Anda di halaman 1dari 19

Referat

Heimlich Maneuver

Oleh:
Pirania Christy Tatipang – 17014101364
Putri Cista Saraswati - 17014101368
Paterick Rivo Rampi – 17014101363
Kiki Ekawati - 15014101288
Grandy Pangemanan – 17014101139
Caroline G. Senaen - 16014101141

Supervisor Pembimbing

DR. dr. Diana Ch. Lalenoh, MKes, Sp.An

BAGIAN ANESTESIOLOGI dan TERAPI


INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. SAM RATULANGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO
2019

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

Heimlich Maneuver

Telah dikoreksi, dan disetujui dan dibacakan pada

Mei 2019

Mengetahui

Supervisor Pembimbing

DR. dr. Diana Ch. Lalenoh, MKes, Sp.An


BAB 1

PENDAHULUAN

Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing

dapat menjadi penyebab kematian. Benda asing dapat menyebabkan

penyumbatan yang ringan atau berat. Penyelamat harus segera melakukan

penanganan jika korban tersedak menunjukkan tanda-tanda penyumbatan

yang berat yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan

bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan

untuk berbicara atau bernapas.1

Biasanya saat seseorang mengalami tersedak, orang lain dapat

membantu saat korban masih sadar. Penanganan yang dilakukan biasanya

berhasil dan tingkat kelangsungan hidup dapat mencapai 95%.1 Pada orang

dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak dikunyah

sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak,

penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna

dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga

sering memasukkan bendabenda padat kecil ke dalam mulutnya.2

Karena pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari

keberhasilan penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan

tersedak dengan pingsan, serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan

lain yang juga dapat menyebabkan kesulitan bernapas tiba-tiba, kebiruan,

dan hilang kesadaran.1 Korban dapat sambil memegang atau


mencengkeram lehernya. Hal itu merupakan tanda umum dari tersedak.

Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?” Jika korban mengiyakan dengan

bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat menunjukkan korban

mengalami sumbatan saluran napas yang ringan. Jika korban mengiyakan

dengan menganggukkan kepalanya tanpa berbicara, ini dapat

menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang berat.2 Pada

bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan sikap bayi

tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum tersedak.

Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang

lemah, dan suara tangisan lemah.1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Etiologi Sumbatan Jalan Napas

Sumbatan jalan napas atau tersedak adalah suatu keadaan

masuknya benda asing (makanan, minuman, atau benda-benda

kecil lainnya) ke dalam saluran napas sehingga menimbulkan

keadaan gawat napas yang dapat mengakibatkan kematian.3

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke

dalam saluran napas antara lain, faktor personal (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal), kegagalan

mekanisme proteksi normal (tidur, kesadaran menurun,

alkoholisme, dan epilepsi), faktor fisik yaitu kelainan dan

penyakit neurologik, proses menelan yang belum sempurna pada

anak, faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan

bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak

yang berumur <4 tahun), faktor kejiwaan (emosi, gangguan

psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, faktor

kecerobohan (meletakkan benda asing di mulut, persiapan

makanan yang kurang baik, makan atau minum yang tergesa-

gesa, makan sambil bermain biasanya pada anak-anak,

memberikan kacan atau permen pada anak yang gigi molarnya

berlum lengkap.3
2.2 Klasifikasi dan Patologi Sumbatan Jalan Napas

2.2.1 Obstruksi Jalan Nafas Total3,4

Para peneliti telah mendokumentasikan pada anjing

peristiwa fisiologis yang terjadi dengan asfiksia (obstruksi total).

Fase tertentu dari perubahan fisiologis dicatat sebelum kematian

terjadi sebagai akibat dari obstruksi jalan napas akut. Awalnya,

aliran simpatis meningkat secara nyata, meningkatkan tekanan

darah, denyut jantung, dan laju pernapasan. Sebagai hasil dari

peningkatan kerja pernapasan, PaO2 (tekanan oksigen arteri [O2])

menurun, PaCO2 (tekanan karbon dioksida arteri [CO2])

meningkat, dan pH turun. Pada 3 hingga 4 menit, tekanan darah

dan detak jantung turun drastis dan upaya pernapasan berkurang.

