Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Industri kerajinan mebel di Indonesia merupakan salah satu jenis industri yang
mempunyai ketahanan tinggi terhadap krisis. Industri kerajinan mebel merupakan salah
satu industri kerajinan yang tetap bertahan meskipun dihantam dengan berbagai macam
krisis nasional maupun global. Pendeknya jaringan produksi dan ketergantungan terhadap
sektor industri lain menjadi salah satu faktor yang menyebabkannya tetap bertahan
meskipun banyak industri lain yang gulung tikar.
Dan meskipun krisis ekonomi yang menerpa menyebabkan penurunan permintaan
terhadap kerajinan mebel, namun permintaan relatif terus ada dan bahkan mulai meningkat
lagi hingga saat ini. Menurut data dari Kementerian Industri dan Perdagangan, industri
mebel baik dalam skala ukm mempunyai potensi dan peran besar terhadap pendapatan
ekspor nasional dengan permintaan yang relatif naik pada beberapa waktu ini. Terlebih
dengan produk kerajinan mebel Indonesia yang mempunyai keunikan khusus, meskipun
banyak berkembang barang komplementer lain, namun tetap memiliki potensi pasar yang
cukup besar.
Namun dengan mulai banyak munculnya industri kerajinan mebel ukm di Indonesia
meningkatkan persaingan diantara para pengusaha mebel sendiri. Hal tersebut sangat
dirasakan khususnya oleh CV.Berkah Jaya Mebel yang juga memiliki usaha yang sama di
bidang kerajinan mebel. Sehingga selain dengan melakukan inovasi produk, perlu
dilakukan peningkatkan efisiensi agar perusahaan dapat tetap berkembang dan tidak kalah
bersaing dengan perusahaan lain. Untuk mencapai hal tersebut maka perusahaan dituntut
untuk menerapkan strategi yang tepat, salah satunya melalui perancanaan strategi Supply
Chain (Rantai Pasok).
Dengan perencanaan strategi supply chain yang tepat, perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi dan keamanan jaringan pasokan terutama pada bahan baku utama
yang dibutuhkan dengan memilih pemasok yang baik. Selain itu dengan pemilihan strategi
yang tepat sesuai karakteristik pasokan dapat menekan biaya yang dibutuhkan sehingga
meningkatkan keuntungan perusahaan.

2

1.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.2.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah melakukan penelaahan terhadap jaringan rantai
pasok industri kerajinan mebel pada ukm C.V. Berkah Jaya Mebel

1.2.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi jaringan rantai pasok C.V Berkah Jaya Mebel
2. Melakukan kajian kekuatan jaringan rantai pasok C.V Berkah Jaya Mebel, dan
3. Melakukan penelaahan strategi yang tepat dalam membangun rantai pasok yang
sesuai bagi Usaha Kecil dan Menengah C.V Berkah Jaya Mebel

1.3. Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian
Lingkup substansi kajian dalam penelitian ini adalah :
1. Penelahaan terhadap jaringan pasok dilakukan sampai dengan pemasok hingga
layer ke 3, dan
2. Penelahaan terhadap strategi tidak dilakukan secara agregat (Bussiness Agregat)
namun berdasarkan karakteristik pasar dan pemasok, serta pertimbangan terhadap
barang-barang komplementer


1.4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab dengan rincian sebagai
berikut:

A. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang dilaksanakannya penelitian termasuk
diantaranya latar belakang dan rumusan permasalahan yang memunculkan pertanyaan
penelitian. Selain itu bab ini memuat maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup dan
batasan penelitian, serta sistematika penulisan.



3

B. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka memuat dasar-dasar teori dan penelitian yang digunakan
sebagai referensi dasar penelitian. Daftar pustaka tersebut dibagi dalam beberapa subbab
yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik topik-topik yang sama. Hal tersebut untuk
memudahkan pembaca menemukan dasar teori yang relevan yang digunakan dalam
penelitian.

C. Bab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian memuat metode penelitian yang digunakan, metode
pengumpulan data, waktu dan rencana kerja penelitian, serta aspek lain seperti
pembiayaan. Sub-bab metode penelitian membahas mengenai metode yang digunakan
serta metode pengumpulan data yang digunakan.

D. Bab IV analisa dan Pembahasan
Bab IV Analisa dan Pembahasan meliputi identifikasi rantai pasok untuk memberikan
gambaran proses rantai pasok mulai dari hulu hingga hilir yang dilakukan oleh C.V Berkah
Jaya Mebel secara umum. Identifikasi rantai pasok tersebut dapat memperlihatkan proses
pasokan yang terjadi dan mengidentifikasi kebutuhan pasokan perusahaan. Kemudian
dilakukan identifikasi pemasok untuk selanjutnya dilakukan evaluasi dan penilaian. Selain
itu dilakukan evaluasi terhadap karakteristik produk pasokan untuk menentukan strategi
pasokan yang akan dilakukan.

E. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab V Kesimpulan dan Saran meliputi hasil dari kesimpulan analisa dan pembahasan
terhadap jaringan rantai pasok dan evaluasi terhadap pemasok. Kesimpulan dan analisa
menentukan sistem jaringan rantai pasok yang diambil serta pemasok yang paling ideal
untuk di laksanakan. Begitu juga dengan sistem strategi manajemen pasokan yang diambil.






4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian
2.1.1. Pengertian Rantai Pasok
Rantai pasok merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, mulai dari
pengadaan bahan baku, barang jadi, hingga barang tersebut mengalir ke konsumen
(Simchi, 2003). Rantai pasok tersebut menggambarkan kekuatan jaringan aliran dan
proses. Aliran pada rantai pasok sendiri terdiri dari aliran barang fisik, informasi, dan uang,
dari hulu menuju hilir (Pujawan, 2005). Adapun Kalakota dalam Irgandhi (2008)
menjabarkan jenis aliran komoditas tersebut sebagai berikut:
Arus bahan melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,
daur ulang, dan pembuangan
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan. Arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan
penyedia material mentah.
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikan pengiriman.

Sedangkan menurut Indrajit (2003), rantai pasok atau rantai pengadaan adalah sistem
yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan.
Sistem jaringan tersebut dipandang sebagai jaringan yang saling terintegrasi dan
mempunyai tujuan yang sama. Tujuan dari sistem jaringan tersebut tidak lain adalah dalam
rangka membangun sistem yang seefisien dan seefektif mungkin dalam penyaluran barang
dan jasa. Dalam pendekatanya, rantai pasok yang merupakan konsep baru dalam
pemecahan masalah logistik tersebut dilihat dari sisi yang lebih holistik dan panjang dari
bahan dasar sampai dengan proses produksi dan hingga pada konsumen akhir.




5








Gambar 2.1 Aliran Barang, Informasi, dan Uang Pada Jaringan Rantai Pasok

2.1.2. Pengertian Manajemen Rantai Pasok
Adapun manajemen rantai pasok merupakan pengelolaan informasi, barang dan jasa,
dari hulu (pemasok paling awal) menuju hilir (konsumen paling akhir) dengan model
sistem terintegrasi (Said, 2006). Jaringan terintegrasi tersebut melibatkan proses pengadaan
bahan (pemasok), pemrosesan barang baik setengah jadi maupun menjadi barang jadi,
pengangkutan dan penggudangan, hingga proses pengiriman kepada konsumen. Alur
jaringan tersebut merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
membuat perencanaan manajemen rantai pasok.
Sedangkan menurut Pujawan (2005), pendekatan manajemen rantai pasok tersebut
sangat dipengaruhi oleh kekuatan pada masing-masing proses yang terlibat didalamnya.
Sebuah industri yang sehat dan efisien menjadi tidak berarti apabila pemasoknya tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasokan baik volume dan waktu. Konsep yang merupakan
pengembangan lanjutan dari manajemen distribusi produk ini menekankan pola yang
terpadu.

2.2. Komponen Rantai Pasok
Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat 3 (tiga) macam komponen rantai
pasokan, yaitu:

a. Bagian Hulu Rantai Pasokan
Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur
dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur, assembler, atau kedua-
Pemasok Bahan
Baku
Proses Produksi Konsumen
Aliran barang dan informasi
Aliran uang dan informasi
6

duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-
tier). Hubungan pada penyalur dapat diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai
dengan kebutuhan dan semua jalur asal material. Contohnya langsung dari
pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan,
pengadaan merupakan aktivitas yang mendapat prioritas utama.

b. Bagian Internal Rantai Pasokan
Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang
yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur menjadi
produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai pasokan, perhatian utama
difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

c. Bagian Hilir Rantai Pasokan
Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai
pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan
pelayanan purna jual.

2.3. Prinsip dasar dan Kriteria Pemilihan Pemasok
2.3.1. Prinsip Dasar
Prinsip dasar manajemen rantai pasok adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa,
mulai dari pemasok hingga konsumen paling akhir menggunakan sistem terintegrasi
dengan tujuan yang sama. Adapun prinsip dasar manajemen rantai pasok menurut Said
(2006) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip integrasi artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian manajemen
rantai pasokan berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya
saling ketergantungan.
2. Prinsip jejaring artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.
3. Prinsip ujung ke ujung artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang
paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
7

4. Prinsip saling tergantung artinya setiap elemen dalam manajemen rantai pasokan
menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang
saling menguntungkan.
5. Prinsip komunikasi artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk
menjadi ketepatan informasi dan material.

