Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care


Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

Emilzon Taslim, Tinni T. Maskoen


Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran- Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Tingkat penggunaan antibiotik yang tinggi di ruang perawatan intensif atau intensive care unit (ICU) telah
menyebabkan peningkatan kejadian resistensi antibiotik terhadap kuman. Penulisan tinjauan pustaka ini
berdasarkan studi kepustakaan yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa
kuman yang paling banyak terdapat di ICU adalah Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumonia. Selain itu,
didapatkan pula peningkatan kejadian Methycillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) . Beberapa antibiotik
tidak sensitif lagi terhadap kuman-kuman yang terdapat di ICU, antara lain ampicillin, cefotaxime, tetracycline,
ceftazidime, chloramphenicol, dan ciprofloxacin. Disarankan agar dilakukan perputaran penggunaan antibiotik
(antibiotic cycling) berdasarkan pola kepekaan bakteri dan pola sensitivitas antibiotik untuk mengurangi kejadian
resistensi antibiotik.

Kata kunci: Intensive Care Unit , pola kuman, resistensi antibiotik

The Most Bacterial Patterns as Agent Cause Infection in


Intensive Care Unit at some Hospital in Indonesia

Abstract

High usage of antibiotics in the Intensive Care Unit (ICU) have led to increased incidence of antibiotic resistance
to microbial agents. This paper based on the study of literature gathered from various sources. The results of this
paper show that most numerous microbial agents found in the ICU was Pseudomonas aeruginosa and Klebsiela
pneumonia. Besides that, there is also an increase of the incidence of MRSA (Methycilin Resistant Staphylococcus
Aureus). Some antibiotics that are no longer sensitive to microbial agents in the ICU are ampicilin, cefotaxime,
tetracycline, ceftazidime, chloramphenicol, and ciprofloxacin. Recommended to do an antibiotic cycling based
on the antibiotics usage pattern and bacterial sensitivity patterns to reduce the incidence of antibiotic resistance.

Key words: Antibiotic resistance, bacterial patterns, Intensive Care Unit

Korespondensi: Emilzon Taslim, dr., SpAn. KIC, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Ikhlas 8 Blok A Andalas Padang, Mobile 081321067660, Email
emilzont@yahoo.com