Gas darah semakin memburuk. Pada 8 sampai 10 menit, tanda-

tanda vital menghilang ketika elektrokardiogram merosot dari sinus

menjadi bradikardia nodal, kemudian menjadi ritme

idioventrikular; elektrokardiogram kemudian berakhir dalam

fibrilasi ventrikel atau asistol.

Jika obstruksi berkurang dalam 4 sampai 5 menit awal,

semua parameter yang dipantau biasanya kembali normal dengan

cepat bersamaan dengan kembalinya kesadaran. Namun, manusia,

terutama mereka yang secara medis dikompromikan, tidak

mentoleransi asfiksia dan juga pada model anjing yang dijelaskan


dalam temuan tersebut. Fitur klinis obstruksi saluran napas bagian

atas akut pada manusia dibagi menjadi tiga fase.

Fase Pertama. Fase pertama adalah 3 menit awal obstruksi.

Pasien sadar tetapi dalam kesusahan yang jelas, menunjukkan

kesulitan pernapasan paradoks (gerakan pernapasan berlebihan

tanpa pertukaran udara) dan peningkatan tekanan darah dan denyut

jantung. Pasien sering memegang tenggorokan mereka dalam apa

yang disebut Choking Sign (Gambar 1). Meskipun upaya

pernapasan terbukti, tidak ada udara yang dipertukarkan dan tidak

ada suara yang dihasilkan. Retraksi supraklavikular dan interkostal

terbukti, bunyi napas tidak ada di dada, dan pasien menjadi

sianotik.

Fase Kedua. Menit 2 hingga 5 merupakan fase kedua.

Korban kehilangan kesadaran, dan upaya pernapasan berhenti.

Awalnya, tekanan darah dan denyut nadi hadir.

Fase Ketiga. Fase tiga dimulai setelah 4 atau 5 menit.

Setelah periode singkat tekanan darah dan denyut nadi menghilang

ketika disosiasi elektromekanis mengarah pada henti jantung

kardiorespirasi penuh.

Tanda-tanda obstruksi jalan napas total

 Ketidakmampuan untuk berbicara

 Ketidakmampuan bernapas
 Ketidakmampuan untuk batuk

 Tanda universal untuk tersedak

 Panik

2.2.2 Obstruksi Jalan Nafas Parsial3,4

Batuk yang kuat seringkali dapat ditimbulkan dari korban dengan

pertukaran udara yang baik. Mengi bisa dicatat di antara batuk.

Korban dengan obstruksi parsial dan pertukaran udara yang baik

harus dibiarkan terus batuk dan bernafas tanpa intervensi fisik oleh

penyelamat.

Mereka dengan pertukaran udara yang buruk

menunjukkan refleks batuk yang lemah dan tidak efektif dan bunyi

“berkokok” yang khas selama inspirasi. Tingkat respirasi paradoksal

terkait dengan tingkat obstruksi jalan napas. Suara suara mungkin

tidak ada atau diubah karena pita suara tidak dapat memberi tanda

dengan normal. Fase pernapasan inspirasi sangat lama. Pasien

dengan pertukaran udara yang buruk menunjukkan sianosis,

kelesuan, dan disorientasi jika terdapat hipoksia berat dan

hiperkarbia; para korban ini harus diperlakukan seolah-olah saluran

udara mereka benar-benar terhalang

Tanda-tanda obstruksi jalan napas parsial

Individu dengan aliran udara yang baik

 Batuk yang kuat


 Mengi di antara batuk

 Mampu bernafas

Individu dengan pertukaran udara yang buruk

 Lemah, batuk tidak efektif

 "Crowing" terdengar saat inspirasi

 Respirasi paradoksal

 Suara tidak ada atau berubah

 Kemungkinan sianosis

 Kemungkinan letargi

 Kemungkinan disorientas

2.2 Pengenalan Sumbatan Jalan Napas Oleh Benda asing pada

Dewasa

Sumbatan jalan napas merupakan gangguan pada jalan

napas yang dapat diatasi namun jarang terjadi dan berpotensi

menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penatalaksanaan

yang benar. Orang yang tidak sadarkan diri mudah mengalami

sumbatan jalan napas, baik yang disebabkan oleh sebab

instrinsik (lidah) ataupun ekstrinsik (benda asing).