2.3.2. Kriteria Pemilihan Pemasok
Dalam manajemen rantai pasok, pemilihan pemasok merupakan salah satu hal
strategis yang harus dilakukan.Penentuan pemasok mempengaruhi keamanan proses
produksi dan manajemen logistik kedepannya. dalam membuat penilaian, kriteria pemasok
merupakan salah satu hal penting dalam proses pemilihan pemasok.
Pujawan (2005) menuturkan, banyak permintaan yang menggunakan kriteria dasar
seperti kualitas barang yang diinginkan, harga, dan ketepatan waktu. Kriteria yang
dibutuhkan sebenarnya lebih banyak lagi. Diantaranya seperti pengiriman, sejarah kinerja,
kemampuan teknis, posisi keuangan, dan sebagainya.Adapun lebih rincinya dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Contoh Kriteria / Evaluasi Pemilihan Pemasok

No Kriteria Nilai
1 Kualitas
2 Pengiriman
3 Sejarah kinerja
4 Garansi dan kebijakan tuntutan
5 Harga
6 Kemampuan teknis
7 Posisi keuangan
8 Prosedur komplain
9 Sistem komunikasi
10 Reputasi dan posisi di dunia industri
11 Keinginan untuk berbisnis
12 Manajemen dan organisasi
8

13 Kontrol operasi
14 Perbaikan layanan
15 Sikap
16 Kesan
17 Kemampuan pengemasan
18 Catatan terkait tenaga kerja
19 Lokasi geografis
20 Jumlah usaha di masa lalu
21 Bantuan pelatihan
22 Perencanaan timbal balik

Sumber : Dickson dalam Pujawan (2005)

Pemilihan pemasok dalam manajemen ratai pasokan menjadi penting sebagai akibat
adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend menunjukkan bahwa
konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk yang berkualitas tinggi,
pengiriman yang tepat waktu serta pelayanan purna jual yang lebih baik. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melakukan pemilihan
pemasok (Vani, 2007). Evaluasi pemasok dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat
diperoleh lebih dari satu pemasok.
Menurut Chopra dan Meindl (2004), perusahaan dapat memilih pemasok
berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetetif, sistem lelang, atau
negosiasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada biaya total
yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga penjualannya. Sebelum
memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan menggunakan pemasok tunggal
atau banyak pemasok sebagai sumber dari produk. Pemasok tunggal hanya melayani
pemesanan produk yang spesifik. Sedangkan banyak pemasok dapat meningkatkan
persaingan dan ada kemungkinan produk gagal untuk dikirim.






9

BAB III
METODE PENELITIAN



3.1. Metode Penelitian
Moleong (2006) dalam Cakrawijaya (2008) menyebutkan bahwa dalam sebuah
penelitian ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang didasarkan pada analisa
perhitungan secara statistikal. Sedangkan metode kualitatif adalah metode penelitian yang
analisanya didasarkan pada olah data, ditambah pengamatan, dan wawancara yang
outputnya berupa data diskriptif.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam rangka mendapatkan analisa yang
lebih mendalam mengenai realita yang terjadi di lapangan. Metode kualitatif lebih mudah
dalam melakukan penyesuaian apabila dihadapkan pada kenyataan ganda, dan dapat
menyajikan secara langsung interpretasi peneliti dan responden sendiri selain peka lebih
peka dan adaptif dengan berbagai pengaruh yang terjadi terhadap pola, aspek, atau nilai
yang dihadapi secara empirik (Moleong, 2006 dalam Cakrawijaya, 2008).
Metode kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan proses wawancara dan
pendekatan penilaian yang subjektif dengan mempertimbangkan kebutuhan responden
dalam hal ini adalah perusahaan. Penilaian yang subjektif meliputi proses evaluasi terhadap
pemasok (yang namanya dirahasiakan), serta pertimbangan keamanan jaringan rantai
pasok berdasarkan faktor-faktor eksternal yang intangible.

