Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada laringomalasia dapat timbul pada saat lahir sampai
beberapa minggu setelah lahir (2-3 minggu kelahiran) dengan puncaknya pada 6-8
minggu dan sebagian besar akan menghilang dalam 1-2 tahun. Stridor yang timbul
bersifat high-pitched dan terdapat vibrasi pada saat inspirasi. Stridor dapat
bertambah berat pada usia sekitar 8-9 bulan tetapi dapat juga timbul hanya pada
saat usaha napas meningkat seperti menangis tetapi dapat juga menghilang seiring
pertambahan usia. Gejala dan tanda lain yang dapat terlihat adalah berhenti
bernapas pada saat tidur dan adanya tanda pektus ekskavatum pada pemeriksaan
fisis karena usaha pernafasan yang berlebihan dan berlangsung lama.2
Diagnosis
Penegakkan diagnosis laringomalasia dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Ciri khas laringomalasia adalah stridor. Perlu ditanyakan lebih dalam
mengenai stridor yaitu (1) waktu onset untuk mengetahui apakah stridor
disebabkan karena kelainan kongenital atau acquired, (2) tipe onset, onset
tiba-tiba (benda asing, edema), onset perlahan dan semakin memburuk
(laringomalasia, subglottic haemagioma, juvenile papillomas), (3)
durasi/lamanya, singkat (benda asing, edema, infeksi), lama
(laringomalasia, laryngeal stenosis, subglottic haemangioma, anomali pada
lidah dan rahang), (4) kaitannya dengan feeding, aspirasi pada laryngeal
paralysis, oesophagus atrersia, laryngeal cleft, benda asing di esofagus, (5)
cyanotic spells, kondisi yang mengharuskan airway maintenance, (6)
aspirasi atau ingesti benda asing, dan (7) trauma pada laring (blunt injuries,
intubasi, endoskopi).3
Diagnosis klinis laringomalasia dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klasik stridor inspirasi yang memburuk saat feeding, agitasi atau saat posisi
supinasi atau sedang menangis.4 Pasien dengan laringomalasia mulai
mempunyai stridor inspirasi pada 2 bulan kehidupan. Stridor tipikalnya
timbul saat berusia 4-6 minggu, atau dapat timbul lambat di usia 2-3 bulan.
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat seputar kelahiran (usia gestasi,
intubasi endotrakeal), abnormalitas genetik atau kongenital, gejala respirasi
yang memberat, masalah feeding seperti retardasi pertumbuhan, tersedak
atau gagging, gejala refluks, atau pneumonia berulang.5
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan adalah berat dan panjang anak saat
pemeriksaan, suara nafas saat inspirasi dan ekspirasi, gerakan dada untuk
menilai adanya retraksi atau pectus excavatum, serta penilaian perfusi
jaringan.4
3. Pemeriksaan penunjang
Laringomalasia dikonfirmasi dengan pemeriksaan flexible fiberoptic
laryngoscopy (FFL) dengan kondisi pasien sadar. FFL akan
memvisualisasikan traktus aerodigestif selama respirasi. Pemeriksaan FFL
dilakukan dalam keadaan tanpa sedasi dengan posisi pasien duduk tegak
lurus dipangkuan orang tua, skope dimasukkan melalui lobang hidung,
dinilai kelainan yang terdapat pada nasofaring, orofaring, hipofaring dan
struktur laring. Pada pemeriksaan FFL ini dapat diamati pergerakan
dinamis dari struktur laring selama pernafasan spontan dan bisa
membedakan laringomalasia dengan penyebab lain stridor inspirasi seperti
paralisis pita suara atau kista laring. Kolaps jaringan supraglotik dan
obstruksi selama inspirasi merupakan patognomonis laringomalasia. Pada
laring akan didapatkan prolap kartilago aritenoid, mukosa supra-aritenoid,
dan kartilago epiglotis selama inspirasi, pemendekan lipatan aritenoid dan
epiglotis selama inspirasi, gambaran tubular shaped epiglottis serta edema
posterior glottis (Gambar X). Pemeriksaan FFL masih menjadi gold
standard dalam mendiagnosis laringomalasia karena lebih nyaman dan
memiliki kemampuan untuk menilai dynamic collapse dari jalur nafas
supraglotik selama respirasi.1,6
DAFTAR PUSTAKA