Anda di halaman 1dari 21

Modul 2:Keterampilan Berkomunikasi

Gambaran umum
Kompetensi Dasar
Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi dalam pelatihan

Indikator
1. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dari komunikasi efektif
2. Mendeskripsikan model-model komunikasi dalam pelatihan
3. Mendemonstrasikan 9 komponen dasar keterampilan dasar dalam pembelajaran/pelatihan

Materi
Keterampilan berkomunikasi

1. Prinsip dari komunikasi efektif


2. Gaya Berkomunikasi dalam Pelatihan
3. Komponen dari keterampilan mengajar/melatih

Aktivitas
WAKTU KEGIATAN IKHTISAR
5 menit Fasilitator mengucapkan selamat datang di pelatihan dan membuka Informasi
pelatihan dengan doa pembukaan. pembukaan

Menginformasikan tata tertib pelatihan


Fasilitator menjelaskan tentang topik dan tujuan dari sesi pertama
20 menit Fasilitator meminta dua orang peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi Demontrasi
singkat tanpa memberitahu terlebih dahulu mengenai topik yang dibahas Pertanyaan &
dalam pelatihan Jawaban

Setelah itu, mintalah 2 peserta untuk berdiskusi mengenai topik dan


berikan mereka waktu untuk berdiskusi ringan terlebih dahulu
Para peserta diminta untuk menganalisis perbedaan dari kedua demonstrasi
teknik berkomunikasi, untuk mendapatkan jawaban manakah yang mampu
menciptakan komunikasi yang efektif
Pelatih menegaskan prinsip-prinsip dari komunikasi efektif
WAKTU KEGIATAN IKHTISAR
30 menit Fasilitator memberikan masalah dari model komunikasi dalam pelatihan Berpikir, berdis
untuk para peserta dan berbagi

Secara mandiri peserta diberi kesempatan 2-5 menit untuk berfikir.


Ketika sudah selesai, mintalah mereka untuk berdiskusi tentang masalah
yang sama dengan rekan di sebelahnya selama 3-5 menit (berpasangan)
Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka
di depan kelas (share).
Fasilitator menjelaskan tentang model-model berkomunikasi dalam
pelatihan
30 menit Pelatih menjelaskan materi tentang 9 keahlian dasar dalam mengajar Simulasi
Peserta diminta berkelompok untuk membuat materi pelatihan untuk
mempraktikkan 9 keterampilan dasar dalam mengajar
Dua kelompok dipilih untuk mensimulasikan keterampilan dasar mengajar
Peserta yang lain akan bertindak sebagai pengamat
Diskusikan hasil dari pengamatan
Fasilitator memberi penguatan tentang 9 keterampilan dasar mengajar
5 menit Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk merefleksikan Refleksi sesi
implementasi dari sesi pertama pertama dan
penutupan

Bahan Bacaan
Pendahuluan
Komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki seorang pelatih. Ada beberapa
hal yang harus dipahami termasuk maksud dan tujuan dari komunikasi dan prinsip-prinsip
yang tepat atau komunikasi yang efektif. Hal yang sama juga diperlukan oleh pelatih
Skenario Pembangunan Rencana Kontinjensi menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan
QGIS / InaSAFE.
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan komunikasi memiliki fungsi untuk menghubungkan keinginan seseorang kepada
orang lain. Secara spesifik komunikasi menjalankan empat fungsi, yaitu: fungsi kendali,
motivasi, pengungkapan emosional dan informasi.
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide
yang disampaikan. Kepentingan pelatih dalam melatih tentu saja diperlukan komunikasi
efektif yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan dan memotivasi
seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pelatihan. Gagasan yang akan
disampaikan dalam pelatihan ini adalah tentang kebencanaan khususnya pada Pengembangan
Skenario untuk Rencana Kontijensi dengan menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan
QGIS/InaSafe. Berkaitan dengan hal tersebut yang harus dimiliki pelatih adalah keterampilan
dasar mengajar atau melatih karena pada prinsipnya melatih adalah mengajar kepada peserta
untuk dapat melakukan sesuatu.