3.2. Metode Kajian
Metode kajian meliputi proses dan tahapan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini
meliputi beberapa tahapan mulai dari pengumpulan data, penelaahan data, identifikasi
jaringan, evaluasi pemasok, identifikasi karakteristik pasokan, serta penentuan strategi
yang dilakukan. Adapun metode kajian dalam identifikasi rantai pasok industri kerajinan
mebel C.V Berkah Jaya Mebel adalah sebagai berikut:



10













Gambar 3.1 Diagram Proses Metode Kajian


3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah
penelitian. Dengan metode yang tepat, diharapkan data yang diperoleh dapat mendukung
proses analisa sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Metode pengumpulan
data terkait dengan data yang diperlukan, sumber data, dan sumberdaya yang dimiliki.
Sedangkan penelitian ini sendiri akan menggunakan kedua jenis data tersebut untuk
mendukung penelitian.
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu data
sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia seperti
misalnya laporan-laporan, profil daerah dalam angka, data program dan kebijakan, dan
data lainnya yang umumnya disajikan dalam kurun waktu tertentu. Cara memperolehnya
pun bermacam-macam, yaitu dapat menggunakan media on-line apabila data yang
Pengumpulan Data
Penelahaan Data
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Rantai Pasok Karakteristik Bahan Pasokan Evaluasi Pemasok
Strategi Pasokan
11

dibutuhkan telah ter up-load, atau mengumpulkan data yang ada dalam dokumentasi
instansi / lembaga / organisasi tertentu.
Dalam mengidentifikasi dan memilah data yang dikumpulkan, sebelumnya dilakukan
penelaahan terhadap data yang ada. Sebab pada prinsipnya data sekunder tidak bergantung
pada seberapa banyak data yang tersedia atau diperoleh, namun bergantung pada
kesesuaian data terhadap kebutuhan penelitian. Penelaahan dilakukan terhadap waktu data,
kesesuaian, ketepatan, dan biaya yang dibutuhkan untuk memperolehnya.

12

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN



4.1. Identifikasi Karakteristik Bahan Pasokan
Identifikasi karakteristik bahan pasokan melibatkan identifikasi proses produksi dan
jaringan proses transhipment hingga ke konsumen paling akhir. Kegiatan proses produksi
tersebut termasuk diantaranya proses desain, proses pembuatan prototype, hingga proses
produksi barang sesuai kebutuhan. Adapun proses produksi yang dilaksanakan oleh
Industri Kerajinan Mebel C.V Berkah Jaya Mebel meliputi pemrosesan bahan baku kayu
gelondongan yang telah dipotong menjadi barang setengah jadi-finishing-barang jadi-dan
pernyortiran.
Pada masing-masing proses tersebut dibutuhkan pasokan bahan-bahan dan material
utama (kayu) serta bahan-bahan pendukung sebagai berikut:

Tabel 4.1 Identifikasi Kebutuhan Barang Pasokan Pada Masing-masing Proses

No Proses Pasokan
1 Bahan Baku Kayu gelondongan, Akar Pohon
2 Desain Tenaga Desain, Alat Komputer, Peralatan Gambar
3 Pembuatan Protoype dan
Produksi
Tenaga Pengrajin, Bahan Pengawet Kayu, Tangki
Tekan Vakum /Bak Penampungan Air, Oven,
Plitur, Cat duco, Cat Warna, Peralatan Kayu, Air
industri, Alat Komputer, Alat Kantor
4 Transhipping Tenaga Kerja Pergudangan, Gudang, Jasa
Pengiriman / Alat angkut dan pengemasan

Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4.1 memberikan gambaran kebutuhan pasokan industri kerajinan mebel C.V
Berkah Jaya Mebel dengan mengesampingkan kebutuhan pasok pada rantai proses yang
lain seperti pada masing-masing supplier. Gambaran kebutuhan tersebut membantu dalam
13

mengidentifikasi kebutuhan pasok dan jenis serta karakteristik barang yang dibutuhkan
untuk membantu proses penyediaan dan pemilihan strategi pasok. Sebab pada prinsipnya
strategi pasok sangat dipengaruhi oleh komoditas yang diperlukan dankebutuhan
perusahaan sendiri.
Adapun masing-masing kebutuhan barang pasokan tersebut dapat dikelompokkan
dalam kelompok primer, sekunder, dan tersier. Kelompok primer merupakan bahan-bahan
pasokan yang mempunyai sensitifitas tinggi dan sangat mempengaruhi proses produksi
yang dijalankan atau sangat penting. Kelompok sekunder merupakan kelompok bahan
pasokan yang juga penting namun tidak mempengaruhi proses produksi atau jalannya
perusahaan. Sedangkan kelompok tersier merupakan kelompok bahan pasok yang tidak
terlalu berpengaruh terhadap proses yang terjadi di perusahaan. Adapun rincian kelompok
bahan pasok dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:


Tabel 4.2 Kelompok Kebutuhan Barang Pasokan dan Karakteristiknya

No Barang Pasokan Kelompok Karakteristik
1 Bahan Baku Kayu
Gelondongan dan Akar
Pohon
Primer Mempunyai banyak supplier
dengan pasokan bahan (kayu
hutan) yang terbatas
2 Tenaga Kerja Desain Primer Sedikit pasokan, membutuhkan
pelatihan, tidak ada outsourcing
3 Tenaga Kerja Pengrajin Primer Sedikit pasokan, membutuhkan
pelatihan, tidak ada outsourcing
4 Alat Komputer Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
5 Bahan Pengawet Kayu Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
6 Tangki Tekan Vakum /
Bak Penampungan Air
Sekunder Supplier sedikit, ketersediaan
pasokan banyak
7 Oven Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
14

8 Plitur Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
9 Cat duco Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
10 Cat Warna Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
11 Peralatan Kayu Sekunder Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
12 Air industri Tersier Supplier tunggal, ketersediaan
pasokan banyak
13 Gudang Tersier Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
14 Tenaga Kerja
Pergudangan
Tersier Ketersediaan pasokan banyak,
dapat outsourcing
15 Jasa Pengiriman / Alat
Angkut
Tersier Supplier banyak, ketersediaan
pasokan banyak
Sumber : Hasil Analisa


Adapun karakteristik tersebut disesuaikan dengan kondisi pasar lokal dan regional.
Hal tersebut mengingat kemampuan perusahaan dalam mendatangkan bahan pasokan
cukup rendah. Khusus untuk bahan kayu yang merupakan bahan primer atau bahan baku
utama, kondisi supplier di lingkungan perusahaan cukup banyak namun ketersediaan bahan
pasok tidak terlalu banyak. Hal tersebut karena kebutuhan permintaan cukup tinggi dengan
masa produksi bahan pasokan minimal 1 tahun.
Dalam proses industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel, diidentifikasikan
terdapat 3 bahan pasokan primer yang dibutuhkan. Yaitu Bahan baku utama kayu, tenaga
desain, serta tenaga pengrajin. Dalam penelitian ini, pendalaman dilakukan terhadap ketiga
barang primer tersebut.




15


Gambar 4.1. Proses Rantai Produksi Industri Kerajinan Mebel C.V Berkah Jaya Mebel


4.1.1 Bahan Baku Kayu
Bahan baku kayu untuk industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel merupakan
bahan baku utama dalam proses produksi. Bahan baku kayu tersebut berupa kayu
gelondongan yang telah dipotong dalam ukuran 2 m dan diameter kurang lebih 50cm, serta
pesanan khusus akar pohon. Bahan baku kayu tersebut diambil dari kawasan hutan
produksi yang diusahakan oleh penyedia kayu, atau masyarakat dan kelompok masyarakat
yang bekerjasama dengan penyedia kayu. Dalam hal ini penyedia kayu hanya melakukan
proses pemotongan dan pengangkutan.
Ditilik dari lamanya masa panen, besarnya permintaan/kebutuhan, dan lahan
produksi, dapat dikatakan bahwa ketersediaan bahan terbatas. Namun apabila dilakukan
manajemen strategi rantai pasok yang baik dapat mengurangi resiko terhambatnya
pasokan, misalnya dengan mengembangkan strategi kerjasama dengan banyak pemasok.

16

4.1.2 Tenaga Kerja Desain dan Pengrajin
Tenaga kerja pengrajin dan disain merupakan salah satu permasalahan yang sering
ditemui pada jenis industri kerajinan mebel. Tenaga kerja pengrajin umumnya merupakan
buruh terlatih yang tidak terdidik. Kebutuhan permintaan akan tenaga kerja dan
ketersediaan di lapangan menjadikan perusahaan membutuhkan upaya lebih dalam
melakukan penyediaan tenaga kerja.
Berbeda dengan tenaga kerja administratif dan atau pergudangan, tenaga kerja
pengrajin dan desain juga tidak disediakan oleh jasa penyedia tenaga kerja atau
outsourcing. Sehingga kebutuhan tenaga kerja harus disediakan sendiri oleh perusahaan
melalui rekrutmen dan pelatihan. Selain itu diperlukan manajemen tenaga kerja yang baik
sehingga aset tenaga kerja yang dimiliki tidak hilang.

4.2. Identifikasi Rantai Pasok
Identifikasi rantai pasok meliputi identifikasi jaringan mulai dari hulu (pemasok
awal) hingga hilir. Rantai pasok mulai dari proses penyediaan bahan baku produksi,
pengangkutan/pengiriman ke perusahaan, dan pengiriman menuju konsumen. Penyedia
bahan baku produksi meliputi penyediaan bahan baku kayu oleh penyedia kayu, dan
penyediaan bahan baku pendukung seperti alat komputer, bahan material, bahan pengawet
dan lainnya oleh industri penyedia melalui distributor atau retailer.
Adapun rantai pasokan pada industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel
melibatkan beberapa supplier sebagai berikut:
1. Supplier Kayu,
2. Supplier Alat Komputer,
3. Supplier Peralatan Kayu,
4. Supplier Bahan Industri (Cat Duco, Pengawet Kayu, Cat Warna, Plitur, dll),
5. Supplier Air Industri,
6. Supplier Oven / Bak Penampung,
7. Supplier Alat Kantor,
8. Supplier Jasa Angkut dan Pergudangan, dan
9. Supplier Tenaga Kerja (Kebutuhan tenaga administratif dan pergudangan).