56
57

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

Pendahuluan infeksi dan memiliki risiko tinggi mengalami


infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial menjadi
Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009, rumah salah satu penyebab penting tingginya morbiditas,
sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan mortalitas, dan masalah ekonomi khususnya di
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ICU.2,3
perorangan secara paripurna, menyediakan Di negara maju, infeksi yang didapat di rumah
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat sakit memiliki angka kejadian yang cukup tinggi.
darurat. Berkaitan dengan salah satu fungsi rumah Misalnya, di AS, ditemukan 20.000 kematian
sakit yaitu sebagai penyelenggara pelayanan setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh
pengobatan sesuai kebutuhan medis, maka dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit
dibentuklah salah satu unit perawatan yang harus mengalami infeksi baru selama dirawat, sebanyak
ada dalam suatu rumah sakit yaitu ruang rawat 1,4 juta terinfeksi setiap tahun. Di Indonesia,
intensif /intensive care unit (ICU).1 penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit
Ruang rawat intensif atau intensive care unit di DKI Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan
(ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi
terpisah, dengan staf dan perlengkapan khusus yang baru selama dirawat.3 Menurut Dewan
yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan Penasehat Aliansi Dunia untuk Keselamatan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, Pasien, infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta
cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam kematian setiap hari di seluruh dunia. Studi yang
jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan dilakukan WHO di 55 rumah sakit di 14 negara di
prognosis dubia. Menurut WHO, perawatan seluruh dunia, menunjukkan bahwa 8,7% pasien
intensif yang dilakukan di ICU biasanya hanya rumah sakit menderita infeksi selama menjalani
disediakan untuk pasien-pasien dengan kondisi perawatan di rumah sakit, sedangkan di negara
kritis yang memiliki peluang baik untuk bertahan berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien
hidup, yang membutuhkan perhatian medis di Rumah Sakit terserang infeksi nosokomial.3
dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan Infeksi terbanyak yang ditemukan di Rumah
pengamatan dan perawatan oleh perawat yang Sakit yaitu di ICU disebabkan kontaminasi
sudah terlatih.2 dengan sumber bakteri patogen yang dapat
Di ruang ICU, pasien mendapatkan terapi menimbulkan infeksi nosokomial. Pasien-
dan perawatan agar dapat sembuh, namun pasien yang dirawat di ICU mempunyai imunitas
mikroorganisme yang terdapat di ICU merupakan yang rendah, monitoring keadaan secara invasif,
depot bagi berbagai macam penyakit terutama terpapar dengan berbagai jenis antibiotik, dan
yang disebabkan oleh bakteri sebagai etiologi terjadi kolonisasi oleh bakteri resisten. Hal
utama penyakit infeksi.3 tersebut mengakibatkan pasien di ICU memiliki
Rumah sakit dan ICU merupakan breeding potensi yang lebih besar mengalami infeksi.
ground atau tempat berkembangnya bakteri yang Ventilator associated pneumonia (VAP)
resisten/multiresisten antibiotik, disebabkan adalah bentuk infeksi rumah sakit yang paling
penggunaan alat invasif, kontak yang sering sering ditemui di ICU, khususnya pada pasien
antara staf rumah sakit dengan pasien sehingga yang menggunakan ventilasi mekanik. Ventilator
memudahkan terjadi transmisi infeksi, intensitas associated pneumonia adalah pneumonia yang
penggunaan antibiotik yang tinggi serta didapat di rumah sakit yang terjadi setelah 48
penggunaan antibiotik empiris yang berlebihan. jam pasien mendapat bantuan ventilasi mekanik,
Hal tersebut terjadi karena pasien yang dirawat baik melalui pipa endotrakea maupun pipa
di ICU pada umumnya menderita penyakit berat trakeostomi. Insiden pneumonia meningkat 3
dan dalam kondisi imunokompromais.4 sampai 10 kali pada pasien dengan ventilasi
Kuman dapat hidup dan berkembang di mekanik. Penelitian mengenai angka kejadian
lingkungan rumah sakit, seperti air, udara, dan VAP di Indonesia belum ada. Data dari beberapa
lantai. Kuman yang berasal dari lingkungan literatur menyebutkan bahwa angka kejadian
rumah sakit terutama ICU dapat menyebabkan VAP cukup tinggi, bervariasi antara 9%27%