1. The principles of effective communication


Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide
yang disampaikan. Dalam hal ini komunikasi diperlukan sekurang-kurangnya 4 komponen
atau unsur, yaitu: (1) Pengirim atau pembawa pesan/ komunikator, (2) Isi Pesan , (3)
Penerima pesan/komunikan, (4) Media/saluran . Pada proses komunikasi yang efektif,
komunikator dan komunikan tidak hanya berkomunikasi yang bersifat linier, tetapi
diharapkan juga bersifat sirkuler.
Model komunikasi linier adalah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses
komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Sedangkan komunikasi
model sirkuler adalah proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan
berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga
komunikasi sirkuler merupakan proses satu lingkaran penuh. Artinya suatu saat pelatih
berkedudukan sebagai sumber informasi tetapi pada saat yang lain sebagai penerima
informasi, begitu sebaliknya. Peserta bisa sebagai penerima informasi tetapi bisa juga sebagai
sumber informasi. Jadi komunikasi adalah sebuah pemberitahuan atau pertukaran.
Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa peserta pelatihan bisa berperan sebagai
penerima informasi/pesan dan bisa sebagai sumber informasi/pesan. Tetapi pelatih sebagai
pelaku dalam proses komunikasi, tetap harus mengendalikan proses pelatihan. Untuk itu
pelatih tetap harus memposisikan sebagai komunikator, karena komunikator memegang
peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, sehingga
pesan tersebut diterima oleh penerima (komunikan) atau peserta pelatihan secara baik. Hal
tersebut sesuai dengan fungsi komunikasi.
Fungsi komunikasi menurut Gordon I Zinmmerman dalam Thomas M. Scheidel (1976)
adalah fungsi isi, yg melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk
menyelesaikan tugas kita, dan fungsi hubungan, yg melibatkan pertukaran informasi
mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Sedangkan fungsi komunikasi
menurut Thomas M. Scheidel (1976) adalah: Kita berkomunikasi terutama untuk
menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial, mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berfikir dan bertindak seperti yg kita inginkan.
Dua pendapat di atas menunjukkan bahwa tujuan komunikasi adalah penerima pesan dapat
mengerti dan memahami pesan yang disampaikan pemberi pesan. Pelatih diharapkan mampu
menjelaskan keinginan atau ide sesuai tujuan pelatihan kepada peserta dengan sederhana
namun tepat atau akurat. Berikut ini proses komunikasi yang diharapkan untuk
memperhatikan kepada masukan dari peserta.
Proses komunikasi di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan pesan yang
disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-
saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan
dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Proses
komunikasi tersebut melalui 5 tahap, yaitu: (1) Tahap pertama Penginterpretasian, (2)
Tahap kedua Penyandian , (3) Tahap ketiga Pengiriman , (4) Tahap keempat
Penerimaan , dan (5) Tahap kelima Feedback/Umpan balik . Untuk mencapai tujuan
komunikasi diperlukan juga penggunaan prinsip-prinsip komunikasi efektif. Supaya
komunikasi berjalan dengan baik, maka diperlukan penggunaan prinsip komunikasi efektif.
Prinsip itu antara lain: Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble.

1. Respek.
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Semua
orang ingin dihargai dan dihormati dan menjadi kebutuhan setiap individu. Untuk itu
pelatih diharapkan menghargai lawan bicara atau dalam hal ini adalah peserta pelatihan.

2. Empati.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
tengah dihadapi orang lain. Komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai kondisi
psikologis lawan bicara. Ber-Empati artinya pelatih harus menempatkan diri sebagai
pendengar yang baik, bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Dan pelatih harus
mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam hal ini peserta pelatihan.

3. Audible/Dapat Didengar
1. Audible mengandung makna bahwa pesan harus dapat didengarkan dan dimengerti.
Dalam kepentingan ini yang harus dilakukan pelatih adalah:
2. Pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hindari
bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.
3. Pesan disampaikan yang penting, dengan cara menyederhanakan pesan, langsung saja
pada inti persoalan karena sebagian besar orang tidak suka mendengar yang bertele-
tele.
4. Menggunakan bahasa tubuh. Mimik wajah, kontak mata, gerakan tangan dan posisi
badan bisa dengan mudah terbaca oleh lawan bicara.
5. Menggunakan ilustrasi atau contoh. Analogi sangat membantu dalam penyampaian
pesan. Dapat digunakan Ilustrasi dan contoh nyata.
4. Clarity/Jelas.
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Pada prinsip ini pelatih
menetapkan tujuan secara jelas sebelum pelaksanaan pelatihan dan menggunakan intonasi
suara yang baik.

5. Humble/Rendah Hati
Sikap rendah hati memberikan pamor positif pada komunikator. Dalam kepentingan ini
rendah hati dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara
terlebih dahulu dan pelatih menjadi pendengar yang baik. Sikap ini membangun rasa
hormat dan pada akhirnya mengembangkan respek kepada peserta.