Penatalaksanaan yang baik merupakan kunci untuk mencegah

kematian akibat sumbatan jalan napas. Kasus sumbatan jalan

napas pada dewasa umumnya terjadi pada saat makan.

Sedangkan pada bayi atau anak, keadaan tersebut terjadi pada


saat makan atau sedang bermain, walaupun sudah diawasi oleh

orang tua atau pengasuh anak.5

Karena pengenalan sumbatan jalan napas akibat benda

asing merupakan kunci utama untuk kesuksesan

penatalaksanaan, maka penolong harus bisa membedakan

keadaan tersebut dengan pingsan, serangan jantung, kejang atau

kondisi lainnya yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan

mendadak, sianosis atau penurunan kesadaran.5

Sumbatan yang disebabkan oeh benda asing bisa bersifat

ringan atau berat, bergantung dari seberapa besar sumbatan yang

terjadi. Bila penolong menjumpai penderita memberikan tanda-

tanda sumbatan jalan napas yang berat, maka pertolongan harus

segera dilakukan. Tanda- tanda sumbatan jalan napas yang

terganggu antara lain adalah pertukaran udara yang buruk serta

diikuti dengan kesulitan bernapas yang meningkat seperti batuk

tanpa suara, sianosis atau tidak bisa berbicara. Kadang kala

penderita memperagakan cekikan dilehernya untuk

memperlihatkan tanda universal tercekik. Segera tanyakan

kepada penderita apakah dia tersedak? Bila penderita menjawab

dengan anggukan berati penderita mengalami sumbatan jalan

napas yang berat.5


Tanda Sumbatan Parsial Sumbatan Total

“Anda Tersedak?” “Ya” Tidak mampu bicara

dan sulit bernapas

Tanda- tanda Lain Bicara, batuk, Batuk tanpa suara

mampu napas Tidak sadar

Tabel 1. Perbedaan Sumbatan parsial dan total (sumber: Buku Ajar

Bantuan Hidup Jantung Dasar Edisi 2017)5

2.3 Penatalaksanaan Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing

Pada Dewasa

NILAI
KEPARAHAAN

Sumbatan Jalan Sumbatan Jalan


Napas Berat Napas Sedang
Batuk Tidak Efektif Batuk Efektif

Sadar Batuk Kuat


Tidak Sadar
Hentakan Lanjutka cek bila ada
Mulai RJP
Abdomen 5x perburukan menjadi batuk
tidak efektif atau sampai
sumbatan teratasi

Gambar 1. Tatalaksana Sumbatan Jalan Napas oleh Benda Asing

(Sumber : Buku Ajar Bantuan Hidup Jantung Dasar Edisi 2017)


Yang harus diutamakan adalah pengenalan ;terhadap

gejala sumbatan berat/total oleh benda asing, karena tindakan

tersebut memerlukan penatalaksanaan segera untuk mencegah

terjadinya kematian

Menangani Sumbatan Jalan Napas Akibat Benda Asing

Teknik yang digunakan untuk menangani sumbatan jalan napas

akibat benda asing termasuk Heimlich manuver (abdominal

thrust) dan chest thrust (untuk korban hamil dan obesitas).

