Anda di halaman 1dari 29

Modul Biomekanika 36

Praktikum Genap 2010/2011

PENGUKURAN KERJA FISIK MANUSIA DENGAN


PENDEKATAN BIOMEKANIKA

A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dan memanfaatkannya dengan
merancang metode kerja didasarkan pada prinsipprinsip biomekanika.
2. Mengetahui besar beban kerja pada saat melakukan kerja dengan metode
biomekanika.
3. Mampu memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang
dibebankan pada anggota tubuh manusia.

b. Tujuan Khusus
1. Mampu mengaplikasikan metode Recommended Weight Limit (RWL)
dalam menghitung beban kerja, menghitung lifting index.
2. Mampu memberikan rekomendasi beban benda yang seharusnya dapat
diangkat oleh operator.

B. LANDASAN TEORI
1. Analisis Pengukuran Mekanika Tubuh Manusia dengan Metode
Biomekanika
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi
hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang
mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari
bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut.
Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan
untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak
terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat bagan (Gambar 2.1) di bawah ini:

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 37
Praktikum Genap 2010/2011

Anatomy Theoretical Mechanics Anthropometry

Kinesiology Bioinstrumentation

Biomechanics

General Biomechanics Occupational Biomechanics

Biostatics Biodynamics Workplace design

Tool & Equipment design


Biokinematics Biokinetics
Seating Devices Design

Manual Material Handling

Screening & assignment of


personal

Job design & redesign

Gambar 1.1 Diagram Ilmu Biomekanika (Contini dan Drill, 1966)


1.1 Konsep Biomekanika
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum hukum dan konsep konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam
tubuh (kinetik) (Tayyari, 1997).

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 38
Praktikum Genap 2010/2011

2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan
tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar
produktifitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka
dalam praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik
Occupational Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas
tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan
biomekanik.
Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang
berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ
tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective
Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tulang
Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan
yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk
memberikan perbandingan terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut.
Mungkin dalam aplikasinya biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka
manusia, oleh sebab itu di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko
Nurmianto, 1996).

Gambar 1.2 Kerangka manusia (Nurmianto, 1988)

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 39
Praktikum Genap 2010/2011

Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung (connective
Tissue) yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga
posisi tubuh agar tetap sikap sempurna.
2. Connective Tissue atau jaringan penghubung
a. Cartilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang
relatif kecil.
Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal tulang iga (sternum)
Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang
belakang) yaitu dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari
pembungkus, dan dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat
pada ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap
jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia untuk
membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc berfungsisebagai
peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi dan rotasi
(Nurmianto, 1996).
b. Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang
untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian
sambungan dan menempel pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang
letaknya tidak paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic
dan berfungsi pula untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang
konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang
efektif dalam menstabilkan sambungan (joints).

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 40
Praktikum Genap 2010/2011

Gambar 1.3 Gerak Tangan

Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan jangkauan


dapat menentukan ruang gerakan atau aktifitas yang digambarkan oleh
sistem sambungan tulang. Sambungan tulang yang sederhana ada pada siku
dan lutut. Dengan adanya alasan bahwa kedua adalah sambungan yang
membatasi gerakan fleksi (flexion). Sambungan siku memberikan
kebebasan gerak pada tulang tangan.
Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu
untuk mengadakan gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat
tangan, sambungan siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan
rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan lengan tangan pada
sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia mempunyai flesibilitas
yang tinggi dalam gerakannya (Nurmianto, 1996).
c. Tendon
Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari
sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang tendon.
Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu area
dimana adanya gaya gesekan harus diminimumkan. Bagian dalam dari

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 41
Praktikum Genap 2010/2011

jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan (Nurmianto,


1996).
3. Otot ( Muscle )
Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber
(fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm
dan sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui
proses aerob maupun anaerob.
a. Anaerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan
oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan
membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan
indikasi adanya kelelahan otot secara local, karena kurangnya jumlah oksigen
yang disebabkan oleh kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari
jantung. Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari
jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan
kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot
statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan
glikogen akan melepaskan asam laktat.
b. Aerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan
oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot
dioksidasi dengan cepat menjadi CO2 dan H 2O dalam kondisi aerobic.
Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat
berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah yang cukup akan
mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi
kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan
menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan
meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan
pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk
membentuk kadar gula dalam darah.
Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah
disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti
pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 42
Praktikum Genap 2010/2011

memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari


(Nurmianto, 1996):
a) Beban otot statis (static muscle loads).
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi
kursi pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah
bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah :
a. Kekuatan kerja otot.
Kekuatan kerja otot bergantung pada :
1. Posisi anggota tubuh yang bekerja
2. Arah gerakan kerja.
3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.
4. Usia.
b. Kecepatan dan ketelitian.
c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.

Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk
menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus
diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding
dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan
berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot
yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis.
Biomekanika dapat diterapkan pada [CHA91]: perancangan kembali
pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material
secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban [CHA91]:
1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 43
Praktikum Genap 2010/2011

4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat.
8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak
menimbulkan cidera punggung.

1.2 ANALISIS MEKANIK


1.2.1 Maximum Permissible Limit (MPL)
Merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan
pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National
Instiute of Occupational Safety and Health) tahun 1981. Besar gaya tekannya
adalah di bawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal
(the Action Limit) sebesar 3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman),
AL < Fc < MPL (perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya). Batasan gaya
angkat maksimum yang diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH (1991) adalah
berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd L5/S1 , namun hanya 1% wanita dan
25% pria yang diperkirakan mampu melewati batasan angkat ini.
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur
atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi.
Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression
load) pada intebral disk antara Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu
(L5/S1). Untuk mengetahui lebih jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar 1.5
dibawah ini

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 44
Praktikum Genap 2010/2011

Gambar 1.5 Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae (Nurmianto, 1996)

Analisa dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa nyeri (ngilu)
berhubungan erat dengan beban kompresi (tekan) yang terjadi pada (L5/S1),
demikian kata Chaffin and Park (1973). Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari
penyakit hernia pada disk terjadi dengan relative frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1.
Kebanyakan penyakit-penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada
intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang
disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk.
Evan dan Lissner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji
tekan pada spine (tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang belakang
yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika
disebabkan oleh beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang (spinal) dan
yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/ bawah segmen tulang
belakang (the castilage end-plates in the vertebrae). Retak kecil yang terjadi pada
vertebral akan menyebabkan keluarnya cairan dari dalam vertebrae menuju
kedalam intervetrebae disc dan selanjutnya mengakibatkan degenerasi (kerusakan)
pada disk. Dari kejadian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa degenerasi adalah
merupakan prasyarat untuk terjadinya hernia pada intervertebral disc yang pada
gilirannya akan menjadi penyebab umum timbulnya rasa nyeri pada bagian
punggung bawah (low-back pain).

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 45
Praktikum Genap 2010/2011

Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot bereaksi terhadap tulang untuk
mengendalikan gerak rotasi di sekitar sambungan tulang, beberapa sistem
pengungkit menjelaskan hal tersebut. Dalam sistem ini otot bertindak sebagai
sistem mekanis yang berfungsi untuk suplai energi kinetik dan gerakan angular.
Pada Gambar 1.6 digambarkan sistem pengungkit yang terdapat pada anggota
tubuh manusia yang melakukan aktivitas kerja.

F F
L

r R r R
Gambar 1.6 Sistem Pengungkit

R.L (rR)L
(Sistem Pengungkit I) F (Sistem Pengungkit II) F
r r

a. Sistem pengungkit I :
Contoh sistem pengungkit I :
a. Otot Triceps menarik ulna untuk menggerakkan siku
b. Otot Quadriceps menarik tibia melalui patella untuk menggerakkan lutut

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 46
Praktikum Genap 2010/2011

b. Sistem pengungkit II :
Contoh sistem pengungkit II :
a. Otot Biceps menarik radius untuk mengangkat siku
b. Otot Brachialis menarik ulna untuk mengangkat siku
c. Otot Deltoid menarik humerus untuk mengangkat bahu
Untuk mendapatkan gambaran sederhana tentang mekanisme gaya (force)
tersebut, dibawah ini terdapat contoh sbb:
Contoh soal:
Suatu benda kerja seberat 2 kg diangkat dengan satu lengan, berat lengan tersebut
25 N. Di ketahui jarak pusat beban lengan terhadap pusat beban benda sejauh 30
cm, r = 5 cm, R = 13 cm
F
J

W=25
P=2 kg
5 cm

13 cm

30 cm

Dari data diatas dapat kita tentukan gaya F yang dikenai benda terhadap lengan
sbb:
(13 x 25) (30 x 20)
F
5
185 N
dan gaya reaksinya adalah :
J 185 - 25 - 20 140 N
Perlu kita ketahui bahwa seorang operator bekerja tidak hanya lengan saja yang
mengeluarkan tenaga, tetapi bagian tubuh yang lain seperti punggung, paha, betis
dll.
Dalam biomekanik perhitungan guna mencari moment dan gaya dapat dilakukan
dengan cara menghitung gaya dan mement secara parsial atau menghitung tiap
segmen yang menyusun tubuh manusia. Berat dari masing masing segmen

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 47
Praktikum Genap 2010/2011

dibawah ini didapat dari besarnya prosentase dikali dengan gaya berat dari orang
tersebut.