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


58

Emilzon Taslim, Tinni T. Maskoen

dan angka kematian melebihi 50%. Oleh sebab Sampel udara ruang diambil pada 1 titik di OK
itu pilihan terapi empiris harus dipandu oleh data COT, OK IRD, dan 5 titik di ICU, dilanjutkan
terkini tentang pola kepekaan kuman yang sering pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi
menyebabkan VAP, karena pola kepekaan kuman Klinik RS Universitas Hasanuddin Makassar.
mungkin berbeda di setiap rumah sakit.2 Hasil penelitian ditemukan pola bakteri pada
Beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan air adalah Klebsiella pneumonia (30%),
resistensi terhadap antibiotik diantara kuman E.coli (20%), Alkaligenes faecalis (20%),
penyebab utama infeksi respiratorik yang akan Enterobacter aglumerans (10%), Proteus
membahayakan pilihan pengobatan empiris. mirabilis (10%), dan Providencia alkalifaciens
Resistensi antibiotik merupakan suatu masalah (10%). Pola bakteri pada udara ruang adalah
global di negara maju maupun di negara Staphylococcus epidermidis (40%), Acinobacter
berkembang, baik yang terjadi di rumah sakit calcoaceticus (20%), Alkaligenes faecalis(10%),
maupun di dalam komunitas. Menurut The Staphylococcus aureus (10%), Staphylococcus
European Epech Study, didapatkan dari isolat S. sapropiticus (10%), dan Basillus subthilis (10%).
Aureus yang diteliti, 60% diantaranya merupakan Hasil resistensi bakteri terhadap antibiotik yang
MRSA (Methycillin Resistant Staphylococcus ditemukan pada air, terjadi pada Clindamisin
Aureus). Diantara bakteri S. Aureus yang (100%), Methicilin (100%), dan Sulbactam
menyebabkan bakteremia dan terlihat secara Amoxicilin (80%). Sedangkan resistensi bakteri
klinis pada pasien, 72% merupakan MRSA. udara ruang terjadi pada antibiotik Nalidixid Acid
Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (90%). Dari hasil resistensi telah terjadi Multi
dkk. di ruang ICU RSUP Fatmawati Jakarta Drug Resistance dan ditemukan MRSA.8
menunjukkan bahwa S. epidermidis, E. Aerogenes, Hasil penelitian pola kuman di ICU RS
P. Aeruginosa, Klebsiella sp, dan Serratia sp Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar tahun
>60% resisten terhadap ceftriakson. Infeksi oleh 2009, ditemukan bahwa Klebsiella pneumonia
bakteri yang resisten akan memengaruhi hasil adalah kuman terbanyak (28,3%), sedangkan
terapi, biaya terapi, penyebaran penyakit, dan Pseudomonas aeroginosa dan Alkaligenes
lama sakit. Untuk mengontrol infeksi tersebut, faecalis masing-masing hanya sebanyak 3,3%.8
maka diperlukan suatu data mengenai pola kuman Angka kejadian resistensi antibiotik semakin
terbanyak yang menjadi agen penyebab infeksi di meningkat terutama di benua Asia, termasuk
suatu Rumah Sakit serta pengawasan terhadap Indonesia. Para ahli mikrobiologi sepakat bahwa
kuman yang resisten.1,5,6,7 terjadi multiresisten antibiotik terhadap bakteri
Gram negatif. Enterobacteriaceae merupakan
Pembahasan penyebab infeksi terbanyak terutama di ICU
dan sering menimbulkan resistensi terhadap
Penelitian berkelanjutan diperlukan untuk antibiotik sefalosporin generasi ketiga karena
mendapatkan data mengenai pola kuman sebagai mampu memproduksi enzim beta-laktamase,
penyebab infeksi di rumah sakit terutama di ICU. atau yang dikenal dengan extended-spectrum
Hal tersebut berguna dalam penatalaksanaan beta lactamase (ESBL).9
pasien terutama dalam pemilihan antibiotik. Suatu penelitian yang dilakukan di ruang
Hal tersebut juga berkaitan dengan peningkatan ICU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
angka kejadian resistensi antibiotik di suatu Jakarta tahun 2011 bertujuan untuk mengetahui
Rumah Sakit, yang berpengaruh terhadap lama karakteristik fenotipe bakteri Gram negatif
pemberian terapi dan prognosis pasien. famili Enterobacteriaceae. Dari penelitian
Suatu penelitian dilakukan di Instalasi tersebut didapatkan bahwa bakteri Gram negatif
Rawat Khusus RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo famili Enterobacteriacea merupakan suatu
Makassar mengenai pola kuman yang terdapat bakteri dengan karakteristik penghasil enzim
di ICU. Penelitian ini dilaksanakan dengan beta-laktamase, seperti ESBL, AmpC, dan
pengambilan sampel air pada 3 titik di masing- karbapenemase.9 Penelitian ini menggunakan
masing Instalasi COT, OK IRD, dan ICU. tiga metode yang dilakukan untuk mengonfirmasi

