Anda di halaman 1dari 35

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK GENITOURINARY SYSTEM

PENYUSUN

Adril Arsyad Hakim


Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Fidel Ganis Siregar
Adi Muradi
Cut Aria Arina
Hidayat S
Yoan Carolina
Taufik Sungkar
Mya Savira
Bungaran Sihombing
Abdurrahim R Lubis
Syahmirsa Warli
Syafrizal
Richard Hutapea

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
0
SL. V. GUS. 1
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HISTORY TAKING)
PENYAKIT SISTEM GENITOURINARI
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli

I. PENDAHULUAN
History taking pada pemeriksaan genitourinari berbeda pada anak, hjkdewasa dan
orang tua. Kasus yang sering terjadi pada anak adalah kelainan kongenital dan batu
buli-buli. Pada laki-laki usia tua sering terjadi Benign Prostat Hyperplasia (BPH) dan
pada semua umur secara umum dapat terjadi trauma, infeksi, batu dan tumor. Kelainan
pada saluran kemih atas memberi keluhan yang berbeda dengan saluran kemih bawah.
Umumnya keluhan pada saluran kemih atas adalah nyeri karena obstruksi batu
sedangkan pada saluran kemih bawah laki-laki tua paling sering disebabkan oleh BPH.
Tumor ginjal pada anak disebut tumor Wilms dan pada orang dewasa disebut tumor
Grawitz dengan manifestasi klinis berupa hematuri, benjolan di pinggang dan nyeri.
A. History taking keluhan utama yaitu :
1. Keluhan Umum
Keluhan umum dapat berupa lemah, lekas merasa capek , lesu, anoreksia, mual dan
muntah serta rasa gatal dikulit. Gejala ini sering pula diikuti oleh diare, dehidrasi
ataupun sembab baik di muka ataupun juga di kaki dan di perut.
2. Nyeri dan ketidaknyamanan
Rasa sakit didaerah pinggang dapat dikeluhkan pada keadaan pembendungan urine.
Kolik ginjal ditandai dengan rasa sakit yang selalu dimulai pada daerah lumbal, pada
sudut antara iga XII denagn vertebra (sudut costo-vertebral), menjalar keperut bagian
bawah, sela paha, scrotum/labia dan tungkai atas. Rasa sakit ini selalu berupa serangan
yang dapat disertai rasa mual, muntah dan bayak berkeringat. Gerakan tubuh akan
memperberat rasa sakit. Diantara serangan masih dapat dirasakan berat didaerah
pinggang.
Rasa sakit didaerah supra pubik atau uretra dapat terjadi pada peradangan kandung
kemih ataupun uretra seperti pada pengeluaran pus, darah ataupun batu. Rasa sakit ini
menjalar kebawah abdomen, perineum dan glans penis. Kadang rasa sakit ini timbul
sewaktu, pada awal, selama tau pada akhir miksi yang menetes-netes dan sering seperti
rasa terbakar. Keadaan ini disebut stranguria yang sering dijumpai pada sistitis maupun
uretritis.

3. Perubahan Jumlah dan Tampilan Urine


Perubahan jumlah urine dapat berupa poliuria, dimana jumlah urine mencapai 2
liter atau lebih /24 jam,oligouria kurang dari 400 ml/24 jam, anuria kurang dari 100
ml/24 jam dan anuria total dimana urine sama sekali tidak ada.
Perubahan Tampilan urine dapat berupa perubahan warna seperti hematuria yaitu
urine yang berwarna merah, piuria, berwarna putih seperti pus maupun chyluria
berwarna putih seperti susu. Perubahan tampilan urine dapat juga dalam bentuk urine
bercampur batu atau berpasir.

4. Gangguan dalam BAK


Gangguan BAK dapat berupa keluhan perobahan frekwensi seperti polakisuria,
sering mendesak untuk BAK, atau pun nokturia, sering harus bangun dari tidur malam
untuk BAKmelebihi 3 kali. Pancaran urine dapat melemah sampai menetes-netes pada
orang tua dengan hipertrofi prostat ataupun striktura uretra. Inkontinensia urine berarti
BAK yang tidak dapat ditajan keluarnya atau sekan-akan tidak disadari keluarnya.
Disuria berarti BAK yang nyeri.

5. Kelainan atau gangguan fungsi genitalia eksterna


Dapat berupa adanya luka, benjolan, massa didaerah kemaluan.

1
B. Anamnesa Penyakit terdahulu :
Penting sekali untuk diketahui adanya riwayat hematuria, kolik, keluar batu,
pernah mengalami kateterisasi tau operasi, penyakit kelamin dll.

C. Riwayat penyakit keluarga

Perlu diketahui apakah dari anggota keluarga ada yang mengalami penyakit
seperti yang diderita ini atau penyakit lain yang berhubungan dengan kelainan bersifat
genetik atau herediter seperti Penyakit ginjal polikistik, DM dan hipertensi .

Simtom utama di bidang genitourinari biasanya berhubungan dengan :

1. LUTS (Lower Urinary Tract Symptom)


1.1. Sering buang air kecil
1.2. Berkemih mengedan
1.3. Pancaran urine lemah
1.4. Berkemih terputus putus
1.5. Merasa masih ada sisa setelah buang air kecil
1.6. Sering terbangun waktu tidur malam karena ingin buang air kecil
1.7. Mendesak ingin buang air kecil, tidak dapat menahan

2. Perubahan tampilan urine


2.1. Berkemih berdarah
2.2. Pyuria

3. Nyeri
3.1. Nyeri pinggang
3.2. Nyeri pinggang menjalar kearah skrotum
3.3. Nyeri supra pubik
3.4. Nyeri dan tidak nyaman berkemih
3.5. Nyeri pada genitalia

4. Kelainan atau gangguan fungsi genitalia eksterna

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan komunikasi


dokter-pasien (history taking) mengenai penyakit yang berhubungan dengan
sistem genitourinari.

II. 2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Menerapkan teknik komunikasi dokter-pasien (history taking) dan
berperilaku yang sesuai dengan sosio-budaya.
2. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Menelusuri keluhan utama dan hubungannya dengan penampilan klinis
yang terdapat pada pasien.
4. Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan riwayat
penyakit terdahulu.
5. Mencatat dan meyimpulkan history taking yang diperoleh dari pasien
serta menjelaskan tindakan selanjutnya.

2
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang anamnesis
keluhan utama & keluhan tambahan pada
kelainan genitourinari (10 menit)
- Pemutaran film tentang cara anamnesis
gangguan genitourinari (5 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas
dari penjelasan dan film yang diputar
(5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar


Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi Narasumber
dokter pasien pada kelainan genitourinari

Tahap I : Perkenalan dan Anamnesa Pribadi


Ketika pasien masuk keruang periksa, dokter
menyambut dengan ramah dan senyum, kemudian
memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien, nama, umur,
alamat, sambil mencocokkan dengan data rekam
medis.
Tahap II : Anamnesa penyakit
Menanyakan keluhan utama, keluhan tambahan,
riwayat penyakit penyerta dan riwayat penyakit
keluarga.

20 menit Coaching oleh instruktur:


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur
kelompok tdd 9 mahasiswa). Mahasiswa
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan
dibimbing oleh instruktur.
- Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa

Self practice : Mahasiswa melakukan anamnesis


90 menit sendiri secara bergantian masing-masing selama Mahasiswa
10 menit. Mahasiswa diberikan 1 kasus dan Instruktur
mencatat hal-hal yang penting dari anamnesis dan
menyimpulkannya.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar
pengamatan.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus
simulasi.

3
Qa------

IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004

V. PERALATAN DAN BAHAN

1. Audiovisual
2. Pensil / pulpen
3. Formulir history taking
4. Pasien Simulasi.

VI. TEKNIK PELAKSANAAN

Kasus : BENIGN PROSTAT HYPERTROFI (BPH)

Seorang laki laki, usia 60 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sulit berkemih.
Hal ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Waktu berkemih harus mengedan,
pancaran urine melemah, berkemih dalam waktu kurang dari 2 jam, berkemih
tersendat-sendat, kesulitan menahan berkemih dan sering berkemih pada malam
hari.

A. PERKENALAN

1. Sapa pasien dan perkenalkan diri dengan ramah dan sopan.


2. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri
- Pasien di kursi roda / dipapah / memegang urine bag
- Pasien diantar dengan tempat tidur sorong
3. Tanyakan identitas pasien

B. KELUHAN UTAMA
1. Tanyakan keluhan utama pasien : sulit berkemih
2. Telusuri / telaah keluhan utama lebih dalam :
1. Berkemih mengedan
2. Pancaran urine melemah
3. Sering berkemih
4. Mendesak ingin berkemih
5. Berkemih tersendat-sendat
6. Berkemih tidak lampias
7. Terbangun malam hari untuk berkemih > 1 kali

C. KELUHAN TAMBAHAN
1. Telusuri / telaah keluhan tambahan :
- Nyeri saat berkemih
- Urine berdarah
2. Telusuri / telaah riwayat penyakit terdahulu.
1. Nyeri saat berkemih dan bernanah
2. Jatuh / trauma dan adanya pemasangan kateter dan pemasangan logam
3. Diabetes Melitus
4. Stroke
5. Riwayat pengobatan
3. Telusuri / telaah riwayat penyakit keluarga
4
D. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Simpulkan hasil komunikasi
3. Jelaskan tindakan selanjutnya

VII. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER PASIEN PADA


BENIGN PROSTAT HYPERTROFI (BPH)

LANGKAH /TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien
2. Menempatkan pasien pada posisi yang benar sesuai
kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri
- Pasien di kursi roda / dipapah / memegang urine bag
- Pasien diantar dengan tempat tidur sorong.
3. Menanyakan identitas pasien
B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA
1. Menanyakan keluhan utama pada pasien atau keluarga pasien
: Sulit berkemih

2. Menelusuri / menelaah keluhan utama lebih rinci :


a. Berkemih mengedan
b. Pancaran urine melemah
c. Sering berkemih
d. Mendesak ingin berkemih
e. Berkemih tersendat-sendat
f. Berkemih tidak lampias
g. Terbangun malam hari untuk berkemih > 1 kali\
C. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN
1. Menelusuri / menelaah keluhan tambahan :
- Nyeri saat berkemih
- Urine berdarah
2. Menelusuri / menelaah riwayat penyakit terdahulu.
a. Nyeri saat berkemih dan bernanah
b. Jatuh / trauma dan adanya pemasangan kateter dan
pemasangan logam
c. Diabetes Melitus
d. Stroke
e. Riwayat pengobatan
3. Menelusuri /menelaah riwayat penyakit keluarga
D. DOKUMENTASI
1. Mencatat hal-hal yang penting dari komunikasi
2. Menyimpulkan hasil komunikasi
3. Menjelaskan tindakan selanjutnya

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

5
SL. V. GUS. 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM GENITOURINARI
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik sistem Genitourinari meliputi pemeriksaan fisik secara umum


terhadap organ lain dan khusus terhadap organ yang termasuk dalam sistem
Genitourinari secara sistematis meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan transiluminasi
yang menyeluruh untuk menghindari luputnya tanda-tanda penting.

6
7
II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
fisik sistem genitourinari secara sistematis, baik dan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan trasiluminasi pada : ginjal, kandung
kemih, penis dan skrotum.
2. Menemukan kelainan fisik pada sistem genitourinari.
3. Mahasiswa dapat menelusuri kelainan fisik dan hubungannya dengan history
taking.
4. Mencatat dan menyimpulkan pemeriksaan fisik yang didapat.
5. Membuat diagnosis / diagnosis banding serta rencana pemeriksaan berikut.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)

20 menit Introduksi di kelas besar : Narasumber


1. Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan
fisik genitourinary system (10 menit)
2. Pemutaran film tentang pemeriksaan fisik
genitourinari system (5 menit)
3. Tanya jawab singkat hal yang belum jelas
dari film yang diputar (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara pemeriksaan
fisik sistem genitourinari pada manikin.
1. Observasi :
Memperhatikan pasien saat masuk ruang
periksa, cara berjalan, penampilan wajah,
penampilan fisik
2. Inspeksi :
3. Palpasi
4. Perkusi
5. Auskultasi
6. Mencatat hasil pemeriksaan fisik secara baik dan
benar

20 menit Coaching oleh instruktur: Instruktur


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 mahasiswa
kelompok tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan
dibimbing oleh instruktur

90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Mahasiswa


bergantian masing-masing 10 menit. Instruktur

8
Pada saat self practice mahasiswa melakukan
pemeriksaan fisik sistem genitourinari yang diamati
oleh instruktur dengan menggunakan lembar
pengamatan yang ada.
Mahasiswa mencatat hal-hal yang penting dari
pemeriksaan fisik dan menyimpulkannya Diskusi
Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus
simulasi.

IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Audiovisual
2. Manikin
3. Pensil / pulpen
4. Formulir rekam medik
5. Alat pemeriksaan fisik (senter 2 baterai besar, sarung tangan, kertas karton
yang bisa digulung)
6. Tempat tidur periksa

VI. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERKENALAN
1. Sapa dan perkenalkan diri.
2. Observasi pasien saat masuk ruangan.
3. Posisikan pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Informasikan tindakan yang dilakukan dan minta persetujuan pasien.

B. PEMERIKSAAN GINJAL

1. INSPEKSI
1. Posisi pasien berdiri atau duduk dan pemeriksa berada di belakang pasien.
2. Amati regio lumbalis simetris atau tidak.
3. Amati adanya benjolan.
2. PALPASI
1. Pasien dalam posisi supine, pemeriksa berdiri di samping kanan
2. Tangan kiri pemeriksa berada di sudut kostovertebra kanan dan tangan kanan di
bawah arkus kosta kanan pasien.
3. Tangan kiri mengangkat sudut kostovertebra maka ginjal ikut terangkat.
4. Suruh pasien menarik nafas dalam, ginjal akan bergerak ke kaudal, saat akhir
inspirasi tangan kanan pemeriksa menekan ke bawah arkus kosta, normal
ginjal tidak teraba.
3. PERKUSI
1. Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berdiri di samping kanan
2. Letakkan tangan kiri pada sudut kostovertebra kanan, lalu tangan kanan
memukul tangan kiri.
3. Amati /tanyakan apakah merasa nyeri.
4. Lakukan hal yang sama pada sudut kostovertebra kiri.
4. TRANSILUMINASI (dilakukan pada neonatus dan anak)
1. Pasien digendong dalam posisi supine di ruangan gelap.
2. Gunakan senter di sudut kostovertebra
3. Amati sinar senter di daerah arkus kosta
9
C. PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH
1. INSPEKSI
1. Posisikan pasien dalam keadaan supine
2. Amati daerah supra pubik , apakah ada benjolan

2. PALPASI DAN PERKUSI


1. Raba daerah supra pubik secara bimanual.
2. Perkusi benjolan.

D. PEMERIKSAAN PENIS
1. INSPEKSI
1. Amati glans penis dan meatus uretra.
2. Jika belum disirkumsisi tarik foreskin kebelakang
3. Amati apakah ada ulkus/ skar
4. Amati posisi meatus, normal terletak di ujung glans penis.
5. Amati ukuran penis.
6. Amati apakah ada sekret uretra. k

2. PALPASI
1. Raba apakah ada pembesaran kelenjar limfe inguinal.
2. Raba penis dan uretra apakah ada benjolan.
3. Lakukan pengurutan untuk memeriksa adanya sekret pada uretra.

E. PEMERIKSAAN SKROTUM

1. INSPEKSI
1. Posisikan pasien dalam keadaan berdiri
2. Amati apakah kedua testis ada, biasanya posisi yang satu lebih rendah dari
yang lain.
3. Amati apakah ada pembesaran testis atau skorotum, dalam keadaan nornal
testis kiri dapat lebih besar dibanding yang kanan.
4. Amati adanya radang pada skrotum.
2. PALPASI
1. Raba skrotum dengan menggunakan seluruh ujung jari kedua tangan
2. Raba kedua testis, epididimis dan kelainan lain, tentukan ukuran, konsistensi
dan apakah ada rasa sakit.
3. TRANSILUMINASI
1. Dilakukan di ruangan yang gelap
2. Senter dari belakang skrotum.

F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hal hal yang ditemukan
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan tindakan pemeriksaan selanjutnya.