Heimlich manuver, juga dikenal sebagai subdiaphragmatic

abdominal thrust atau abdominal thrust, dianjurkan sebagai

tindakan untuk menangani sumbatan jalan napas akibat benda

asing pada orang dewasa responsif (usia> 8 tahun) dan anak-

anak (1 sampai 8 tahun). Heimlich abdominal thrust menaikkan

diafragma dan meningkatkan tekanan udara pada jalan napas,

yang mendorong udara keluar dari paru-paru. Hal ini dapat

menciptakan batuk buatan sehingga dapat mengeluarkan benda

asing dari jalan nafas. Pada korban obesitas atau hamil, chest

thrust lebih direkomendasikan daripada abdominal thrust. 6,7,8

Cara melakukan Heimilch Manuver7,8 :

a. Jika korban berdiri, penyelamat berdiri di belakang

korban.

b. Jika korban sedang duduk, penyelamat berlutut dan

posisikan diri di belakang korban.


c. Bentuk kepalan tangan Anda sehingga ibu jari Anda

berada dalam kepalan

d. Tempatkan tangan dengan ibu jari menghadap perut

korban di garis midline sekitar 2 jari di atas pusar dan di

bawah ujung procesus xyphoideus

e. Bungkus kepalan dengan tangan lain sehingga lengan

Anda mengelilingi perut korban

f. Berikan hentakan cepat ke arah dalam dan ke atas dalam

satu gerakan ke perut korban sampai benda asing

dikeluarkan atau korban menjadi tidak sadar

Gambar 2. Choking and the Heimlich Maneuver, Johnson


Hopkins Medicine. Available from
https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-
prevention/choking-and-the-heimlich-maneuver.
Heimlich Maneuver Mandiri

Untuk menangani sumbatan jalan napas akibat benda

asing seorang diri, korban membuat kepalan dengan satu tangan,

menempatkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar (luasnya 2

jari) dan di bawah procesus xyphoideus, memegang kepalan

tangan dengan tangan yang lain, dan kemudian menekan ke

dalam dan ke atas ke arah diafragma dengan gerakan cepat. Jika

tidak berhasil, korban juga dapat menekan perut bagian atas di

permukaan yang keras seperti bagian belakang kursi, sisi meja,

atau pagar teras. Beberapa hentakan (thrust) mungkin

dibutuhkan untuk membersihkan jalan napas. 8,9

Gambar 3. Heimlich Maneuver Mandiri (Available from :

https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-choking)
Chest Thrusts

Chest thrust dapat digunakan sebagai alternatif untuk Heimlich manuver.

Hal ini dilakukan pada korban obesitas atau hamil. Penolong harus

melakukan hal-hal sebagai berikut : 10

- Berdiri di belakang Korban Sadar

- Menempatkan lengan di bawah ketiak korban sehingga mengelilingi

dada.

- Menempatkan satu kepalan tangan pada tengah tulang dada.

- Memegang kepala tangan dengan tangan yang lain dan menekan ke

belakang dengan cepat

- Lakukan setiap hentakan dengan kuat dengan maksud untuk

mengeluarkan sumbatan hingga benda asing keluar atau pasien

menjadi tidak sadar

Gambar 4. Chest Thrust (Available from :


https://www.hopkinsmedicine.org)
2.4 Kelebihaan dan Kekurangan Heimlich Maneuver

Sejak dikenalkan pada tahun 1974, manuver Heimlich telah

menjadi manuver andalan dan paling efektif untuk mengatasi

obstruksi jalan napas pada orang dewasa dan anak-anak usia 1

tahun. Manuver ini menggunakan prinsip-prinsip berikut : (1)

empat per lima respirasi normal terjadi menggunakan bantuan

diafragma, (2) tekanan perut menekan diafragma ke atas,

sehingga meningkatkan tekanan intrathoracic, (3) peningkatan

cepat dalam tekanan intrathoracic dapat mengeluarkan objek

yang menghalangi, dan (4) ketika pasien menjadi hipoksia,

tonus otot berkurang.11 Akibatnya, abdomen thrust yang

berulang yang awalnya tidak efektif, menjadi efektif pada

akhirnya. Indikasi untuk manuver ada untuk semua kelompok

umur dengan pengecualian anak-anak usia 1 tahun.

Komplikasi yang ditemukan akibat Heimlich manuever

yang umum ditemui yaitu laserasi esofagus, ruptur lambung, dan

fraktur tulang rusuk. Meskipun banyak komplikasi yang juga

dilaporkan seperti ablasi retina, pneumomediastinum, ruptur

diafragma, rupture hati dan limpa, ruptur jejenum, pankreatitis

dan transeksi pankreas, laserasi mesenterika, diseksi aorta dan

ruptur katup aorta abdominal, fistula aorta-kavelri, diseksi dan

rupture aorta abdominal, thrombosis aorta abdominal, dan

diseksi karotis interna.12-13


BAB III

KESIMPULAN

Sumbatan jalan napas atau tersedak adalah suatu keadaan

masuknya benda asing (makanan, minuman, atau benda-benda kecil

lainnya) ke dalam saluran napas sehingga menimbulkan keadaan gawat

napas yang dapat mengakibatkan kematian.3

Penatalaksanaan yang baik merupakan kunci untuk mencegah

kematian akibat sumbatan jalan napas. Kasus sumbatan jalan napas pada

dewasa umumnya terjadi pada saat makan. Sedangkan pada bayi atau

anak, keadaan tersebut terjadi pada saat makan atau sedang bermain,

walaupun sudah diawasi oleh orang tua atau pengasuh anak.5

Karena pengenalan sumbatan jalan napas akibat benda asing

merupakan kunci utama untuk kesuksesan penatalaksanaan, maka

penolong harus bisa membedakan keadaan tersebut dengan pingsan,

serangan jantung, kejang atau kondisi lainnya yang dapat menyebabkan

gangguan pernapasan mendadak, sianosis atau penurunan kesadaran.5

Menangani Sumbatan Jalan Napas Akibat Benda Asing Teknik

yang digunakan untuk menangani sumbatan jalan napas akibat benda

asing termasuk Heimlich manuver (abdominal thrust) dan chest thrust

(untuk korban hamil dan obesitas).6


DAFTAR PUSTAKA

1) Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM,


Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5:
Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685- S705.
2) Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2019
May 23] Available at:
https://www.emedicinehealth.com/choking/article_em.htm
3) Matten EC, Vender JS. Benumof and Hagberg's Airway
Management. 3rd Ed. Saunders Elsevier; 2013. p. 1115-1141.
4) Malamed SF, Daniel L. Medical Emergencies in the Dental Office.
7th Ed. Saunders Elsevier; 2015, p. 186-207.
5) Boies LR, Adams GL. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG; 1997.
6) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku
Ajar Kursus Bantuan Hidup Dasar. Edisi 2017. Jakarta:
PERKI;2016
7) 1. JP Soar, J Zideman, DA, et al. National Resuscitation Guidelines
2011, Singapore. Nolan. European Resuscitation Council
Guidelines for Resuscitation 2010 Section 1. Executive
Summary.Resuscitation 8:1219-1276
8) 2. BCLS Algorithms and Training 2019. United Medical
Association. Available from : https://www.acls-pals-
bls.com/algorithms/bls/#chokingadultchild
9) Choking and the Heimlich Maneuver, Johnson Hopkins Medicine.
Available from :
https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-
prevention/choking-and-the-heimlich-maneuver.
10) Perkins GD et al (2015) European Resuscitation Council
Guidelines for Resuscitation 2015: section 2. Adult basic life
support and automated external defibrillation. Resuscitation; 95:
81-99..
11) American Academy of Pediatrics Committee on Pediatric
Emergency Medicine. First aid for the choking child. Pediatrics.
1993;92:477–479.
12) Desai SC, Chute DJ, Desai BC, Koloski ER. Traumatic dissection
and rupture of the abdominal aorta as a complication of the
Heimlich maneuver. J Vasc Surg 2008; 48: 1325-7
13) Cecchetto G, Viel G, Cecchetto A, Kusstatscher S, Montisci M.
Fatal splenic rupture following Heimlich maneuver: Case report
and literature review. Am J Forensic Med Pathol 2011; 32: 169-71

Anda mungkin juga menyukai