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


59

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

karakteristik fenotipe ketiga enzim tersebut, yaitu Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2012. Dari
metode difusi cakram untuk konfirmasi ESBL, pemetaan tersebut didapatkan bakteri terbanyak
uji cakram AmpC (berbasis cefoxitin) untuk pada spesimen darah adalah pseudomonas
konfirmasi AmpC, dan uji Hodge termodifikasi aeruginosa (13,29%), sedangkan pada
untuk konfirmasi karbapenemase.9 pemeriksaan sputum didapatkan acinetobacter
Dari 112 isolat yang dianalisis diketahui baumannii (26,53%). Dari pemeriksaan cairan
bahwa Klebsiella pneumonia merupakan tubuh didapatkan staphylococcus epidermidis
isolat terbanyak (54,46%/61 isolat). Selain itu, (34,78%), sedangkan dari pemeriksaan urine
dari metode difusi cakram ganda, didapatkan didapatkan Candida albicans (50%) dan non
58,42% isolat merupakan penghasil ESBL dan albicans (50%).10
1,98% merupakan penghasil AmpC dengan uji Dalam mengetahui pola kuman terbanyak
cakram AmpC (berbasis cefoxitin), serta 27,59% sebagai penyebab infeksi di ruang ICU, perlu
merupakan penghasil karbapenemase dengan juga diketahui mengenai salah satu penyakit
uji Hodge termodifikasi. Hasil penelitian ini dengan insidensi terbanyak yang didapatkan
menunjukkan prevalensi Klebsiella pneumoniae di ICU yaitu ventilator associated pneumonia
penghasil beta-laktamase khususnya ESBL (VAP). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
sangat tinggi. Dengan mengetahui hal ini, maka VAP merupakan bentuk infeksi rumah sakit yang
dapat dilakukan kontrol yang lebih baik terhadap paling sering ditemui di ICU, khususnya pada
infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan pasien yang menggunakan ventilasi mekanik.
rasional.9 Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah
Penelitian lain dilakukan di ICU RS Kariadi pneumonia yang didapat di rumah sakit yang
Semarang. Penelitian tersebut bertujuan untuk terjadi setelah 48 jam pasien mendapat bantuan
mengetahui pola kuman pasien yang dirawat ventilasi mekanik, baik melalui pipa endotrakea
di ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Desain maupun pipa trakeostomi. Insiden pneumonia
penelitian yang digunakan adalah penelitian meningkat 3 sampai 10 kali pada pasien dengan
deskriptif dengan data yang dikumpulkan secara ventilasi mekanik. Ibrahim dkk. membagi VAP
retrospektif, menggunakan pasien ICU periode menjadi onset dini yang terjadi dalam empat hari
JuliDesember 2009 sebagai sampel. Enam pertama penggunaan ventilasi mekanik dan onset
puluh sembilan pasien ICU (100 lembar hasil lambat yang terjadi lima hari atau lebih setelah
kultur kuman) telah memenuhi kriteria inklusi penggunaan ventilasi mekanik.2
dan eksklusi dan dilakukan pencatatan tentang Sebagian besar VAP berawal dari aspirasi
jenis kuman, antibiotik resisten, umur pasien, organisme orofaring ke bronkus distal kemudian
jenis kelamin, dan sumber pendanaannya. Dari terjadi pembentukan biolm oleh bakteri diikuti
100 lembar hasil kultur kuman pasien di ruang dengan proliferasi dan invasi bakteri pada
rawat intensif RSUP Dr. Kariadi periode Juli parenkim paru. Pada keadaan normal, organisme
Desember 2009 tersebut dapat diketahui bahwa di dalam rongga mulut dan orofaring didominasi
kuman terbanyak penyebab infeksi adalah oleh S. viridans, Haemophilus species dan
Enterobacter aerogenes (34%), Staphylococcus organisme anaerob. Air liur yang mengandung
epidermidis (17%), Escherichia coli (15%), imunoglobulin A (Ig A) dan bronektin menjaga
Pseudomonas aeruginosa (10%), Candida keseimbangan organisme rongga mulut, sehingga
spp. (9%), dan Acinetobacter spp. (8%). Uji jarang didapatkan basil gram negatif aerobik.
sensitivitas terhadap antibiotik menunjukkan Pada pasien sakit kritis keseimbangan tersebut
bahwa kuman mempunyai resistensi tertinggi berubah, organisme yang dominan di dalam
terhadap ampicillin, cefotaxime, tetracycline , rongga mulut adalah basil gram negatif aerobik
chloramphenicol, dan ciprofloxacin.7 dan Staphylococcus aureus. Terapi antibiotik
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan diberikan secara empiris didasarkan kepada
di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, telah mikroorganisme yang menyebabkan VAP pada
dibuat suatu peta bakteri dan kepekaannya bayi dan anak sebelum mendapat etiologi pasti
terhadap berbagai antibiotik di ICU Rumah Sakit dengan menunggu hasil biakan penyebab dan uji

