Gambaran umum
Kompetensi Dasar
Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi dalam pelatihan
Indikator
1. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dari komunikasi efektif
2. Mendeskripsikan model-model komunikasi dalam pelatihan
3. Mendemonstrasikan 9 komponen dasar keterampilan dasar dalam pembelajaran/pelatihan
Materi
Keterampilan berkomunikasi
Aktivitas
WAKTU KEGIATAN IKHTISAR
5 menit Fasilitator mengucapkan selamat datang di pelatihan dan membuka Informasi
pelatihan dengan doa pembukaan. pembukaan
Bahan Bacaan
Pendahuluan
Komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki seorang pelatih. Ada beberapa
hal yang harus dipahami termasuk maksud dan tujuan dari komunikasi dan prinsip-prinsip
yang tepat atau komunikasi yang efektif. Hal yang sama juga diperlukan oleh pelatih
Skenario Pembangunan Rencana Kontinjensi menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan
QGIS / InaSAFE.
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan komunikasi memiliki fungsi untuk menghubungkan keinginan seseorang kepada
orang lain. Secara spesifik komunikasi menjalankan empat fungsi, yaitu: fungsi kendali,
motivasi, pengungkapan emosional dan informasi.
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide
yang disampaikan. Kepentingan pelatih dalam melatih tentu saja diperlukan komunikasi
efektif yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan dan memotivasi
seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pelatihan. Gagasan yang akan
disampaikan dalam pelatihan ini adalah tentang kebencanaan khususnya pada Pengembangan
Skenario untuk Rencana Kontijensi dengan menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan
QGIS/InaSafe. Berkaitan dengan hal tersebut yang harus dimiliki pelatih adalah keterampilan
dasar mengajar atau melatih karena pada prinsipnya melatih adalah mengajar kepada peserta
untuk dapat melakukan sesuatu.
1. Respek.
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Semua
orang ingin dihargai dan dihormati dan menjadi kebutuhan setiap individu. Untuk itu
pelatih diharapkan menghargai lawan bicara atau dalam hal ini adalah peserta pelatihan.
2. Empati.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
tengah dihadapi orang lain. Komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai kondisi
psikologis lawan bicara. Ber-Empati artinya pelatih harus menempatkan diri sebagai
pendengar yang baik, bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Dan pelatih harus
mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam hal ini peserta pelatihan.
3. Audible/Dapat Didengar
1. Audible mengandung makna bahwa pesan harus dapat didengarkan dan dimengerti.
Dalam kepentingan ini yang harus dilakukan pelatih adalah:
2. Pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hindari
bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.
3. Pesan disampaikan yang penting, dengan cara menyederhanakan pesan, langsung saja
pada inti persoalan karena sebagian besar orang tidak suka mendengar yang bertele-
tele.
4. Menggunakan bahasa tubuh. Mimik wajah, kontak mata, gerakan tangan dan posisi
badan bisa dengan mudah terbaca oleh lawan bicara.
5. Menggunakan ilustrasi atau contoh. Analogi sangat membantu dalam penyampaian
pesan. Dapat digunakan Ilustrasi dan contoh nyata.
4. Clarity/Jelas.
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Pada prinsip ini pelatih
menetapkan tujuan secara jelas sebelum pelaksanaan pelatihan dan menggunakan intonasi
suara yang baik.
5. Humble/Rendah Hati
Sikap rendah hati memberikan pamor positif pada komunikator. Dalam kepentingan ini
rendah hati dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara
terlebih dahulu dan pelatih menjadi pendengar yang baik. Sikap ini membangun rasa
hormat dan pada akhirnya mengembangkan respek kepada peserta.
Peserta mereview materi pelatihan yang telah dipelajari dan materi baru disajikan kepada
peserta:
o materi pelatihan telah diatur per bagian
o menggunakan media visual (penting untuk dibaca)
Para peserta berlatih dengan didampingi pelatih.
Para peserta berlatih sendiri-sendiri
Peserta dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik.
Berbagai macam metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan
dari guru antara lain:
1. Contoh dan analogi: Pelatih menyediakan contoh dan ilustarsi yang terkait dengan
materi. Pelatih juga dapat membuat perbandingan antara materi pelatihan dengan
pengalaman peserta.
2. Permainan: Pelatih menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan
diharapkan sesuai dengan topik pelatihan. Contoh permainan misalnya tebak gambar,
tebak mesteri dalam kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas
pelatihan dengan beberapa modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone,
permainan kata, dll).
3. Kartu respon: Pelatih meminta peserta untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau
potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan
dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal peserta mendapatkan kartu
pertanyaan yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan
terbuka, produktif atau imajinatif. Pada kartu jawab peserta mendapatkan kartu jawab, ia
angkat tangan saat kartunya cocok dengan pertanyaan pelatih; gunakan pertanyaan
terbuka, produktif atau imajinatif.
4. Poling: Pelatih melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta peserta mengangkat
tangan atau mengangkat kartu jawaban
5. Permasalahan: Pelatih mengajukan permasalahan yang terkait dengan topik pelatihan.
6. Demonstrasi: Pelatih ataupun peserta dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai topik
dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga.
7. Reviu koran atau berita: peserta diminta mereview koran atau berita pada bacaan lain.
8. Curah pendapat: peserta diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai topik
pelatihan. Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang
permasalahan yang dibahas.
Metode yang dapat dikembangkan setelah peserta menerima penjelasan dari pelatih
antara lain:
1. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pelatihan. Mintalah peserta
mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait
konsep yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi peserta untuk
menjawabnya.
2. Refleksi: mintalah satu atau dua peserta maju di depan kelas dan menceriterakan kesan
terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan peserta
dalam mengikuti pembelajaran.
3. Quis: peserta mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta
peserta menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama peserta maupun
tidak mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau
sejenisnya. Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif,
imajinatif.
4. Turnamen: secara berkelompok peserta berkompetisi untuk menyelesaikan masalah
yang terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok peserta yang memenangkan
turnamen mendapatkan reward tertentu.
5. Review: Minta peserta untuk mereview isi pelajaran dengan yang lain atau memberi
mereka tes skor review.
b. Pembelajaran tidak langsung
1. Diskusi kelompok: Pelatih meminta peserta berkelompok dengan anggota tiga atau lebih
untuk berbagi informasi.
2. Think, pair and share: ajukan permasalahan pada peserta. Berikan kesempatan 2-5
menit untuk berfikir sendiri think. Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan
masalah yangsama dengan peserta di sebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya
pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).
3. Metode Investigasi Kelompok: peserta membentuk kelompok. Pelatih memanggil
ketua-ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok
membahas tugas yang diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah
selesai diskusi, lewat juru bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Pelatih
memberikan penguatan.
4. Metode TGT (Team Game Tournament): Pelatih menyajikan materi baru. Peserta
membentuk kelompok belajar secara heterogen. Setiap kelompok mengikuti turnamen
akademik. Setiap peserta mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri
penghargaan terhadap kelompok yang menang.
5. Metode Jigsaw: Pelatih menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok. Peserta
berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (peserta harus hafal
anggotanya). Setiap peserta dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Peserta
dari berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru
dan mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi
kepada anggota kelompok yang lain. Secara acak peserta menyampaikan seluruh tugas
yang diberikan pelatih. Penguatan
6. Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain
kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Pelatih menunjuk satu
anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian
seterusnya. Pelatih menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai
sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Pelatih menambahkan ide yang belum
terungkap. Dari data-data di papan tulis, pelatih mengajak peserta membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai.
7. Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh pelatih.
Peserta membentuk kelompok. Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang
diterima (tiap peserta harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap
kelompok mengerjakan soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok.
Penguatan.
8. Kelompok belajar kolaboratif: peserta dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang.
Mintalah salah satu peserta menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat.
Berikan kesempatan pada peserta untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok
berupa laporan tertulis.
9. Belajar berpasangan: Pelatih meminta peserta untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi
dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk
mengerjakan tugas yang rumit.
d. Metode belajar melalui pengalaman
1. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran
berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil
permainan peran kelompok yang lain.
2. Simulasi/latihan praktek: setelah peserta belajar tentang keterampilan motorik tertentu,
secara acak peserta diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di
depan kelas.
e. Metode pembelajaran mandiri
Metode Projek: Metode projek adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bertitik
tolak dari masalah dimana pemecahannya memerlukan tinjauan dari berbagai segi.
Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah masalah hanya bisa diselesaikan
dengan berbagai segi atau ilmu. Untuk itu hanya pada masalah-masalah yang
memerlukan pemecahan unit yang dapat digunakan metode projek.
1. Membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari materi pelatihan yang dikenal
peserta.
2. Pelatih membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah diketahui.
3. Menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara rinci.
Komponen Keterampilan Dasar Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran utuh pada akhir kegiatan, dan
untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta atau tingkat keberhasilan peserta. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan pelatih dalam menutup pelajaran, antara lain:
1. Meninjau kembali penguasan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan.
2. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya:
1. Mendemontrasikan keterampilan.
2. Meminta peserta mengaplikasikan ide baru dalam situasi lain.
3. Mengeksplorasikan pendapat peserta sendiri.
4. Memberikan soal-soal tertulis.
Prinsip-prinsip Penggunaannya
Berapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pelatih dalam membuka dan menutup
pelajaran adalah:
1. Kebermaknaan
2. Untuk menarik perhatian atau motivasi peserta, pelatih harus memilih cara yang relevan
dengan isi dan tujuan pelajaran.
3. Berurutan dan berkesinambungan.
4. Aktivitas yang ditempuh pelatih dalam mengenalkan dan merangkum pokok-pokok
pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh, kaitan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain atau dengan pengalaman peserta harus jelas.
b. Keterampilan Dasar Menjelaskan
Pengertian
Menjelaskan/menerangkan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sismatik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penekanan
memberikan penjelasan ialah proses penalaran peserta dan bukan indoktrinasi. Contohnya:
memberikan gambaran tentang suatu keadaan, mengungkapkan sebab-sebab suatu kejadian
dan sebagainya. Keberhasilan menerangkan ditandai oleh terbentuknya pengertian peserta
terhadap suatu hal. Struktur bahan pengajaran dalam rangka menerangkan biasanya
direncanakan sedemikian rupa agar dapat dikendalikan. Keterangan logika, keterampilan
mengungkapkan bahan dan strategi penyusunan bahan merupakan prosedur utama untuk
menerangkan.
Menjelaskan tidak terlupa dari usaha mengadakan hubungan antara hal yang sudah diketahui
dan yang belum diketahui. Penjelasan yang lengkap selalu disertai bukti dan sebab akibatnya
yang didasarkan pada hubungan logis antara generalisasi, ketentuan-ketentuan, kenyataan-
kenyataan sesuai dengan sistem persepsi peserta. Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
1. Merencanakan penjelasan
Merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan
kesiapan penerima pesan. Yang berhubungan dengan isi pesan (materi), mencakup :
9. Pemberian tuntunan
Bagi peserta yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan strategi
pemberian tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan
dengan bentuk atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana,
dan mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
1. Penguatan Positif
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata kalimat yang diucapkan guru. Contoh,
baik, bagus, tepat, saya sangat menghargai pendapatan, pikiranmu sangat
cerdas, dan lain-lain.
2. Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan
yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misal : Mengangkat alis, tersenyum,
kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda
jempolan, dan lain-lain.
2. Penguatan negatif
Cara yang dilakukan dalam penguatan negatif sama dengan pemberian penguatan positif,
hanya saja yang dilakukan yang tidak menyenangkan bagi peserta supaya dapat
mengurangi atau menghilangkan tindakan peserta.
Cara menggunakan komponen:
1. Bervariasi
2. Pemberian penguatan lebih baik diberikan secara langsung dan segera.
3. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan tidak pernah dapat diberikan. Misalnya
kepada peserta yang menjawab salah, penguatan diberikan pada usaha peserta dalam
menjawab dan bukan pada kualitas jawaban. Perbuatan pelatih ini segera dilanjutkan
dengan meminta peserta pertama untuk menirukan jawaban atau memberikan
pertimbangan kepada jawaban temannya.
4. Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah untuk diucapkan dan sukar
dilakukan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang intensif dikerjakan oleh calon pelatih.
e. Keterampilan Dasar Menggunakan Variasi
Pengertian dan Tujuan
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan pelatih dalam konteks proses pelatihan
yang bertujuan mengatasi kebosanan peserta, dalam mengikuti pelatihan, sehingga dalam
proses belajarnya peserta senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiaan serta berperan
secara aktif.
Kegunaan dalam kelas untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan peserta terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek
belajar.
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi.
3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih.
4. Kemungkinan dilayaninya peserta secara individual sehingga memberi kemudahann
belajar.
5. Mendorong aktivitas belajar yang melibatkan peserta dalam berbagai kegiatan. Belajar,
menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
Komponen keterampilan mengadakan variasi
1. Variasi suara: keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah, besar kecil.
2. Pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat
atau dengan menggunakan modal.
3. Kesenyapan. Pada saat pelatih menerangkan seringkali diperhatikan kegiatan berhenti
sejenak secara tiba-tiba.
4. Ada kalanya diam sejenak diperlukan apabila pelatih akan berpindah dari segman
mengajar ke segman mengajar yang lain.
5. Kontak Pandang. Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari hal-
hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses
pengajaran
6. Gerakan badan dan lirik: Perubahan ekspersi wajah, gerakan kepala, badan, sangat
penting dalam proses komunikasi
7. Perubahan posisi pelatih. Perhatian peserta dapat ditingkatkan melalui perubahan
posisi pelatih dalam proses interaksi komunikasi.
2. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran.
Variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antara jenis media perlu diperhatikan
dalam proses belajar mengajar.
1. Sikap terbuka.
2. Sikap menerima dan menghargai peserta
3. Sikap empati
4. Sikap membicarakan situasi pelanggaran dan pelaku pelanggaran.
5. Sikap demokratis
Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan proses kelompok bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan
anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam
konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Untuk itu tugas pelatih disini adalah menciptakan
kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan
efisien.
Untuk menciptakan suasana ikatan kelompok yang baik perlu adanya pembentukan tujuan
yang sama dalam kelompok, aturan yang jelas untuk mengikat peserta menjadi kelompok,
dan kepemimpinan pelatih dalam kelompok. Dan untuk memelihara suasana kerja kelompok
yang sehat pelatih perlu melakukan misalnya:
Daftar Bacaan
Arend, Ricard. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc
Graw-Hill Company.
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart.* 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia
(Edisi Kelima), terjemahan Ibnu Hamad. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bahri Syaeful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.
Bandung: Genesindo.
Joyce, B. and Weil, M. (1980) Models of Teaching. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Thomas M. Sheidel. 1976. Speech Communication and Human Interaction. 2nd
Edition. Glenville, III. Scott, Foresman & Co.