Preventif Lingkungan dalam Menurunkan Leptospirosis
Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang berdistribusi luas diseluruh
dunia, terutama pada wilayah iklim tropis dan subtropis. Penyakit ini merupakan jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh suatu patogen, yaitu spirochaeta. Di daerah dengan kejadian luar biasa leptospirosis ataupun pada daerah yang memiliki faktor risiko terpapar leptospirosis, angka kejadian leptospirosis dapat mencapai 100 per 100.000 tahun. Di daerah tropis dengan kelembaban tinggi angka kejadian leptospirosis berkisar antara 0,1-1 per 100.000 per tahun. Hewan terpenting dalam penularan leptospirosis adalah tikus. Sedangkan hewan peliharaan seperti kucing, anjing, kelinci, kambing, dan lain lain, dapat menjadi hospes perantara dalam penularan leptospirosis. Organisme tersebut akan masuk melalui kulit diperantarai oleh media yang tercemar air kandung kemih hewan yang terinfeksi. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam penularan leptospirosis. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini, bagaimana bisa faktor lingkungan meningkatkan angka penularan leptopspirosis? Apakah bisa menurunkan angka kejadian leptospirosis dengan perbaikan pada lingkungan sekitar? Jadi, faktor lingkungan sendiri memiliki beberapa aspek. Bisa ditinjau dari lingkungan fisik, biologi, dan sosial. Dari segi faktor sosial sendiri, leptospirosis bisa dikaitkan dengan status pekerjaan. Pekerjaan yang memerlukan kontak dengan air, kontak dengan hewan, kontak dengan limbah dan kotoran, semuanya berisiko menyebabkan penularan leptospirosis. Edukasi dan pelatihan tentang keselamatan kerja sangat penting dilakukar agar angka penularan leptospirosis ini menurun. Sebaiknya pekerja selalu menggunakan alat pelindung diri dan bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Tidak hanya pekerjaan, tetapi lingkungan tempat tinggal dengan higinietas dan sanitasi yang buruk juga berisiko. Banyaknya sampah dirumah, kebiasaan tidak memakai alas kaki, kebiasaan mandi/cuci di sungai dan keberadaan tikus di rumah sangatlah berpengaruh. Lantas kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Apakah masyarakat masih belum mengerti bagaimana menjaga kebersihan lingkungan? Kebersihan lingkungan yang buruk sebenarnya tidak hanya ditemui pada lingkungan kumuh ataupun pinggiran saja. Masyarakat urban pun terkadang masih sulit untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka. Dari sisi tingkat pendidikan juga, orang yang berpendidikan tinggi belum tentu dapat menjaga kebersihan lingkungan dengan baik, dikarenakan adanya faktor- faktor lain seperti kesibukan dan sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan. Terdapat juga faktor lain seperti banjir, yang dapat meningkatkan angka penularan leptospirosis dikarenakan sanitasi air yang menjadi buruk dan tercemar oleh organisme penyebab infeksi. Untuk tahap preventif, edukasi sangat dibutuhkan. Edukasi yang seperti apa dan bagaimana pendekatannya? Untuk pencegahan penyakit primer, edukasi yang diberikan dapat berupa penyuluhan-penyuluhan terutama pada daerah rural, penyuluhan dapat dilakukan di puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya yang tersedia. Bagaimana dengan penduduk di daerah pusat kota? Apakah sama pemyuluhan yang diberikan? Tentu saja tidak. Masyarakat kota besar biasanya akan lebih acuh. Sehingga mungkin diperlukan teknik penyuluhan yang lebih modern. Bisa juga menggunakan media promosi kesehatan yang lain, seperti pamflet, brosur, poster, dan iklan di media cetak maupun elektronik. Isi dari penyuluhan dan media promosi kesehatan ini diharapkan tidak hanya berfokus pada leptospirosis saja, tetapi juga bagaimana cara nya agar kita dapat meningkatkan kualitas lingkungan, ditinjau dari aspek sosial, biologi, dan fisik. Pencegahan primer yang melibatkan perubahan dari lingkungan dipercaya memiliki efek yang lebih baik dan dapat menurunkan angka penularan leptospirosis dibandingkan dengan pencegahan sekunder. Jika sudah terinfeksi, kemungkinan untuk sembuh dan tidak sembuh itu 50:50, sangatlah disayangkan jika kita tidak dapat melakukan pencegahan dari sisi lingkungan, karena dampaknya sangatlah besar.