2. Communication models in training


Komunikasi dalam pelatihan adalah adalah proses penyampaian komunikasi yang
dikondisikan untuk tujuan pelatihan. Proses pelatihan pada hakekatnya adalah proses
komunikasi yang merupakan penyampaian pesan berisi materi-materi pelatihan. Berkaitan
dengan hal tersebut dalam pelatihan diharapkan menggunakan komunikasi model sirkuler,
yaitu proses komunikasi yang tidak hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada
komunikan, tetapi memperhatikan adanya feedback dari komunikan, sehingga komunikasi
bisa efektif.
Komunikasi efektif dalam pelatihan, diharapkan menggunakan komunikasi verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol
verbal/dengan kata atau secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi
dengan tidak menggunakan kata-kata, tetapi menggunkan gerak isyarat, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, kontak mata. Bisa juga dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan
rambut dan lain sebagainya.
Komunikasi non verbal akan membantu pelatih untuk menjadi pembicara yang menarik.
Dalam komunikas verbal atau lisan harus didukung dengan cara berbicara seperti intonasi,
pemberian tekanan, kualitas suara, gaya berbicara dan gaya emosi. Selain itu juga
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Dan didukung juga
dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.
Metode Pelatihan
Pelatihan pada hakikatnya adalah suatu proses belajar mengajar yang mengandung tiga unsur,
yaitu input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output
(hasil yang telah diolah). Input pelatihan adalah peserta sebelum mengikuti pelatihan, proses
pelatihan adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan,
metode, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Output dari pelatihan adalah peserta setelah
menerima pelatihan.
Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Proses belajar
atau pelatihan adalah suatu perubahan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan
tingkah laku yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta
baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi,
proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan yang satu
kepada kemampuan/kecakapan yang lain.
Model komunikasi pelatihan merupakan salah satu komponen proses dalam pelatihan karena
model komunikasi pelatihan sebenarnya merupakan penggunaan metode dalam pelatihan.
Untuk memaksimalkan output dalam pelatihan diharapkan metode yang dipilih dalam
pelatihanpun sesuai dengan komponen yang lain, yaitu tujuan, bahan, peserta pelatihan,
fasilitas dan penilaian. Jadi untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu
pelatihan, metode pelatihan dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap
proses pelatihan.
Pelatih yang baik seharusnya memahami karakteristik peserta pelatihan agar ia sukses dalam
melaksanakan peran mengajarnya. Pelatih diharapkan dapat merencanakan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian peserta pelatihan. Metode adalah cara
untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Metode dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu
metode pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar
melalui pengalaman, dan pembelajaran mandiri.

1. Pembelajaran langsung: pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak


diarahkan oleh pelatih. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun
keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Contoh metode dalam pembelajaran langsung adalah: ceramah, tanya jawab, demonstrasi
latihan dan drill.
2. Pembelajaran tidak langsung: Umumnya berpusat pada peserta pelatihan. Peranan
pelatih bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Pelatih mengelola
lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk terlibat. Contoh
metode pembelajaran tidak langsung adalah: inkuiri, studi kasus, pemecahan masalah,
peta konsep.
3. Pembelajaran interaktif: Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing
di antara peserta pelatihan. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta pelatihan
untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan pelatih atau
temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. Contoh
merode dalam pembelajaran interaktif adalah: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau
projek, kerja berpasangan.
4. Belajar melalui pengalaman: Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta pelatihan, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang
pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain
merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif. Contoh metode dalam
pembelajaran empirik adalah: bermain peran, observasi/survey, simulasi.
5. Pembelajaran mandiri: Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta pelatihan dengan bantuan
pelatih. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil. Contoh metode dalam pembelajaran mandiri adalah: projek penelitian,
belajar berbasis komputer.
a. Metode dalam pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran
ini disinyalir kurang mengaktifkan peserta. Namun demikian pembelajaran langsung masih
dapat digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan.
Selanjutnya dapat digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran
langsung, misalnya:

Peserta mereview materi pelatihan yang telah dipelajari dan materi baru disajikan kepada
peserta:
o materi pelatihan telah diatur per bagian
o menggunakan media visual (penting untuk dibaca)
Para peserta berlatih dengan didampingi pelatih.
Para peserta berlatih sendiri-sendiri
Peserta dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik.
Berbagai macam metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan
dari guru antara lain:
1. Contoh dan analogi: Pelatih menyediakan contoh dan ilustarsi yang terkait dengan
materi. Pelatih juga dapat membuat perbandingan antara materi pelatihan dengan
pengalaman peserta.
2. Permainan: Pelatih menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan
diharapkan sesuai dengan topik pelatihan. Contoh permainan misalnya tebak gambar,
tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas
pelatihan dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone,
permainan kata, dll).
3. Kartu respon: Pelatih meminta peserta untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau
potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan
dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal peserta mendapatkan kartu
pertanyaan yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan
terbuka, produktif atau imajinatif. Pada kartu jawab peserta mendapatkan kartu jawab, ia
angkat tangan saat kartunya cocok dengan pertanyaan pelatih; gunakan pertanyaan
terbuka, produktif atau imajinatif.
4. Poling: Pelatih melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta peserta mengangkat
tangan atau mengangkat kartu jawaban
5. Permasalahan: Pelatih mengajukan permasalahan yang terkait dengan topik pelatihan.
6. Demonstrasi: Pelatih ataupun peserta dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai topik
dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga.
7. Reviu koran atau berita: peserta diminta mereview koran atau berita pada bacaan lain.
8. Curah pendapat: peserta diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai topik
pelatihan. Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang
permasalahan yang dibahas.
Metode yang dapat dikembangkan setelah peserta menerima penjelasan dari pelatih
antara lain:

1. Berbagi catatan: setelah serangkaian kegiatan peserta pelatihan membandingkan hasil


catatannya dengan catatan rekannya yang lain
2. Tanya jawab: peserta diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan
aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari peserta, pelatih dapat memancing dengan
bertanya pada peserta.
3. Headline: pelatih meringkas pelajaran dengan kata-kata kunci agar mudah diingat.
Metode untuk mengetahui penguasaan peserta terhadap konsep yang telah dipelajari

1. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pelatihan. Mintalah peserta
mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait
konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi peserta untuk
menjawabnya.
2. Refleksi: mintalah satu atau dua peserta maju di depan kelas dan menceriterakan kesan
terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan peserta
dalam mengikuti pembelajaran.
3. Quis: peserta mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta
peserta menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama peserta maupun
tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau
sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif,
imajinatif.
4. Turnamen: secara berkelompok peserta berkompetisi untuk menyelesaikan masalah
yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok peserta yang memenangkan
turnamen mendapatkan reward tertentu.
5. Review: Minta peserta untuk mereview isi pelajaran dengan yang lain atau memberi
mereka tes skor review.
b. Pembelajaran tidak langsung

1. Metode Inkuiri: peserta melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan,


mengajukan mengajukan pertanyaan. Selanjutnya peserta merumuskan dugaan, dan
mengumpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh, peserta diminta untuk
menyimpulkan.
2. Metode memecahkan masalah: Setiap peserta diminta untuk merumuskan masalah
dengan jelas dan ringkas. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah.
Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan (fakta dan pengetahuan). Menentukan
berbagai pemecahan masalah. Memilih pemecahan yang paling sesuai. Menguji
pemecahan masalah yang dipilih. Menilai hasil pemecahan masalah.
3. Metode berdagang: Setiap peserta menuliskan satu hal (misal, pengalaman, ide kreatif,
pertanyaan, pendapat atau yang lain) pada sepotong kertas. Setiap peserta menempelkan
hasil tulisan pada bajunya. Berkeliling untuk menjual dan membeli (membaca) hasil
teman lain. Tetapkan aturan bahwa setiap hasil kerja harus dijual dan dibeli. Secara
klasikal, secara bergiliran peserta menyampaikan hasil perdagangannya. Penguatan oleh
pelatih.
4. Analisa studi kasus: kepada peserta diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara
individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah
dipelajari di kelas.
5. Mengevaluasi hasil kerja teman: dapat dilakukan setelah mengembangkan suatu
produk. Umumnya peserta menggunakan rubrik untuk mengevaluasi hasil kerja temannya
c. Metode dalam pembelajaran interaktif

1. Diskusi kelompok: Pelatih meminta peserta berkelompok dengan anggota tiga atau lebih
untuk berbagi informasi.
2. Think, pair and share: ajukan permasalahan pada peserta. Berikan kesempatan 2-5
menit untuk berfikir sendiri think. Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan
masalah yangsama dengan peserta di sebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya
pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).
3. Metode Investigasi Kelompok: peserta membentuk kelompok. Pelatih memanggil
ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok
membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah
selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Pelatih
memberikan penguatan.
4. Metode TGT (Team Game Tournament): Pelatih menyajikan materi baru. Peserta
membentuk kelompok belajar secara heterogen. Setiap kelompok mengikuti turnamen
akademik. Setiap peserta mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri
penghargaan terhadap kelompok yang menang.
5. Metode Jigsaw: Pelatih menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok. Peserta
berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (peserta harus hafal
anggotanya). Setiap peserta dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Peserta
dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru
dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi
kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak peserta menyampaikan seluruh tugas
yang diberikan pelatih. Penguatan
6. Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain
kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Pelatih menunjuk satu
anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian
seterusnya. Pelatih menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai
sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Pelatih menambahkan ide yang belum
terungkap. Dari data-data di papan tulis, pelatih mengajak peserta membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai.
7. Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh pelatih.
Peserta membentuk kelompok. Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang
diterima (tiap peserta harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap
kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok.
Penguatan.
8. Kelompok belajar kolaboratif: peserta dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang.
Mintalah salah satu peserta menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat.
Berikan kesempatan pada peserta untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok
berupa laporan tertulis.
9. Belajar berpasangan: Pelatih meminta peserta untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi
dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk
mengerjakan tugas yang rumit.
d. Metode belajar melalui pengalaman
1. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran
berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil
permainan peran kelompok yang lain.
2. Simulasi/latihan praktek: setelah peserta belajar tentang keterampilan motorik tertentu,
secara acak peserta diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di
depan kelas.
e. Metode pembelajaran mandiri
Metode Projek: Metode projek adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bertitik
tolak dari masalah dimana pemecahannya memerlukan tinjauan dari berbagai segi.
Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah masalah hanya bisa diselesaikan
dengan berbagai segi atau ilmu. Untuk itu hanya pada masalah-masalah yang
memerlukan pemecahan unit yang dapat digunakan metode projek.

3. Components of basic skills in teaching / training


Pelatih dalam interaksi atau dalam tatap muka dengan peserta pelatihan memerlukan
sejumlah keterampilan dasar mengajar. Hal ini mutlak perlu untuk membantu pelatih dalam
menjalankan tugas pelatih dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar pelatih
tidak bedanya dengan guru yang mengajar di kelas. Keterampilan dasar yang harus dimiliki,
yaitu:

1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran.


2. Keterampilan dasar menjelaskan
3. Keterampilan dasar bertanya.
4. Keterampilan dasar membuat variasi.
5. Keterampilan dasar memberi penguatan.
6. Keterampilan dasar mengelola kelas.
7. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil.
8. Keterampilan dasar mengajar secara perorangan.
9. Keterampilan dasar kelompok kecil
a. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran
Pengertian dan Tujuan
Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan pelatih untuk menciptakan suasana siap
mental dan menimbulkan perhatian peserta agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari.
Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan pelatih dalam mengakhiri inti pelajaran, yaitu
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta, mengetahui
peserta, dan tingkat keberhasilan pelatih dalam proses pelatihan. Kegiatan membuka dan
menutup pelajaran mempunyai tujuan:

1. Menarik perhatian dan memotivasi dalam pengerjaan tugas yang dihadapi.


2. Memungkinkan peserta mengetahui batas tugas yang akan dikerjakan.
3. Peserta dapat mengetahui pendekatan yang akan digunakan.
4. Memungkinkan peserta mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang
dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
5. Memberi kemungkinan peserta untuk menggabungkan fakta, keterampilan, dan konsep-
konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
6. Memungkinkan peserta mengetahui tingkat keberhasilannya.
Komponen Keterampilan Dasar Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran dapat dilakukan dengan:

1. Menarik perhatian peserta.


Beberapa cara yang dapat digunakan pelatih untuk menarik perhatian peserta, antara lain:

1. Menggunakan variasi gaya melatih dan pola interaksi.


2. Penggunaan alat-alat bantu melatih.
2. Memotivasi.
Menimbulkan motivasi dapat dikerjakan dengan cara antara lain:

1. Menunjukkan kehangatan dan keantusiasan.


2. Menimbulkan rasa ingin tahu.
3. Mengemukakan ide-ide yang bertentangan.
4. Memperhatikan minat peserta.
3. Memberikan acuan
Memberikan acuan merupakan usaha memberikan gambaran yang jelas mengenai hal
yang akan dipelajari dengan cara memasukkan secara spesifik dan singkat serangkaian
alternatif yang relevan, dengan cara:

1. Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.


2. Menyarangkan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok
yang akan dibahas.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
4. Membuat kaitan.
Beberapa usaha pelatih dalam membuat kaitan antara lain:

1. Membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari materi pelatihan yang dikenal
peserta.
2. Pelatih membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah diketahui.
3. Menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara rinci.
Komponen Keterampilan Dasar Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran utuh pada akhir kegiatan, dan
untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta atau tingkat keberhasilan peserta. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan pelatih dalam menutup pelajaran, antara lain:

1. Meninjau kembali penguasan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan.
2. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya:
1. Mendemontrasikan keterampilan.
2. Meminta peserta mengaplikasikan ide baru dalam situasi lain.
3. Mengeksplorasikan pendapat peserta sendiri.
4. Memberikan soal-soal tertulis.
Prinsip-prinsip Penggunaannya
Berapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pelatih dalam membuka dan menutup
pelajaran adalah:

1. Kebermaknaan
2. Untuk menarik perhatian atau motivasi peserta, pelatih harus memilih cara yang relevan
dengan isi dan tujuan pelajaran.
3. Berurutan dan berkesinambungan.
4. Aktivitas yang ditempuh pelatih dalam mengenalkan dan merangkum pokok-pokok
pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh, kaitan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain atau dengan pengalaman peserta harus jelas.
b. Keterampilan Dasar Menjelaskan
Pengertian
Menjelaskan/menerangkan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sismatik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penekanan
memberikan penjelasan ialah proses penalaran peserta dan bukan indoktrinasi. Contohnya:
memberikan gambaran tentang suatu keadaan, mengungkapkan sebab-sebab suatu kejadian
dan sebagainya. Keberhasilan menerangkan ditandai oleh terbentuknya pengertian peserta
terhadap suatu hal. Struktur bahan pengajaran dalam rangka menerangkan biasanya
direncanakan sedemikian rupa agar dapat dikendalikan. Keterangan logika, keterampilan
mengungkapkan bahan dan strategi penyusunan bahan merupakan prosedur utama untuk
menerangkan.
Menjelaskan tidak terlupa dari usaha mengadakan hubungan antara hal yang sudah diketahui
dan yang belum diketahui. Penjelasan yang lengkap selalu disertai bukti dan sebab akibatnya
yang didasarkan pada hubungan logis antara generalisasi, ketentuan-ketentuan, kenyataan-
kenyataan sesuai dengan sistem persepsi peserta. Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:

1. Memberikan pengertian kepada orang lain.


2. Membuat peserta berfikir secara logis dan sistematis.
3. Melatih peserta berfikir berdasarkan sebab-sebab dan alasan-alasan.
4. Melatih peserta mandiri di dalam mengambil keputusan.
5. Menanamkan sikap yakni bahwa cara berfikir benar.
6. Menuntun peserta kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan pertanyaan: Apa
Mengapa dan Bagaimana.
7. Melibatkan peserta dalam berfikir memecahkan masalah.
8. Untuk memperoleh umpan balik dari peserta berdasarkan tingkat pengertiannya.
9. Membantu peserta menggunakan proses penularan dan bukti-bukti dalam memecahkan
masalah.
Komponen keterampilan dasar menjelaskan
Dalam merencanakan komponen keterampilan menjelaskan meliputi :

1. Merencanakan penjelasan
Merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan
kesiapan penerima pesan. Yang berhubungan dengan isi pesan (materi), mencakup :

1. Menganalisis masalah secara keseluruhan.


2. Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan.
3. Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan.
Yang berhubungan dengan penerima pesan (peserta), perlu diperhatikan adalah kepada
siapa penjelasan itu akan disajikan, misalnya usia, jenis kelamin, kemampuan, latar
belakang sosial, dan lingkungan belajar peserta. Sehingga yang perlu dipertimbangkan
sehubungan dengan penerima pesan ini adalah :

4. Penjelasan harus cukup relevan dengan permasalahan peserta


5. Penjelasan harus mudah diterima oleh peserta.
6. Penjelasan harus cocok dengan khazanah pengetahuan peserta pada saatnya.
2. Menyajikan penjelasan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan suatu penjelasan adalah:
1. Kejelasan, yang dapat dicapai dengan :
Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya, ungkapannya, maupun suaranya.
Pembicaraan harus lancar dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu,
misalnya ee, aa, dan lain sebagainya.
Kalimat disusun dengan tata bahasa yang baik dengan menghindari kalimat yang
tidak lengkap.
Istilah-istilah teknis atau istilah baru harus didefinisikan dengan jelas.
Menggunakan waktu diam sejenak (senyap) untuk melihat apakah yang
dijelaskan itu telah dimengerti oleh siswa.
2. Menggunakan contoh dan ilustrasi, meliputi penggunaan
Induktif : Contoh/ilustrasi konsep/generalisasi.
Deduktif: Konsep/generalisasi contoh/ilustrasi
3. Memberikan penekanan, meliputi penggunaan variasi suara, mimik, gerak, ikhtisar,
pengulangan, memberi tanda dan sebagainya.
4. Hal tersebut untuk menunjukan bagian yang penting yang perlu mendapat perhatian
dari pada orang lain.
5. Pengorganisasian, meliputi membuat hubungan antara contoh dan generalisasi yang
jelas serta memberikan ikhtisar selama atau pada akhir sajian.
6. Umpan balik, meliputinya adanya perubahan tingkah laku peserta dan memberikan
kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan pelatih serta mengajukan
pendapat apakah penjelasan yang diberikan oleh pelatih memberikan manfaat bagi
peserta.
Keterampilan Dasar Bertanya
Pengertian dan Tujuan
Bertanya dapat diartikan sebagai ucapan yang disampaikan dengan maksud meminta respon
dari orang lain. Dalam proses pengajaran respon yang diberikan mencerminkan sampai
dimana tingkat pengetahuan peserta. Jadi bertanya dalam pembelajaran penting karena
tingkat kemampuan pelatih dalam mengajukan pertanyaan yang efektif akan merupakan
stimulus yang akan merangsang dan akan mendorong kemampuan berpikir peserta.
Tujuan bertanya antara lain :

1. Merangsang kemampuan berpikir peserta.


2. Membantu peserta dalam belajar.
3. Mengarahkan peserta pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.
4. Meningkatkan komponen berfikir peserta dari komponen berfikir tingkat rendah ke
tingkat yang lebih tinggi.
5. Membantu peserta dalam mencapai tujuan pelajaran yang disampaikan.
Komponen Keterampilan Dasar Bertanya

1. Keterampilan tingkat dasar


Komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi:

1. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.


2. Perincian dalam, supaya peserta dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan
pertanyaan pelatih perlu memberikan informasi-informasi yang menjadikan contoh
pertanyaan.
3. Pemusatan ke arah jawaban yang diterima
4. Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara: memberikan pertanyaan yang luas (terbuka)
yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
5. Pemindahan giliran menjawab.
6. Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta peserta yang
berbeda untuk menjawab yang sama.
7. Penyebaran pertanyaan
Untuk maksud tertentu pelatih dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, ke
peserta tertentu atau menyebarkan peserta ke peserta yang lain.

8. Pemberian waktu berfikir


Dalam mengajukan pertanyaan pelatih harus berdiam diri sesaat sebelum
menunjukkan peserta merespon pertanyaannya.

9. Pemberian tuntunan
Bagi peserta yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan strategi
pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan
dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana,
dan mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.

2. Keterampilan Tingkat Lanjutan, ditambahkan komponen:


1. Pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
2. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir peserta diperlukan pengubahan tuntunan
tingkat kognitif pertanyaan (ingat, pemahaman, penerapan, analisis sistetis, dan
evaluasi)
3. Pengaturan urutan pertanyaan.
4. Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.
5. Penggunaan pertanyaan pelacak.
6. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta yang berkaitan dengan jawaban
yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh pelatih. Melacak dapat
dikerjakan dengan meminta peserta untuk memberikan penjelasan tentang
jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.
7. Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar peserta.
d. Keterampilan Dasar Memberi Penguatan
Pengertian dan Tujuan
Penguatan ada dua macam, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif
adalah tingkah laku pelatih dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu dari
peserta yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Sedangkan penguatan
negatif adalah pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan
untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul yang sebagai akibat dari
pengurangan atau penghilangan tersebut.
Tujuan penguatan adalah:

1. Meningkatkan perhatian peserta.


2. Melancarkan/memudahkan proses pembelajaran.
3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
4. Mengontrol atau mengubah sikap dan tingkah laku yang mengganggu.
5. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
6. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.
Pemberian penguatan diberikan pada saat:

1. Perhatian pada pelatih, kawan, atau objek diskusi.


2. Tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis.
3. Penyelesaian hasil pekerjaan
4. Kualitas pekerjaan/tugas (kerapian, keindahan)
5. Perbaikan/penyempurnaan tugas.
6. Tugas-tugas mandiri
Komponen Keterampilan Dasar Penguatan
Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif berhati-hati,
disesuaikan dengan usia peserta, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan
dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna dari peserta.
Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah:

1. Penguatan Positif
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata kalimat yang diucapkan guru. Contoh,
baik, bagus, tepat, saya sangat menghargai pendapatan, pikiranmu sangat
cerdas, dan lain-lain.

2. Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan
yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misal : Mengangkat alis, tersenyum,
kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda
jempolan, dan lain-lain.

3. Penguatan dengan cara mendekati


Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan perhatian
pelatih terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan peserta. Misalnya: pelatih
duduk dalam kelompok, berdiri disamping peserta. Seringkali pelatih mendekati
peserta diberikan untuk memperkuat pengetahuan yang bersifat verbal.

4. Penguatan dengan sentuhan


Pelatih dapat menyatakan penghargaan kepada peserta dengan menepuk pundak
peserta, menjabat tangan peserta atau mengangkat tangan peserta.

5. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan


Penguatan ini dapat berupa meminta peserta membantu temannya bila dia selesai
mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, peserta diminta memimpin
kegiatan dan lain-lain.

6. Penguatan berupa tanda atau benda


Penguatan bentuk ini merupakan usaha pelatih dalam menggunakan bermacam-
macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku peserta yang positif. Bentuk
penguatan ini antara lain: komentar tertulis dalam buku pekerjaan, pemberian
prangko, data uang koleksi, bintang, persen dan sebagainya.

2. Penguatan negatif
Cara yang dilakukan dalam penguatan negatif sama dengan pemberian penguatan positif,
hanya saja yang dilakukan yang tidak menyenangkan bagi peserta supaya dapat
mengurangi atau menghilangkan tindakan peserta.
Cara menggunakan komponen:

1. Bervariasi
2. Pemberian penguatan lebih baik diberikan secara langsung dan segera.
3. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan tidak pernah dapat diberikan. Misalnya
kepada peserta yang menjawab salah, penguatan diberikan pada usaha peserta dalam
menjawab dan bukan pada kualitas jawaban. Perbuatan pelatih ini segera dilanjutkan
dengan meminta peserta pertama untuk menirukan jawaban atau memberikan
pertimbangan kepada jawaban temannya.
4. Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah untuk diucapkan dan sukar
dilakukan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang intensif dikerjakan oleh calon pelatih.
e. Keterampilan Dasar Menggunakan Variasi
Pengertian dan Tujuan
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan pelatih dalam konteks proses pelatihan
yang bertujuan mengatasi kebosanan peserta, dalam mengikuti pelatihan, sehingga dalam
proses belajarnya peserta senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiaan serta berperan
secara aktif.
Kegunaan dalam kelas untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan peserta terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek
belajar.
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi.
3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih.
4. Kemungkinan dilayaninya peserta secara individual sehingga memberi kemudahann
belajar.
5. Mendorong aktivitas belajar yang melibatkan peserta dalam berbagai kegiatan. Belajar,
menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
Komponen keterampilan mengadakan variasi

1. Variasi dalam gaya mengajar pelatih.


Variasi gaya mengajar pelatih meliputi komponen-komponen:

1. Variasi suara: keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah, besar kecil.
2. Pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat
atau dengan menggunakan modal.
3. Kesenyapan. Pada saat pelatih menerangkan seringkali diperhatikan kegiatan berhenti
sejenak secara tiba-tiba.
4. Ada kalanya diam sejenak diperlukan apabila pelatih akan berpindah dari segman
mengajar ke segman mengajar yang lain.
5. Kontak Pandang. Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari hal-
hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses
pengajaran
6. Gerakan badan dan lirik: Perubahan ekspersi wajah, gerakan kepala, badan, sangat
penting dalam proses komunikasi
7. Perubahan posisi pelatih. Perhatian peserta dapat ditingkatkan melalui perubahan
posisi pelatih dalam proses interaksi komunikasi.
2. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran.
Variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antara jenis media perlu diperhatikan
dalam proses belajar mengajar.

3. Variasi pola interaksi dan kegiatan peserta.


Rentangan interaksi dapat bergerak diantara dua kutup yang ekstrim yakni pelatih sebagai
pusat kegiatan dan peserta sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi diantara kedua
kutup tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang dialami peserta. Dari uraian tersebut di
atas, jelas bahwa keterampilan menggunakan variasi bersifat lebih luas jika dibandingkan
dengan keterampilan memberi penguatan dan keterampilan bertanya.
Prinsip-prinsip yang perlu dipahami
Prinsip-prinsip yang perlu alami penggunaan variasi antara lain:

1. Perubahan yang digunakan harus lancar dan tepat.


2. Pengguanaan teknik variasi harus lancar dan tepat.
3. Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstuktur dan direncanakan
sebelumnya.
4. Penggunaan komponen variasi harus fleksibel dan spontan berdasarkan feedback peserta
f. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatihan
dapat berlangsung secara optimal. Hal ini berbeda dengan pengelolaan pembelajaran, yaitu
kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara lansung komponen materi, metode, dan
alat bantu mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Contoh masalah pengelolaan pembelajaran misalnya tujuan pembelajaran tidak jelas, materi
pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, media atau metode pembelajaran tidak sesuai,
urutan materi tidak sistematis, penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh
masalah pengelolaan kelas adalah peserta mengantuk, peserta ramai, peserta tidak
mengerjakan tugas, peserta senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak, ruang kelas
kotor, dan masih banyak contoh lain.
Mengelole kelas merupakan fungsi pelatih sebagai manajer. Manajemen artinya sebagai
penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif,
dan efesien. Sehingga dalam hal ini fungsi pelatih sebagai manajer adalah sebagai
pengorganisasi atau pengelola. Sedangkan tujuan mengelola kelas adalah: (1) ntuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, (2) mengembalikan bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Macam-macam pendekatan pengelolaan kelas adalah :
1. Pendekatan perubahan tingkah laku.
2. Pendekatan iklim sosial.
3. Pendekatan kelompok.
Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Pendekatan pengubahan perilaku bertolak dari psikologi tingkah laku dengan anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia yang baik maupun yang buruk, dalam batas tertentu merupakan
hasil belajar. Dengan demikian maka tingkah laku manusia tersebut dapat dimodifikasi.
Modifikasi tersebut antara lain menggunakan teknik penguatan positif, penguatan negatif,
penghapusan, dan hukuman. Penguatan positif adalah respons terhadap suatu tingkah laku,
yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan stimulus yang tidak
menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai
akibat dari pengurangan atau penghilangan tersebut.
Prinsip penggunaan:

1. Menghindari pemberian stimulus yang menyakitkan.


2. Sasaran jelas
3. Pemberian penguatan dengan segera.
4. Menyajikan stimulus dengan bervariasi.
5. Rasa antusias
6. Dikombinasikan dengan teknik lain.
Pendekatan Iklim Sosial (Iklim Sosial-Emosional)
Pendekatan iklim sosial-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan
anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien apabila ada
hubungan sosial-emosional yang baik antara pelatih dengan peserta dan peserta dengan
peserta. Hal tersebut dapat diupayakan pelatih dengan cara:

1. Sikap terbuka.
2. Sikap menerima dan menghargai peserta
3. Sikap empati
4. Sikap membicarakan situasi pelanggaran dan pelaku pelanggaran.
5. Sikap demokratis
Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan proses kelompok bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan
anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam
konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Untuk itu tugas pelatih disini adalah menciptakan
kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan
efisien.
Untuk menciptakan suasana ikatan kelompok yang baik perlu adanya pembentukan tujuan
yang sama dalam kelompok, aturan yang jelas untuk mengikat peserta menjadi kelompok,
dan kepemimpinan pelatih dalam kelompok. Dan untuk memelihara suasana kerja kelompok
yang sehat pelatih perlu melakukan misalnya:

1. Mendorong dan memeratakan partisipasi


2. Mengusahakan kompromi.
3. Mengurangi ketegangan.
4. Memperjelas komunikasi.
5. Mengatasi pertentangan antar pribadi atau kelompok.
6. Menunjukkan bahwa kehadiran peserta adalah fisik dan psikis.
7. Menerangkan sangsi.

Daftar Bacaan
Arend, Ricard. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc
Graw-Hill Company.
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart.* 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia
(Edisi Kelima), terjemahan Ibnu Hamad. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bahri Syaeful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.
Bandung: Genesindo.
Joyce, B. and Weil, M. (1980) Models of Teaching. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Thomas M. Sheidel. 1976. Speech Communication and Human Interaction. 2nd
Edition. Glenville, III. Scott, Foresman & Co.

Anda mungkin juga menyukai