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


60

Emilzon Taslim, Tinni T. Maskoen

resistensi terhadap antibiotik. Informasi tentang Kuman VAP onset dini paling dominan adalah
prevalensi berbagai bakteri patogen penyebab P. aeruginosa, dengan sensitivitas tertinggi
pneumonia khususnya VAP dan pola resistensi terhadap antibiotik amikasin dan ceftazidime.
antibiotik pada pasien pediatri yang dirawat Pada VAP onset lambat paling dominan adalah
sangat terbatas.2 Pseudomonas sp, diikuti P. aeruginosa, S.
Suatu penelitian telah dilakukan di RS. maltophilia dan Serratia marcescens, dengan
Harapan Kita, Jakarta pada tahun 20102012 pola sensitivitas terhadap antibiotik tertinggi
terhadap 116 spesimen saluran napas yang berasal kuman Pseudomonas sp adalah terhadap amikasin
dari pasien VAP dan non-VAP. Spesimen terdiri dan ciprooxacine, sedangkan P.aeruginosa
atas 88 (75,9%) sekret bronkus, 20 (17,2%) sekret masih sensitif terhadap beberapa antibiotik yaitu
tenggorok, 6 (5,2%) sekret ujung ETT, dan 2 terhadap amikasin, netilmisin, dan ceftazidime,
(1,7%) cairan pleura. Di peroleh hasil 4 spesimen diikuti terhadap ciprooxacine, imipenem, dan
(3,4%) steril, 112 biakan positif dengan 15 jenis meropenem.2
mikroorganisme penyebab infeksi berturut-turut Penelitian yang dilakukan di ICU RSUP
dari yang paling dominan adalah Pseudomonas Fatmawati tentang hubungan antara penggunaan
sp. (22,4%), Pseudomonas aeruginosa (18,1%), antibiotik empiris dengan kepekaan bakteri di
Stenotrophomonas maltophilia (9,5%), Serratia ICU RSUP Fatmawati Jakarta menunjukkan
marcescens (8,6%), Enterobacter aerogenes bahwa hampir semua bakteri telah resisten
(7,8%), Klebsiella pneumonia, Bacillus sp., terhadap sefaleksin (>75%); S. epidermidis,
dan Escherichia coli (5,2%), Streptococcus E. aerogenes, dan Klebsiella spp telah resisten
D haemolyticus dan Staphylococcus terhadap seftazidime (>60%); E. coli telah resisten
epidermidis (3,4%), Streptococcus viridans terhadap seftriakson (<dari 60%), sedangkan
dan Staphylococcus aureus (2,6%); Candida S. epidermidis, E. aerogenes, P. aeruginosa,
sp. (1,7%), serta Streptococcus E haemolyticus Klebsiella spp dan Serratia spp.,(>60%) resisten
(0,9%). Bila dikelompokkan, 79,5% di antaranya terhadap seftriakson.6
adalah bakteri gram negatif (Pseudomonas, S. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
maltophilia, Serratia marcescens, E. aerogenes, secara statistik ditemukan hubungan bermakna
K. pneumonia, dan E. coli).2 antara intensitas jenis antibiotik yang diberikan
Berkaitan dengan penelitian yang sebagai terapi empiris dengan kepekaan bakteri.
dilakukan terhadap VAP, maka dapat juga kita Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
ketahui pola kuman terbanyak yang menjadi antibiotik tertentu secara terus-menerus dalam
penyebab terbanyak VAP dan antibiotik kurun waktu tertentu berhubungan terhadap
yang sensitif terhadap bakteri penyebabnya. kepekaan bakteri, yaitu meningkatkan resistensi
Sebagai etiologi infeksi saluran napas yang bakteri.6
dominan, Pseudomonas aeruginosa memiliki Dalam penelitian ini juga dijelaskan bahwa
sensitivitas terbesar terhadap ceftazidime, diikuti penyakit penyerta atau komplikasi, dan tindakan
terhadap amikacin serta netilmicin, sedangkan operasi secara statistik tidak menunjukkan
mikroorganisme terbanyak, Pseudomonas sp. hubungan yang bermakna, karena tingkat
mempunyai sensitivitas rendah terhadap semua keparahan berhubungan erat dengan lama hari
jenis antibiotik dengan sensitivitas tertinggi rawat. Semakin tinggi tingkat keparahan semakin
terhadap ciprooxacin.2 lama pasien dirawat di rumah sakit, sehingga
Dalam penelitian ini juga disajikan pola memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial.6
bakteri berdasarkan onset VAP, isolat kultur Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan
dikelompokkan berdasarkan hari pengambilan tentang hubungan antara penggunaan ventilator
sampel. Kasus VAP onset dini diambil pada hari dan lama penggunaan ventilator dengan angka
rawat ke 14 dan VAP onset lambat yang diambil kejadian infeksi di ICU tidak bermakna secara
pada hari rawat ke-5 atau lebih. Dari 112 isolat statistik. Hal tersebut disebabkan selisih rata-
kultur yang positif, didapatkan 23 sampel VAP rata penggunaan ventilator terhadap waktu
onset dini dan 73 sampel VAP onset lambat. pengambilan sampel kultur adalah 2 hari, dan

