Anda di halaman 1dari 14

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTATE

HYPERPLASIA (BPH)

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dosen pembimbing :Faqih Nafiul Umam, S.Kep.,Ns

Disusun oleh :

Kelompok 9/4A

Ika Restiana Monika (201602022)

Rezza Eka Maykurnia (201602032)

Sandra Hadi Tamara (201602036)

PRODI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)”. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Faqih Nafiul Umam, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah
kami gunakan sebagai referensi pada makalah ini.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini, selanjutnya akan
lebih baik kami sempurnakan serta komprehensif. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak.

Madiun, Maret 2018

PENYUSUN

ii
Lembar Pernyataan

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami produksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

12 Maret 2018

Nama NIM Tanda Tangan Mahasiswa


Ika Restiana Monika 201602022
Rezza Eka Maykurnia 201602032

(201602036

Sandra Hadi Tamara 201602036

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kelenjar prostat terletak tepat dibawah kandung kemih. Kelenjar ini berbentuk
seperti buah kenari. Normal beratnya ± 20 gram, didalamnya berjalan uretra posterior
± 2,5 cm. prostat bersifat difusi dan bermuara ke dalam pleksus santorini. persarafan
prostat terutama berasal dari simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut yang bersal
dari nervus sakralis ketiga dan keempat melalui pleksus sakralis. drainase limfe
prostat ke nodi limfatisi obturatoria, iliaka eksterna dan preskralis, serta sangat
penting dalam mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat ( Andra & Yessie,
2013).
Benigna prostate hyperplasia adalah kondisi patologis yang paling umum pada
pria lansia dan penyebab keduan yang paling sering untuk intervensi medis pada pria
diatas usia 60 tahun( Brunner & Suddarth, 2005).
Benigna prostate hyperplasia adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibriadenomatosa majemuk dalam prostate, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian
periuretral sebagai proliperasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar
normal yang tersisa (Sylvia A.Price, 2006).

4
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian lengkap


A. Data biografi
Meliputi:
 Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin,agama, suku atau bangsa, status
perkawinan, pendidikan,pekerjaan, alamat, tgl MRS, tgl pengkajian, catatat
kedatangan.
 Keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu: nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan,pekerjaan, alamat, dan sumber informasi serta nomor telepon.
B. Riwayat kesehatan atau perawatan
Meliputi:
 Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit. Biasanya pasien mengeluh nyeri
pada saat miks, pasien juga mengeluh sering BAK berulang-ulang,terbangun
untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat mendesak,
kalau mau miksi harus menunggu lama dan harus mengedan, kencing terputus-
putus
 Riwayat kesehatan sekarang:
a. Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan
harus mengedan
b. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual
c. Pasien mengatakan buang air keci tidak terasa
d. Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
e. Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam hari
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan apakah pasien pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya.
 Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien ada yang menderita yang sama dengan
pasien sebelumnya
C. Pola fungsi kesehatan
Meliputi:

5
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur , pola koknitif dan
persepsi,persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan
reproduksi, pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
D. Pemeriksaan fisik
Pada waktu melakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-tanda
penurunan mental seperti neuropati perifer. Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan
pada kandung kemih.
 Data dasar pengkajian pasien
a. Sirkulasi
Tanda; peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi
Gejala:
o Penurunan kekuatan/ dorongan aliran urine tetesan
o Keragu-raguan pada berkemih awal
o Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
o Nokturia, dysuria, haematuria
o Duduk untuk berkemih
o Infeksi saluran kemih berulang, riwayat batu (statis urinaria)
o Konstivasi (protrusi prostat kedalam rectum)
Tanda:
o Masa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih), nyeri
tekan kandung kemih
o Hernia inguinalis, hemorrhiod (mengakibatkan peningkatan tekanan
abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi
tahanan)
c. Genetalia
o Kelenjar prostat membesar,
o Terpasang kateter
o Nyeri tekan pada area prostat

