Modul Skill Lab Blok GUS
Modul Skill Lab Blok GUS
PENYUSUN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
0
SL. V. GUS. 1
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HISTORY TAKING)
PENYAKIT SISTEM GENITOURINARI
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. PENDAHULUAN
History taking pada pemeriksaan genitourinari berbeda pada anak, hjkdewasa dan
orang tua. Kasus yang sering terjadi pada anak adalah kelainan kongenital dan batu
buli-buli. Pada laki-laki usia tua sering terjadi Benign Prostat Hyperplasia (BPH) dan
pada semua umur secara umum dapat terjadi trauma, infeksi, batu dan tumor. Kelainan
pada saluran kemih atas memberi keluhan yang berbeda dengan saluran kemih bawah.
Umumnya keluhan pada saluran kemih atas adalah nyeri karena obstruksi batu
sedangkan pada saluran kemih bawah laki-laki tua paling sering disebabkan oleh BPH.
Tumor ginjal pada anak disebut tumor Wilms dan pada orang dewasa disebut tumor
Grawitz dengan manifestasi klinis berupa hematuri, benjolan di pinggang dan nyeri.
A. History taking keluhan utama yaitu :
1. Keluhan Umum
Keluhan umum dapat berupa lemah, lekas merasa capek , lesu, anoreksia, mual dan
muntah serta rasa gatal dikulit. Gejala ini sering pula diikuti oleh diare, dehidrasi
ataupun sembab baik di muka ataupun juga di kaki dan di perut.
2. Nyeri dan ketidaknyamanan
Rasa sakit didaerah pinggang dapat dikeluhkan pada keadaan pembendungan urine.
Kolik ginjal ditandai dengan rasa sakit yang selalu dimulai pada daerah lumbal, pada
sudut antara iga XII denagn vertebra (sudut costo-vertebral), menjalar keperut bagian
bawah, sela paha, scrotum/labia dan tungkai atas. Rasa sakit ini selalu berupa serangan
yang dapat disertai rasa mual, muntah dan bayak berkeringat. Gerakan tubuh akan
memperberat rasa sakit. Diantara serangan masih dapat dirasakan berat didaerah
pinggang.
Rasa sakit didaerah supra pubik atau uretra dapat terjadi pada peradangan kandung
kemih ataupun uretra seperti pada pengeluaran pus, darah ataupun batu. Rasa sakit ini
menjalar kebawah abdomen, perineum dan glans penis. Kadang rasa sakit ini timbul
sewaktu, pada awal, selama tau pada akhir miksi yang menetes-netes dan sering seperti
rasa terbakar. Keadaan ini disebut stranguria yang sering dijumpai pada sistitis maupun
uretritis.
1
B. Anamnesa Penyakit terdahulu :
Penting sekali untuk diketahui adanya riwayat hematuria, kolik, keluar batu,
pernah mengalami kateterisasi tau operasi, penyakit kelamin dll.
Perlu diketahui apakah dari anggota keluarga ada yang mengalami penyakit
seperti yang diderita ini atau penyakit lain yang berhubungan dengan kelainan bersifat
genetik atau herediter seperti Penyakit ginjal polikistik, DM dan hipertensi .
3. Nyeri
3.1. Nyeri pinggang
3.2. Nyeri pinggang menjalar kearah skrotum
3.3. Nyeri supra pubik
3.4. Nyeri dan tidak nyaman berkemih
3.5. Nyeri pada genitalia
2
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
3
Qa------
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
1. Audiovisual
2. Pensil / pulpen
3. Formulir history taking
4. Pasien Simulasi.
Seorang laki laki, usia 60 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sulit berkemih.
Hal ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Waktu berkemih harus mengedan,
pancaran urine melemah, berkemih dalam waktu kurang dari 2 jam, berkemih
tersendat-sendat, kesulitan menahan berkemih dan sering berkemih pada malam
hari.
A. PERKENALAN
B. KELUHAN UTAMA
1. Tanyakan keluhan utama pasien : sulit berkemih
2. Telusuri / telaah keluhan utama lebih dalam :
1. Berkemih mengedan
2. Pancaran urine melemah
3. Sering berkemih
4. Mendesak ingin berkemih
5. Berkemih tersendat-sendat
6. Berkemih tidak lampias
7. Terbangun malam hari untuk berkemih > 1 kali
C. KELUHAN TAMBAHAN
1. Telusuri / telaah keluhan tambahan :
- Nyeri saat berkemih
- Urine berdarah
2. Telusuri / telaah riwayat penyakit terdahulu.
1. Nyeri saat berkemih dan bernanah
2. Jatuh / trauma dan adanya pemasangan kateter dan pemasangan logam
3. Diabetes Melitus
4. Stroke
5. Riwayat pengobatan
3. Telusuri / telaah riwayat penyakit keluarga
4
D. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Simpulkan hasil komunikasi
3. Jelaskan tindakan selanjutnya
5
SL. V. GUS. 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM GENITOURINARI
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. PENDAHULUAN
6
7
II. TUJUAN KEGIATAN
8
Pada saat self practice mahasiswa melakukan
pemeriksaan fisik sistem genitourinari yang diamati
oleh instruktur dengan menggunakan lembar
pengamatan yang ada.
Mahasiswa mencatat hal-hal yang penting dari
pemeriksaan fisik dan menyimpulkannya Diskusi
Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus
simulasi.
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
A. PERKENALAN
1. Sapa dan perkenalkan diri.
2. Observasi pasien saat masuk ruangan.
3. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Informasikan tindakan yang dilakukan dan minta persetujuan pasien.
B. PEMERIKSAAN GINJAL
1. INSPEKSI
1. Posisi pasien berdiri atau duduk dan pemeriksa berada di belakang pasien.
2. Amati regio lumbalis simetris atau tidak.
3. Amati adanya benjolan.
2. PALPASI
1. Pasien dalam posisi supine, pemeriksa berdiri di samping kanan
2. Tangan kiri pemeriksa berada di sudut kostovertebra kanan dan tangan kanan di
bawah arkus kosta kanan pasien.
3. Tangan kiri mengangkat sudut kostovertebra maka ginjal ikut terangkat.
4. Suruh pasien menarik nafas dalam, ginjal akan bergerak ke kaudal, saat akhir
inspirasi tangan kanan pemeriksa menekan ke bawah arkus kosta, normal
ginjal tidak teraba.
3. PERKUSI
1. Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berdiri di samping kanan
2. Letakkan tangan kiri pada sudut kostovertebra kanan, lalu tangan kanan
memukul tangan kiri.
3. Amati /tanyakan apakah merasa nyeri.
4. Lakukan hal yang sama pada sudut kostovertebra kiri.
4. TRANSILUMINASI (dilakukan pada neonatus dan anak)
1. Pasien digendong dalam posisi supine di ruangan gelap.
2. Gunakan senter di sudut kostovertebra
3. Amati sinar senter di daerah arkus kosta
9
C. PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH
1. INSPEKSI
1. Posisikan pasien dalam keadaan supine
2. Amati daerah supra pubik , apakah ada benjolan
D. PEMERIKSAAN PENIS
1. INSPEKSI
1. Amati glans penis dan meatus uretra.
2. Jika belum disirkumsisi tarik foreskin kebelakang
3. Amati apakah ada ulkus/ skar
4. Amati posisi meatus, normal terletak di ujung glans penis.
5. Amati ukuran penis.
6. Amati apakah ada sekret uretra. k
2. PALPASI
1. Raba apakah ada pembesaran kelenjar limfe inguinal.
2. Raba penis dan uretra apakah ada benjolan.
3. Lakukan pengurutan untuk memeriksa adanya sekret pada uretra.
E. PEMERIKSAAN SKROTUM
1. INSPEKSI
1. Posisikan pasien dalam keadaan berdiri
2. Amati apakah kedua testis ada, biasanya posisi yang satu lebih rendah dari
yang lain.
3. Amati apakah ada pembesaran testis atau skorotum, dalam keadaan nornal
testis kiri dapat lebih besar dibanding yang kanan.
4. Amati adanya radang pada skrotum.
2. PALPASI
1. Raba skrotum dengan menggunakan seluruh ujung jari kedua tangan
2. Raba kedua testis, epididimis dan kelainan lain, tentukan ukuran, konsistensi
dan apakah ada rasa sakit.
3. TRANSILUMINASI
1. Dilakukan di ruangan yang gelap
2. Senter dari belakang skrotum.
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hal hal yang ditemukan
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan tindakan pemeriksaan selanjutnya.
10
VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK PADA KELAINAN
GENITOURINARI
Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /
keluarga pasien
2. Mengobservasi pasien saat masuk ruangan
3. Memosisikan pasien sesuai dengan kondisinya
4. Menginformasikan tindakan yang dilakukan dan meminta
persetujuan pasien.
B. PEMERIKSAAN GINJAL
1. INSPEKSI
1. Memosisikan pasien duduk dan pemeriksa berada di
belakang pasien.
2. Mengamati regio lumbalis simetris atau tidak
3. Mengamati adanya benjolan
2. PALPASI
1. Memosisikan pasien dalam posisi supine, pemeriksa
berdiri di samping kanan
2. Tangan kiri pemeriksa berada di sudut kostovertebra
kanan dan tangan kanan di bawah arkus kosta kanan
pasien.
3. Tangan kiri mengangkat sudut kostovertebra maka
ginjal ikut terangkat.
4. Menyuruh pasien menarik nafas dalam, ginjal akan
bergerak ke kaudal, saat akhir inspirasi tangan kanan
pemeriksa menekan ke bawah arkus kosta, normal
ginjal tidak teraba.
3. PERKUSI
1. Memosisikan pasien duduk, pemeriksa berdiri di
samping kanan
2. Meletakkan tangan kiri pada sudut kostovertebra
kanan, lalu tangan kanan memukul tangan kiri.
3. Mengamati / menanyakan apakah merasa nyeri.
4. Melakukan hal yang sama pada sudut kostovertebra
kiri.
4. TRANSILUMINASI
1. Menggendong pasien dalam posisi supine di ruangan
gelap.
2. Menggunakan senter di sudut kostovertebra .
3. Mengamati sinar senter di daerah arkus kosta.
C. PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH
1. INSPEKSI
1. Memosisikan pasien dalam keadaan supine
2. Mengamati daerah supra pubik , apakah ada benjolan.
2. PALPASI DAN PERKUSI
1. Raba daerah supra pubik secara bimanual.
11
2. Perkusi benjolan.
D. PEMERIKSAAN PENIS
1. INSPEKSI
1. Mengamati glans penis dan meatus uretra.
2. Menarik foreskin kebelakang jika belum disirkumsisi
3. Mengamati apakah ada ulkus/ skar
4. Mengamati posisi meatus, normal terletak di ujung
glans penis.
5. Mengamati ukuran penis.
6. Mengamati apakah ada sekret uretra.
2. PALPASI
1. Meraba apakah ada pembesaran kelenjar limfe
inguinal.
2. Meraba penis dan uretra apakah ada benjolan.
3. Melakukan pengurutan untuk memeriksa adanya sekret
pada uretra.
E. PEMERIKSAAN SKROTUM
1. INSPEKSI
1. Memosisikan pasien dalam keadaan berdiri
2. Mengamati apakah kedua testis ada, biasanya posisi
yang satu lebih rendah dari yang lain.
3. Mengamati apakah ada pembesaran testis atau
skorotum, dalam keadaan nornal testis kiri dapat
lebih besar dibanding yang kanan.
4. Mengamati adanya radang pada skrotum.
2. PALPASI
1. Meraba skrotum dengan menggunakan seluruh ujung
jari kedua tangan
2. Meraba kedua testis, epididimis dan kelainan lain,
tentukan ukuran, konsistensi dan apakah ada rasa sakit.
3. TRANSILUMINASI
1. Melakukan di ruangan yang gelap
2. Menyenter skrotum dari belakang.
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pemeriksaan
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan pemeriksaan/ anjuran selanjutnya
12
SL. V. GUS. 3
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELAINAN / INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Richard Hutapea
I. PENDAHULUAN
Melatih mahasiswa untuk melakukan keterampilan klinik anamnesis /
berkomunikasi dengan pasien mengenai kelainan / penyakit infeksi menular seksual.
Untuk mencapai tujuan anamnesis tersebut, kita perlu mempunyai keterampilan
melakukan komunikasi yang efektif.
Komunikasi verbal : adalah cara kita berbicara dan mengajukan pertanyaan pada
penderita yaitu berupa :
- kata kata yang sopan
- kata-kata yang mudah dipahami
- ajukan setiap kali satu pertanyaan, jangan dua sekaligus
- hindari pertanyaan yang menghakimi
Dalam komunikasi verbal ada pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan terbuka adalah suatu bentuk pertanyaan yang memungkinkan penderita
memberikan jawaban yang lebih panjang.
Contoh : Apa yang anda rasakan ?
Obat apa saja yang anda minum ?
Pertanyaan tertutup adalah suatu bentuk pertanyaan yang jawabanya kata Ya atau
Tidak.
Contoh : Apakah pembengkakan itu sakit ?
Komunikasi non verbal: adalah ketrampilan bahasa tubuh untuk menghadapi penderita.
Contoh : pancaran mata dan mimik wajah.
13
Faktor risiko pasien (World Health Organization).
Pasien akan dianggap berperilaku berisiko tinggi bila terdapat jawaban Ya untuk
satu atau lebih pertanyaan dibawah ini :
Untuk pria :
1. Mitra seksual > 1 dalam bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3. Mengalami satu atau lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
4. Perilaku istri / mitra seksual berisiko tinggi.
Untuk Wanita :
1. Suami / mitra seksual menderita IMS
2.Suami / mitra seksual / pasien sendiri mempunyai mitra seksual lebih dari satu
dalam 1 bulan terakhir .
3.Mempunyai mitra baru dalam 3 bulan terakhir
4.Mengalami satu atau lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
5.Perilaku suami /mitra seksual berisiko tinggi .
1.Keluhan utama dan keluhan yang lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi
IMS, misalnya : erupsi kulit, pembengkakan di daerah lipat paha (inguinal, groin),
nyeri sendi. Pada wanita ditambahkan tentang nyeri perut bawah, gangguan haid dan
kehamilan.
2.Keadaan umum yang dirasakan
3.Riwayat seksual :
- Kontak seksual baik didalam maupun diluar pernikahan, berganti-ganti
pasangan atau kontak seksual multiple
- Frekuensi dan jenis kontak seksual (homo-atau heteroseksual)
- Kapan terakhir kali melakukan hubungan seksual sebelum timbul keluhan
- Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
- Apakah sebelum timbul keluhan atau setelah timbul keluhan ada berhubungan
seksual dengan pasangannya.
- Apakah pasangannya juga merasakan keluhan /gejala yang sama
4. Penggunaan kondom (tidak pernah/jarang/ sering/selalu) dan cara memakainya.
5.Pengobatan yang telah diberikan baik topikal ataupun sistemik dengan penekanan
pada antibiotika atau sudah pernah berobat kedokter sebelumnya.
6.Hubungan penyakit dengan keadaan lainnya :
- Sebelum/sedang/sesudah haid.
- Haid terakhir
- Keletihan psikis
- Penyakit diabetes melitus, tumor, keganasan, lainnya
- Kehamilan.
7.Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di daerah
genital lain, misalnya mengeluarkan duh tubuh/nanah dari kemaluan atau luka atau
lecet, bengkak di daerah lipatan paha, benjolan/jengger ayam
8.Riwayat keluarga:pada dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada bayinya.
II.TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
14
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui cara melakukan history taking.
2. Menerapkan dasar komunikasi efektif .
3. Meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
4. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan yang berhubungan dengan
penyakit IMS.
5. Menegakkan diagnosis secara tepat berdasarkan sindrom yang ditemukan.
6. Menemukan / menentukan faktor perilaku risiko tinggi.
7. Mengidentifikasi mitra seksual pasien.
8. Meyakinkan pasien agar terjalin komunikasi yang baik dalam pengobatan.
IV. RUJUKAN
15
4. Holmes, King K, Sexually Transmitted Diseases ; 3rd Ed, Mc Graw-Hill
Companies : USA ; 1999
5. Lachlan, MC, Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin,E.& S.Livingstone
Ltd : London
Seorang laki-laki, umur 21 tahun, suku Jawa, bangsa Indonesia, belum menikah,
pekerjaan berdagang, datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP.H.Adam Malik, Sub Bagian Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis
dengan keluhan timbul benjolan pada dubur, nyeri dan gatal. Benjolan pada dubur
dialami sejak 1bulan yang lalu. Mula-mula kecil dan semakin lama semakin banyak
dan bertambah besar,gatal dan sering nyeri. Riwayat hubungan seksual genito-
genital (+), oro-genital (+), genito-anal (+) dengan pasangan yang berganti-
ganti.Terakhir berhubungan seksual 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien belum
pernah sakit seperti ini. Pasien bila berhubungan seksual tidak memakai kondom.
Keadaan umum penderita baik.
Tugas : Lakukan komunikasi dokterpasien yang berhubungan dengan keluhan
dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhan tersebut sesuai dengan
formulir history taking. Tentukan faktor resiko pasien dan mitra seksual serta
kemungkinan diagnosis pasien tersebut berdasarkan pendekatan sindrom.
A. PERKENALAN
1. Observasi pasien saat masuk ruang periksa : cara berjalan, penampilan
wajah/fisik.
2. Sapa pasien, perkenalkan diri dengan ramah dan persilahkan duduk.
3. Tanyakan identitas pasien.
B. KELUHAN UTAMA
Tanyakan keluhan utama yang dapat berupa :
1. Keluar duh tubuh/nanah dari kemaluan dengan/tanpa nyeri saat buang air kecil.
2. Luka lecet di kemaluan.
3. Benjolan di daerah lipat paha.
4. Benjolan/jengger ayam pada alat kelamin atau dubur.
C. KELUHAN TAMBAHAN
1. Tanyakan apakah ada demam / meriang.
2. Tanyakan adanya benjolan di tempat lain.
E. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan dalam komunikasi.
2. Simpulkan diagnosis/diagnosis banding.
3. Jelaskan tindakan selanjutnya.
No PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Mengobservasi pasien saat masuk ruang periksa : cara
berjalan, penampilan wajah/fisik.
2. Menyapa pasien, perkenalkan diri dengan ramah dan
persilahkan duduk.
3. Menanyakan identitas penderita
B. KELUHAN UTAMA
1. Menanyakan sesuai skenario , misal :
- Menanyakan adanya keluar duh tub duh dari kemaluan
dengan nyeri saat buang air kecil.
- Menanyakan luka lecet di kemaluan.
- Menanyakan benjolan di daerah lipatan paha.
- Menanyakan benjolan/jengger ayam pada alat kelamin
atau dubur.
C. KELUHAN TAMBAHAN
Menanyakan sesuai dengan skenario :
- apakah ada demam / meriang.
- adanya benjolan di tempat lain.
D. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
1. Menanyakan sudah berapa lama timbulnya keluhan.
2. Menanyakan bagaimana awal timbulnya keluhan tersebut
Misal : Diawali rasa gatal, kemudian panas di ujung kemaluan
18
dan rasa nyeri saat buang air kecil disertai keluar nanah dari
kemaluan
19
SL. V. GUS. 4
KETERAMPILAN KLINIK PEMASANGAN KATETER
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. PENDAHULUAN
Kateter adalah suatu pipa dari karet atau silikon yang didalamnya mempunyai
saluran untuk jalan air. Dimasukkan lewat uretra sampai ke vesica urinaria untuk
mengeluarkan urine karena pasien tidak bisa buang air kecil. Ada beberapa tipe kateter
tetapi yang paling sering digunakan adalah Folley kateter. Folley kateter mempunyai 2
atau 3 saluran air. Saluran yang pertama untuk mengisi balon yang akan mengembang
dibagian ujung kateter yang berada didalam vesica urinaria bila diisi air. Saluran kedua
untuk mengeluarkan urine dari dalam vesica urinaria. Bila mempunyai saluran ketiga,
digunakan untuk memasukkan cairan kedalam vesica urinaria dengan tujuan irigasi.
Indikasi memasang kateter adalah bila penderita tidak bisa buang air kecil
(retensi urin).
Kontra indikasi memasang kateter adalah penderita mengalami trauma panggul atau
trauma perineum dengan keluar darah dari uretra.
20
20 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur,
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). mahasiswa
Coaching pada kelas kecil :
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan
dibimbing oleh instruktur.
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
1. Manikin
2. Meja / troli ukuran sedang.
3. Linen penutup steril untuk penutup meja.
4. Kateter sesuai dengan ukuran
5. Urine bag
6. Disposable syringe 20 cc
7. Xylocaine jelly 2 % 1 tube
8. Sarung tangan
9. Kapas yang dibasahi larutan sublimat/savlon.
10. Pinset anatomi steril
11. Linen penutup berlubang (Perforated surgical drape) dan linen penutup.
12. Aquabidest 15 cc dan kapas alkohol
13. Plaster.
VII.TEKNIK PELAKSANAAN
A. PERKENALAN
1. Sapa dan perkenalkan diri.
2. Tanyakan identitas pasien dan cocokkan dengan data rekam medik.
3. Informasikan tindakan yang dilakukan dan minta persetujuan pasien.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Posisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.
2. Tutup anggota gerak bawah pasien dengan linen penutup.
C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Pakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada tangan kanan saja.