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


61

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

sebanyak 42,3% pengambilan sampel untuk digunakan adalah penelitian eksperimental


uji kultur dilakukan sehari setelah pemasangan dengan sampel sebanyak 68 responden. Sampel
ventilator, sehingga kemungkinan belum terjadi diambil dari swab hidung dan ditanam pada
infeksi akibat penggunaan ventilator. Pasien media Mannitol Salt Agar (MSA) kemudian
yang menggunakan ventilator lebih dari 72 jam, ditanam kembali pada media agar darah domba,
kemungkinan dapat terinfeksi VAP, akan tetapi selanjutnya dilakukan uji sensitivitas terhadap
dalam analisis tidak menunjukkan hasil yang antibiotik cefoxitin 30 g.12
signifikan karena jumlahnya hanya 13,6% dari Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
total sampel yang menggunakan ventilator.6 terdapat MRSA positif sebanyak 26 sampel
Penelitian lain juga dilakukan di ICU Rumah (38,24%), 15 sampel (22,05%) sensitif, sebanyak
Sakit Dr. Soetomo untuk mengidentifikasi 20 sampel (29,41%) Staphylococcus sp., dan 7
pola bakteri, pola sensitivitas bakteri dan sampel (10,3%) tidak didapatkan pertumbuhan
menganalisis terapi antibiotik pada pasien VAP. koloni pada MSA (dari 68 sampel yang diperiksa).
Desain penelitiannya berupa analisis prospektif Sampel positif MRSA terbanyak berasal dari ICU
observasional dengan data yang dikumpulkan yaitu 13 sampel, sedangkan dari ruang perawatan
dari Januari sampai Maret 2013. Pasien yang bedah I didapatkan 6 sampel, dan ruang
memenuhi kriteria inklusi (terdiagnosis VAP perawatan bedah II didapatkan 7 sampel positif
selama perawatan di ICU, memiliki hasil kultur MRSA.12 Faktor-faktor yang berperan dalam
mikrobiologi, dan tes sensitivitas antibiotik, serta meningkatkan kejadian MRSA adalah pengaruh
mendapatkan terapi antibiotik untuk VAP selama penetapan dosis (90,4%), ketepatan pengobatan
perawatan di ICU) diamati secara prospektif. (90,2%), penyediaan antiseptik (84,9%), protap
Pola bakteri dan sensitivitas terhadap antibiotik pemasangan kanula infus (74,6%), dan fasilitas
diidentifikasi berdasarkan hasil kultur dan uji cuci tangan (66,3%).12
sensitivitas. Kualitas penggunaan antibiotik Berdasarkan penelitian tersebut dapat
dinilai dengan flowchart Gyssen.11 diketahui bahwa strain tertentu dari
Sebanyak 158 pasien menggunakan Staphylococcus aureus memiliki kemampuan
ventilator, sembilan pasien yang memenuhi khusus untuk membentuk koloni pada staf rumah
kriteria inklusi dengan tiga puluh spesimen sakit. S. aureus berkoloni pada nares anterior dan
(13 sputum, 17 darah). Bakteri terbanyak yang beberapa bagian tubuh lain yang lembab. Nares
ditemukan pada spesimen sputum pasien VAP di anterior telah terbukti menjadi reservoir utama
ICU adalah Pseudomonas aeruginosa (30,8%), dari Staphylococcus aureus pada orang dewasa
sedangkan pada kultur darah didapatkan bakteri dan anak-anak serta berperan penting pada infeksi
terbanyak adalah Staphylococcus koagulase- nosokomial di berbagai populasi.12
negatif (75%). Antibiotik yang masih sensitif
terhadap Pseudomonas aeruginosa adalah Simpulan
Piperacillin-tazobaktam,Cefoperazon-sulbaktam,
Meropenem, Tobramisin, Levofloxacin. Selain Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
itu didapatkan rata-rata penggunaan terapi bahwa terdapat perbedaan pola kuman terbanyak
antibiotik empiris adalah 6,25 hari dan terapi sebagai agen penyebab infeksi di ICU beberapa
antibiotik definitif adalah 7,57 hari. Pseudomonas rumah sakit di Indonesia, namun pada prinsipnya,
aeruginosa adalah penyebab umum pneumonia penyebab dan faktor risiko infeksi di ICU adalah
pada pasien dewasa yang menggunakan ventilator sama.
dan rentan dengan berbagai spektrum antibiotik.11 Beberapa rumah sakit yang telah melakukan
Sumber patogen juga dapat berasal dari tenaga penelitian mengenai pola kuman di ICU
medis. Suatu penelitian di RSUD Abdul Moeloek menyimpulkan bahwa kuman terbanyak
Lampung telah dilakukan untuk mengetahui yang ditemukan di ICU adalah Pseudomonas
persentase MRSA pada tenaga medis dan aeruginosa dan Klebsiella pneumonia. Disamping
paramedis di ICU dan ruang perawatan bedah itu, pada saat ini terjadi peningkatan kejadian
RSUD Abdul Moeloek. Desain penelitian yang methycillin resistant staphylococcus aureus

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


62

Emilzon Taslim, Tinni T. Maskoen

MRSA). Faktor-faktor yang berkontribusi dalam Penyebab Ventilator Associated Pneumonia