2,8% 1,7% 0,6%


WW W

6,2%
10,0% 8,4% W
W 2,2%
W

50,0%
4,3% W
W

1,4%
Gambar 1.7 Persentase Persegmen tubuh (Tayyari, 1997)

Oleh karena itu, di bawah ini merupakan perhitungan (secara manual) dalam
praktikum ini, yaitu dihitung tiap segmen yang mempengaruhi tulang belakang
dalam melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki:
1. Telapak tangan
Fyw
Fxw Fy = 0
1 Fx = 0 -- tidak ada gaya
Mw SL1 horisontal.
M = 0
WH = 0,6% x Wbadan
Fyw = Wo/2 + WH
Mw = (Wo/2 + WH) x SL1 x cos 1
WH

Wo

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 48
Praktikum Genap 2010/2011

2. Lengan Bawah

Fye Fy = 0
Fxe Fx = 0 -- tidak ada gaya
2 2 horisontal.
Me SL2
M =0
2 = 43%
WLA = 1,7% x Wbadan
-Fxw
WLA
-Mw Fye = Fyw + WLA
Me = Mw + (WLA x 2 x SL2 x cos2)
-Fyw + (Fyw x SL2 x cos 2)

3. Lengan Atas

Fys Fy = 0
Fxs Fx = 0 -- tidak ada gaya horisontal.
SL3
3 3 M =0
Ms
3 = 43,6%
WUA = 2,8% x Wbadan

-Fxe
Fys = Fye + WUA
WUA -Me Ms = Me + (WUA x 3 x SL3 x cos3)
+ (Fye x SL3 x cos 3)
-Fye

NB = Gaya pada lengan atas dikalikan dua


Moment dikali dua agar benda utuh satu

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 49
Praktikum Genap 2010/2011

4. Punggung

Fy = 0
-Fxs Fx = 0 -- tidak ada gaya horisontal.

-Ms M =0
SL4 4 = 67%
-Fys
WT = 50% x Wbadan
4 Fyt = 2Fys + WT
Mt = 2Ms + (WT x 4 x SL4 x cos 4)
Fxt WT
Fxt + (2Fys x SL4 x cos 4)
4

Mt

Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan gaya pada tiap


segmen tubuh manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. Kemudian
untuk mencapai keseimbangan tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada
L5/S1 tersebut diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan
juga gaya perut (FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal
Pressure yang berfungsi untuk membantu kestabilan badan karena pengaruh
momen dan gaya yang ada seperti model pada gambar 2.8 dibawah ini.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 50
Praktikum Genap 2010/2011

Gambar 1.8 Model sederhana dari punggung bawah (low back) yang diteliti oleh
chaffin untuk analisis terhadap aktifitas angkat Koplanar Statis. (Chaffin, 1984)
Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:
FM .E M ( L5 / S1) FA .D (Newton)
FM = Gaya otot pada Spinal Erector (Newton)
E = Panjang Lengan momen otot spinal erector dari L5/S1
(estimasi 0,05 m sumber: Nurmianto; 1996)
M(L5/S1) = MT = Momen resultan pada L5/S1
FA = Gaya Perut (Newton)
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 ( 0,11 m)
( Sumber:Nurmianto,1996)

Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA) dengan
persamaan:

(N/Cm2)

(newton)

Wtot = Wo +2 WH + 2 WLA+ 2 WUA + Wt

Keterangan:
PA = Tekanan Perut
AA = Luas Diafragma (465 cm2)
H = Sudut inklinasi perut
T = Sudut inklinasi kaki
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi

Kemudian gaya tekan/kompresi pada L5/S1 dirumuskan sbb:

FC = Wtot . cos 4 FA + Fm (newton)

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 51
Praktikum Genap 2010/2011

4 H

T
1

Gambar 1.9 Contoh pengangkatan MPL.