Adapun dari penyedia masng-masing bahan pasokan tersebut, selain supplier kayu
seluruhnya dapat dipenuhi oleh pasar dan hanya melibatkan proses yang pendek yaitu
17

perusahaan / produsen utama menuju distributor dan atau menuju toko retailer agen.
Dengan proses rantai pasok yang pendek, pada umumnya dengan mempertimbangkan
jumlah kebutuhan yang cukup besar perusahaan dapat langsung berhubungan dengan
perusahaan industri atau agen distributor yang di tunjuk. Adapun kebutuhan barang juga
relatif sama dengan harga, jenis, dan brand yang relatif sama pada masing-masing
distributor dan retailer. Sehingga pemilihan distributor didasarkan pada faktor jarak dan
services yaitu termasuk diantaranya keuntungan lain seperti kemudahan komplain,
keinginan untuk berbisnis, sikap, kesan, kemampuan pengemasan, dan sebagainya.



Gambar 4.2. Jaringan Rantai Pasok Industri Kerajinan Mebel C.V Berkah Jaya Mebel

Khusus untuk penyedia kayu mempunyai beberapa tipe jaringan pasokan yang
berbeda sebagai berikut:
1. Penyedia Kayu Tipe A
Merupakan tipe penyedia kayu yang mempunyai kawasan hutan produksi sendiri
yang diusahakan sendiri atau bersama masyarakat, dan melakukan proses
18

penebangan, pemotongan kayu, dan pengangkutan kayu sendiri. Tipe penyedia
kayu ini lebih banyak dibandingkan tipe B, namun mayoritas tidak mengusahakan
hutan produksi sendiri melainkan diusahakan oleh masyarakat. Perusahaan
menyewa sebidang lahan atau membeli sebidang lahan untuk diupayakan oleh
masyarakat.

2. Penyedia Kayu tipe B
Merupakan tipe kelompok penyedia kayu yang mengadakan kontrak kerjasama
dengan masyarakat, membeli kayu dengan masyarakat atau penyedia hutan
produksi, dan hanya mengupayakan proses penebangan, pemotongan / sawmill,
serta pengangkutan.

Sedangkan pengusahaan bahan industri seperti cat duko, plitur, cat warna, bahan
pengawet kayu, alat kerajinan, dan lainnya dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
distributor dan retailer. Hal tersebut mengingat pada perusahaan industri kerajinan mebel,
permintaan terhadap produk sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar baik lokal, regional,
nasional, maupun global mengingat pasarnya yang luas dengan permintaan produk yang
unik. Akibatnya proses produksi mengalami fluktuasi yang tinggi pada masa-masa yang
tidak diduga. Oleh karenanya kebutuhan akan bahan produksi juga mengalami perubahan
pada masa-masa tertentu.
Pada saat permintaan akan produksi tinggi, sehingga secara tidak langsung
mengakibatkan besarnya kebutuhan barang pasok terhadap bahan industri. Dalam kasus
ini, perusahaan akan lebih memilih mengambil langsung dari distributor dalam skala besar.
Sedangkan pada masa tidak ada permintaan tinggi, proses produksi berjalan seperti biasa
sehingga terkadang kebutuhan bahan pasok dipenuhi melalui retailer.
Perencanaan terhadap beberapa bahan pasok sulit direncanakan mengingat
kebutuhan permintaan yang sifatnya unik sehingga kebutuhan bahan pasok seperti cat
selalu berubah. Akibatnya perusahaan mengadakan secara simultan melalui distributor dan
retailer.




19

4.3. Evaluasi Pemasok
Evaluasi pemasok terkait dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Adapun kriteria pada masing-masing perusahaan tidak selalu sama dan disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Dalam hal ini evaluasi pemasok dilakukan tidak dalam rangka
melakukan evaluasi terhadap masing-masing pemasok namun pada kelompok tipe
pemasok. Berkaca pada pembahasan diatas, maka dalam hal ini evaluasi hanya dilakukan
pada kelompok tipe pemasok penyedia kayu. Selain posisinya yang sangat penting,
penyediaan bahan industri lainnya cenderung pendek dan tidak terlalu kompleks.
Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Panjang Pendeknya Proses Rantai Pasokan,
2. Sistem Komunikasi,
3. Keberlanjutan Perusahaan,
4. Manajemen dan Organisasi,
5. Prosedur Komplain,
6. Fleksibilitas Perencanaan Produksi, dan
7. Kontrol Operasi,

Masing-masing kriteria tersebut diberi angka 1 (tidak baik) hingga 5 (sangat baik)
untuk selanjutnya dilakukan penilaian. Penilaian didasarkan atas pertimbangan subjektif
peneliti dan responden. Dari ketujuh kriteria tersebut tidak dilakukan pembobotan dan
dianggap masing-masing mempunyai bobot yang sama.
Namun pada prinsipnya penilaian dan evaluasi tersebut hanya dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk memilih pemasok mengingat pada prinsipnya ada
beberapa pertimbangan lain seperti sejarah kinerja, reputasi, keinginan untuk berbisnis,
keuangan yang sehat, maupun kemampuan pemasok bagi tipe rantai penyedia kayu yang
membutuhkan pasokan produksi dari masyarakat (tidak mengsahakan sendiri hutan
produksi).
Adapun penilaian terhadap kedua tipe pemasok atau penyedia bahan baku kayu
industri mebel C.V Berkah Jaya Mebel adalah sebagai berikut:




20

Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Kekuatan Pemasok Penyedia Kayu Tipe A dan B

No Kriteria
Nilai
Tipe A Tipe B
1 Panjang Pendeknya Proses
Rantai Pasokan
4,2 3,5
2 Sistem Komunikasi 3,8 3,1
3 Keberlanjutan Perusahaan 3,5 3,1
4 Manajemen dan
Organisasi
3,7 2,8
5 Prosedur Komplain 3,4 3,3
6 Fleksibilitas Perencanaan
Produksi
3,6 2,8
7 Kontrol Operasi 3,8 3,2
Jumlah 26 21.8
Sumber: Hasil Analisis

Berkaca pada model penilaian tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan
penyedia kayu dengan tipe A lebih unggul dalam segala kriteria yang ditentukan.
Perusahaan dengan tipe A mempunyai rantai pasok yang lebih pendek, sistem komunikasi
yang lebih baik, keberlanjutan perusahaan yang lebih terjamin, manajemen organisasi yang
lebih efektif, prosedur komplain yang lebih mudah, fleksibilitas yang lebih dalam
perencanaan produksi, serta kontrol operasi yang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan lebih
banyaknya pihak yang terlibat pada tipe B. Akibatnya kemampuan kontrolnya menjadi
lebih berkurang dan hanya mengandalkan pada produksi yang dilakukan oleh
masyarakat/kelompok masyarakat/perusahaan yang mengembangkan hutan produksi untuk
kemudian di beli.


4.4. Strategi Pasokan
Berdasarkan identifikasi rantai pasok dan kriteria kebutuhan bahan pasok pada
pembahasan diatas, strategi pasokan yang dapat diterapkan pada kasus industri kerajinan
mebel C.V Berkah Jaya Mebel meliputi kelompok bahan industri sebagai berikut:
21

A. Strategi Penyediaan Pasokan Bahan Baku Kayu
Strategi penyediaan pasokan untuk bahan baku kayu menggunakan metode
kerjasama dengan beberapa supplier, dengan diutamakan pada supllier atau penyedia kayu
dengan tipe A. Yaitu dimana Perusahaan memiliki pengelolaan hutan produksi sendiri baik
diupayakan oleh perusahaan maupun bersama-sama masyarakat namun dalam kontrol
produksi danpengawasan perusahaan. Kerjasama dengan beberapa supplier perlu dilakukan
mengingat panjangnya waktu produksi atau panen untuk bahan baku kayu yang
dibutuhkan.

B. Strategi Penyediaan Pasokan Tenaga Kerja Desain dan Pengrajin
Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin diusahakan sendiri
oleh perusahaan mengingat tidak ada penyedia atau pemasok. Kebutuhan pasokan tenaga
kerja desain dan pengrajin dilakukan melalui proses rekrutmen dan pelatihan yang
diusahakan oleh perusahaan, atau bersama-sama dengan perusahaan lain untuk menekan
biaya yang dibutuhkan. Hal tersebut penting mengingat keahlian atau pengetahun yang
dibutuhkan untuk pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin tidak diturunkan seperti
halnya khasanah budaya lokal pada bebrapa daerah tertentu, melainkan membutuhkan
pelatihan dan pembelajaran.

C. Strategi Penyediaan Pasokan Tenaga Kerja Administrasi dan Pergudangan
Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja administrasi dan pergudangan dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu rekrutmen dan outsourcing. Proses rekrutmen dibutuhkan
pada bebrapa tenaga kerja administrasi dan pergudangan yang memegang peranan penting
pada proses industri seperti manajer, supervisi, dan staf ahli. Sedangkan kebutuhan tenaga
kerja pendukung lain dapat diusahakan melalui outsourcing atau tenaga kerja kontrak
untuk mengurangi beban rekrutmen yang harus dikeluarkan.

D. Strategi Penyediaan Pasokan Bahan Industri Lain
Sedangkan strategi pada penyediaan pasokan bahan industri lain seperti alat
komputer, alat gambar dan desain, bahan pengawet, plitur, cat duco, cat warna, alat
kerajinan, alat perkantoran, dan lainnya dapat diusahakan dengan dua cara yaitu kontrak
kerjasama dengan satu supplier dan proses pembelian langsung. Kontrak kerjasama dengan
satu supplier dilakukan melalui tahapan pemilihan supplier dengan tawaran yang paling
22

menguntungkan, dengan tetap mempertimbangkan keamanan pasokan. Kontrak kerjasama
dengan satu supplier dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan produksi rutin
tahunan, sedangkan pembelian langsung pada distributor dilakukan apabila terdapat
pesanan yang bersifat mendadak atau kontrak baru diluar produksi rutin.
























23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan strategi rantai pasokan yang tepat diperlukan dalam rangka
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan perusahaan terkait dengan
keamanan pasokan.
2. Kriteria perlu disusun dalam rangka memilih jaringan pemasok yang tepat,
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yang diinginkan
3. Tiga bahan pasokan pada industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel yang
tergolong dalam kelompok primer atau sangat berpengaruh terhadap perusahaan
adalah bahan baku kayu, tenaga kerja pengrajin, dan tenaga kerja desain.
4. Rantai pasokan pada industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel
melibatkan beberapa supplier sebagai berikut:
a. Supplier Kayu,
b. Supplier Alat Komputer,
c. Supplier Peralatan Kayu,
d. Supplier Bahan Industri (Cat Duco, Pengawet Kayu, Cat Warna, Plitur,
dll),
e. Supplier Air Industri,
f. Supplier Oven / Bak Penampung,
g. Supplier Alat Kantor,
h. Supplier Jasa Angkut dan Pergudangan, dan
i. Supplier Tenaga Kerja (Kebutuhan tenaga administratif dan pergudangan)
5. Terdapat dua tipe kelompok perusahaan penyedia kayu, dan tipe A merupakan
kelompok tipe penyedia bahan baku kayu yang paling baik terkait dengan
keamanan pasokan.


24

5.2 Saran
Adapun berdasarkan pembahasan di atas, saran manajemen penyediaan rantai pasok
untuk industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel adalah menggunakan strategi
penyediaan sebagai berikut:
A. Strategi untuk penyediaan pasokan untuk bahan baku kayu menggunakan
metode kerjasama dengan beberapa supplier, dengan diutamakan pada supllier
atau penyedia kayu dengan tipe A,
B. Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin diusahakan
sendiri oleh perusahaan mengingat tidak ada penyedia atau pemasok. Kebutuhan
pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin dilakukan melalui proses rekrutmen
dan pelatihan yang diusahakan oleh perusahaan, atau bersama-sama dengan
perusahaan lain untuk menekan biaya yang dibutuhkan,
C. Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja administrasi dan pergudangan dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu rekrutmen dan outsourcing, dan
D. Strategi pada penyediaan pasokan bahan industri lain seperti alat komputer, alat
gambar dan desain, bahan pengawet, plitur, cat duco, cat warna, alat kerajinan,
alat perkantoran, dan lainnya dapat diusahakan dengan dua cara yaitu kontrak
kerjasama dengan satu supplier dan proses pembelian langsung.












25

DAFTAR PUSTAKA


1. Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky and Edith Simchi-Levi. 2003. Designing and
Managing The Supply Chain : Concept, Strategies, and Case Studies, second
edition. New York : McGraw-Hill
2. Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management, cetakan pertama. Surabaya
: Guna Widya
3. Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain
: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di
Indonesia. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia
4. Said, Andi I. 2006. Produktivitas dan Efisiensi Dengan Supply Chain Management.
Jakarta : Penerbit PPM.
5. Turban, Rainer, Porter. 2004. Introduction to Information Technology, 3rd edition.
New Jersey: Wiley Higher Education
6. Vani, D. 2007. Evaluasi Kinerja Pemasok Berdasarkan Tingkat Efisiensi
Menggunakan Metode AHP dan DEA. Jakarta. Universitas Indonesia
7. Chopra dan Meindl. 2004. Supply Chain Management. Pearson Education
Internasional.
8. Cakrawijaya, M.A .2008. Tipologi Ruang Publik di Kauman Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai