Anda di halaman 1dari 19

Teknik Analisis ABC dan Cycle Counting

Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk
mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi.

Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de
Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto
menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau
memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric
mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasikasi barang
persediaan.

Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat
nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar
terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai
tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan Analisis ABC. Umumnya
kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.

Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-
masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144145):

1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.

Kelompok Jumlah item Nilai


A 10-20 % item 80 %
B 20-40% item 15 %
C 60% item 5%

Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada
Gambar 1 di bawah ini.

Sumber: Kusnadi, 2009, p. 9

Gambar 1. Kurva Analisis ABC

Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai
berikut:

1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.


2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari
masing-masing tipe barang.
4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama
tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang.
8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan
masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang. Dengan
begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.

Cycle Counting.

.Pencatatan inventori biasanya berbeda dengan pehitungan fisik aktual. Akurasi inventori
menunjuk pada sejauh mana keseuaian antara jumlah yang dicatat dan jumlah fisik
aktualnya. Untuk menjamin akurasi inventori, penghitungan inventori dilakukan sesering
mungkin dan mencocokkannya dengan catatan. Metode yang digunakan disebut Cycle
Counting. Cycle Counting adalah teknik penghitungan inventori secara fisik dengan
frekuensi yang lebih sering. Tidak hanya satu atau dua kali setahun.

Frekensi perhitungan inventory (cycle counting), di mana material-material kelas A harus


ditinjau lebih sering dalam hal akurasi catatan inventory dibandingkan dengan material-
material kelas B dan C.

Cycle counting: perhitungan secara siklus misalnya harian untuk inventory kelas A,
bulanan untuk inventory kelas B, sekali 6 bulan untuk inventory kelas C. Jika terjadi
ketidaksesuain antara catatan dan aktual, penyebab masalah dan tindakan perbaikan
(improvement) bisa dilakukan sesegera mungkin, tidak menunggu periodic review
counting di akhir tahun.
Cycle counting merupakan bentuk corrective dan preventive action. Kasus di banyak
perusahaaan, memang pada awalnya berat melakukannya karena staff Warehouse harus
menyediakan waktu extra untuk melakukannya 30 menit sebelum atau sesudah jam kerja,
namun itu akhirnya terbayarkan karena pada saat annual inventory counting di akhir
tahun, diketahui bahwa tingkat akurasi pencatatan stock (Inventory Record Accuracy)
meningkat secara signifikan.
Makalah Manajemen Persedian

Di Susun Oleh:
Abilio Jonathan/140321488

Universitas Atma Jaya Yogyakarta


SCM dan Persediaan
Pengertian Supply Chain Management
supply Chain Management adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut
aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan
dalam buku perusahaan. Pengertian supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang
berulang yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan
pendistribusian kepada konsumen. Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto supply chain
adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para
pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyalur barang tersebut.
Menurut Schroeder Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan
kontrol arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan konsumen
sekarang dan di masa depan. Menurut Simchi-Levi et al SCM adalah suatu pendekatan dalam
mengintegrasikan berbagai organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran
barang, yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut
dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, waktu yang
tepat dan biaya yang seminimal mungkin.Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa SCM adalah suatu rantai pengadaan barang kepada pelanggan dalam rangka menjamin
ketersediaan material dan meminimalisasikan biaya.

Tujuan Supply ChainTujuan supply chain manajemen berdasarkan definisi diatas adalah:

Supply chain manajemen menyangkut pertimbangan mengenai lokasi setiap


fasilitas yang memiliki dampak terhadap aktivitas dan biaya dalam rangka
memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari supplier dan pabrik hingga
disimpan di gudang dan pendistribusiannya ke sentra penjualan.
Mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem dari
transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, proses kerja dan barang jadi.
perkembangan manajemen logistik pada perusahaan sejak tahun 1970-an.
1. era penciptaa.Manajemen rantai pasokan Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh seorang
konsultan industri AS pada awal tahun 1980. Namun, konsep rantai pasokan dalam manajemen
adalah sangat penting jauh sebelum, di awal abad 20, terutama dengan penciptaan jalur
perakitan. Ciri-ciri dari era manajemen rantai pasokan termasuk kebutuhan untuk perubahan
skala besar, rekayasa ulang, perampingan didorong oleh program-program pengurangan biaya,
dan perhatian luas terhadap praktek manajemen Jepang.
2. integrasi eraEra studi manajemen rantai pasokan yang disorot dengan pengembangan Electronic
Data Interchange (EDI) sistem pada tahun 1960 dan dikembangkan melalui 1990-an oleh
pengenalan Enterprise Resource Planning (ERP) sistem. Era ini terus berkembang menjadi abad
ke-21 dengan ekspansi sistem kolaboratif berbasis internet. Era evolusi rantai suplai dicirikan
oleh meningkatkan nilai tambah dan pengurangan biaya melalui integrasi.Bahkan rantai pasokan
dapat diklasifikasikan sebagai jaringan Tahap 1, 2 atau 3. Pada tahap 1 rantai pasokan jenis,
berbagai sistem seperti Buat, Penyimpanan, Distribusi, Bahan kontrol, dll adalah tidak terkait
dan tidak bergantung satu sama lain. Dalam rantai pasokan 2 tahap, ini adalah terpadu di bawah
satu rencana dan ERP diaktifkan. Sebuah panggung 3 rantai pasokan adalah satu di mana
integrasi vertikal dengan pemasok di arah hulu dan pelanggan di arah hilir tercapai. Contoh
semacam ini supply chain adalah Tesco.
3. era globalisasiGerakan ketiga pengembangan manajemen rantai suplai, era globalisasi, dapat
dicirikan oleh perhatian yang diberikan kepada sistem global hubungan pemasok dan perluasan
rantai pasokan lebih dari batas-batas nasional dan ke benua lain. Meskipun penggunaan sumber-
sumber global dalam rantai pasokan organisasi dapat ditelusuri kembali beberapa dekade
(misalnya, dalam industri minyak), tidak sampai akhir 1980-an itu, sejumlah organisasi mulai
untuk mengintegrasikan sumber global ke dalam bisnis inti mereka. Era ini ditandai oleh
globalisasi manajemen rantai pasokan dalam organisasi dengan tujuan meningkatkan keunggulan
kompetitif mereka, nilai tambah, dan mengurangi biaya melalui sumber global.
4. Spesialisasi era-fase satu: manufaktur outsourcing dan distribusiPada 1990-an, industri
mulai berfokus pada kompetensi inti dan mengadopsi model spesialisasi. Perusahaan
ditinggalkan integrasi vertikal, dijual operasi non-inti, dan outsourcing fungsi-fungsi ke
perusahaan lain. Ini diubah persyaratan manajemen dengan memperpanjang rantai pasokan
perusahaan melampaui dinding dan mendistribusikan manajemen rantai pasokan di kemitraan
khusus. Transisi ini juga kembali fokus perspektif fundamental dari masing-masing organisasi
masing-masing. OEM menjadi pemilik merek yang diperlukan visibilitas jauh ke pangkalan
logistik mereka. Mereka harus mengendalikan seluruh rantai dari atas, bukan dari dalam.
Kontrak produsen harus mengelola kebutuhan material dengan skema penomoran bagian yang
berbeda dari beberapa OEMs dan permintaan dukungan pelanggan untuk visibilitas bekerja-di-