3. Pegang vial aquabidest dengan tangan kiri, bersihkan bagian atasnya dengan
21
kapas alkohol, tusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 15 cc.
4. Simpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup jarum dan letakkan
syringe di atas meja.
5. Pakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk tangan kiri (sekarang
kedua tangan sudah memakai sarung tangan).
D. MEMASANG KATETER
1. Cuci penis dengan kapas sublimat / savlon.
2. Tutup daerah genital dengan linen penutup bolong.
3. Tarik penis kearah lutut 45o terhadap pelvis
4. Masukkan xylocaine jelly 2 % 1 tube ke dalam uretra dan tunggu 3 menit.
5. Dengan menggunakan pinset masukkan kateter ke dalam uretra
sampaimencapai cabang Y.
6. Isi balon kateter dengan aquabidest 15 cc melalui saluran balon.
7. Tarik kateter sampai terdapat tahanan.
8. Setelah urine keluar sambungkan kateter dengan urine bag.
F. DOKUMENTASI
1. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter.
2. Jenis dan ukuran kateter.
3. Jumlah urin yang keluar.
4. Warna dan kekeruhan urine.
5. Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Nama dokter yang bertugas.
PENGAMATAN
LANGKAH /TUGAS Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /keluarga
pasien
2. Menanyakan indentitas penderita, cocokkan dengan data
rekam medis
3. Menginformasikan tindakan yang dilakukan dan meminta
persetujuan pasien.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Memosisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.
2. Menutup anggota gerak bawah pasien dengan linen
penutup.
C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien
2. Memakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada
tangan kanan saja
3.Memegang vial aquabidest dengan tangan kiri,
membersihkan bagian atasnya dengan kapas alkohol,
menusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 15 cc
4. Meyimpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup
jarum dan letakkan syringe di atas meja.
22
5. Memakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk
tangan kiri (sekarang kedua tangan sudah memakai sarung
tangan)
D. MEMASANG KATETER
1. Mencuci penis dengan kapas sublimat/ savlon
2. Menutup daerah genital dengan linen bolong
3. Menarik penis kearah lutut 45o terhadap pelvis
4. Memasukkan xylocaine jelly 2 % 1 tube ke dalam uretra dan
menunggu 3 menit.
5. Memasukkan kateter dengan menggunakan pinset ke dalam
uretra sampai mencapai cabang Y
6. Mengisi balon kateter dengan aquabidest 15 cc
7. Menarik kateter sampai terdapat tahanan
8. Menghubungkan kateter dengan urine bag setelah urin
keluar.
E. SETELAH KATETER TERPASANG
1. Memiksasi kateter ke lipat paha dengan plaster.
2. Menggantungkan urine bag di pinggir tempat tidur
3. Membuang perlengkapan habis pakai dan perlengkapan
tidak habis pakai dibersihkan kembali
F. DOKUMENTASI
1. Menuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter
2. Jenis dan ukuran kateter
3. Jumlah urin yang keluar
4. Warna dan kekeruhan urine
5. Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
6. Nama dokter yang bertugas
23
SL. V. GUS. 5
KETERAMPILAN KLINIK
INSPEKSI, PALPASI DAN PENGAMBILAN SPESIMEN KELAINAN /
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA PRIA
Richard Hutapea
I. PENDAHULUAN
Dua hal penting yang harus diperhatikan ialah kerahasiaan pribadi pasien, dan
sumber cahaya yang baik untuk pemeriksaanya. Terdapat dua perbedaan mendasar
pada anatomi dan pemeriksaan pasien pria dan wanita.
24
A. CARA PEMERIKSAAN FISIK : inspeksi dan palpasi
Hal penting yang harus diperhatikan ialah kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pemeriksaan ini diperlukan ruangan yang dilengkapi dengan tempat tidur, meja
ginekologi dan sumber cahaya yang baik untuk dokter / mahasiswa
pemeriksanya.Dalam pelaksanaanya sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang
tenaga kesehatan lain (paramedis). Pada pemeriksaan terhadap pasien wanita,
pemeriksa didampingi oleh paramedis wanita, sedangkan pada pemeriksaan pasien
pria,dapat didampingi oleh tenaga paramedis pria atau wanita .
A. Pria :
A. Pengambilan Spesimen
Pria :
Mula-mula meatus dibersihkan dengan kain kasa bersih dan kering. Duh tubuh uretra
diambil dengan sengkelit yang telah dibakar sampai membara dan didinginkan kembali
(steril) / dimasukkan ke dalam orificium uretra eksternum sedalam 1-2 cm (melewati
25
fosa navicularis) untuk keperluan pembuatan sedian hapus (yang akan diwarnai dengan
pewarnaan Gram), maupun sediaan biakan.
II.TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
26
IV. RUJUKAN
Seorang pria berusia 22 tahun suku Batak, bangsa Indonesia, belum menikah,
pekerjaan pedagang, datang ke praktek pribadi dengan keluhan utama keluar
nanah dari kemaluan disertai nyeri sewaktu berkemih sejak 1 hari yang lalu.
Awalnya sebelum keluar nanah ujung kemaluan terasa gatal dan panas. Badan
merasa meriang. Terasa ada sedikit pembengkakan di daerah lipat paha dan nyeri
tekan. Penderita baru pertama kali melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu
dengan seorang wanita yang diakui penderita sebagai kekasihnya. Hubungan
seksual tersebut dilakukan dengan cara kelamin ke kelamin. Setelah timbul keluhan
penderita tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual. Riwayat pernah
menderita infeksi menular seksual sebelumya disangkal. Penderita belum pernah
berobat untuk keluhannya ini.
27
B. PERSIAPAN
1. Persilahkan pasien untuk membuka pakaian dalam.
2. Perhatikan pakaian dalam apakah ada sekret/ bercak, warna bercak, jumlah
bercak banyak /sedikit.
3. Persilahkan pasien berbaring.
4. Pemeriksa memakai sarung tangan.
5. Sediakan peralatan untuk pengambilan spesimen.
D. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Bersihkan meatus dengan kain kasa bersih dan kering.
2. Ambil sengkelit.
3. Bakar sengkelit sampai membara di atas lampu bunsen (api spiritus).
4. Dinginkan sengkelit.
5. Masukkan sengkelit ke dalam o.u.e sedalam 1-2 cm (melewati fosa
navicularis.
6. Ambil kaca objek.
7. Apuskan duh tubuh uretra ke atas kaca objek.
8. Fiksasi hapusan tersebut di atas lampu bunsen (api spritus) dan siap untuk
pewarnaan Gram.
E. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pemeriksaan yang ditemukan
2. Buat diagnosis/diagnosis banding
3. Catat tanggal pengambilan spesimen
4. Jelaskan anjuran selanjutnya
28
VIII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENGAMBILAN SPESIMEN KELAINAN/ INFEKSI MENULAR
SEKSUAL PADA PRIA
PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien, pekerjaan, alamat dan keluhan
utama.
3. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan.
B. PERSIAPAN
1. Mempersilahkan pasien untuk membuka pakaian dalam
2. Memperhatikan pakaian dalam apakah ada sekret/ bercak,
warna bercak, jumlah bercak banyak /sedikit.
3. Mempersilahkan pasien berbaring
4. Memakai sarung tangan
5. Menyediakan peralatan untuk pengambilan spesimen.
C. INSPEKSI DAN PALPASI
1. Mengamati dan palpasi daerah lipat paha : apakah ada
benjolan, bila ya : konsistensinya, ukurannya, nyeri/nyeri
tekan, mobilitas dan tanda-tanda radang pada kulit di
atasnya.
2. Mengamati daerah pubis dan sekitarnya (apakah ada
pedikulosis, folikulitis, kutil kelamin atau lesi kulit lainnya).
3. Mengamati skrotum: apakah asimetris atau ada lesi
superfisial.
4. Meraba testis & epididimis dengan lembut (ladies hand).
5. Mengamati penis dari pangkal sampai ujung.
6. Memegang penis dengan jari telunjuk dan ibu jari, tarik
preputium ke proksimal bila menutupi o.u.e naikkan sedikit
ke atas, amati subpreputium dan o.u.e apakah ada :
kemerahan, edema, ektropion dan sekret yang keluar
7. Bila ada sekret memperhatikan : jumlahnya
(banyak/sedikit), warna (kuning kehijauan / kuning/putih),
kekentalannya (encer/kental) dan jenis sekret
(purulen/mukopurulen).
8. Sesuai dengan skenario (mengurut uretra dengan lembut
bila tidak ada sekret)
9. Mengamati daerah anus dan perineum (kutil kelamin /lesi
lain).
D. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Membersihkan meatus dengan kain kasa bersih dan kering.
2. Mengambil sengkelit.
3. Membakar sengkelit sampai membara di atas lampu bunsen
(api spiritus).
4. Mendinginkan sengkelit.
5. Memasukkan sengkelit ke dalam o.u.e sedalam 1-2 cm
(melewati fosa navicularis)
6. Mengambil kaca objek.
7. Mengapuskan duh tubuh uretra ke atas kaca objek.
8. Memfiksasi hapusan tersebut di atas lampu bunsen (api
spritus) dan siap untuk pewarnaan Gram.
29
E. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pemeriksaan yang ditemukan.
2. Membuat diagnosis/diagnosis banding.
3. Mencatat tanggal pengambilan spesimen.
4. Menjelaskan anjuran selanjutnya.
30
SL. V. GUS. 6
KETERAMPILAN KLINIK SIRKUMSISI
Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. Pendahuluan
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Pakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada tangan kanan saja.
3. Pegang vial lidocaine 2 % dengan tangan kiri, bersihkan bagian atasnya dengan
kapas alkohol, tusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 5 cc
4. Simpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup jarum dan letakkan syringe
di atas meja.
5. Pakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk tangan kiri (sekarang
kedua tangan sudah memakai sarung tangan).
D. TEKNIK SIRKUMSISI
1. Bersihkan daerah genital dengan povidon iodine
2. Memasang linen penutup berlubang pada daerah genital sehingga penis keluar
dari lubang dan letakkan linen penutup pada paha.
3. Suntikkan lidocaine 2 % tanpa adrenalin pada pangkal penis jam 2,4,8,10,
masing masing 1 cc subkutan, aspirasi apakah ada darah atau tidak.
32
4. Coba efek anaestesi dengan mencubit kulit penis menggunakan pinset.
5. Tarik foreskin ke belakang, bersihkan glans penis dari smegma dengan kasa
yang telah dibasahi povidon iodine
6. Klem foreskin pada jam 11 dan jam 1 sampai 0.5 cm dari sulcus coronarius.
7. Klem foreskin pada jam 6 sampai ke frenulum.
8. Gunting foreskin di antara klem jam 11 dan 1 dari sulcus coronarius sampai ke
frenulum, gunting foreskin pada klem jam 6 sampai 0,5 cm dari frenelum
kemudian gunting foreskin sirkumferensial 0,5 cm.
9. Setiap pembuluh yang mengeluarkan darah diklem dan diikat dengan plain
catgut.
10. Jahit tepi kulit dan mukosa yang telah terpotong dengan plain catgut secara
interrupted.
11. Bersihkan penis menggunakan kasa yang telah dibasahi povidon iodine.
12. Tutup luka dengan kasa steril dan plaster.
13. Buang perlengkapan yang habis pakai dan bersihkan perlengkapan yang tidak
habis pakai.
F. DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan waktu pelaksanaan
2. Nama dokter yang melakukan
3. Anjuran tindakan selanjutnya.
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien
2. Menanyakan indentitas penderita, cocokkan dengan data rekam
medis
3. Menginformasikan tindakan yang dilakukan dan minta
persetujuan pasien
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Memosisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.
C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Memakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada
tangan kanan saja.
3. Memegang vial lidocaine 2 % dengan tangan kiri,
membersihkan bagian atasnya dengan kapas alkohol,
menusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 5 cc
4. Menyimpan vial di luar daerah steril, memasang kembali
tutup jarum dan meletakkan syringe di atas meja.
5. Memakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk
tangan kiri (sekarang kedua tangan sudah memakai sarung
tangan)
D. TEKNIK SIRKUMSISI
1. Membersihkan daerah genital dengan povidon iodine
33
2. Memasang linen penutup berlubang pada daerah genital
sehingga penis keluar dari lubang dan letakkan linen
penutup pada paha.
3. Menyuntikkan lidocaine 2 % tanpa adrenalin pada pangkal
penis jam 2,4,8,10, masing masing 1 cc subkutan, aspirasi
apakah ada darah atau tidak
4. Mencoba efek anaestesi dengan mencubit kulit penis
menggunakan pinset.
5. Menarik foreskin ke belakang, bersihkan glans penis dari
smegma dengan kasa yang telah dibasahi povidon iodine
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan
2. Nama dokter yang melakukan
3. Menganjurkan tindakan selanjutnya.
34