d. Makanan/ cairan

6
Gejala
o Anoreksia,mual,muntah
o Penurunan berat badan

e. Nyeri/ kenyamanan
Gejala
o Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostates
akut)
o Nyeri punggung bawah
f. Keamanan
Gejala : Demam
g. Seksualitas
Gejala:
o Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan sexual
o Takutinkontinensia/menetes selama hubungan intim
o Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
h. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:
o Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
o Penggunanan antihipersensitif atau antidefresan, antibiotik urinaria atau
gen antibiotik, obat yang dijual bebas, batuk flu/ alergi obat
mengandung simpatomimetik
i. Aktivitas/ istirahat
o Riwayat pekerjaan
o Lamanya istirahat
o Aktifitas sehari-hari
o Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
o Pengaruh penyakit terhadap istirahat
j. Hygiene
o Penampilan umum
o Aktivitas sehari-hari
o Kebersihan tubuh

7
o Frekuensi mandi
k. Integritas ego
o Pengaruh penyakit terhadap stress
o Gaya hidup
o Masalah finansial
l. Neurosensori
o Apakah ada sakit kepala
o Status mental
o Ketajaman penglihatan
m. Pernapasan
o Apakah ada sesak napas
o Riwayat merokok
o Frekuensi pernapsan
o Bentuk dada
o Auskultasi
n. Interaksi sosial
o Status perkawinan
o Hubungan dalam masyarakat
o Pola interaksi keluarga
o Komunikasi verbal/ non verbal
2.2 Masalah yang Lazim Muncul
a. Gangguan eliminasi urin b.d sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih:
Benigna Prostatatic Hyperplasia
b. Nyeri akut b.d agent injuri fisik (spase kandung kemih)
c. Retensi urine
d.Resiko infeksi b.d insisi bedah

8
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan eliminasi urin b.d NOC NIC
sumbatan saluran pengeluaran pada  Urinary elimination Urinary retention care
kandung kemih: Benigna Prostatatic  Urinary continuence  lakukan penilaian kemih yang
Hyperplasia Kriteria hasil komprehensif berfokus pada inkontinensia
 kandung kemih kosong (mis; output urin,pola berkemih, fungsi
 tidak ada residu urine>100-200 cc kognitif, dan masalah kencing praeksisten)
 intake cairan dalam rentan normal  memantau penggunaan obat dengan sifat
 bebas dari ISK antikolinergik atau properti alpha agonis
 tidak ada spasme bladder  memonitor efek dari obat-obatkan yang
balance cairan seimbang diresepkan seperti calcium channeblokers dan
antikolinergik
 sediakan waktu cukup untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
 gunakan spirit wintergreen di pispot atau
urinal
 masukkan kateter kemih
 anjurkan pasien/ keluarga untuk mereka
output urine
 instruksikan cara-cara untuk menghindari
konstipasi
memantau asupan dan keluaran

9
2. Nyeri akut b.d agent injuri fisik NOC NIC
(spase kandung kemih)  pain level Pain Management
Definisi : pengalaman sensori dan  pain control - lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
emosional yang tidak menyenangkan  comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
yang muncul akibat kerusakan jaringan Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
yang aktual atau potensial atau  mampu mengontrol nyeri (tahu - observasi reaksi non verbal dari
digambarkan dalam hal kerusakan penyebab nyeri, mampu menggunakan ketidaknyamanan
sedemikian rupa (international teknik nonfarmakologi untuk - gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
association for the study of pain): mengurangi nyeri,mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri pasien
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari  melaporkan bahwa nyeri berkurang - kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
intensitas ringan hingga berat dengan dengan menggunakan managemen nyeri - evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
akhir yang dapat diantisipasi atau  mampu mngenali nyeri - evaluasi bersama pasien dantim kesehatan lain
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. (skala,intensitas,frekuensi dan tanda tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
Batasan karakteristik: nyeri) lampau
 perubahan selera makan  menyatakan rasa setelah nyeri
- bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 perubahan tekanan darah berkurang
menemukan dukungan
 perubahan frekwensi jantung
- kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 perubahan frekwensi pernapasan
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 laporan isyarat
kebisingan
 diaforesisi
- pilih dan lakukan penanganan nyeri
 perilaku distraksi (mis; berjalan
(farmakologi, nonfarmakologi dan
mondar mandir mencari orang lain

10
dan aktivitas lain yang berulang) interpersonal)
 mengekspresikan perilaku (mis; - kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
gelisah,merengek,menangis) intervensi
 masker wajah (mis; mata kurang - ajarkan tentang teknik non farmakologi
bercahaya,tampak kacau dll) - berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
 sikap melindungi area nyeri - tingkatkan istirahat
 fokus menyempit (mis; gangguan - kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
persepsi nyeri, hambatan proses tindakan nyeri tidak berhasil
berfikir, penurunan interaksi dg - monitor penerimaan pasien tentang
orang lain dan lingkungan)
managemen nyeri
 indikasi nyeri yang dapat diamati
Analgesic Administration
 perubahan posisi untuk
- tentukan lokasi, karakteristik,kualitas,dan
menghindari nyeri
derajat nyeri sebelum pemberian obat
 sikap tubuh melindungi
- cek intruksi dokter tentang jenis obat,dosis, dan
 dilatasi pupil
frekuensi
 melaporkan nyeri secara verbal
- cek riwayat alergi
 gangguan tidur
- pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
faktor yang berhubungan
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 agen cidera (mis; biologis, zat
- tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
kimia, fisik,psikologis)
beratnya nyeri
- tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan

11
dosis optimal
- pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
- berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
- evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejal
3. Retensi urine NOC NIC
Defini : pengosongan kandung kemih  urinary elimination Urinary retention care
tidak komplit  urinary continence - monitor intake dan output
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil: - monitor penggunaan obat antikolionergik
 tidak ada haluaran urine  kandung kemih kosong secara penuh - monitor derajat distensi bladder
 distensi kandung kemih  tidak ada residu urin >100-200 cc - instruksikan pada pasien dan keluarga untuk
 menetes  bebas dari ISK mencatat output urine
 disuria  tidak ada spasme bladder - sediakan privacy untuk eliminasi
 balance cairan seimbang
 sering berkemih - stimulasi refleks bladder dengan kompres
 inkontinensia aliran berlebih dingin pada abdomen
 residu urine - katerisasi jika perlu
 sensasi kandung kemih penuh - monitor tanda dan gejala ISK (panas,

 berkemih sedikit hematuria, perubahan bau dan konsistensi

12
Faktor yang berhubungan urine)
 sumbatan Urinary elimination management
 tekanan ureter tinggi
 inhibisi arkus reflex
 sfingter kuat

4. Resiko infeksi b/d insisi bedah Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan luka pasien dan tanda-
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tanda infeksi
tidak terjadi infeksi 2. Anjurkan pasien untuk menjauhkan luka
Kriteria hasil : dengan hal-hal yang menimbulkan infeksi
1. Tidak ada infeksi/inflamasi 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik
2. Mampu menhindarkan luka dari aseptic dan antiseptic
resiko terjadinya infeksi 4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
Tidak terdapat organisme yang
menyebabkan infeksi

13
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda.
Yogyakarta:Mediaction
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah.(Edisi.12), Lippincot Williams dan
Wilkins.2017: EGC
Smeltzer,S.C., Bare,B.G.,2010. Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
(Edisi 8).Jakarta.EGC
Putri, Yessie Mariza, Andra S. Wijaya.2013.Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).Yogyakarta:Medical Book
Bauldof, Gerene , Karen M. Burke & Priscilla LeMone.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:EGC

14

Anda mungkin juga menyukai