proses dan persediaan vendor-dikelola (VMI). Model spesialisasi menciptakan jaringan produksi
dan distribusi terdiri dari beberapa, rantai pasokan individu spesifik untuk produk, pemasok, dan
pelanggan yang bekerja sama untuk mendesain, memproduksi, mendistribusikan, pasar, menjual,
dan pelayanan produk. Himpunan mitra dapat berubah menurut suatu wilayah, pasar tertentu,
atau saluran, mengakibatkan proliferasi lingkungan mitra dagang, masing-masing dengan
karakteristik sendiri yang unik dan tuntutan.
5. spesialisasi era-fase dua: manajemen rantai suplai sebagai layananSpesialisasi dalam rantai
pasokan dimulai pada tahun 1980-an dengan dimulainya brokerages transportasi, manajemen
gudang, dan operator non-berbasis aset dan telah jatuh tempo di luar transportasi dan logistik ke
pasokan aspek perencanaan, kolaborasi, pelaksanaan dan manajemen kinerja. Pada saat tertentu,
kekuatan pasar bisa menuntut perubahan dari pemasok, penyedia logistik, lokasi dan pelanggan,
dan dari sejumlah peserta ini khusus sebagai komponen jaringan rantai pasokan. Keragaman ini
memiliki pengaruh yang signifikan pada infrastruktur rantai pasokan, dari lapisan dasar
mendirikan dan mengelola komunikasi elektronik antara mitra dagang untuk kebutuhan yang
lebih kompleks termasuk konfigurasi dari proses dan arus kerja yang sangat penting untuk
pengelolaan jaringan itu sendiri. spesialisasi rantai suplai memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan kompetensi secara keseluruhan dengan cara yang sama bahwa outsourcing
manufaktur dan distribusi telah dilakukan, yang memungkinkan mereka untuk fokus pada
kompetensi inti dan merakit jaringan tertentu, mitra terbaik di kelas untuk berkontribusi pada
nilai keseluruhan rantai sendiri, sehingga meningkatkan kinerja dan efisiensi. Kemampuan untuk
dengan cepat mendapatkan dan menggunakan keahlian ini supply chain domain-tertentu tanpa
mengembangkan dan mempertahankan kompetensi sepenuhnya unik dan kompleks di dalam
rumah adalah alasan utama mengapa rantai suplai spesialisasi mendapatkan
popularitas. Outsource teknologi hosting untuk solusi rantai pasokan debutnya di akhir 1990-an
dan telah mengambil akar terutama di kategori transportasi dan kolaborasi. Ini telah berkembang
dari model Aplikasi Layanan Provider (ASP) dari sekitar 1998 sampai 2003 untuk model On-
Demand dari sekitar 2003-2006 ke Software sebagai model (SaaS) Service saat ini dalam fokus
hari ini.
6. manajemen rantai pasokan 2.0 (SCM 2.0)Membangun globalisasi dan spesialisasi, para SCM
istilah 2.0 telah diciptakan untuk menggambarkan baik perubahan dalam rantai suplai itu sendiri
serta evolusi, metode proses dan alat-alat yang mengelolanya dalam era baru. Web 2.0
didefinisikan sebagai kecenderungan dalam penggunaan World Wide Web yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kreativitas, berbagi informasi, dan kolaborasi antara pengguna. Pada
intinya, atribut umum bahwa Web 2.0 membawa adalah untuk membantu menavigasi sejumlah
besar informasi yang tersedia di web untuk menemukan apa yang dicari. Ini adalah gagasan dari
sebuah jalur dapat digunakan. SCM 2.0 berikut ini gagasan ke dalam operasi rantai suplai. Ini
adalah jalan menuju hasil SCM, kombinasi dari, metodologi proses, alat dan pilihan pengiriman
untuk memandu perusahaan untuk hasil mereka dengan cepat sebagai kompleksitas dan
kecepatan meningkatkan rantai pasokan karena efek dari persaingan global, fluktuasi harga yang
cepat, bergelombang harga minyak, siklus hidup produk pendek, spesialisasi diperluas, near-/far-
dan off-menopang, dan kelangkaan bakat.
pengertian upstream dan downstream supply chain

Upstream supply chainBagian upstream meliputi aktivitas dari suatu perusahaan


manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat
manufacturers,assemblers atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para
penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat
diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih
tambang. Pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply cahin, aktivitas yang
utama adalah pengadaan.
Downstream supply chain
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Didalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan , transportasi, dan after-sale
service.
pengertian pull dan push supply chain
Push, system push biasanya menggunakan MRP (material requirement planning) untuk jadwal
produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk menetukan kapan, jenis dan banyak barang yang
dikirimkan ke perusahaan, sedangkan pull menggunakan informasi atas permintaan actual
konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat memnuhi permintaan tersebut.
contohnya : Perusahaan lain yang menganut sistem pull adalah Ford. Bahkan Ford Australia
benar-benar memproduksi mobil hanya jika ada pesanan dari pelanggan. Contoh lainnya adalah
pada perusahaan manufaktur cat Columbia Paint yang menggunakan pull
system di Kaizen eventmereka untuk meningkatkan batch produksi dan menghilangkan waste.

Kaizen event di Columbia Paint memiliki tiga agenda utama yaitu:

1. Menetapkan standardisasi aliran produk.


2. Mengembangkan sistem penjadwalan pull untuk batch filling paint.
3. Membuat representasi visual dari jadwal tersebut sehingga pekerja dapat mengetahui
progres dari pesanan dan batch cat yang sedang diproduksi.
Tujuan dari Kaizen event kali ini adalah untuk meningkatkan jumlah batch yang diproduksi
setiap hari tanpa menurunkan volume cat yang diproduksi, dan untuk mengurangi jumlah wash
wateryang dihasilkan.
Sebelumnya, Columbia Paint menggunakan sistem produksi push yang dilakukan berdasarkan
proses batch-making, ketersediaan tanki, dan forecast produksi, bukan dari permintaan langsung
dari pelanggan akan produk mereka. Tim Kaizen mereka mengubah hal-hal tersebut dan
mengembangkan sistem penjadwalan produksi untuk proses filling yang berbasis kepada
permintaan pelanggan. Sistem yang baru ini menggunakan jadwal tunggal yang mencakup
seluruh kegiatan operasional.
Tim ini menganalisa waktu yang dilakukan untuk melakukan pengisian cat di tiga stasiun
pengisian (satu auto-filling station dan dua hand-filling station). Kemudian mereka
mengembangkan scheduling tool yang baru untuk menentukan jenis cat mana (dari batch) yang
akan diisikan kedalam kemasan dan menciptakan sebuah papan visual production control.
Dengan pemahaman mereka mengenai waste pada proses (pemborosan material termasuk salah
satu waste yang ada dalam konsep Lean), tim Kaizen menemukan bahwa seluruh wash
waterputih dapat diserap kedalam produk cat. Manajemen Columbia Paint lalu memerintahkan
untuk tidak membuang white water.
Ketika Kaizen event berlangsung, tim mengadakan test run untuk pull production system yang
baru dibuat, dan mengadakan sesi pelatihan yang melibatkan operator dan papan visual
production control.

Hasil yang didapat dari Kaizen event ini ternyata menggembirakan. Dengan menerapkan pull
system, mereka mampu melakukan improvement berupa:

Penghematan sebesar US$20,600 dari biaya pekerja karena tidak perlu melakukan
penambahan staf baru untuk memenuhi produksi yang meningkat akibat penjualan yang
meningkat.
Mengurangi biaya overtime sebesar US$13,000 pertahun.
Menghemat US$10,000 karena berhasil menghindar dari biaya transportasi inventori.
Meningkatkan awareness akan jadwal produksi dan status pesanan, dan mengurangi
potensi kebingungan dan miskomunikasi karyawan.
Lebih banyak karyawan yang mampu membuat jadwal karena jadwal produksi berbasis
kepada data permintaan pelanggan; bukan berdasarkan pengetahuan institusional
(forecasting).
Level pelayanan yang meningkat karena mampu memenuhi order cat dengan tepat waktu,
serta terhindar dari resiko kehilangan penjualan.
Mengurangi total lead time untuk melakukan produksi dari 6-10 hari menjadi hanya 5
hari, termasuk:- Waktu untuk melakukan pengecekan ketersediaan bahan mentah.-
Waktu untuk menjawab berbagai pertanyaan berkaitan dengan penjualan (1 jam per
minggu).- Waktu yang digunakan untuk mengatur jadwal (1 jam perhari).- Waktu yang
dibutuhkan gudang untuk mengatur inventori sebagai persiapan jika ada pertumbuhan
jumlah penjualan.