1.2.2 Recommended Weight Limit (RWL)


Recommended Weight Limit merupakan rekomendasi batas beban yang
dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan
tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :
a. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban di tengah tengah pekerjaan.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 52
Praktikum Genap 2010/2011

b. Beban diangkat dengan kedua tangan.


c. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
d. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.

e. Tempat kerja tidak sempit.

Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses
pemuatan barang yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis
melakukan pengukuran terhadap faktor faktor yang mempengaruhi dalam
pengangkatan beban dengan acuan ketetapan NIOSH (1991).

Gambar 1.10 Recommended Weight Limit

Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat


seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sbb:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

Keterangan:
LC = konstanta pembebanan = 23 kg
HM = faktor pengali horizontal = 25 / H
FM = faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier) *lihat tabel 1
CM = faktor pengali kopling (handle) * lihat tabel 2

VM = Faktor pengali vertikal

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 53
Praktikum Genap 2010/2011

DM = Faktor pengali perpindahan

AM = Faktor pengali asimetrik

Catatan (lihat gambar )

Keterangan:
H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh
V = jarak beban terhadap lantai
D =jarak perpindahan beban secara vertical
A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM
dibawah ini dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga
nilai V dalam inchi.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 54
Praktikum Genap 2010/2011

Tabel 1.1 Tabel Frekuensi Pengali


Frekuensi Durasi Kerja
Angktn/mnt 1 jam 1 jam t 2 jam 2 jam t 8 jam
(F) V < 30 V 30 V < 30 V 30 V < 30 V 30
0.2 1.00 1.00 0.95 0.95 0.85 0.85
0.5 0.97 0.97 0.92 0.92 0.81 0.81
1 0.94 0.94 0.88 0.88 0.75 0.75
2 0.91 0.91 0.84 0.84 0.65 0.65
3 0.88 0.88 0.79 0.79 0.55 0.55
4 0.84 0.84 0.72 0.72 0.45 0.45
5 0.80 0.80 0.60 0.60 0.35 0.35
6 0.75 0.75 0.50 0.50 0.27 0.27
7 0.70 0.70 0.42 0.42 0.22 0.22
8 0.60 0.60 0.35 0.35 0.18 0.18
9 0.52 0.52 0.30 0.30 0.00 0.15
10 0.45 0.45 0.26 0.26 0.00 0.13
11 0.41 0.41 0.00 0.23 0.00 0.00
12 0.37 0.37 0.00 0.21 0.00 0.00
13 0.00 0.34 0.00 0.00 0.00 0.00
14 0.00 0.31 0.00 0.00 0.00 0.00
15 0.00 0.28 0.00 0.00 0.00 0.00
>15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Keterangan: untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit
ditetapkan F = 2 Lift/mnt
Untuk Faktor Pengali kopling (handle) dapat ditentukan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 1.2 Tabel Coupling Multiplier
Coupling Multiplier
Coupling V < 30 inches V > 30 inches
Type (75 cm) (75 cm)
Good 1.00 1.00
Fair 0.95 1.00
Poor 0.90 0.95

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 55
Praktikum Genap 2010/2011

Dari persamaan yang ditetapkan NIOSH tersebut, terdapat perbedaan faktor


pengali jarak vertikal untuk pekerja Indonesia, sehingga perlu penyesuaian
terhadap nilai perkiraan berat beban yang direkomendasikan untuk diangkat.
Adanya perbedaan ini karena faktor pengali vertikal sangat bergantung pada
antropometri ketinggian knuckle (jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tangan
dengan posisi lurus ke bawah). Perumusan faktor pengali vertikal yang dihasilkan
oleh NIOSH adalah :

Sedangakan dari hasil penelitian di dapat bahwa untuk pekerja industri


Indonesia faktor pengali jarak :

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk


mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang, dengan persamaan :
Load Weight L
LI
Recommende d Weight Limit RWL
Keterangan:
Jika LI 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang. Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang

Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya: Winter, 1979 )


1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh
manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatan
gravitasi ( F = m.g )
2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan
besarnya momen otot.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 56
Praktikum Genap 2010/2011

Tubuh manusia terdiri dari 6 link Chaffin & Anderson (1984), yaitu:
1. Link lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku.
2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu.
3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan pinggul.
4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut.
5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki.
6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki.

2. KELELAHAN
Dalam biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang
dinamakan kelelahan. Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam
aplikasinya biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat
kemanusiaan pada manusia tidak dapat dikesampingkan sehingga
manusia/pekerja mempunyai keterbatasan yaitu salah satunya keadaan yang
dinamakan lelah. Kelelahan adalah proses menurunnya efisiensi performansi
kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang
timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang
telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Ada beberapa macam
kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan ketika
otot harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada
organ visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu
objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti
berfikir sering juga disebut sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.
Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang
berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 57
Praktikum Genap 2010/2011

yang disebut dengan lelah kronis. Di mana gejala-gejala yang tampak jelas
akibat lelah kronis dapat dicirikan seperti:
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang
toleran atau asosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat.

2.1 Proses Terjadinya Kelelahan


Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan
peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi
kelangsungan aktivitas otot dan mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem
syaraf pusat sehingga orang menjadi lambat bekerja. Makanan yang
mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap
kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia (oksidasi glukosa) yang merubah
glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa).
Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam
otot dan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan
sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian
dikeluarkan waktu bernafass.
Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang
dengan proses pengeluaran, sehingga timbul penimbunan dalam jaringan
otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati
dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm
glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah
glikogen yang ada dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan
menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati
tinggal 0,7%.
3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kira-
kira 4 Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara
kira-kira 15 Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tetentu akan

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 58
Praktikum Genap 2010/2011

dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui


pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka
kelelahan yang timbul dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk
mengurangi asam laktat menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan
dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu
sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran darah)

2.2 Gejala-Gejala Kelelahan


Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri seseorang akan
sulit untuk diidentifikasikan secara jelas mengukur lingkungan kelelahan
seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performansi kerja
yang bisa mengevaluasi tingkatan kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui
indikasi-indikasi (gejala-gejala) sebagai berikut:
1. Perhatian pekerja yang menurun.
2. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat
menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan canggung
dalam gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.
3. Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak dapat
mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa kurang kepercayaan
cemas terhadap sesuatu tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam
pekerjaan.
4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara
serat, haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota
badan merasa kurang sehat badan.

2.3 Upaya Mengurangi Kelelahan.


Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu
berupaya mencari jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak segera ditangani
secara serius akan menghambat produktivitas kerja dan bisa menyebabkan
kecelakaan kerja.
Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah sebagai berikut;
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 59
Praktikum Genap 2010/2011

2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja dengan


menggunakan prinsip ekonomi gerakan.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak
melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan- batasannya.
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan
pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-sarananya.
Masa-masa libur dan rekreasi.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja,
menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.

2.4 Penyebab Kelelahan


Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab yang
paling penting adalah:
1. Monotonitas
2. Intensitas dan durasi kerja
3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.
4. Fisiologi tanggung jawab.
5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 60
Praktikum Genap 2010/2011

Contoh Soal:
A. MPL
1. Seorang pekerja mengambil kotak yang berada pada ketinggian 45 cm di
atas lantai dan mengangkat ke meja 70 cm di atas lantai. Berat kotak 60 kg,
berat badan 65 kg, jarak pergelangan tangan ke pusat masa benda 0,07 m,
1 = 20o, jarak pergelangan tangan-siku = 0,28 m, 2 = 20o, jarak siku-bahu
= 0,3 m 3 = 80o, jarak bahu ke L5/S1 = 0,36 m 4 = 45o. sudut inklinasi
perut 45o, sudut inklinasi paha 50 o. Hitunglah gaya tekan pada L5/S1
tersebut!
Penyelesaian :
WH = 0,6 % Wbadan = 0,6% * 650 = 3,9 N
WLA = 1,7 % Wbadan = 1,7% * 650 = 1,05 N
WUA = 2,8 % Wbadan = 2,8% * 650 = 18,2 N
WT = 50 % Wbadan = 50% * 650 = 325 N
Sehingga,
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT = 971,3 N
2 = 0.43
3 = 0.436
4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm2
Wo = 60 kg * 10 = 600 N
Wbdn = 65 kg * 10 = 650 N

Tabel 2.2 panjang dan sudut segmentasi tubuh


No Segmentasi Tubuh Panjang (m) Sudut (derajat)
1. Telapak tangan SL1 = 0,07 20o
2. Lengan bawah SL2 = 0,28 20o
3. Lengan Atas SL3 = 0,30 80o
4. Punggung SL4 = 0,36 45o
5. Inklinasi Perut H = 45o
6. Inklinasi Paha T = 50o

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 61
Praktikum Genap 2010/2011

A. Telapak Tangan
Fyw = Wo/2 + WH = 303.9 N
MW = (W0/2 + WH) * SL1 * Cos 1 = 19,99 = 20 Nm
B. Segmen Lengan Bawah
Fye = Fyw + WLA = 314,95 N = 315 N
Me = MW + (WLA * 2 * SL2 * Cos 2) + (Fyw * SL2 * Cos 2) = 101,21
Nm
C. Segmen Lengan Atas
Fys = Fye + WUA = 333,2 N
Ms = Me + (WUA * 3 * SL3 * Cos 3) + (Fye * SL3 * Cos 3) = 118,03
Nm
D. Segmen Punggung
Fyt = 2Fys + WT = 991.4 N
Mt = 2Ms + (WT * 4 * SL4 * Cos 4) + (2Fys * SL4 * Cos 4)
= 236.06 + 55,43 + 169.64 = 461.04 Nm
Kemudian Gaya perut (PA) dan Tekanan Perut (FA)
10 4 43 0.36 H T
PA M L5 / S1 1,8 = 0,73 N/cm2
75
FA = PA * AA = 0,73 * 465 = 339.45 N
Gaya otot pada spinal erector :
FM * E = M(L5/S1) FA * D
FM = 8474,01 N
Gaya Tekan/kompresi pada L5/S1:
Fc = Wtot * Cos 4 FA + FM = 8821.37 N > 6500 N

Kesimpulan:
Pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan sebaiknya dilakukan
perbaikan secara adimistasi dan teknis sehingga pekerja dapat bekerja dengan
sehat tanpa mengalami cedera pada L5/S1 serta tujuan dan target perusahaan
dapat tercapai.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 62
Praktikum Genap 2010/2011

B. RWL
2. Seorang pekerja mengambil kotak dengan berat 5 kg di atas konveyor 15
cm dan mengangkat ke sebuah meja dengan ketinggian 125 cm dari lantai.
Jarak beban terhadap titik pusat tubuh 35 cm. Sudut simetri putaran yang
dibentuk tubuh 45o. Jika selama 80 menit pekerja tersebut melakukan
pengangkatan sebanyak 224 kali, Berapa batas beban yang
direkomendasikan? Apakah pekerjaan tersebut dikategorikan aman atau
tidak? (diketahui Handle Coupling dalam kategori Fair)
Penyelesaian :
L= 5 kg LC = 23 kg
V = 15 cm Handle Fair = 0,95
D = 110 cm H = 35 cm
A = 45o
Menghitung,
HM = 25/H = 25/35 = 0,714
VM = 1- 0,00326 V 69 = 1- 0,00326 15 69
= 0,82396
DM = 0,82 + 4,5/D = 0.82 + 4.5/110 = 0.861
FM = 224 lift/80 mnt= 2.8 = 3
CM = 0,95
LC = 23
Sehingga :
RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM
RWL = (23) (0.714) (0.82396) (0.861) (0.856) (0.79) (0.95)
= 7,484
Kemudian mencari Lifting Index,
LoadWeight L 5
LI
Re commended _ Weight _ Limit RWL 7,484
LI 0,69

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 63
Praktikum Genap 2010/2011

Kesimpulan:
Karena LI 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera
tulang belakang bagi pekerja dan sebainya metode kerja di pertahankan dan
data tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam
perekrutan pekerja baru.

C. PERALATAN PRAKTIKUM
1. Beban kerja
2. Penggaris atau meteran pengukur
3. Alat pengukur sudut (busur)
4. Timbangan berat badan
5. Stop watch
6. Meja kerja
7. Lembar pengamatan

D. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM


1. Ukur berat beban kerja.
2. Untuk pengangkatan RWL, posisikan operator pada bidang pengangkatan,
catat data-data yang diperlukan seperti data operator, beban, H, V, dan A
pada posisi pertama (origin), jumlah angkatan per menit (F), dll.
3. Operator mengangkat beban kerja dari lantai ke meja kerja selama 2 menit.
4. Catat H, V dan A pada posisi setelahnya (destination), dan hitung D.
5. Sedangkan untuk pengangkatan MPL, posisikan operator pada bidang
pengangkatan sesuai posisi MPL.
6. Foto operator untuk 1 kali pengangkatan, kemudian analisa berdasarkan
analisa MPL.
7. Lengkapi lembar pengamatan kriteria Biomekanik (RWL dan MPL).
8. Data diolah dan dihitung.

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia


Modul Biomekanika 64
Praktikum Genap 2010/2011

Laboratorium Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai