Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi

Laringomalasia dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya penyakit, dibagi


atas derajat ringan, sedang dan berat. Pembagian derajat ini berdasarkan terdapat
atau tidaknya gejala yang berhubungan dengan gangguan dalam menelan
makanan serta gejala obstruktif saluran nafas atas. Klasifikasi berdasarkan derajat
penyakit dapat dilihat pada Tabel X berikut.1

Tabel X. Skala derajat laringomalasia.1


Derajat Gejala Pernafasan Gejala Makan
Ringan Stridor inspirasi Kadang batuk atau regurgitasi
SpO2 98-100%
Sedang Stridor inspirasi Sering regurtgitasi atau
SpO2 ≤96% kelihan berhubungan dengan
makanan
Berat Stridor inspirasi dengan Gagal tumbuh kembang atau
sianosis atau apnea aspirasi
SpO2 ≤ 86%

Laringomalasia derajat ringan terdapat stridor inpirasi dan gejala yang


berhubungan dengan gangguan dalam menelan saat pasien makan seperti batuk,
tersedak dan regurgitasi. Obstruksi saluran nafas pasien derajat ringan tidak akan
menyebabkan hipoksia, saturasi oksigen berkisar antara 98-100%. Sekitar 40 %
pasien merupakan laringomalasia derajat ringan.1
Laringomalasia derajat sedang terdapat stridor inspirasi yang semakin jelas
dan gejala saluran nafas yang berhubungan dengan makan semakin berat, terdapat
sianosis saat makan dan penurunan saturasi oksigen ≤ 96%, sekitar 40% pasien
merupakan laringomalasia derajat sedang.1
Pasien laringomalasia derajat berat mempunyai 8 tanda primer, yaitu: (1)
stridor inspirasi, (2) retraksi suprasternal, (3) retraksi substernal, (4) kesulitan
dalam makan, (5) tersedak, (6) muntah setelah makan, (7) gangguan tumbuh
kembang dan (8) sianosis. Pasien akan mempunyai saturasi oksigen ≤ 86%.
Sebanyak 10-20 % pasien merupakan laringonalasia derajat berat dan
membutuhkan tindakan pembedahan untuk mengurangi obstruksi saluran nafas
atas.1
Berdasarkan anatomi yang terlibat, Olney pada tahun 1999
mengklasifikasikan laringomalasia menjadi 3 tipe (Gambar X) yaitu, (1) kolaps
posterior jika yang terlibat mukosa aritenoid redundant atau kartilago cuneiform,
(2) kolaps lateral jika terjadi pemendekan lipatan ariepiglotis, dan (3) Kolaps
anterior jika terjadi epiglotis retrofleksi.1

Gambar X. Klasifikasi laringomalasia berdasarkan anatomi.

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada laringomalasia dapat timbul pada saat lahir sampai
beberapa minggu setelah lahir (2-3 minggu kelahiran) dengan puncaknya pada 6-8
minggu dan sebagian besar akan menghilang dalam 1-2 tahun. Stridor yang timbul
bersifat high-pitched dan terdapat vibrasi pada saat inspirasi. Stridor dapat
bertambah berat pada usia sekitar 8-9 bulan tetapi dapat juga timbul hanya pada
saat usaha napas meningkat seperti menangis tetapi dapat juga menghilang seiring
pertambahan usia. Gejala dan tanda lain yang dapat terlihat adalah berhenti
bernapas pada saat tidur dan adanya tanda pektus ekskavatum pada pemeriksaan
fisis karena usaha pernafasan yang berlebihan dan berlangsung lama.2

Diagnosis
Penegakkan diagnosis laringomalasia dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Ciri khas laringomalasia adalah stridor. Perlu ditanyakan lebih dalam
mengenai stridor yaitu (1) waktu onset untuk mengetahui apakah stridor
disebabkan karena kelainan kongenital atau acquired, (2) tipe onset, onset
tiba-tiba (benda asing, edema), onset perlahan dan semakin memburuk
(laringomalasia, subglottic haemagioma, juvenile papillomas), (3)
durasi/lamanya, singkat (benda asing, edema, infeksi), lama
(laringomalasia, laryngeal stenosis, subglottic haemangioma, anomali pada
lidah dan rahang), (4) kaitannya dengan feeding, aspirasi pada laryngeal
paralysis, oesophagus atrersia, laryngeal cleft, benda asing di esofagus, (5)
cyanotic spells, kondisi yang mengharuskan airway maintenance, (6)
aspirasi atau ingesti benda asing, dan (7) trauma pada laring (blunt injuries,
intubasi, endoskopi).3
Diagnosis klinis laringomalasia dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klasik stridor inspirasi yang memburuk saat feeding, agitasi atau saat posisi
supinasi atau sedang menangis.4 Pasien dengan laringomalasia mulai
mempunyai stridor inspirasi pada 2 bulan kehidupan. Stridor tipikalnya
timbul saat berusia 4-6 minggu, atau dapat timbul lambat di usia 2-3 bulan.
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat seputar kelahiran (usia gestasi,
intubasi endotrakeal), abnormalitas genetik atau kongenital, gejala respirasi
yang memberat, masalah feeding seperti retardasi pertumbuhan, tersedak
atau gagging, gejala refluks, atau pneumonia berulang.5
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan adalah berat dan panjang anak saat
pemeriksaan, suara nafas saat inspirasi dan ekspirasi, gerakan dada untuk
menilai adanya retraksi atau pectus excavatum, serta penilaian perfusi
jaringan.4
3. Pemeriksaan penunjang
Laringomalasia dikonfirmasi dengan pemeriksaan flexible fiberoptic
laryngoscopy (FFL) dengan kondisi pasien sadar. FFL akan
memvisualisasikan traktus aerodigestif selama respirasi. Pemeriksaan FFL
dilakukan dalam keadaan tanpa sedasi dengan posisi pasien duduk tegak
lurus dipangkuan orang tua, skope dimasukkan melalui lobang hidung,
dinilai kelainan yang terdapat pada nasofaring, orofaring, hipofaring dan
struktur laring. Pada pemeriksaan FFL ini dapat diamati pergerakan
dinamis dari struktur laring selama pernafasan spontan dan bisa
membedakan laringomalasia dengan penyebab lain stridor inspirasi seperti
paralisis pita suara atau kista laring. Kolaps jaringan supraglotik dan
obstruksi selama inspirasi merupakan patognomonis laringomalasia. Pada
laring akan didapatkan prolap kartilago aritenoid, mukosa supra-aritenoid,
dan kartilago epiglotis selama inspirasi, pemendekan lipatan aritenoid dan
epiglotis selama inspirasi, gambaran tubular shaped epiglottis serta edema
posterior glottis (Gambar X). Pemeriksaan FFL masih menjadi gold
standard dalam mendiagnosis laringomalasia karena lebih nyaman dan
memiliki kemampuan untuk menilai dynamic collapse dari jalur nafas
supraglotik selama respirasi.1,6

Gambar X. Laringomalasia; (A) tubular epiglotis dan aritenoid redundant, (B)


pemendekan lipatan ariepiglotis, (C) prolaps mukosa arytenoid saat inspirasi.1

Laringoskopi direk dan bronkoskopi yang dilakukan di ruang operasi


dengan anestesi general akan memberikan evaluasi penuh traktus
aerodigestif atas hingga bronki. Prosedur ini merupakan modalitas penting
untuk pasien dengan derajat berat atau pasien yang curiga adanya
sychronous airway lesion. Laringoskopi direk juga memberikan akses
intervensi pembedahan jika diperlukan. Saat prosedur ini berlangsung,
keadaan vital pasien selalu harus dimonitor dan dilakukan persiapan jika
pasien mengalami distres pernafasan. Setelah laringoskopi direk,
bronskoskopi dimasukan untuk memeriksa jalur nafas dari subglotik hingga
bronki untuk mencari adanya obstruksi. Laringoskopi direk ama
memperlihatkan elogated epiglottis yang menekuk seperti bentuk omega Ω
(Gambar X), floppy aryepiglottic, dan prominent arytenoids.3,6

Gambar X. Laringomalasi: epiglottis melipat secara longitudinal membentuk omega Ω.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Elfianto, Novialdi. Diagnosis dan penatalaksanaan laringomalasia. Jurnal


Kesehatan Andalas [Internet]. 2018 Jul 29;7(2):119–25. Available from:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/839
2. Trihono PP, Djer MM, Citraresmi E, editors. Practical management in
pediatrics. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI) Cabang DKI
Jakarta; 2014. 51 p.
3. Dhingra P, Dhingra S, Dhingra D, editors. Congenital lesions of larynx and
stridor. In: Disease of ear, nose and throat & head and neck surgery. 7
editions. India; 2018. p. 333–5.
4. Thorne MC, Garetz SL. Laryngomalacia: review and summary of current
clinical practice in 2015. Paediatric Respiratory Reviews [Internet]. 2016
Jan;17:3–8. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.prrv.2015.02.002
5. Lovinsky-Desir S. Laryngomalacia [Internet]. Medscape. 2019. Available
from: https://emedicine.medscape.com/article/1002527-overview
6. Klinginsmith M, Goldman J. Laryngomalacia. In: StatPearls [Internet]
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544266/

Anda mungkin juga menyukai