10
VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK PADA KELAINAN
GENITOURINARI

LANGKAH /TUGAS PENGAMATAN

Ya Tidak

A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /
keluarga pasien
2. Mengobservasi pasien saat masuk ruangan
3. Memosisikan pasien sesuai dengan kondisinya
4. Menginformasikan tindakan yang dilakukan dan meminta
persetujuan pasien.
B. PEMERIKSAAN GINJAL
1. INSPEKSI
1. Memosisikan pasien duduk dan pemeriksa berada di
belakang pasien.
2. Mengamati regio lumbalis simetris atau tidak
3. Mengamati adanya benjolan
2. PALPASI
1. Memosisikan pasien dalam posisi supine, pemeriksa
berdiri di samping kanan
2. Tangan kiri pemeriksa berada di sudut kostovertebra
kanan dan tangan kanan di bawah arkus kosta kanan
pasien.
3. Tangan kiri mengangkat sudut kostovertebra maka
ginjal ikut terangkat.
4. Menyuruh pasien menarik nafas dalam, ginjal akan
bergerak ke kaudal, saat akhir inspirasi tangan kanan
pemeriksa menekan ke bawah arkus kosta, normal
ginjal tidak teraba.
3. PERKUSI
1. Memosisikan pasien duduk, pemeriksa berdiri di
samping kanan
2. Meletakkan tangan kiri pada sudut kostovertebra
kanan, lalu tangan kanan memukul tangan kiri.
3. Mengamati / menanyakan apakah merasa nyeri.
4. Melakukan hal yang sama pada sudut kostovertebra
kiri.
4. TRANSILUMINASI
1. Menggendong pasien dalam posisi supine di ruangan
gelap.
2. Menggunakan senter di sudut kostovertebra .
3. Mengamati sinar senter di daerah arkus kosta.
C. PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH
1. INSPEKSI
1. Memosisikan pasien dalam keadaan supine
2. Mengamati daerah supra pubik , apakah ada benjolan.
2. PALPASI DAN PERKUSI
1. Raba daerah supra pubik secara bimanual.

11
2. Perkusi benjolan.
D. PEMERIKSAAN PENIS

1. INSPEKSI
1. Mengamati glans penis dan meatus uretra.
2. Menarik foreskin kebelakang jika belum disirkumsisi
3. Mengamati apakah ada ulkus/ skar
4. Mengamati posisi meatus, normal terletak di ujung
glans penis.
5. Mengamati ukuran penis.
6. Mengamati apakah ada sekret uretra.
2. PALPASI
1. Meraba apakah ada pembesaran kelenjar limfe
inguinal.
2. Meraba penis dan uretra apakah ada benjolan.
3. Melakukan pengurutan untuk memeriksa adanya sekret
pada uretra.
E. PEMERIKSAAN SKROTUM
1. INSPEKSI
1. Memosisikan pasien dalam keadaan berdiri
2. Mengamati apakah kedua testis ada, biasanya posisi
yang satu lebih rendah dari yang lain.
3. Mengamati apakah ada pembesaran testis atau
skorotum, dalam keadaan nornal testis kiri dapat
lebih besar dibanding yang kanan.
4. Mengamati adanya radang pada skrotum.
2. PALPASI
1. Meraba skrotum dengan menggunakan seluruh ujung
jari kedua tangan
2. Meraba kedua testis, epididimis dan kelainan lain,
tentukan ukuran, konsistensi dan apakah ada rasa sakit.
3. TRANSILUMINASI
1. Melakukan di ruangan yang gelap
2. Menyenter skrotum dari belakang.
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pemeriksaan
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan pemeriksaan/ anjuran selanjutnya

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

12
SL. V. GUS. 3
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELAINAN / INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Richard Hutapea

I. PENDAHULUAN
Melatih mahasiswa untuk melakukan keterampilan klinik anamnesis /
berkomunikasi dengan pasien mengenai kelainan / penyakit infeksi menular seksual.
Untuk mencapai tujuan anamnesis tersebut, kita perlu mempunyai keterampilan
melakukan komunikasi yang efektif.

Dasar komunikasi efektif


Tujuan :
a) Membantu penderita merasa dilayani dengan baik sehingga tercipta suasana
yang nyaman.
b) Mendapat kepercayaan penderita sehingga mendapat semua keterangan yang
dibutuhkan yang nantinya berguna untuk penegakkan diagnosis yang benar
Caranya dengan meningkatkan keterampilan kita dalam :

Komunikasi verbal : adalah cara kita berbicara dan mengajukan pertanyaan pada
penderita yaitu berupa :
- kata kata yang sopan
- kata-kata yang mudah dipahami
- ajukan setiap kali satu pertanyaan, jangan dua sekaligus
- hindari pertanyaan yang menghakimi
Dalam komunikasi verbal ada pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan terbuka adalah suatu bentuk pertanyaan yang memungkinkan penderita
memberikan jawaban yang lebih panjang.
Contoh : Apa yang anda rasakan ?
Obat apa saja yang anda minum ?
Pertanyaan tertutup adalah suatu bentuk pertanyaan yang jawabanya kata Ya atau
Tidak.
Contoh : Apakah pembengkakan itu sakit ?

Komunikasi non verbal: adalah ketrampilan bahasa tubuh untuk menghadapi penderita.
Contoh : pancaran mata dan mimik wajah.

Jadi hal-hal yang perlu dilakukan pada anamnesis ini adalah :

1. Melakukan anamnesis dengan sopan dan hormat.


2. Menciptakan suasana pribadi dengan penderita,kerahasiaan yang mendasar
sehingga wawancara harus dilakukan ditempat yang tenang dan jauh dari
gangguan.
3. Dengan penuh perhatian menyimak hal yang dikatakan pasien,tunjukan bahwa
anda sedang mendengarkan ,jangan menunjukkan rasa khawatir atau sambil
menulis sementara penderita (pasien) berbicara dan jangan memutuskan
pembicaraanya.
4. Gunakan ketrampilan verbal anda dengan memulai rangkaian anamnesis
menggunakan pertanyaan terbuka , dan mengakhiri dengan pertanyaan tertutup .
5. Gunakan ketrampilan verbal anda secara lebih mendalam, misalnya dalam
melakukan pertanyaan fasilitasi, mengarahkan, mengecek, menyimpulkan,
empati, menyakinkan dan kemitraan.

13
Faktor risiko pasien (World Health Organization).
Pasien akan dianggap berperilaku berisiko tinggi bila terdapat jawaban Ya untuk
satu atau lebih pertanyaan dibawah ini :
Untuk pria :
1. Mitra seksual > 1 dalam bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3. Mengalami satu atau lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
4. Perilaku istri / mitra seksual berisiko tinggi.

Untuk Wanita :
1. Suami / mitra seksual menderita IMS
2.Suami / mitra seksual / pasien sendiri mempunyai mitra seksual lebih dari satu
dalam 1 bulan terakhir .
3.Mempunyai mitra baru dalam 3 bulan terakhir
4.Mengalami satu atau lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
5.Perilaku suami /mitra seksual berisiko tinggi .

Anamnesis pada pasien dengan dugaan IMS meliputi :

1.Keluhan utama dan keluhan yang lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi
IMS, misalnya : erupsi kulit, pembengkakan di daerah lipat paha (inguinal, groin),
nyeri sendi. Pada wanita ditambahkan tentang nyeri perut bawah, gangguan haid dan
kehamilan.
2.Keadaan umum yang dirasakan
3.Riwayat seksual :
- Kontak seksual baik didalam maupun diluar pernikahan, berganti-ganti
pasangan atau kontak seksual multiple
- Frekuensi dan jenis kontak seksual (homo-atau heteroseksual)
- Kapan terakhir kali melakukan hubungan seksual sebelum timbul keluhan
- Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
- Apakah sebelum timbul keluhan atau setelah timbul keluhan ada berhubungan
seksual dengan pasangannya.
- Apakah pasangannya juga merasakan keluhan /gejala yang sama
4. Penggunaan kondom (tidak pernah/jarang/ sering/selalu) dan cara memakainya.
5.Pengobatan yang telah diberikan baik topikal ataupun sistemik dengan penekanan
pada antibiotika atau sudah pernah berobat kedokter sebelumnya.
6.Hubungan penyakit dengan keadaan lainnya :
- Sebelum/sedang/sesudah haid.
- Haid terakhir
- Keletihan psikis
- Penyakit diabetes melitus, tumor, keganasan, lainnya
- Kehamilan.
7.Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di daerah
genital lain, misalnya mengeluarkan duh tubuh/nanah dari kemaluan atau luka atau
lecet, bengkak di daerah lipatan paha, benjolan/jengger ayam
8.Riwayat keluarga:pada dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada bayinya.

II.TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan history


taking mengenai kelainan / penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).

14
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui cara melakukan history taking.
2. Menerapkan dasar komunikasi efektif .
3. Meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
4. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan yang berhubungan dengan
penyakit IMS.
5. Menegakkan diagnosis secara tepat berdasarkan sindrom yang ditemukan.
6. Menemukan / menentukan faktor perilaku risiko tinggi.
7. Mengidentifikasi mitra seksual pasien.
8. Meyakinkan pasien agar terjalin komunikasi yang baik dalam pengobatan.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar : Nara sumber
1.Memperlihatkan slide beberapa kasus
kelainan/penyakit IMS.
2.Tanya jawab singkat hal yang belum jelas
10 menit Demontrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara history taking /
berkomunikasi antara dokter dengan pasien .
20 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Instruktur dan
terdiri dari 9 orang mahasiswa. Tiap kelompok kecil Mahasiswa
memiliki 1 orang Instruktur.
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur. Pasien simulasi akan diperankan oleh mahasiswa
secara bergantian.
90 menit Self practice : mahasiswa melakukan sendiri secara Instruktur,
bergantian masing-masing mahasiswa selama 10 menit Mahasiswa
sehingga total waktu yang dibutuhkan 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa.)
Pada saat self practice mahasiswa melakukan anamnesis
sendiri secara bergantian dan diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada.Mahasiswa
diberikan contoh kasus dengan mencatat hal-hal yang
penting dari anamnesis dan menyimpulkannya. Instruktur
memberikan penilaian dari lembar pengamatan.
Diskusi akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus simulasi.

IV. RUJUKAN

1. Daili,SF, Wresti, I B M, Farida, Z, Jubianto, J, Penyakit Menular Seksual,


Balai Penerbit FK UI : Jakarta ; 1997
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Penatalaksanaan
Infeksi Menular Seksual : Jakarta ; 2004
3. Family Health International, DepKes RI/DITJEN P2MPL,United States Agency
for International Development, Pelatihan Managemen Klinik Infeksi Menular
Seksual untuk tenaga Dokter, Paramedis, Analis Laboratorium, Administrasi :
Jakarta ; 2007

15
4. Holmes, King K, Sexually Transmitted Diseases ; 3rd Ed, Mc Graw-Hill
Companies : USA ; 1999
5. Lachlan, MC, Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin,E.& S.Livingstone
Ltd : London

V. SARANA YANG DIPERLUKAN :


1. Audiovisual
2. Pensil/ pulpen
3. Formulir anamnesis
4. Pasien Simulasi

VI. SKENARIO KASUS

1. Kasus : Keluar duh tubuh /nanah dari kemaluan


Seorang pria berusia 22 tahun suku Batak, bangsa Indonesia, belum menikah,
pekerjaan pedagang, datang ke praktek pribadi dengan keluhan utama keluar
nanah dari kemaluan disertai nyeri sewaktu berkemih sejak 1 hari yang lalu.
Awalnya sebelum keluar nanah ujung kemaluan terasa gatal dan panas. Badan
merasa meriang. Terasa ada sedikit pembengkakan di daerah lipat paha dan nyeri
tekan. Penderita baru pertama kali melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu
dengan seorang wanita yang diakui penderita sebagai kekasihnya. Hubungan
seksual tersebut dilakukan dengan cara kelamin ke kelamin. Setelah timbul keluhan
penderita tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual. Riwayat pernah
menderita infeksi menular seksual sebelumya disangkal. Penderita belum pernah
berobat untuk keluhannya ini.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhan
dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhan tersebut sesuai dengan
formulir history taking. Tentukan faktor resiko pasien dan mitra seksual serta
kemungkinan diagnosis pasien tersebut berdasarkan pendekatan sindrom.

2. Kasus : Luka pada kemaluan


Seorang pria, bangsa Indonesia, suku Minang, umur 26 tahun, pekerjaan
pemandu wisata datang berobat ke Poliklinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Penyakit Kelamin RSUP.H.Adam Malik Medan Sub Bagian Infeksi Menular
Seksual dan Treponematosis dengan keluhan utama luka pada ujung alat kelamin.
Luka tersebut tidak sakit,tunggal, pasien merasa ada bengkak di daerah lipat paha
kiri dan kanan. Bengkakan ini tidak sakit meskipun ditekan. Keluhan luka ini
dialami pasien sejak 15 hari yang lalu, di mana 15 hari sebelumnya pasien
berhubungan seks dengan pekerja seks komersil (PSK) dengan cara kelamin ke
kelamin. Pasien belum menikah dan sering berhubungan seks dengan turis .
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhan
dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhan tersebut sesuai dengan
formulir history taking. Tentukan faktor resiko pasien dan mitra seksual serta
kemungkinan diagnosis pasien tersebut berdasarkan pendekatan sindrom.

3. Kasus : Luka pada kemaluan disertai rasa nyeri

Seorang wanita , suku Jawa, 25 tahun, belum menikah, mahasiswi, datang ke


poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H.Adam Malik, Sub Bagian
Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis dengan keluhan luka pada bibir
kemaluan disertai rasa yang sangat nyeri. Keluhan ini dialami pasien sejak 5 hari
yang lalu.Tiga hari sebelum timbul keluhan ini pasien demam, lemah, lesu, dan
nyeri otot. Bersamaan dengan rasa gatal dan rasa terbakar di bibir kemaluan timbul
gelembung kecil berkelompok yang berisi air. Semakin lama gelembung tersebut
semakin banyak, kemudian pecah dan meninggalkan luka-luka kecil dan terasa
sangat nyeri. Rasa nyeri dijumpai juga saat berkemih. Pasien merasa ada bengkak di
lipat paha kiri dan kanan serta nyeri bila ditekan. Sebelumnya pasien belum pernah
menderita penyakit seperti ini. Pasien pernah berobat ke Poliklinik umum dan di
16
suntik (pasien tidak tahu nama obatnya) dan diberi obat makan Amoksilin, namun
tidak ada perbaikan. Pasien pernah berhubungan seksual dengan pacarnya sekitar 3
minggu yang lalu dengan cara kelamin ke kelamin. Pasien tidak memakai
kontrasepsi / kondom dan tidak dalam keadaan haid. Pacar pasien mengaku belum
pernah mengalami keluhan sedemikian.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhan
dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhan tersebut sesuai dengan
formulir history taking. Tentukan faktor resiko pasien dan mitra seksual serta
kemungkinan diagnosis pasien tersebut berdasarkan pendekatan sindrom.

4. Kasus : Benjolan / jengger ayam pada dubur

Seorang laki-laki, umur 21 tahun, suku Jawa, bangsa Indonesia, belum menikah,
pekerjaan berdagang, datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP.H.Adam Malik, Sub Bagian Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis
dengan keluhan timbul benjolan pada dubur, nyeri dan gatal. Benjolan pada dubur
dialami sejak 1bulan yang lalu. Mula-mula kecil dan semakin lama semakin banyak
dan bertambah besar,gatal dan sering nyeri. Riwayat hubungan seksual genito-
genital (+), oro-genital (+), genito-anal (+) dengan pasangan yang berganti-
ganti.Terakhir berhubungan seksual 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien belum
pernah sakit seperti ini. Pasien bila berhubungan seksual tidak memakai kondom.
Keadaan umum penderita baik.
Tugas : Lakukan komunikasi dokterpasien yang berhubungan dengan keluhan
dan faktor penyebab yang berhubungan dengan keluhan tersebut sesuai dengan
formulir history taking. Tentukan faktor resiko pasien dan mitra seksual serta
kemungkinan diagnosis pasien tersebut berdasarkan pendekatan sindrom.

VI. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERKENALAN
1. Observasi pasien saat masuk ruang periksa : cara berjalan, penampilan
wajah/fisik.
2. Sapa pasien, perkenalkan diri dengan ramah dan persilahkan duduk.
3. Tanyakan identitas pasien.

B. KELUHAN UTAMA
Tanyakan keluhan utama yang dapat berupa :
1. Keluar duh tubuh/nanah dari kemaluan dengan/tanpa nyeri saat buang air kecil.
2. Luka lecet di kemaluan.
3. Benjolan di daerah lipat paha.
4. Benjolan/jengger ayam pada alat kelamin atau dubur.

C. KELUHAN TAMBAHAN
1. Tanyakan apakah ada demam / meriang.
2. Tanyakan adanya benjolan di tempat lain.

D. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI


1. Tanyakan sudah berapa lama timbulnya keluhan.
2. Tanyakan bagaimana awal timbulnya keluhan tersebut : rasa gatal, panas di
ujung kemaluan dan rasa nyeri saat buang air kecil.

E. RIWAYAT PENYAKIT SEKSUAL


1. Adakah pasien melakukan kontak seksual
2. Kapan terjadi kontak seksual pasien
3. Keluhan timbul setelah berapa hari kontak seksual
17
4. Dengan siapa kontak seksual tersangka, dengan pria /wanita pekerja seks
komersil (PSK), teman, pacar, suami/istri.
5. Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, oro-genital, ano-genital).
6. Sering ganti-ganti pasangan atau kontak multipel
7. Apakah ada melakukan hubungan seksual dengan istri/teman seks lainnya
sewaktu atau sebelum timbul gejala
8. Tanyakan apakah pasangan seksual mempunyai keluhan seperti ini
9. Tanyakan penggunaan kondom : tidak pernah/jarang/sering/selalu

F. RIWAYAT IMS SEBELUMNYA


1. Keluar duh tubuh/nanah dari kemaluan dengan/tanpa nyeri saat buang air kecil
: kapan, diobati/tidak.
2. Luka lecet di kemalua : kapan, diobati/tidak.
3. Benjolan di daerah lipatan paha : kapan, diobati/tidak.
4. Benjolan/jengger ayam pada alat kelamin atau dubur : kapan, diobati/tidak.

G. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU /PENGGUNAAN OBAT


1. Tanyakan riwayat pengobatan : belum /tidak pernah berobat ke dokter/ berobat
sendiri dan tanyakan penggunaan obat yang telah diberikan, baik topikal
ataupun sistemik.
2. Tanyakan riwayat alergi obat : penekanan pada antibiotik.
3. Tanyakat riwayat penyakit : DM, tumor dan keganasan lainnya.

E. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan dalam komunikasi.
2. Simpulkan diagnosis/diagnosis banding.
3. Jelaskan tindakan selanjutnya.

VIII. LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING PENYAKIT DENGAN


KELAINAN/ INFEKSI MENULAR SEKSUAL

No PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Mengobservasi pasien saat masuk ruang periksa : cara
berjalan, penampilan wajah/fisik.
2. Menyapa pasien, perkenalkan diri dengan ramah dan
persilahkan duduk.
3. Menanyakan identitas penderita
B. KELUHAN UTAMA
1. Menanyakan sesuai skenario , misal :
- Menanyakan adanya keluar duh tub duh dari kemaluan
dengan nyeri saat buang air kecil.
- Menanyakan luka lecet di kemaluan.
- Menanyakan benjolan di daerah lipatan paha.
- Menanyakan benjolan/jengger ayam pada alat kelamin
atau dubur.
C. KELUHAN TAMBAHAN
Menanyakan sesuai dengan skenario :
- apakah ada demam / meriang.
- adanya benjolan di tempat lain.
D. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
1. Menanyakan sudah berapa lama timbulnya keluhan.
2. Menanyakan bagaimana awal timbulnya keluhan tersebut
Misal : Diawali rasa gatal, kemudian panas di ujung kemaluan
18
dan rasa nyeri saat buang air kecil disertai keluar nanah dari
kemaluan

E. RIWAYAT PENYAKIT SEKSUAL


1 Menanyakan adanya melakukan kontak seksual
2 Kapan terjadi kontak seksual pasien
3 Kapan timbul keluhan setelah kontak seksual
4 Dengan siapa kontak seksual : pria /wanita pekerja seks
komersil (PSK), teman, pacar, suami/istri.
5 Bagaimana cara melakukan hubungan seksual (genito-genital,
oro-genital, ano-genital).
6 Apakan sering ganti-ganti pasangan atau kontak multipel
7 Apakah ada melakukan hubungan seksual dengan istri/teman
seks lainnya sewaktu atau sebelum timbul gejala
8 Menanyakan apakah pasangan seksual mempunyai keluhan
yang sama
9 Menanyakan penggunaan kondom : tidak /jarang/ sering/
selalu

F. RIWAYAT IMS SEBELUMNYA


1 Mengeluar duh tubuh/nanah dari kemaluan dengan/tanpa nyeri
saat buang air kecil : kapan, diobati/tidak.
2 Adanya luka lecet di kemaluan : kapan, diobati/tidak.
3 Adanya benjolan di daerah lipatan paha : kapan, diobati/tidak.
4 Adanya benjolan/jengger ayam pada alat kelamin atau dubur :
kapan, diobati/tidak.
G. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU /PENGGUNAAN OBAT

1 Menanyakan riwayat pengobatan : belum /tidak pernah


berobat ke dokter/ berobat sendiri dan tanyakan penggunaan
obat yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik.
2 Menanyakan riwayat alergi obat : penekanan pada antibiotik.

3 Menanyakan riwayat penyakit : DM, tumor dan keganasan


lainnya.
E. DOKUMENTASI
1 Mencatat hal-hal yang ditemukan dalam komunikasi.
2 Menyimpulkan diagnosis/diagnosis banding.
3 Menjelaskan tindakan selanjutnya.

Note: Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

19
SL. V. GUS. 4
KETERAMPILAN KLINIK PEMASANGAN KATETER
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli

I. PENDAHULUAN

Kateter adalah suatu pipa dari karet atau silikon yang didalamnya mempunyai
saluran untuk jalan air. Dimasukkan lewat uretra sampai ke vesica urinaria untuk
mengeluarkan urine karena pasien tidak bisa buang air kecil. Ada beberapa tipe kateter
tetapi yang paling sering digunakan adalah Folley kateter. Folley kateter mempunyai 2
atau 3 saluran air. Saluran yang pertama untuk mengisi balon yang akan mengembang
dibagian ujung kateter yang berada didalam vesica urinaria bila diisi air. Saluran kedua
untuk mengeluarkan urine dari dalam vesica urinaria. Bila mempunyai saluran ketiga,
digunakan untuk memasukkan cairan kedalam vesica urinaria dengan tujuan irigasi.
Indikasi memasang kateter adalah bila penderita tidak bisa buang air kecil
(retensi urin).
Kontra indikasi memasang kateter adalah penderita mengalami trauma panggul atau
trauma perineum dengan keluar darah dari uretra.

II. TUJUAN KEGIATAN

II. 1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemasangan
kateter dengan baik dan benar.

II. 2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui persiapan pemasangan kateter.
2. Mengetahui indikasi/ kontraindikasi pemasangan kateter.
3. Memasang kateter dengan baik dan benar

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)

20 menit Introduksi pada kelas besar : Narasumber


1.Penjelasan dan pemutaran film tentang
pemasangan kateter (15 menit)
2. Tanya jawab singkat hal yang belum
jelas (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar : Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara
pemasangan kateter.
1. Persiapan alat.
2. Persiapan pasien.
3. Persiapan dokter
4. Memasang kateter
5. Setelah kateter terpasang
6. Dokumentasi

20
20 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur,
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). mahasiswa
Coaching pada kelas kecil :
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan
dibimbing oleh instruktur.

90 menit Self Practice pada kelas kecil: Mahasiswa


Mahasiswa melakukan sendiri secara bergantian Instruktur
selama masing-masing 10 menit. Pada saat self
practice mahasiswa melakukan pemasangan
kateter yang diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan tentang
pemasangan kateter.

IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004

V. PERALATAN DAN BAHAN

1. Manikin
2. Meja / troli ukuran sedang.
3. Linen penutup steril untuk penutup meja.
4. Kateter sesuai dengan ukuran
5. Urine bag
6. Disposable syringe 20 cc
7. Xylocaine jelly 2 % 1 tube
8. Sarung tangan
9. Kapas yang dibasahi larutan sublimat/savlon.
10. Pinset anatomi steril
11. Linen penutup berlubang (Perforated surgical drape) dan linen penutup.
12. Aquabidest 15 cc dan kapas alkohol
13. Plaster.

VII.TEKNIK PELAKSANAAN

A. PERKENALAN
1. Sapa dan perkenalkan diri.
2. Tanyakan identitas pasien dan cocokkan dengan data rekam medik.
3. Informasikan tindakan yang dilakukan dan minta persetujuan pasien.

B. PERSIAPAN PASIEN
1. Posisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.
2. Tutup anggota gerak bawah pasien dengan linen penutup.

C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Pakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada tangan kanan saja.
3. Pegang vial aquabidest dengan tangan kiri, bersihkan bagian atasnya dengan
21
kapas alkohol, tusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 15 cc.
4. Simpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup jarum dan letakkan
syringe di atas meja.
5. Pakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk tangan kiri (sekarang
kedua tangan sudah memakai sarung tangan).

D. MEMASANG KATETER
1. Cuci penis dengan kapas sublimat / savlon.
2. Tutup daerah genital dengan linen penutup bolong.
3. Tarik penis kearah lutut 45o terhadap pelvis
4. Masukkan xylocaine jelly 2 % 1 tube ke dalam uretra dan tunggu 3 menit.
5. Dengan menggunakan pinset masukkan kateter ke dalam uretra
sampaimencapai cabang Y.
6. Isi balon kateter dengan aquabidest 15 cc melalui saluran balon.
7. Tarik kateter sampai terdapat tahanan.
8. Setelah urine keluar sambungkan kateter dengan urine bag.

E. SETELAH KATETER TERPASANG


1. Fiksasikan kateter ke lipat paha dengan memakai plaster.
2. Gantungkan urine bag di pinggir tempat tidur.
3. Buang perlengkapan habis pakai dan perlengkapan tidak habis pakai dibersihkan
kembali.

F. DOKUMENTASI
1. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter.
2. Jenis dan ukuran kateter.
3. Jumlah urin yang keluar.
4. Warna dan kekeruhan urine.
5. Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Nama dokter yang bertugas.

VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMASANGAN KATETER

PENGAMATAN
LANGKAH /TUGAS Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /keluarga
pasien
2. Menanyakan indentitas penderita, cocokkan dengan data
rekam medis
3. Menginformasikan tindakan yang dilakukan dan meminta
persetujuan pasien.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Memosisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.
2. Menutup anggota gerak bawah pasien dengan linen
penutup.
C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien
2. Memakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada
tangan kanan saja
3.Memegang vial aquabidest dengan tangan kiri,
membersihkan bagian atasnya dengan kapas alkohol,
menusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 15 cc
4. Meyimpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup
jarum dan letakkan syringe di atas meja.

22
5. Memakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk
tangan kiri (sekarang kedua tangan sudah memakai sarung
tangan)
D. MEMASANG KATETER
1. Mencuci penis dengan kapas sublimat/ savlon
2. Menutup daerah genital dengan linen bolong
3. Menarik penis kearah lutut 45o terhadap pelvis
4. Memasukkan xylocaine jelly 2 % 1 tube ke dalam uretra dan
menunggu 3 menit.
5. Memasukkan kateter dengan menggunakan pinset ke dalam
uretra sampai mencapai cabang Y
6. Mengisi balon kateter dengan aquabidest 15 cc
7. Menarik kateter sampai terdapat tahanan
8. Menghubungkan kateter dengan urine bag setelah urin
keluar.
E. SETELAH KATETER TERPASANG
1. Memiksasi kateter ke lipat paha dengan plaster.
2. Menggantungkan urine bag di pinggir tempat tidur
3. Membuang perlengkapan habis pakai dan perlengkapan
tidak habis pakai dibersihkan kembali
F. DOKUMENTASI
1. Menuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter
2. Jenis dan ukuran kateter
3. Jumlah urin yang keluar
4. Warna dan kekeruhan urine
5. Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
6. Nama dokter yang bertugas

Note : Ya = mahasiswa melakukan


Tidak = mahasiswa tidak melakukan

23
SL. V. GUS. 5
KETERAMPILAN KLINIK
INSPEKSI, PALPASI DAN PENGAMBILAN SPESIMEN KELAINAN /
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA PRIA
Richard Hutapea

I. PENDAHULUAN

Dua hal penting yang harus diperhatikan ialah kerahasiaan pribadi pasien, dan
sumber cahaya yang baik untuk pemeriksaanya. Terdapat dua perbedaan mendasar
pada anatomi dan pemeriksaan pasien pria dan wanita.

Anatomi tractus urogenital laki-laki :

24
A. CARA PEMERIKSAAN FISIK : inspeksi dan palpasi

Hal penting yang harus diperhatikan ialah kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pemeriksaan ini diperlukan ruangan yang dilengkapi dengan tempat tidur, meja
ginekologi dan sumber cahaya yang baik untuk dokter / mahasiswa
pemeriksanya.Dalam pelaksanaanya sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang
tenaga kesehatan lain (paramedis). Pada pemeriksaan terhadap pasien wanita,
pemeriksa didampingi oleh paramedis wanita, sedangkan pada pemeriksaan pasien
pria,dapat didampingi oleh tenaga paramedis pria atau wanita .

A. Pria :

1. Daerah kelamin dan sekitarnya harus terbuka, sehingga memudahkan pemeriksaan.


Pasien dipersilakan untuk membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan
pemeriksaan genital (pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka
seluruh pakaiannya ).
2. Pasien pria biasanya dilakukan pemeriksaan diatas tempat tidur/berdiri/duduk.
3. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genital dan sekitarnya dengan cara inspeksi
dan palpasi, pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan.
4. Mula-mula inspeksi daerah inguinal, raba adakah pembesaran kelenjar, dan catat
konsistensinya, nyeri, ukurannya, mobilitasnya, serta tanda-tanda radang pada kulit
diatasnya.
5. Pada waktu bersamaan,perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya, adakah
pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya (kutil kelamin).
6. Skrotum diinspeksi,apakah terdapat asimetri, lesi superfisial, dan palpasi isi
skrotum (testis dan epididimis) dengan hati-hati.
7. Perhatian akhirnya diarahkan pada penis : inspeksi dari dasar/pangkal sampai
ujung, dengan jari telunjuk dan ibu jari gland penis dipegang dan tarik preputium
kearah distal (pada pasien yang tidak disirkumsisi ), inspeksi daerah subpreputium.
Perhatian khusus untuk daerah sulkus koronarius.Inspeksi meatus uretra ekternus
atau orifisium uretra eksternum (o.u.e) adakah : kemerahan, edema dan
ekropion, lesi uretra atau duh tubuh uretra, serta kelainan kongenital ( mis :
hipospadia).
8. Pasien dengan keluhan duh tubuh genital, perlu diperhatikan bahwa kadang-kadang
pada celana dalam terlihat sekret berwarna kuning kehijauan berasal dari cairan
yang keluar dari uretra .
9. Inspeksi daerah perineum dan anus (adakah kelainan lain atau kutil kelamin).
Sebaiknya pasien bertumpu pada lutut-siku.
10.Bila dicurigai syphilis infeksious,penderita harus membuka semua pakaiannya,
untuk memeriksa apakah ada ruam-ruam, perlu diperhatikan pula daerah-daerah
yang basah seperti bibir dan mulut, ketiak, daerah skrotum, penis dan anus. Semua
kelenjar limfe di-raba terutama kelenjar pos-aurikular dan epitrochlear. Bila ada
ulkus, berasi, atau luka perhatikan ukuran ,jumlah,dan posisi ulkus pada atau sekitar
genital. Catat adakah nyeri. Dasar ulkus harus diraba untuk melihat adanya indurasi,
kelenjar inguinal perlu diraba .

A. Pengambilan Spesimen

Pasien dengan gejala duh tubuh genital :

Pria :
Mula-mula meatus dibersihkan dengan kain kasa bersih dan kering. Duh tubuh uretra
diambil dengan sengkelit yang telah dibakar sampai membara dan didinginkan kembali
(steril) / dimasukkan ke dalam orificium uretra eksternum sedalam 1-2 cm (melewati

25
fosa navicularis) untuk keperluan pembuatan sedian hapus (yang akan diwarnai dengan
pewarnaan Gram), maupun sediaan biakan.

II.TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan


fisik dan pengambilan spesimen kelainan/ Infeksi Menular Seksual (IMS) pada
pria dengan sistematis dan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Menemukan kelainan akibat penyakit Infeksi Menular Seksual.
2. Menelusuri kelainan akibat penyakit Infeksi Menular Seksual sesuai dengan
history taking yang disampaikan oleh pasien.
3. Melakukan pengambilan spesimen kelainan / Infeksi Menular Seksual.
4. Mencatat dan menyimpulkan pemeriksaan fisik genital yang didapat.
5. Membuat diagnosis dan diagnosis banding serta rencana selanjutnya.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu (menit) Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan


20 menit Introduksi Nara sumber
1.Menjelaskan tahap tahap pemeriksaan fisik
dan pengambilan spesimen.
2.Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan tersebut.
10 menit Demontrasi pada kelas besar Nara sumber
Narasumber memperlihatkan tata cara
pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi dan
pengambilan spesimen.
20 menit Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur,mahasi
kelompok terdiri dari 9 orang mahasiswa. Tiap swa
kelompok kecil memiliki 1 orang Instruktur.
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi
secara bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan
dibimbing oleh instruktur. Pasien simulasi akan
diperankan oleh mahasiswa secara bergantian.
90 menit Self Practice:Mahasiswa melakukan sendiri Instruktur,mahasi
secara bergantian.Sehingga total waktu yang swa.
dibutuhkan 90 menit ( tergantung jumlah
mahasiswa ).Pada saat self practice mahasiswa
melakukan pemeriksaan fisik genital
(inspeksi,palpasi ) dan pengambilan spesimen
dengan diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada
.Mahasiswa diberikan kasus gejala duh tubuh
genital ( keluarnya nanah dari kemaluan). Dari
hasil pemeriksaan,mahasiswa mencatat dan
menyimpulkan kasus tersebut .

26
IV. RUJUKAN

1. Daili,SF, Wresti, I B M, Farida, Z, Jubianto, J. Penyakit Menular Seksual,


Balai Penerbit FK UI : Jakarta ; 1997
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penatalaksanaan
Infeksi Menular Seksual : Jakarta ; 2004
3. Family Health International, DepKes RI/DITJEN P2MPL,United States Agency
for International Development, Pelatihan Managemen Klinik Infeksi Menular
Seksual untuk tenaga Dokter, Paramedis, Analis Laboratorium, Administrasi :
Jakarta ; 2007
4. Fowler, I. Human Anatomy. United states of America : Wadsworth, Inc ; 1984
5. Harahap,M. Penyakit Menular Seksual. Cetakan kedua, PT Gramedia : Jakarta ;
1990
6. Holmes, King K. Sexually Transmitted Diseases ; 3rd Ed, Mc Graw-Hill
Companies : USA ; 1999
7. Lachlan, MC. Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin,E.& S.Livingstone
Ltd : London ;

V. SARANA YANG DIPERLUKAN


1. Audiovisual
2. Manikin
3. Pensil /pulpen
4. Sarung tangan
5. Lampu bunsen
6. Sengkelit
7. Kaca objek
8. Penjepit kayu
9. Kain kasa bersih

VI. SKENARIO KASUS

Kasus : Keluar duh tubuh /nanah dari kemaluan

Seorang pria berusia 22 tahun suku Batak, bangsa Indonesia, belum menikah,
pekerjaan pedagang, datang ke praktek pribadi dengan keluhan utama keluar
nanah dari kemaluan disertai nyeri sewaktu berkemih sejak 1 hari yang lalu.
Awalnya sebelum keluar nanah ujung kemaluan terasa gatal dan panas. Badan
merasa meriang. Terasa ada sedikit pembengkakan di daerah lipat paha dan nyeri
tekan. Penderita baru pertama kali melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu
dengan seorang wanita yang diakui penderita sebagai kekasihnya. Hubungan
seksual tersebut dilakukan dengan cara kelamin ke kelamin. Setelah timbul keluhan
penderita tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual. Riwayat pernah
menderita infeksi menular seksual sebelumya disangkal. Penderita belum pernah
berobat untuk keluhannya ini.

Tugas : Lakukan pemeriksaan fisik genital yang berhubungan dengan keluhannya


dan lakukan pengambilan spesimen untuk keperluan pembuatan sediaan hapus,
sediaan biakan untuk melihat bakteri penyebab.

VII. TEKNIK PELAKSANAAN


A. PERKENALAN
1. Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri.
2. Tanyakan identitas pasien, pekerjaan, alamat dan keluhan utama.
3. Informasikan tindakan yang akan dilakukan dan minta persetujuan.

27
B. PERSIAPAN
1. Persilahkan pasien untuk membuka pakaian dalam.
2. Perhatikan pakaian dalam apakah ada sekret/ bercak, warna bercak, jumlah
bercak banyak /sedikit.
3. Persilahkan pasien berbaring.
4. Pemeriksa memakai sarung tangan.
5. Sediakan peralatan untuk pengambilan spesimen.

C. INSPEKSI dan PALPASI


1. Amati dan palpasi daerah lipat paha : apakah ada benjolan, bila ya :
konsistensinya, ukurannya, nyeri/nyeri tekan, mobilitas dan tanda-tanda
radang pada kulit di atasnya.
2. Amati daerah pubis dan sekitarnya (apakah ada pedikulosis, folikulitis, kutil
kelamin atau lesi kulit lainnya).
3. Amati skrotum: apakah asimetris atau ada lesi superfisial.
4. Raba testis & epididimis dengan lembut (ladies hand).
5. Amati penis dari pangkal sampai ujung.
6. Pegang penis dengan jari telunjuk dan ibu jari, tarik preputium ke proksimal
bila menutupi o.u.e naikkan sedikit ke atas, amati subpreputium dan o.u.e
apakah ada : kemerahan, edema, ektropion dan sekret yang keluar
7. Bila ada sekret perhatikan : jumlahnya (banyak/sedikit), warna (kuning
kehijauan / kuning/putih), kekentalannya (encer/ kental) dan jenis sekret
(purulen/mukopurulen).
8. Bila tidak ada sekret urut uretra dengan lembut.
9. Amati daerah anus dan perineum (kutil kelamin /lesi lain).

D. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Bersihkan meatus dengan kain kasa bersih dan kering.
2. Ambil sengkelit.
3. Bakar sengkelit sampai membara di atas lampu bunsen (api spiritus).
4. Dinginkan sengkelit.
5. Masukkan sengkelit ke dalam o.u.e sedalam 1-2 cm (melewati fosa
navicularis.
6. Ambil kaca objek.
7. Apuskan duh tubuh uretra ke atas kaca objek.
8. Fiksasi hapusan tersebut di atas lampu bunsen (api spritus) dan siap untuk
pewarnaan Gram.

E. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pemeriksaan yang ditemukan
2. Buat diagnosis/diagnosis banding
3. Catat tanggal pengambilan spesimen
4. Jelaskan anjuran selanjutnya

28
VIII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENGAMBILAN SPESIMEN KELAINAN/ INFEKSI MENULAR
SEKSUAL PADA PRIA

PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS Ya Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien, pekerjaan, alamat dan keluhan
utama.
3. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan.
B. PERSIAPAN
1. Mempersilahkan pasien untuk membuka pakaian dalam
2. Memperhatikan pakaian dalam apakah ada sekret/ bercak,
warna bercak, jumlah bercak banyak /sedikit.
3. Mempersilahkan pasien berbaring
4. Memakai sarung tangan
5. Menyediakan peralatan untuk pengambilan spesimen.
C. INSPEKSI DAN PALPASI
1. Mengamati dan palpasi daerah lipat paha : apakah ada
benjolan, bila ya : konsistensinya, ukurannya, nyeri/nyeri
tekan, mobilitas dan tanda-tanda radang pada kulit di
atasnya.
2. Mengamati daerah pubis dan sekitarnya (apakah ada
pedikulosis, folikulitis, kutil kelamin atau lesi kulit lainnya).
3. Mengamati skrotum: apakah asimetris atau ada lesi
superfisial.
4. Meraba testis & epididimis dengan lembut (ladies hand).
5. Mengamati penis dari pangkal sampai ujung.
6. Memegang penis dengan jari telunjuk dan ibu jari, tarik
preputium ke proksimal bila menutupi o.u.e naikkan sedikit
ke atas, amati subpreputium dan o.u.e apakah ada :
kemerahan, edema, ektropion dan sekret yang keluar
7. Bila ada sekret memperhatikan : jumlahnya
(banyak/sedikit), warna (kuning kehijauan / kuning/putih),
kekentalannya (encer/kental) dan jenis sekret
(purulen/mukopurulen).
8. Sesuai dengan skenario (mengurut uretra dengan lembut
bila tidak ada sekret)
9. Mengamati daerah anus dan perineum (kutil kelamin /lesi
lain).
D. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Membersihkan meatus dengan kain kasa bersih dan kering.
2. Mengambil sengkelit.
3. Membakar sengkelit sampai membara di atas lampu bunsen
(api spiritus).
4. Mendinginkan sengkelit.
5. Memasukkan sengkelit ke dalam o.u.e sedalam 1-2 cm
(melewati fosa navicularis)
6. Mengambil kaca objek.
7. Mengapuskan duh tubuh uretra ke atas kaca objek.
8. Memfiksasi hapusan tersebut di atas lampu bunsen (api
spritus) dan siap untuk pewarnaan Gram.
29
E. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil pemeriksaan yang ditemukan.
2. Membuat diagnosis/diagnosis banding.
3. Mencatat tanggal pengambilan spesimen.
4. Menjelaskan anjuran selanjutnya.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

30
SL. V. GUS. 6
KETERAMPILAN KLINIK SIRKUMSISI
Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli

I. Pendahuluan

Sirkumsisi merupakan tindakan untuk membuang foreskin. Tujuannya untuk


membuang dan mencegah terbentuknya smegma pada sulcus coronarius. Smegma
merupakan kotoran yang dapat memicu terjadinya kanker penis. Kanker penis banyak
terjadi pada laki laki yang tidak disirkumsisi. Dorsumsisi merupakan tindakan untuk
memotong foreskin bagian dorsal, hal ini lazim dilakukan pada penderita fimosis.
Hipospadi merupakan kontraindikasi dilakukan sirkumsisi karena kulit pda bagian
dorsal penis akan digunakan untuk uretroplasti.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan


sirkumsisi secara mandiri.

II. 2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Menyiapkan peralatan sirkumsisi.
2. Mengetahui indikasi/ kontraindikasi sirkumsisi.
3. Melakukan tindakan sirkumsisi.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan

20 menit Introduksi di kelas besar : Narasumber


1. Penjelasan (10 menit) pemutaran film tentang
sirkumsisi (5 menit)
2. Tanya jawab singkat hal yang belum
jelas dari film yang diputar (5 menit)

10 menit Demonstrasi di kelas besar : Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara
sirkumsisi.
1. Persiapan alat.
2. Persiapan pasien.
3. Persiapan dokter
4. Melakukan sirkumsisi
5. Dokumentasi

20 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok Instruktur,


kecil (1 kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). mahasiswa
Coaching di kelas kecil :
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian dengan dibimbing oleh
instruktur.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh
Manekin
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri Mahasiswa
31
secara bergantian. Instruktur
Pada saat self practice mahasiswa melakukan
sirkumsisi yang diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan tentang
melakukan sirkumsisi.

IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Manekin
2. Meja/troli ukuran sedang.
3. Linen penutup meja steril.
4. Sarung tangan steril .
5. Larutan antiseptik.
6. (Povidon iodine 10%) 10 cc.
7. Kasa steril 5 helai.
8. Linen penutup berlubang (Perforated surgical drape) dan linen penutup.
9. Anaestetik lokal (Lidocaine 2 % tanpa adrenalin) 5 cc dan kapas alkohol.
10. Disposable syringe 5cc 1 buah
11. Alat bedah minor (minor surgery kit) + 2 buah klem lurus
12. Benang absorbable (Plain catgut) nomor 3.0

VI. TEKNIK PELAKSANAAN


A. PERKENALAN
1. Sapa dan perkenalkan diri.
2. Tanyakan identitas pasien dan cocokkan dengan data rekam medik.
3. Informasikan tindakan yang dilakukan dan minta persetujuan pasien.
B. PERSIAPAN PASIEN

1. Posisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.


2. Tutup anggota gerak bawah pasien dengan linen penutup.
3. Periksa keadaan penis : normal atau tidak
(Catatan : jika tidak ada kontra indikasi lanjutkan)

C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Pakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada tangan kanan saja.
3. Pegang vial lidocaine 2 % dengan tangan kiri, bersihkan bagian atasnya dengan
kapas alkohol, tusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 5 cc
4. Simpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup jarum dan letakkan syringe
di atas meja.
5. Pakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk tangan kiri (sekarang
kedua tangan sudah memakai sarung tangan).

D. TEKNIK SIRKUMSISI
1. Bersihkan daerah genital dengan povidon iodine
2. Memasang linen penutup berlubang pada daerah genital sehingga penis keluar
dari lubang dan letakkan linen penutup pada paha.
3. Suntikkan lidocaine 2 % tanpa adrenalin pada pangkal penis jam 2,4,8,10,
masing masing 1 cc subkutan, aspirasi apakah ada darah atau tidak.
32
4. Coba efek anaestesi dengan mencubit kulit penis menggunakan pinset.
5. Tarik foreskin ke belakang, bersihkan glans penis dari smegma dengan kasa
yang telah dibasahi povidon iodine
6. Klem foreskin pada jam 11 dan jam 1 sampai 0.5 cm dari sulcus coronarius.
7. Klem foreskin pada jam 6 sampai ke frenulum.
8. Gunting foreskin di antara klem jam 11 dan 1 dari sulcus coronarius sampai ke
frenulum, gunting foreskin pada klem jam 6 sampai 0,5 cm dari frenelum
kemudian gunting foreskin sirkumferensial 0,5 cm.
9. Setiap pembuluh yang mengeluarkan darah diklem dan diikat dengan plain
catgut.
10. Jahit tepi kulit dan mukosa yang telah terpotong dengan plain catgut secara
interrupted.
11. Bersihkan penis menggunakan kasa yang telah dibasahi povidon iodine.
12. Tutup luka dengan kasa steril dan plaster.
13. Buang perlengkapan yang habis pakai dan bersihkan perlengkapan yang tidak
habis pakai.

F. DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan waktu pelaksanaan
2. Nama dokter yang melakukan
3. Anjuran tindakan selanjutnya.

VII. LEMBAR PENGAMATAN TATA CARA SIRKUMSISI

LANGKAH /TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak

A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien / keluarga
pasien
2. Menanyakan indentitas penderita, cocokkan dengan data rekam
medis
3. Menginformasikan tindakan yang dilakukan dan minta
persetujuan pasien

B. PERSIAPAN PASIEN
1. Memosisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.

2. Menutup anggota gerak bawah pasien dengan linen penutup.


3. Memeriksa keadaan penis : normal atau tidak

C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Memakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada
tangan kanan saja.
3. Memegang vial lidocaine 2 % dengan tangan kiri,
membersihkan bagian atasnya dengan kapas alkohol,
menusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 5 cc
4. Menyimpan vial di luar daerah steril, memasang kembali
tutup jarum dan meletakkan syringe di atas meja.
5. Memakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk
tangan kiri (sekarang kedua tangan sudah memakai sarung
tangan)
D. TEKNIK SIRKUMSISI
1. Membersihkan daerah genital dengan povidon iodine
33
2. Memasang linen penutup berlubang pada daerah genital
sehingga penis keluar dari lubang dan letakkan linen
penutup pada paha.
3. Menyuntikkan lidocaine 2 % tanpa adrenalin pada pangkal
penis jam 2,4,8,10, masing masing 1 cc subkutan, aspirasi
apakah ada darah atau tidak
4. Mencoba efek anaestesi dengan mencubit kulit penis
menggunakan pinset.
5. Menarik foreskin ke belakang, bersihkan glans penis dari
smegma dengan kasa yang telah dibasahi povidon iodine

6. Mengelem foreskin pada jam 11 dan jam 1 sampai 0.5 cm


dari sulcus coronarius.
7. Mengelem foreskin pada jam 6 sampai ke frenulum.

8. Menggunting foreskin di antara klem jam 11 dan 1 sampai


0,5 cm dari sulcus coronarius dan menggunting foreskin
pada jam 6 sampai dengan frenulum lalu menggunting
secara sirkumferensial.
9. Setiap pembuluh yang mengeluarkan darah diklem dan
diikat dengan plain catgut.
10. Menjahit tepi kulit dan mukosa yang telah terpotong dengan
plain catgut secara interrupted.
11. Menbersihkan penis menggunakan kasa yang telah dibasahi
povidon iodine
12. Menutup luka dengan kasa steril dan plaster
13. Membuang perlengkapan yang habis pakai dan
membersihkan perlengkapan yang tidak habis pakai.

F. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan
2. Nama dokter yang melakukan
3. Menganjurkan tindakan selanjutnya.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

34

Anda mungkin juga menyukai