kejadian ini adalah pengaruh penetapan dosis, (VAP) dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik
ketepatan pengobatan, penyediaan antiseptik, di RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri.
protap pemasangan kanula infus, dan fasilitas 2012;13(6):38490.
cuci tangan. 3. Noer SF. Pola Bakteri dan Resistensinya
Beberapa antibiotik tidak sensitif lagi terhadap Terhadap Antibiotik yang Ditemukan pada
kuman-kuman yang terdapat di rumah sakit, Air dan Udara Ruang Instalasi Rawat Khusus
khususnya ICU antara lain ampicillin, cefotaxime, RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.
tetracycline, seftazidime, chloramphenicol, dan Majalah Farmasi dan Farmakologi.
ciprofloxacin. 2012;16(2):738.
Mengenai aplikasi pemberian antibiotik, 4. Adisasmito AW, Hadinegoro SR. Infeksi
belum ada pedoman baku untuk lama pemberian Bakteri Gram Negatif di ICU Anak:
antibiotik empiris, tetapi setelah diberikan epidemiologi Manajemen Antibiotik dan
antibiotik empiris sebaiknya dilakukan evaluasi Pencegahan. Sari Pediatri. 2004;6(1):329.
selama 4872 jam (de-esklasi antibiotik), jika 5. Dwiprahasto I. Kebijakan untuk
tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan Meminimalkan Risiko Terjadinya Resistensi
penggantian antibiotik, jika terdapat perbaikan Bakteri di Unit Perawatan Intensif Rumah
maka pemberian antibiotik dapat dilanjutkan Sakit. JMPK. 2005;8(4):17781.
sampai pasien menunjukkan respons klinik baik 6. Fauziyah S, Radji M, Nurgani A. Hubungan
dan penggunaan antibiotik dihentikan. Penggunaan Antibiotika pada Terapi
Penggunaan ventilator di ICU perlu Empiris dengan Kepekaan Bakteri di RSUP
diperhatikan. Penggunaan ventilator melalui Fatmawati Jakarta. Jurnal Farmasi Indonesia.
intubasi nasal sebaiknya tidak lebih dari 48 jam 2011;5(3):15058.
untuk menghindari kontaminasi nosokomial 7. Setiawan MW. Pola Kuman Pasien yang
yang mengakibatkan infeksi akibat penggunaan Dirawat di Ruang Rawat Intensif RSUP
ventilator/VAP. Dr. Kariadi Semarang. Artikel Penelitian.
Berdasarkan paparan di atas, penulis Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
menyarankan salah satu strategi untuk mencegah Diponegoro; 2010. 216.
timbulnya resistensi antibiotik adalah dengan 8. Saharman YR, Lestari DC. Phenotype
melakukan perputaran penggunaan antibiotik Characterization of Beta-Lactamase
(antibiotic cycling), yaitu menghentikan Producing Enterobacteriaceae in the Intensive
penggunaan antibiotik tertentu untuk beberapa Care Unit (ICU) of Cipto Mangunkusumo
periode dan menggunakan kembali pada Hospital in 2011. Acta Med Indones.
periode waktu berikutnya. Evaluasi penggunaan 2013;45(1):116.
antibiotik diperlukan secara berkala berdasarkan 9. Peta Bakteri Terbanyak yang dapat Diisolasi
peta kuman yang ada, dan selanjutnya dilakukan dari Berbagai Spesimen di Ruang ICU di
perputaran penggunaan antibiotik dengan tujuan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 2012.
membatasi resistensi antibiotik. Strategi ini juga 10. Tyas WM, Suprapti B, Hardiono, Widodo
telah dimodifikasi untuk mencegah terjadinya ADW. Analysis of Antibiotic Use in VAP
resistensi dan mencapai heterogenitas antibiotik (Ventilator-Association Pneumonia) Patients.
berdasarkan pertimbangan pola penggunaan Folia Medica Indonesiana. 2013;49(3):168
antibiotik dan kepekaan bakteri yang terdapat di 72.
intensive care unit (ICU). 11. Mahmudah R, Soleha TU, Ekowati
CN. Identifikasi Methicillin-Resistant
Daftar Pustaka Staphylococcus Aureus (MRSA) pada Tenaga
Medis dan Paramedis Di Ruang Intensive
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Care Unit (ICU) dan Ruang Perawatan Bedah
Tahun 2009. Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek.
2. Widyaningsih R, Buntaran L. Pola Kuman Med J Lampung Univercity. 2013;2(4):708.

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai