Anda di halaman 1dari 2

Etiologi dan patogenesis laringomalasia

Laringomalasia adalah kelainan kongenital pada laring berupa flaksiditas dan tidak
ada koordinasi antara kartilago supraglotik, mukosa aritenoid, plika ariepiglotika dan
epiglotis akibatnya terjadi kolaps dan obstruksi saluran napas yang menimbulkan gejala
utama berupa stridor inspiratoris kronik pada bayi dan anak.1 Laringomalasia merupakan
penyebab utama stridor pada bayi.2 Khas dari laringomalasia, yaitu semakin memburuk pada
posisi terlentang dan tipikal timbul setelah beberapa hari atau minggu setelah lahir.3

Penyebab dari laringomalasia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
terdapat tiga teori yang menjelaskan patofisiologi laringomalasia dapat terjadi yakni teori
berdasarkan anatomi, kartilago dan neurogenik. Pada teori anatomi menjelaskan anatomi
laring pada neonatus memiliki bentuk yang khusus, yaitu epiglotis pada neonatus berbentuk
tubular atau omega dan relatif lebih panjang dibandingkan panjang laring, selain itu epiglotis
pada neonatus dapat jatuh ke bagian posterior dan dapat ikut serta dalam flasid supraglotis
tersebut, dan lipatan ariepiglotika pada neonatus yang panjang, relatif lebih besar dan
mempunyai mukosa yang lunak, lipatan ariepoglotika pada bagian medial dan inferior dari
supraglotis dapat menyebabkan penyempitan lumen.1 Selain itu menurut teori anatomi,
abnormalitas kelenturan tulang rawan dan sekitarnya pada neonatus dapat menyebabkan
kolapsnya struktur supraglotis, sehingga dapat menyebabkan laringomalasia.2

Pada teori kedua, yakni teori kartilago menjelaskan kartilago neonatus belum matang
memiliki kelenturan yang abnormal. Pada teori ketiga, yakni teori neurogenik menjelaskan
tidak berkembangnya atau integritas yang abnormal dari sistem saraf pusat dan inti batang
otak yang bertanggung jawab untuk bernafas dan patensi jalan nafas atau terlambatnya
perkembangan kontrol neuromuskuler pada struktur supraglotis.1-2 Kelainan neurologik dapat
menurunkan fungsi saraf vagal pada batang otak sehingga menyebabkan penurunan tonus
otot pada laring.

Pada edema mukosa laring berkaitan dengan refluks laringofaring atau trauma
mukosa selama inspirasi. Edema mukosa telah dibuktikan secara histologis memiliki peran
dalam penyempitan jalan napas, pada tekanan negatif intratorakal yang meningkat saat
inspirasi dapat menyebabkan sebagian supraglotik laring mengalami kolaps, sehingga dapat
terjadi aliran balik isi lambung ke esofagus.1 Refluks isi lambung yang masuk ke dalam
introitus laring selama inspirasi dapat menyebabkan edema supraglotik bagian posterior.1
Gejala klinis laringomalasia

Gejala laringomalasia dapat timbul pada saat lahir atau beberapa minggu setelah lahir,
puncaknya pada usia 6 sampai 8 bulan, dan mengalami perubahan pada usia 12 bulan sampai
24 bulan. Stridor inspiratoar dengan nada tinggi merupakan tanda dari laringomalasia dan
memburuk saat aktivitas seperti menangis, agitasi, minum, dan posisi terlentang. Gejala
utama yang berhubungan dengan minum dengan sulit dalam melakukan koordinasi hisap-
telan-bernapas, yaitu regurgitasi, emesis, batuk, tersedak, dan minum pelan-pelan.1 Selain itu,
stridor dapat disertai dengan retraksi sternum, interkostal, dan epigastrium akibat usaha
pernafasan. Hipotonia neuromuskular yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan
lemahnya otot pendukung dari laring, sehingga dalam proses menelan dapat menyebabkan
obstruksi jalan nafas dan dapat menyebabkan gangguan menelan. Masalah makan sering
terjadi akibat obstruksi nafas yang berat. Pada penderita laringomalasia biasanya lambat bila
makan, kadang-kadang disertai muntah sesudah makan. Keadaan ini dapat menimbulkan
masalah gizi kurang dan gagal tumbuh pada anak. Makan dipercaya sebagai akibat sekunder
dari tekanan negatif yang tinggi di esofagus intratorakal pada saat inspirasi pada pasien
dengan laringomalasia.2

Selain itu, keadaan hipoksia dan hiperkapnia akibat obstruksi nafas atas yang lama akan
berisiko tinggi untuk terjadinya serangan apnea yang mengancam jiwa dan timbul hipertensi
pulmonal yang dapat menyebabkan kor pulmonal, aritmia jantung, penyakit paru obstruksi
kronis, masalah kognitif dan personal sebagai akibat sekunder dari laringomalasia.2

Daftar pustaka

1. Saputri RAH, Sudiro M. Ratunanda SS, Wijana. Gambaran klinis pasien


laringomalasia di poliklinik telinga hidung tenggorok bedah kepala leher Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung periode januari 2012-maret 2015. Tunas medika jurnal
kedokteran kesehatan.2016;3(1).
2. Noviadi, Rusdi D. Diagnosis dan penatalaksanaan laringomalasia dan trakeomalasia.
Available at : www.repository.unand.ac.id. Accessed on july 2, 2017.
3. Sahyuni R, Supriyatno B, Syahrial MH, Kekalih A. Efektifitas pemberian proton
pump inhibitor pada bayi dan anak laringomalasia. Journal sari pediatri. April
2017;18(6).

Anda mungkin juga menyukai