuk menjaga mutu/kualitas.
Orientasi mutu juga erat kaitannya dengan pelayanan yang
berkualitas/pelayanan prima. Pelayanan prima adalah pelayanan yang
diberikan kepada pengguna produk/jasa sesuai dengan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan, bukan memberikan apa yang kita pikir dibutuhkan
oleh mereka.
d. Kreativitas
Kreativitas dalam pelayanan merupakan aktualisasi hasil berpikir kreatif.
Leonard dan Swap dalam Ahmad Fuadl Afdhal (2003) menyatakan bahwa
kreativitas adalah proses mengembangkan dan mengekspresikan gagasan
yang diperkirakan bermanfaat. Suryana dalam LAN-RI (2014)
mendefinisikan kreativitas berpikir adalah proses menghasilkan ide,
gagasan, imajinasi, dan khayalan-khayalan. Hasil dari kreativitas berpikir
tersebut ditransformasi ke dalam bentuk inovasi untuk menciptakan nilai
tambah. Di sini terlihat hubungan yang jelas antara kreativitas dan juga
lahirnya inovasi.
e. Inovasi
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010) menyatakan bahwa inovasi
barang dan jasa adalah cara utama dimana suatu organisasi beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan.
Secara umum, inovasi adalah penemuan sesuatu yang baru atau
mengandung kebaruan.

14
Suryana dalam LAN-RI (2014) menyebutkan bahwa terdapat empat cara
berinovasi, yaitu:
1. Dengan cara penemuan, yaitu dengan mengkreasikan suatu produk,
jasa, atau proses yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
2. Dengan cara pengembangan, yaitu dengan cara mengembangkan
produk, jasa, atau proses yang sudah ada
3. Dengan cara duplkasi, yaitu dengan cara menirukan produk, jasa atau
proses yang sudah ada. Duplikasi di sini bukan semata-mata meniru,
melainkan menambah seutuhnya secara kreatif untuk memperbaiki
konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.
4. Dengan cara sintesis, yaitu dengan cara perpaduan konsep dan faktor-
faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru. Proses ini meliputi
pengambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan atau
dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan
cara baru.
f. Teliti
Salah satu indikator dalam menjamin terjaganya komitmen akan mutu
adalah ketelitian. Ketelitian diperlukan dalam suatu organisasi agar setiap
pekerjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya.

5. Anti Korupsi
Anti korupsi berasal dari dua kata, yaitu anti dan korupsi. Anti menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bentuk terikat melawan,
menentang, atau memusuhi. Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio dan
Corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Sementara itu dalam
bahasa Yunani Corruptio berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang,
dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-
norma agama, material, mental dan umum. Di Indonesia, berdasarkan UU
Nomor 31 tahun 1999 Jo UU Nomor 20 Tahun 2001, korupsi dianggap sebagai
suatu tindakan pidana sehingga disebut tindak pidana korupsi. Dari pengertian-
pengertian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa anti korupsi adalah
sikap melawan, menentang, atau memusuhi perbuatan curang yang
menyimpang dari kesucian dan melanggar norma-norma agama, material, dan
umum.

15
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) denga para pakar telah melakukan
identifikasi indikator-indikator dari nilai dasar anti korupsi dan dihasilkan
sebanyak sembilan indikator sebagai berikut :
a. Jujur
Jujur merupakan landasan utama anti korupsi. Jujur berarti memiliki sifat
dan sikap lurus hati, tidak curang, mengikuti peraturan yang berlaku dan
melaksanakan semua pekerjaan dengan tidak menyimpang dari prinsip
moralitas.
b. Peduli
Peduli merupakan perasaan terhadap sesuatu yang terjadi pada
masyarakat. Dengan kepedulian maka dapat mencegah terjadinya korupsi,
karena memiliki kesadaran bahwa korupsi merampas hak orang lain.
c. Mandiri
Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang
lain, percaya diri dan mampu mengaturnya.
d. Disiplin
Disiplin merupakan suatu sikap patuh terhadap setiap peraturan yang
berlaku. Selain itu, disiplin juga merupakan kepatuhan pada etika
sosial/masyarakat setempat, sikap menolak setiap ajakan untuk melanggar
hukum, dapat mengendalikan diri terhadap perbuatan tercela,
menyelesaikan tugas tepat waktu, dan meletakkan sesuatu pada
tempatnya.
e. Tanggung jawab
Tanggung jawab pada nilai dasar anti korupsi yaitu keadaan siap
menanggung segala sesuatu yang menjadi bebannya, baik berupa
konsekuensi baik ataupun buruk dari suatu kewenangan yang ia miliki.
f. Kerja keras
Kerja keras berarti kemampuan yang didorong oleh tekad, semangat,
keberanian, dan kekuatan untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau
tanggung jawabnya dengan baik, maksimal, dan tanpa mengeluh.
g. Sederhana
Sederhana adalah perilaku bersahaja, tidak berlebihan, dan merasa cukup
terhadap apa yang dimiliki dan diusahakannya.

16
h. Berani
Berani adalah keadaan hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar
dalam menghadapi bahaya, kesulitan dan rintangan. Keberanian
diperlukan untuk mencegah korupsi. Berani untuk menolak korupsi, berani
untuk tidak menoleransi korupsi, dan berani untuk melaporkan segala
tindakan yang berkaitan dengan korupsi.
i. Adil
Adil pada nilai anti korupsi berarti bersikap untuk memenuhi hak sesuai
dengan kemampuan, kondisi, dan tempatnya. Dengan adil maka
seseorang akan paham mengenai buruknya mengambil hak orang lain.

C. Rencana Kegiatan
Pada masa aktualisasi terdapat 8 kegiatan yang akan dilakukan. Setiap
kegiatan mempunyai tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Di bawah ini
merupakan uraian tahapan dari setiap kegiatan.
1. Melakukan entri dokumen Pemutakhiran Survei Ubinan Subround II
Tahun 2015
Kegiatan Survei Ubinan dilakukan untuk memperoleh data hasil/hektar
(produktivitas) tanaman pangan yang diperlukan dalam perhitungan angka
produksi tanaman pangan. Periode pengumpulan data produktivitas
dilakukan setiap subround (caturwulan/empat bulanan) dengan petugas
lapangan adalah KSK dan KCD. Pengumpulan data produktivitas
dilaksanakan pada waktu petani panen dengan pengukuran langsung di
lapangan pada plot ubinan berukuran 2,5 x 2,5 m. Data tanaman pangan
yang dikumpulkan mencakup padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi
kayu, dan ubi jalar.
Kegiatan pemutakhiran merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum
telah dilakukan pengumpulan data dan pemeriksaan dokumen.
Pemutakhiran atau pendaftaran rumah tangga bertujuan membentuk
kerangka sampel untuk pemilihan petak pertanaman padi/palawija yang
akan diukur produktivitasnya. Di dalam pendaftaran rumah tangga
dikumpulkan data tentang pertanaman padi/palawija yang akan dipanen
pada subround pengamatan.

17
Adapun proses yang akan dilakukan dalam pemasukan data ke media
computer (entri) dokumen pemutakhiran Survei Ubinan Subround 2 tahun
2015 ini adalah:
a. Menerima dokumen pemutakhiran survei ubinan dari Kepala Seksi
Statistik Produksi dan memastikan dokumen yang akan dientri telah
terkumpul
b. Mempelajari buku pedoman mengenai tata cara pemeriksaan
c. Memeriksa terlebih dahulu kelengkapan, kebenaran dan kewajaran
isian dokumen
d. Jika terdapat ketidakjelasan isian maka perlu ditanyakan kepada
pencacah yang melakukan pencacahan ini.
e. Mempersiapkan Komputer/PC yang akan digunakan dalam proses
pengentrian dokumen
f. Memastikan program entri pemutakhiran rumah tangga subround 2
(Pemutakhiran SUB-DS) telah terinstall pada komputer.
g. Melakukan entri dokumen ke program pemutakhiran
h. Memastikan semua entrian berstatus telah berstatus clean dengan
melakukan validasi.
i. Memperbaiki kembali hasil entrian yang masih error
j. Menyimpan dokumen yang telah dientri pada map yang telah
ditentukan.
g. Melaporkan kepada kepala seksi bahwa pekerjaan telah selesai
dilaksanakan.

2. Membuat infografis untuk publikasi website dengan tema tanaman


pangan padi palawija
Grafis informasi atau infografis adalah representasi visual informasi, data
atau ilmu pengetahuan secara grafis. Grafis ini memperlihatkan informasi
rumit dengan singkat dan jelas, seperti pada papan, peta, jurnalisme,
penulisan teknis, dan pendidikan. Melalui grafis informasi, ilmuwan
komputer, matematikawan dan statistikawan mampu mengembangkan
dan mengomunikasikan konsep menggunakan satu simbol untuk
memroses informasi. Infografis tanaman pangan padi dan palawija
bertujuan untuk menggambarkan mengenai kondisi data tanaman pangan

18
padi dan palawija seperti luas tanam, produktivitas, luas lahan yang tidak
ditanami dll, yang berasal dari data Survei Tanaman Pangan. Adapun
proses dalam melakukan kegiatan ini adalah :
a. Mengumpulkan data yang dibutuhkan.
b. Membuat rancangan layout infografis.
c. Melakukan pengolahan data.
d. Memasukkan hasil olahan data pada layout infografis.
e. Menampilkan infografis pada website BPS Kota Padang
f. Melaporkan keapda atasan bahwa publikasi telah ditampilkan di
website kantor.

3. Melakukan pemeriksaan dokumen hasil listing Survei IMK Tahunan


2015
Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) Tahunan merupakan survei yang
dilakukan secara sampel terhadap perusahaan industri mikro (memiliki
tenaga kerja 1-4 orang) dan perusahaan industri kecil (memiliki tenaga
kerja 5-19 orang). Dari survei IMK Tahunan diperoleh jumlah perusahaan,
tenaga kerja, struktur input, output dan karakteristik lainnya untuk Industri
Mikro dan Kecil yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan
sektor tersebut setiap tahun. Mengetahui profil Industri Mikro dan Kecil
(IMK) daerah potensi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. Fokus pada kegiatan ini
adalah pemeriksaan dokumen hasil listing Survei IMK tahunan.
Adapun proses pada kegiatan ini adalah :
a. Menerima dokumen/kuesioner dari pencacah dan memohon
penjelasan singkat mengenai teknis pelaksanaan dan beban kerja dari
kepala seksi statistik produksi
b. Membaca buku pedoman pemeriksaan Survei Industri Kecil Mikro
(IMK) Tahunan
c. Memastikan jumlah dokumen yang diterima dari pencacah sudah
lengkap sesuai dengan beban kerja yang diberikan oleh kepala seksi
statistik produksi.
d. Memeriksa kelengkapan, kebenaran dan kewajaran isian dokumen
hasil listing.

19
f. Jika ada informasi pada dokumen/kuesioner yang kurang lengkap atau
kurang jelas, maka akan dikonfirmasikan kembali kepada pencacah
mengenai isian dokumen tersebut.
g. Menyusun kembali kuesioner beserta kelengkapannya.
h. Menyerahkan kuesioner dan melaporkan kepada kepala seksi bahwa
pekerjaan telah selesai dilaksanakan

4. Melakukan pengambilan sampel Survei Industri Mikro dan Kecil (IMK)


Tahunan 2015
Pengambilan sampel Survei IMK tahunan bertujuan mengambil sampel
untuk dilakukan pencacahan pada sampel terpilih berdasarkan hasil listing
yang telah dilakukan. Pengalokasian target pencacahan untuk Industri
Mikro dan Kecil (IMK) dilakukan berdasarkan hasil listing. Khusus untuk
industri kecil, seluruh usaha dalam tiap blok sensus terpilih dilakukan
pencacahan lengkap (take all) kecuali jika jumlahnya melebihi target
sampel. Sedangkan industri mikro dilakukan pencacahan hanya pada
usaha terpilih.
Alokasi sampel usaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) dilakukan oleh BPS
Provinsi berdasarkan rekapitulasi jumlah IMK hasil listing per
kabupaten/kota. Alokasi industri mikro (IM) per kabupaten/kota dilakukan
setelah sebelumnya mengurangi target sampel IMK provinsi dengan
jumlah industri kecil (IK) untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Alokasi industri mikro (IM) dilakukan secara square root proportional
terhadap jumlah square root IM di masing-masing kabupaten/kota. Hasil
alokasi IM per kabupaten/kota dikembalikan ke masing-masing
kabupaten/kota, untuk selanjutnya dilakukan alokasi menurut KBLI.
Adapun langkah langkah kegiatan ini adalah :
a. Melapor kepada Kepala Seksi Statistik Produksi bahwa pengambilan
sampel survei IMK Tahunan akan dilakukan
b. Menerima alokasi sampel Industri Mikro dan Kecil (IMK) dari provinsi
dan meminta penjelasan dari Kepala Seksi Statistik Produksi mengenai
pengambilan sampel tersebut.
c. Membaca buku pedoman pengambilan sampel Survei IMK Tahunan

20
d. Menyiapkan dokumen pendaftaran Perusahaan/Usaha Industri Mikro
dan Kecil
e. Melakukan penarikan sampel (R1, R2,..Rn) untuk masing masing
kabupaten dengan menggunakan metode sistematik linear, dengan
berdasarkan klasifikasi KBLI 2 digit
d. Menyalin jumlah perusahaan hasil penarikan sampel ke dokumen
Rekapitulasi Blok Sensus Perusahaan/Usaha Industri Mikro dan Kecil
VIMK15-RB2
f. Melaporkan kepada Kepala Seksi Produksi bahwa penarikan sampel
telah dilaksanakan
g. Mengembalikan hasil daftar sampel yang tertulis pada dokumen
VIMK15-RB2 kepada petugas pencacah untuk dilakukan pencacahan.

5. Melakukan pengawasan pencacahan Survei Konstruksi Perorangan


Survei konstruksi perorangan bertujuan untuk mengetahui profil usaha,
yang terdiri dari; mengetahui profil, keberadaan, penyebaran, aktivitas,
dan karakteristik kegiatan usaha konstruksi perorangan yang menyebar
pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kegiatan monitoring
ini dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas data yang didapat dengan
memberikan kontrol atau pengawasan terhadap jalannya pencacahan.
Adapun proses-proses pelaksanaan monitoring atau pengawasan yaitu:
a. Mengkomunikasikan dengan Kepala Seksi Statistik Produksi mengenai
jumlah petugas dan alokasi wilayah kerja yang akan dilakukan
pengawasan
b. Menerima surat tugas pengawasan dan memohon ijin kepada Kepala
Seksi Statistik Produksi untuk melaksanakan pengawasan.
c. Memeriksa kelengkapan dokumen pengawasan.
d. Mengkomunikasikan dan membuat janji dengan pencacah mengenai
waktu dan lokasi yang akan dilakukan pengawasan. Jika perlu
membuat janji terlebih dahulu dengan responden yang akan dicacah.
d. Pada hari pengawasan, mengisi memo presensi terlebih dahulu
kemudian berangkat menuju lokasi pengawasan.
e. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan
kepada responden

21
f. Melaksanakan monitoring/pengawasan pencacahan.
g. Memohon visum dan berpamitan kemudian kembali ke kantor.
h. Memeriksa kembali kelengkapan dan kewajaran isian kuesioner
i. Menyerahkan kuesioner dan melaporkan kepada Kepala Seksi Statistik
Produksi bahwa kegiatan telah selesai dilaksanakan.
6. Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pencacahan Survei
Konstruksi Perorangan
Survei Konstruksi Perseorangan merupakan yang dilaksanakan BPS
secara terpisah melalui dokumen SKP sejak tahun 2013. Setelah selesai
pengumpulan data di lapangan, akan dilaksanakan pemeriksaan hasil
pencacahan lapangan.
Adapun proses-proses yang dilakukan dalam kegiatan pemeriksaan ini
adalah:
a. Menerima kuesioner dan memohon penjelasan mengenai kuesioner
dari Kepala Seksi Statistik Produksi
b. Membaca buku pedoman pemeriksaan Survei Konstruksi Perorangan
c. Memeriksa kelengkapan jumlah dokumen yang diterima sesuai dengan
beban kerja yang diberikan dan menyusun kuesioner yang akan
diperiksa.
d. Memeriksa kelengkapan, kebenaran dan kewajaran isian kuesioner
hasil pencacahan.
e. Melakukan koordinasi dengan pencacah jika ada isian
dokumen/kuesioner yang tidak jelas atau kurang lengkap.
f. Memperbaiki isian kuesioner setelah dikonfirmasi ke pencacah.
g. Menyusun kembali kuesioner beserta kelengkapannya ke dalam map.
h. Menyerahkan kuesioner yang telah selesai diperiksa dan melaporkan
kepada Kepala Seksi Statistik Produksi bahwa pekerjaan telah selesai
dilaksanakan.
7. Melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pencacahan Survei
Kajian Cadangan Beras (SKCB) 2015 Periode 1
Sejalan dengan rencana pemerintah dalam mencapai Swasembada
Pangan 2017, maka data dan informasi cadangan beras di tingkat
masyarakat dirasa masih kurang karena belum ada lembaga atau instansi
yang menghitung secara reguler akibat terkendala dengan metodologi

22
penghitungan cadangan pangan di masyarakat tersebut. Dengan
diketahuinya besaran cadangan beras nasional, hal ini akan dapat
mendukung penyusunan suatu kebijakan yang berkaitan dengan
penyediaan dan pengendalian harga pangan, khususnya beras. Bertitik
tolak dari permasalahan tersebut, maka dilakukan Survei Kajian
Cadangan Beras Nasional 2015 dengan cakupan wilayah pencacahan
dilaksanakan di 20 provinsi dan 114 kabupaten/kota.

Cakupan unit penelitian kegiatan Survei Kajian Cadangan Beras Nasional


2015 ini secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu rumah tangga
biasa dan non rumah tangga, yang mengkonsumsi atau memiliki stok
beras. Rumah tangga biasa yang dicakup dikelompokkan menjadi rumah
tangga produsen dan rumah tangga konsumen. Sedangkan unit penelitian
non rumah tangga berupa perusahan/usaha yang dicakup dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok yaitu : usaha Industri Mikro Kecil (IMK) dan
Industri Besar Sedang (IBS), Usaha penyedia akomodasi (hotel,
penginapan), usaha penyediaan makan minum (restoran, rumah makan,
catering), rumah sakit, lembaga permasyarakatan, usaha penggilingan
padi, usaha perdagangan beras dan BULOG.

Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam pengawasan Survei Kajian


Cadangan Beras (SKCB) 2015 ini adalah:
a. Mengkomunikasikan dengan Kepala Seksi Statistik Produksi mengenai
jumlah petugas dan alokasi wilayah kerja yang akan dilakukan
pengawasan
b. Menerima daftar nama petugas, alokasi wilayah pengawasan dan surat
tugas pengawasan.
c. Memeriksa kelengkapan dokumen pengawasan.
d. Mengkomunikasikan dan membuat janji dengan pencacah mengenai
waktu dan lokasi yang akan dilakukan pengawasan.
d. Mengisi memo presensi terlebih dahulu kemudian berangkat menuju
lokasi pengawasan.
e. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan
kepada responden

23
f. Mengawasi jalannya pencacahan Survei Kajian Cadangan Beras 2015
g. Menerima dokumen hasil pencacahan
h. Memeriksa kembali kelengkapan dan kewajaran isian kuesioner
i. Menyerahkan kuesioner dan melaporkan kepada Kepala Seksi Statistik
Produksi bahwa kegiatan telah selesai dilaksanakan.

8. Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pencacahan Survei Kajian


Cadangan Beras (SKCB) 2015 Periode 1
Survei Kajian Cadangan Beras Nasional 2015 dimaksudkan untuk
melengkapi data ketersediaan yang dapat digunakan untuk mendukung
finalisasi penghitungan konsumsi beras, mengetahui cadangan beras di
rumah tangga dan di luar rumah tangga, dan menghasilkan penghitungan
cadangan beras secara nasional. Untuk menghasilkan data cadangan
beras yang berkualitas dan akurat, pemeriksaan terhadap isian dokumen
hasil pencacahan sangat penting agar informasi-informasi yang
dibutuhkan terisi lengkap dalam dokumen/kuesioner.
Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan dalam melakukan pemeriksaan
dokumen hasil pencacahan Survei Kajian Cadangan Beras (SKCB) 2015 :
a. Menerima dokumen hasil pencacahan Survei Kajian Cadangan Beras
2015 dari pencacah (mitra).
b. Mengkomunikasikan jumlah dokumen yang akan diperiksa kepada
Kepala Seksi Statistik Produksi dan memastikan semua dokumen
tersebut telah terkumpul.
c. Memeriksa kelengkapan isian dokumen, mulai dari keterangan
petugas, keterangan tempat/wilayah kerja, kebenaran cara pengisian
dokumen, sampai dengan kewajaran isian dokumen.
d. Jika ditemukan kesalahan maupun ketidakwajaran dalam pengisian
dokumen, maka perlu diberitahukan dan dikonfirmasikan kembali
kepada petugas pencacah (mitra).
e. Memperbaiki isian dokumen yang telah dikonfirmasikan kepada
petugas pencacah (mitra).
f. Mengumpulkan semua dokumen yang telah diperiksa ke dalam satu
map untuk diserahkan kembali kepada Kepala Kasie Statistik Produksi

24
g. Melaporkan bahwa pemeriksaan dokumen pencacahan telah selesai
dilakukan.
9. Membantu pembuatan desain sampul (cover) publikasi Daerah Dalam
Angka Tahun 2015
Suatu publikasi yang baik dituntut memiliki gambar sampul yang
menarik. Pembuatan desain sampul publikasi Daerah Dalam Angka tahun
2015 sangat penting sebagai daya tarik awal bagi para pembaca.
Dalam membuat suatu desain sampul publikasi, terdapat beberapa
langkah yang dilakukan antara lain:
a. Mendiskusikan mengenai tema dari desain sampul dengan Kepala
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi statistik (IPDS) selaku
koordinator;
b. Melakukan observasi awal desain sampul, dengan menggambar draft
dan mengumpulkan informasi-informasi/filosofi lain yang temasuk
pembuatan desain sampul;
c. Mendesain sampul publikasi dengan kreativitas
d. Menyerahkan hasil desain kepada kepala seksi IPDS;
e. Membuat laporan kegiatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 003 Tahun 2002 tentang Uraian
Tugas Bagian, Bidang, Subbagian, dan Seksi Perwakilan BPS di Daerah.
2002. Jakarta: BPS RI

Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III, Modul Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar PNS. 2014 Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III, Modul Akuntabilitas. 2014. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III, Modul Anti Korupsi. 2014. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III, Modul Etika Publik. 2014. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III, Modul Komitmen Mutu. 2014. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan
III, Modul Nasionalisme. 2014. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 40 tentang Rencana Strategis Badan
Pusat Statistik Tahun 2015-2019. 2015. Jakarta: BPS RI.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. 2014. Jakarta:
Setneg.

Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. 1997. Jakarta: Setneg.

26
22

Anda mungkin juga menyukai