Anda di halaman 1dari 32

DTM FTUI

MECHANICAL VIBRATION

BALANCING
sistim
UNBALANCE dinamis/bergerak

(tidak seimbang) (mekanism)

gaya-gaya inersia dan momen-momen


tak seimbang

BALANCING gaya-gaya inersia dan


momen-momen tak
teknik untuk seimbang dikoreksi
mengkoreksi gaya-
gaya inersia dan
momen-momen yang BALANCE
tidak diinginkan
(seimbang)
UNBALANCE pada rotasi, statik dan dinamik

Unbalance pada satu bidang Unbalance pada bidang-bidang


yang sama yang berlainan

m1
r
r r
m2
massa
unbalance

Untuk menghindari unbalance/ketidak-seimbangan:


Hilangkan atau kurangi gaya-gaya inersia
Hindari pengoperasian mesin dekat pada kecepatan kritisnya
M = massa unbalance
r = jarak pusat massa unbalance ke pusat sumbu putar
F = gaya inersia dari massa unbalance = M r
untuk membalans dapat dengan cara memasang massa tambahan
penyeimbang (counterbalance) atau menghilangkan/mengurangi
massa unbalance
Unbalance pada satu bidang

secara grafis

(= 95 kg.cm)

Resultant gaya gaya unbalance = R


Gaya penyeimbang = Fe = (Wr)e = -R
(per ) = 95 kg.cm
untuk yang sama
Nomor M r Wr = Mr (Wr)x (Wr)y
[kg] [cm] [kg.cm] [kg.cm] [kg.cm]
1 3 8 24 134 -16,67 +17,20

2 5 12 60 58 +31,80 +50,80

3 4 10 40 15 +38,64 +10,30

= +53,77 +78,40
Resultant gaya gaya unbalance = R

R = ( Wrx ) 2 + ( Wry ) 2

R = 53,7 2 + 78,492 = 95,14 kg.cm 95 kg.cm

Wry
R = tan
1
= tan (53,77 ) = 55,6 56
1 78, 40

Wrx

Gaya unbalance R berposisi pada 56 dari sumbu y+ arah keatas kanan


(kwadrant II)
Gaya penyeimbang Fe berposisi 56 dari sumbu y- arah kebawah kiri
(kwadran IV)
Unbalance pada bidang-bidang yang berlainan

Berapa besar massa B yang harus dipasang, dan berapa jarak massa D harus
dipasang dari bidang C ( mB = ? , x = ? ) agar sistim seimbang/balance.

Agar sistim seimbang/balance :


9Resultant gaya-gaya inersia ( mr ) pada bidang melintang harus nol.
9Resultant momen-momen ( mrl ) gaya inersia thd satu bidang acuan
pada arah longitudinal/memanjang harus nol.
bidang B diambil sebagai acuan
bidang Massa r mr l mrl
[kg] [mm] [kg.mm] [m] [kg.mm.m]
A 7,5 30 225 -0,4 -90
B m 36 36m 0 0
C 5 39 195 0,5 97,5
D 4 33 132 0,5+ x 66+132 x
secara grafis, 66+132 x
dapat ditentukan sehingga x
dapat dihitung.

secara grafis, 36m dapat


ditentukan sehingga m
dapat dihitung.
Balancing dengan massa penyeimbang (counter balance) lebih dari satu

massa penyeimbang (counter balance) hendak dipasang pada bidang A


dan B
nomor M r Wr = a Wra b Wrb
[kg] [cm] Mr [cm] [kg.cm] [cm] [kg.cm]
[kg.cm]
1 5 8 40 0 0 10 400
2 10 12 120 13 1560 -3 -360
3 10 10 100 5 500 5 500
a (5) 5 3(25) 0 0 10 1(250)
b (16,3) 10 4(163) 10 2(1630) 0 0

250

Bidang a (A) dan b (B) diambil sbg acuan 1630


(Wr)a = (Wrb)a ba = 250 10 = 25
(Wr)b = (Wra)b ab = 1630 10 = 163
Balance (keseimbangan) dari massa-massa yang bergerak bolak-balik,
pada mekanism piston-engkol.

Gaya kocok (shaking force)


disebabkan oleh gaya gaya
inersia dari massa massa
yang bergerak bolak balik
pada pen pergelangan (wrist
pin).

Massa massa yang berputar


bersama poros engkol
biasanya sudah dibuat
seimbang (balanced) dan
tidak meneruskan gaya
kocok ke blok mesin.
Percepatan dari massa yang bergerak
bolak-balik:
cos 2
m r cos +
2

n
L
dimana, n =
L r
Gaya Inersia dari massa yang bergerak
bolak-balik: m a
cos 2
r = mr 2 cos +
n
cos 2
= mr 2 cos + mr 2
n
Gaya Inersia Primer = mr 2 cos
Gaya Inersia ini mencapai maksimum bila cos = 1,
yaitu setiap saat sudut engkol = 0 dan 180

cos 2
Gaya Inersia Sekunder = mr 2
n
Gaya Inersia ini mencapai maksimum bila cos 2 = 1,
yaitu setiap saat sudut engkol = 0, 90, 180 dan 270
Urutan penyalaan (Firing order)

Penyalaan setiap silinder dari mesin piston motor bakar banyak silinder
harus diatur urutan/giliran-nya agar tekanan pembakaran bahan bakar yang
terjadi tidak menjadi gaya luar penyebab mesin tidak seimbang (unbalance)
dan juga menjadi beban tidak merata terhadap komponen mesin lain
terutama bantalan bantalan pendukung poros engkolnya.

Penentuan urutan penyalaan (firing order) harus dilakukan dengan


mempertimbangkan hal hal berikut:
9Getaran puntir (torsional vibration) yang mungkin akan terjadi.
9Distribusi/pemasukan bahan bakar kedalam silinder.
9Distribusi/pengeluaran gas buang sisa pembakaran.
Mesin piston motor bakar 2 langkah

1 siklus operasi diselesaikan dalam 1 revolusi/putaran engkol


interval sudut antara setiap engkol = 360 N (jumlah silinder)

Mesin piston motor bakar 4 langkah

1 siklus operasi diselesaikan dalam 2 revolusi/putaran engkol


interval sudut antara setiap engkol = 720 N (jumlah silinder)
Keseimbangan pada mesin piston banyak silinder
engkol mr x mrx 2
[kg.m] [m] [kg.m] [] []
1 3 -0,6 -1,8 0 0
2 3 -0,2 -0,6 270 180
3 3 0,2 0,6 180 0
4 3 0,6 1,8 90 180
Gaya Inersia, mr [kg.m]

gaya inersia Poligon dari vektor-vektor gaya inersia primer


primer
menunjukkan bahwa mesin seimbang (balanced)
dalam hal gaya inersia primer.

gaya inersia Poligon dari vektor-vektor gaya inersia sekunder


sekunder menunjukkan bahwa mesin seimbang (balanced)
dalam hal gaya inersia sekunder.
Momen/Kopel, mrx [kg.m]
momen/kopel primer
dari poligon vektor terdapat resultant
(vektor garis putus-putus) yang
menunjukkan besarnya momen/kopel tidak
seimbang (unbalance). Momen/kopel
unbalance ini muncul pada saat saat engkol
1 bergerak 45 dan 225.

momen/kopel sekunder
dari poligon vektor terdapat resultant
(vektor garis putus-putus) yang
menunjukkan besarnya momen/kopel tidak
seimbang (unbalance). Momen/kopel
unbalance ini muncul pada saat saat
engkol 1 bergerak 0, 90, 180 dan 270.
Keseimbangan pada mesin piston motor bakar 6 silinder
seimbang bawaan (inherent balance).
nomor cos cos 2 R/L(cos 2) cos +R/L(cos 2) F
silinder [] [lb]
1 20 +0,904 +0,766 +0,191 +1,131 +1450
2 260 -0,174 -0,940 -0,235 -0,409 -525
3 140 -0,766 +0,174 +0,044 -0,722 -925
4 140 -0,766 +0,174 +0,044 -0,722 -925
5 260 -0,174 -0,940 -0,235 -0,409 -525
6 20 +0.904 +0,766 +0,191 +1,131 +1450
=0 = 0 = 0 = 0 = 0

Mesin Seimbang/Balance
Analisa Penentuan Ketidak-seimbangan (unbalance)

Gaya inersia F pada setiap silinder saat sudut engkol ,


cos 2
F = mr cos + mr
2 2

n
F = Fprimer + Fsekunder
Untuk mesin silinder banyak,
gaya kocok (shaking force): S = F = FP + FS
P
F = mr 2
cos
= mr 2 cos
= mr 2 cos(1 + )
P
F = mr 2
[cos1 cos sin 1 sin ]
F P = mr 2 [cos1 cos sin 1 sin ]

mr 2
FS = n [cos 21 cos 2 sin 21 sin 2 ]
Momen / Kopel, C = CPrimer + CSekunder
CP = FP a = mr 2 ( a cos )
CP = mr 2 [cos1 ( a cos ) sin 1 ( a sin )]
mr 2
CS = FS a =
n
[cos 21 ( a cos 2 ) sin 21 ( a sin 2 )]

untuk Gaya Kocok sama dengan nol:


cos = 0 cos 2 = 0
sin = 0 sin 2 = 0

untuk Momen / Kopel sama dengan nol:


a cos = 0 a cos 2 = 0
a sin = 0 a sin 2 = 0

Posisi dari garis kerja Gaya Kocok S : ar = C S /


Mesin piston 3 silinder

S = gaya kocok
(shaking force)
Mesin piston 4 silinder

Gaya inersia primer dan sekunder:


cos = 1 1 1 + 1 = 0
gaya inersia primer seimbang (balance)
sin = 0 + 0 + 0 + 0 = 0
cos 2 = 1 + 1 + 1 + 1 = 4 gaya inersia sekunder tidak seimbang
sin 2 = 0 + 0 + 0 + 0 = 0 (unbalance)
gaya inersia primer:
P
F = mr 2
[(cos1 )(0) (sin 1 )(0)] = 0

gaya inersia sekunder:


mr 2 2
FS = L [(cos 21 )(4) (sin 21 )(0)]
mr 2 2
FS = 4 L cos 21

gaya kocok (shaking force):

S = FP + FS
mr 2 2 mr 2
S = 0+4 cos 21 = (2 )2 cos 21
L L
Momen / Kopel primer dan sekunder :
(a cos ) = 0(1) + 4(-1) + 8(-1) + 12(1) = 0 momen/kopel primer
seimbang (balance)
(a sin ) = 0(0) + 4(0) + 8(0) + 12 (0) = 0
(a cos 2) = 0(1) + 4(1) + 8(1) +12(1) = 24 momen/kopel sekunder
(a sin 2) = 0(0) + 4(0) + 8(0) + 12(0) = 0 tidak seimbang (unbalance)

Momen/Kopel goyang dari mesin:

mr 2 2
C = CP + CS = 0 + 24 cos 21
L
C
aR =
S
Mesin piston V.
Terdiri dari banyak silinder yang terbagi dalam 2 kumpulan (banks) baris
silinder kanan-kiri yang saling membentuk sudut 60 atau 90 sehingga
membentuk huruf V.
mesin V8.

Sudut = sudut antara posisi satu silinder terhadap posisi bidang acuan.
Sudut = sudut antara posisi satu silinder terhadap posisi silinder no 1.
1 = 0 ; 2 = 90 ; 3 = 270 ; 4 = 180
gaya inersia primer : cos = 0 sin = 0
gaya inersia sekunder : cos 2 = 0 sin 2 = 0

momen primer : (a cos ) = -3a (a sin ) = -a


momen sekunder : (a cos 2) = 0 (a sin 2) = 0

gaya inersia primer dan sekunder serta momen sekunder seimbang (balance)
tidak seimbang (unbalance) momen primer

momen primer :
Ckiri = mr ( -3a cos 1 + a sin 1 )
Ckanan = mr [ -3a cos ( 1 - 90) + a sin ( 1 - 90) ]
untuk kumpulan silinder kanan, sudut engkol
silinder 1 = - ( - 1) = 1 - = 1 - 90
momen primer :

C = Ckiri
2
+ Ckanan
2
= mr 2a 10
Ckanan
tan =
Ckiri
Ckanan
tan(1 + ) =
Ckiri
tan 1 + tan C
= kanan
1 tan 1 tan Ckiri
Ckanan Ckiri tan 1
tan =
Ckiri + Ckanan tan 1
1 1
tan = =+
3 3
= 198,43

END

Anda mungkin juga menyukai