peran teknologi informasi pada SCM (Supply Chain Management)


1. Mengurangi resiko (minimize risks) pada umumnya resiko berasal dari adanya
ketidakpastian dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada
diluar perusahaan. Kehadiran TI selain harus mampu membantu perusahaan
mengurangi resiko bisnis yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu
manajemen dalam mengelola resiko (managing risks) yang dihadapi sehari-hari
2. Mengurangi biaya. Tawaran lain yang ditawarkan TI adalah perbaikan efisiensi
dan optimalisasi proses-proses bisni diperusahaan
3. Menambah nilai tujuan dari penciptaan value tidak sekedar memuaskan
pelanggan tetapi lebih jauh lagi untuk menciptakan loyalitas sehingga pelanggan
tersebut selalu menjadi konsumennya untuk jangka panjang

Michael Porter menciptakan suatu model yang menggambarkan rantai nilai (Porters
Value Chain)

1. Rantai Nilai PorterProfesor Harvard Michael E. Porter adalah orang yang paling sering
dikaitkan dengan topik keunggulan kompetitif. Buku dan artikel-artikel yang ditulisnya
memberikan panduan dan strategi bagi perusahaan yang mencoba untuk mendapatkan
keunggulam diatas para pesaingnya. Porter yakin bahwa sebuah perusahaan meraih keunggulan
kompetitif dengan menciptakan suatu rantai nilai (value chains). Perusahaan menciptakan nilai
dengan melakukan apa yang disebut oleh Porter sebagia aktivitas nilai (value activities).
Aktivitas ini terdiri atas dua jenis : Aktivitas nilai utama (primary value activities) dan Aktivitas
nilai pendukung.(support value activities). Selain itu, ketiga aktivitas akan mempengaruhi
aktivitas utama secara terpisah maupun dalam bentuk terkombinasi yaitu manajemen sumber
daya manusia, pengembangan teknologi, dan pengadaan (atau pembelian). Masing-masing nilai,
baik utama atau pendukung, akan mengandung tiga unsur penting : input yang dibeli, sumber
daya manusia, dan tekologi. Setiap aktivitas juga akan menggunakan dan menciptakan informasi.
Sebagai contoh, spesialisasi informasi di dalam unit jasa informasi dapat menggabungkan basis
data pembelian komersial, peralatan komputasi yang disewa, dan program-program yang
dikembangkan sendiri untuk menghasilkan informasi pendukung keputusan bagi para eksekutif
perusahaan.
2. Memperluas Ruang Lingkup Rantai MakananManajemen harus waspada terhadap tambahan
keunggulan yang dapat dicapai dengan menngaitkan rantai nilai perusahaan ke rantai nilai
organisasi lain kaitan seperti ini dapat meghasilkan suatu sistem interorganisasional
(interorganizational system-IOS). Perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi disebut sebagai
sekutu bisnis (business partners) mereka bekerja bersama sebagai suatu unit tunggal yang
terkoordinasi, sehingga menimbulkan suatu sinergi yang tidak dapat dicapai jika masing-
masing bekerja sendirian. Sebuah perusahaan dapat menngaitkan rantai nilainya kepada rantai
nilai pemasoknya dengan mengimplementasikansistem yang membuat sumber daya input
tersedia bila dibutuhkan. Perusahaan juga dapat mengaitkan rantai nilainya dengan rantai nilai
para anggota jalur distribusinya, sehingga menciptakan suatu sistem nilai (vaue system). Ketika
para pembeli perusahaan produk perusahaan adalah organisasi, rantai nilai mereka akan juga
dapat dikaitkan dengan rantai nilai perusahaan dan para anggota distribusinya.
3. Dimensi-dimensi Keunggulan KompetitifKeunggulan dapat direalisasikan dalam hal
mendapatkan keunggulan strategis, taktis, maupun operasional. Pada tingkat manajerial yang
tertinggi adalah tingkat perencanaan strategis, sistem informasi dapat digunakan untuk megubah
arah sebuah perusahaan dapat mendapatkan keunggulan strategisnya. Pada tingkat kendali
manajemen (menengah), manajer dapat memberikan spesifikasi mengenai bagaimana rencana
strategis akan diimplementasikan, ehingga menciptakan suatu keunggulan taktis. Pada tingkat
kendali operasional (lebih rendah), manajer dapat menggunakan teknologi informasi dalam
berbagai pengumpulan data dan penciptaan informasi yang akan memastikan efisiensi operasi,
sehingga mencapai keunggulan operasional. Sistem informasi dapat mencapai keunggulan
kompetitif pada tiga tingkatan yaitu : keunggulan strategis, keunggulan taktis dan keunggulan
operasional. Berikut ini adalah penjelasannya ;

KEUNGGULAN STRATEGISKeunggulan strategis (strategic advantage) adalah keunggulan


yang memiliki dampak fundamental dalam membentuk operasi perusahaan.Sistem informasi
dapat digunakaan untuk mencapai keunggulan stratergis. Manajer pada tingkat perencanaan
strategis dapat meraih keunggulan strategis dengan mempergunakan sistem informasi untuk
membedakan perusahaannya dan para pesaing. Tingkat strategis akan menentukan arah dan
tujuan perusahaan, namun tetap masih terdapat kebutuhan akan suatu rencana yang dapat
mencapai suatu strategis yang menyadari arti penting dari keamanan.
KEUNGGULAN TAKTISSebuah perusahaan mendapatkan keunggulan taktis (tactical
advantage) ketika perusahaan tersebut mengimplementasikan strategi dengan cara yang lebih
baik dari para pesaingnya. Manajer tingkat pengendalian manajemen (tingkat menengah) dapat
meraih keunggulan taktis dengan mengarahkan perancangan sistem informasi yang memiliki alat
penghubung umum, seperti browser Web untuk mengakses internet, yang memungkinkan
pelanggan memiliki akses langsung atas informasi. Keputusan keunggulan strategis adalah
menjadikan sistem informasi perusahaan tersedia bagi para pelanggan untuk meningkatkan
layanan pelanggan. Perusahaan mengembangkan suatu sistem informasi taktis yang tidak hanya
akan meningkatkan kepuasan pelanggan, namun juga akan meingkatkan profitabilitas.
KEUNGGULAN OPERASIONALKeunggulan operasional (operational advantage) adalah
suatu keunggulan yang berhubungan dengan transaksi dan proses sehari-hari. Disinilah sistem
informasi akan berinteraksi secara langsung dengan proses. Manajer pada tingkat pengendalian
operasional (tingkat paling rendah) dapat meraih keunggulan opersional dengan
mengembangkan sistem informasi yang menawarkan produk-produk komplementer ketika
pelanggan mengakses pesanan mereka sebagai salah satu cara untuk secara bersamaan
meningkatkan penjualan dan mendukung kepuasan pelanggan. Ketika tiga tingkatan diatas
bekerja untuk mencapai tujuan yang sama, maka perusahaan akan dapat meraih potensi
keuntungan yang paling besar. Sistem informasi yang terpegaruh oleh ketiga tingkat ini akan
memiliki kemungkinan terbaik untuk meningkatkan kinerja sebuah perusahaan secara
substansial.
PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK SUMBER DAYA MANUSIAPerusahaan-
perusahaan pertama yang menggunakan komputer menempatkan tanggung jawab pengelolaan
sumber daya informasi di tangan sebuah unit khusus yang terdiri atas para profesional informasi.
Unit ini, yang disebut sebagai layanan informasi (infomation service-IS), dikelola oleh seorang
manajer yang mungkin memiliki status wakil presiden. Praktik yang diterima dewasa ini adalah
membuat layanan informasi sebagai suatu area bisnis utama dan memuaskan manajer puncaknya
di dalam kelompok eksekutif senior, seperti komite eksekutif, yang melakukan pengambilan-
pengambilan keputusan penting bagi perusahaan.
CHIEF INFORMATION OFFICER DAN CHIEF TECHNOLOGY OFFICIERIstilah
CEO, untuk chief executive officer, pertama kali dicantumkan dalam kosakata bisnis untuk
menunjukkan seseorang (presiden atau ketua dewan direksi) yang memiliki pengaruh terbesar
dalam mengarahkan perusahaan. Istilah-istilah seperti CFO, untuk chief financial officer, dan
CCO, untuk chief operating officer, kemudian juga ikut dibuat. Terminologi yang serupa juga
diciptakan untuk manajer layanan informasi. Pertama, istilah CIO, untuk cheif information
officer, digunakan lalu belakangan ini, istilah CTO, untuk chief technology officer, mulai
muncul. Istrilah-istilah ini menggambarkan peranan penting yang seharusnya dimainkan oleh
manajer puncak layanan informasi.
Chief information officer (CIO) atau chief technology officer (CTO)
adalah manajer dengan tingkat tertinggi dilayanan informasi. Orang ini akan menyumbangkan
keahlian manajerial dalam memecahkan masalah-masalah yang tidak hanya berhubungan dengan
layanan informasi saja, melainkan juga area-area operasi perusahaan lain. Chief information
officer (atau chief technology officer) memaikan peran penting dalam perencanaan strategis
suatu usaha, area bisnis, dan sumber daya informasi. Sebuah rencana strategis untuk sumber daya
informasi akan mengindetifikasikan tujuan-tujuan yang harus dipenuhi oleh sistem informasi
perusahaan di tahun-tahun mendatang dan sumber daya informasi yang akan diperlukan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut. CIO dan CTO dapat memosiasikan layanan informasi sebagai
salah satu unsur vital dalam struktur organisasi perusahaan dengan melaksanakan saran-saran
berikut ini :
- Meluangkan waktu dalam bisnis dan pelatihan bisnis.
- Secara aktif mencari kemitraan dengan unit-unit bisnis dan manajemen ini jangan menunggu
untuk
diundang.
- Fokus pada perbaikan proses bisnis.
- Menjelaskan biaya-biaya IS dalam istilah bisnis
- Membangun krebilitas dengan memberikan jasa IS yanng dapat diandalkan.
- Terbuka untuk ide-ide yang berasal dari luar bidang IS.
PERENCAAN STRATEGIS BAGI PERUSAHAANKetika sebuah perusahaan
mengorganisasikan para eksekutifnya ke dalam suatu komite eksekutif, kelompok ini biasanya
akan bertanggung jawab atas perencanaan strategis bagi keseluruhan perusahaan. Pada tingkat
paling minimum, komite eksekutif terdiri atas presiden atau wakil presiden bidang-bidang bisnis
perusahaan. Komite ini akan menentukan rencana bisnis strategis organisasi. Setelah rencana
dibuat, komite eksekutif akan memonitor pelaksanaan sepanjang tahun dan jika dibutuhkan
mengambil tindakan yang sesuai. Dalam beberapa kasus, rencana dapat berupa dimodifikasi
untuk mencerminkan perubahan situasi. Komite juga dapat mengambil inisiatif pengambilan
keputusan yang ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh sasaran perusahaan akan tercapai.
RENCANA STRATEGIS UNTUK AREA-AREA BISNIS
Ketika para eksekutif sebuah perusahaan sepenuhnya memiliki komitmen pada perencanaan
strategis, mereka melihat adanya kebutuhan bagi masing-masing area bisnis untuk
mengembangkan rencana strategisnya sendiri. Rencana area bisnis akan merinci bagaimana area-
area tersebut akan mendukung usaha ketika berusaha mencapai sasaran strategisnya. Salah satu
pendekatan pada perencanaan strategis area bisnis adalah untuk setiap area membuat rencananya
sendiri secara terpisah dari area-area yang lain. Akan tetapi, pendekatan seperti ini tidak dapat
memastikan bahwa area-area akan dapat bekerja sama dengan baik. Selama beberapa tahun
terakhir, unit IS mungkin telah mendedikasikan sebagai besar perhatian mereka pada
perencanaan strategi daripada kebanyakan area bisnis yang lain. Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan aktivitas ini adalah perencanaan strategis untuk sumber daya informasi
(strategic planning for information resource-SPIR) Pendekatan perencanaan strategi untuk
sumber daya informasi (strategic planning for information resource-SPIR) adalah pengembangan
rencana strategis secara paralel bagi layanan informasi dan perusahaan bagi layanan informasi
dan perusahaan sehingga rencana perusahaan akan mencerminkan dukungan yang akan diberikan
oleh layanan informasi. Rencana IS akan mencerminkan permintaan dukungan sistem di masa
mendatang dan sumber daya informasi yang akan dibutuhkan. Kunci SPIR adalah
mengembangkan rencana strategis bagi perusahaan dan bagi sumber daya informasi pada waktu
yang bersamaan

Pengertian Persediaan (Inventory)

Pengertian persediaan yaitu barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada
masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan barang baku, persediaan
barang setengah jadi dan persediaan barang jadi. Persediaan barang jadi dan barang setengah jadi
disimpan sebelum digunakan atau dimasikkan kedalam proses produksi, sedangkan persediaan
jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian
perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pada umumnya memiliki persediaan.
Sedangkan perusahaan perdagangan minimal memiliki satu jenis persediaan, yaitu persediaan
barang dagangan. Adanya berbagai macam persediaan ini menuntut pengusaha untuk melakukan
tindakan yang berbeda untuk masing-masing persediaan, dan ini akan sangat terkait dengan
permasalahan lain seperti masalah peramalan kebutuhan bahan baku serta peramalan penjualan
atau permintaan konsumen.

Pengertian Persediaan/Inventory Meurut Para Ahli

Pengertian Inventory Menurut Koher, Eric L.A adalah baan baku dan penolong, barang
jadi dan barang dalam produksi dana barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam
perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir
periode
Pengertian Inventory Menurut Ristono (2009) adalah suatu teknik untuk manajemen
material yang berkaitan dengan persediaan
Pengertian Inventory Menurut Lalu Sumayang (2003) Adalah simpanan material yang
berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi
Pengertian Inventory Menurut Hani Handoko (2000) adalah suatuistilah umum yang
menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan

Fungsi Persediaan Inventory

Fungsi produksi suatu perusahaan tidak dapat berjalan lancar tanpaadanya persediaan yang
mencukupi. Persediaan timbul karena penawarandan permintaan berada dalam tingkat yang
berbeda sehingga material yang disediakan berbeda. Secara umum inventory berfungsi untuk
mengelola persediaan barang dagangan yang selalu mengalami perubahan jumlah dannilai
melalui transaksi-transaksi pembelian dan penjualan
Tujuan Persediaan Iventory

1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian


2. Mempersiapkan stok apabila ada keperluan mendadak
3. Mengantisipasi perbuhan harga pada pasar produksi
4. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
5. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran
Jadi secara umum inventory merupakan sistem yang berfungsi untuk mengelola semua
persediaan barang dagangan yang selalu mengalami perubahan jumlah dan nilai melalui
transaksi penjualan ataupun transaksi pembelian.

Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan berdampak ke
masalah lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan berlebihan
persediaan sehingga tidak semuanya terjual, timbulnya biaya ekstra penyimpanan atau pesanan
bahan dan sebagainya.
Makalah Manajemen Persedian

Di Susun Oleh:
Abilio Jonathan/140321488

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai